Sudah berapa tahun kau mengenal pemuda kepala nanas ini Ino kau bahkan tak banyak tahu tentang perasaannya padamu, tapi yang jelas kau tahu kau pernah sangat menyukainya, dulu ketika masih kanak-kanak, dan hal itu pula yang menyebabkan anak-anak lain mengatakan kalian saling suka, terus membujuk Shikamaru mengatakan suka padamu dan berulah seolah dia benar-benar menyukaimu. Seolah itu membuatmu terlalu senang, atau malah membuatmu risih, kau bahkan terlalu bodohnya sampai bilang bahwa kau sudah menyukai orang lain, -sasuke uchiha. Bodoh! Kau hanya melihatnya dari bagiamana Sakura dan gadis lain seumurmu menceritakan Sasuke dimata mereka, seolah kau memiliki perspektif Sakura, kau melihat Sasuke seperti itu, mulai pura-pura menyukainya dan melupakan cinta pertamamu. Yah melupakan pemuda kecil 3 tahun yang berjanji akan menanam bunga aster untukmu di hutan Rusanya sampai tumbuh lebat, tapi ternyata bibit itu hilang.

"Kau berjanji menanamnya Shika-Chan!" Aku mendorong bahunya yang mungil keras-keras.

"Tapi bibit itu dimakan rusa ku ketika aku ketiduran disana" Shikamaru kecil menatapku dengan wajah polos yang merasa bersalah.

"dasar pembohong, aku tidak mau main ke hutan mu lagi! Sampai kapanpun!" aku berlari ke menjauhi hutan keluarga Nara, membiarkan Shikamaru terdiam dan memilih tidak mengejarku.

Bukan hanya itu kenanganku dengannya.. di sisi lain aku pernah menyukainya;

Aku meringkuk menangis di bawah semak hijau TK Konohagakure, ketika suara mungil itu menyapaku,

"Kau tidak apa-apa?" Siluet kepala nanas dan kaus kebesaran itu menghalangi terik matahari, meski tidak sejuk, namun entah mengapa aku merasa baikan. Aku menggeleng.

"Baguslah.. apa yang kau tanam di pot kelas itu?" dia menunjuk pot keramik berisi tanaman bertunas mungil. Aku kembali menangis keras.

"hey-hey… kenapa kau menangis lagi?"

"Astel Gunung dari ibuku (hiks) tidak belbunga.. kata teman-teman (hiks) ia tidak mau berbunga, karena aku anak yang jahat.." Aku meraung lagi, melupakan betapa sudah panjang cairan hidungku menjuntai.

"Kenapa bisa bilang kau jahat?" tanya Shikamaru tetap berdiri di sampingku.

"Aku tidak tahu..huuhu, tthapi Ibuku pelgi meninggalkanku, dia tidak pelnah pulang ke rumah, aku pasti sudah melakukan hal yang buruk" aku masih sibuk membasahi rok-ku dengan air mata, sesekali mengelapnnya dengan ujung lengan baju.

"Ibumu bukan tidak akan kembali, dia sudah tidak ada di sini, kau akan menemuinya tapi tidak sekarang.." Shikamaru menjelaskan

"Kapan?" "Aku tidak tahu.."

"Dan tentang bunga aster gunung mu.. kukira dia tidak akan tumbuh disini, dia akan tumbuh di pegunungan yang dingin.. sini aku akan membawanya.. aku akan menanamnya di Hutanku.. dia akan tumbuh disana"

"benarkah?"

"iya, aku akan membawamu kesana disana juga ada bunga lain"

"janji?"

"iya"

"Shika-Chaan!" aku berlari terengah menghampiri si Nara muda dengan gelisah,

"Kamu kemana saja? ayah ibumu mencarimu kemana-mana.." aku berkata sambil terengah

"Ayahku mencariku? Kukira dia sibuk dengan misi-misinya.." sungut Shika kecil lucu

"hihihi, ayahku juga sibuk. Dia sibuk dengan misi, dan aku harus bermain sendirian, tapi.."

"tapi apa?"

"Aku yakin ayah akan pulang dengan selamat dan merindukanku, jadi aku tidak apa-apa"

"Benarkah kau tidak merasa sedih?" aku mengangguk mantap,

"Ayahmu juga pasti pulang,karena dia merindukanmmu Shika" aku berkata sok tau,

Shika tersenyum,

"Ino..", "ya?". "Jika kau bermain sendirian, kau boleh bermain denganku.."

Aku tersadar dari lamunan, mendapati Shika yang semakin dekat dengan pintu rumah Haruma-Sama,

"Shikamaru.." aku memanggilnya, apa? Aku memanggilnya? Apa yang kupikirkan, dasar mulut aneh, kenapa kau meanggil Shika?

"Hn?"

"Bukan apa-apa. Aku.. hanya.. –err, tapi.. Aku ingin memastikan.. eh, apa kau benar yakin tentang hal ini?"

Shikamaru masih diam, kepalanya menoleh padaku. Tangannya terlepas dari daun pintu rumah tuan Haruma yang tertutup.

"Ada apa denganmu? Bukankah kau yang bilang tidak siap menikah?"

"ya tapi..Aku.. aku…"

"…"

"aku.."

"Aku pernah menyukaimu.." aku mendadak gelisah, "–maksudku dulu waktu kita masih sangat kecil"

Dia yang matanya bermanik Onyx tidak lagi menatapku. Masih diam, dan sepersekian detik rasanya jadi sepersekian abad bagiku. Otakku berputar dalam keadaan panik,

"Apa kau.. juga pernah?" aku memustuskan bicara sekenanya masih melipat tanganku di dada, mengedarkan kepala kesekeliling, namun mataku masih melirik bak mata ayam. Wajah Shikamaru sulit ditebak seperti biasa. Aku berusaha menjual perkataanku semahal harga diriku, sampai ia berkata.

"Tidak.."

Aku melempar wajah dari Shikamaru, buru-buru berbalik dan merasa panik. Apa yang aku pikirkan? Kenapa aku bertanya hal semacam itu? Tentu saja Shika tidak menyuikaiku. Aku memasang mimik apa, aku hanya diam.

"Kau.. kapan kau menyukaiku?" Shika bertanya terlewat santai, apa maksutnya? Bertanya seperti aku tidak berharga, bertanya seolah dia yang kuasa, apa dia piker mudah mengatakan 'aku pernah menyukaimu..' aku tidak habis pikir, pemuda yang aku sukai, terlampau easy-going ya dia memang begitu tapi, ini diluar toleransi. Shikamaru apa yang kau sebenarnya pikirkan.. apa kau pikir kau yang paling benar? Apa kau pikir kau ini tidak susah menyadari , aku yang menyukaimu, dan kau tidak, aku yang salah menyukaimu, dan kau benar, aku yang bodoh, dan kau yang pintar. CUKUP!

"Kau pikir kau apa? Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu? Kenapa aku harus selalu jadi orang yg kalah darimu? mengatakan aku pernah menyukaimu dan kau baru saja menyiratkan bahwa kau menolak perasaanku dengan berkata tidak, dan sekarang apa maksutmu dengan bertanya 'kapan aku menyukaimu?' apa ini kurang cukup? Apa ber-IQ 200, selalu kalem, seenaknya memutuskan masalah sendiri, kurang memuaskan bagimu? Apa aku tidak ada gunanya sehingga harus mengatakan 'aku menyukai sedari kecil, dan sejak aku menikah denganmu, karena ini, karena itu' kita lahir dengan selisih waktu kurang dari 24 jam, tp kita jauh beda, knp IQ-mu 200? aku tidak? kau Jonnin, aku belum? kau sangat disukai asuma, dan sekarang, apa kau mau jadi pemuda tinggi dan sok kuasa lagi? dg membiarkan kita menikah, & membuatku menyatakan aku pernah suka kamu? apa kau pikir aku tdk punya harga diri , Shikamaru Nara" Aku benar-benar meledak.

"apa menyukaiku adalah aib?" Shikamaru bertanya dingin.

"ya!, menyukai pemuda yang tidak pernah menyukaiku adalah aib!, apa kau pikir mudah di tinggal sasuke, apa kau pikir mudah bersaing dengan sahabat sendiri? Apa kau pikir mudah mencintai pemuda lain, kemudian ditolak mentah-mentah, lagi..?"

"Kau punya penggemar yang banyak Ino, bagaimana kau bisa mengatakan kau selalu ditolak" Shikamaru masih keras dan dingin, tidak seperti biasanya, aku bisa membaca wajahnya, wajah marah.. sama saat kemarahannya pada diri sendiri ketika tidak bisa menyelamatkan sensei. Kenapa untuk pertama kalinya setelah 12 tahun aku berharap bisa membaca wajahnya ketika menatapku, hal yang pertama kubaca adalah kemarahan? Kenapa untukku? Kenapa ?

"Kau bukan siapa-siapaku Shikamaru, kau tidak tahu! Kau pikir mereka penggemar? Sebagian besar dari mereka menjadikanku mainan, memanfaatkan posisiku sebagai wakil ketua ninja medis, dan bahkan berpura-pura menyukaiku agar bisa bergaul dengan teman-temannya.. tidak ada yang benar-benar tulus.. a-pa kau ti-dak me-nger-ti? hiks" aku menahan sekuat tenaga rasa sedihku, menahan tangis itu seperti menahan seekor naga dalam dadamu.

"Aku memang bukan siapa-siapamu Ino.. aku tidak pernah paham dirimu. Kau bisa bilang kau dulu pernah menyukaiku, dan menyesalinya sampai mati.. "

Aku tak tahan aku hanya ingin terjatuh ke tanah, merasa sudah kehilangan banyak hal, kehilangan Shikamaru.

"Kau..Putra Nara.. yang bodoh, apa kau pikir kau lebih berani dari aku! Kau bahkan tidak bisa mengatakan suka pada Temari-San, Tayuya, Shiho, kau bahkan mungkin tidak bisa menyukai seseorang.." Aku mengeraskan hatiku, aku benar-benar hancur.

"kau hebat shikamaru.. kau bisa menahan perasaanmu.. " aku menangis, air mata tak bisa berhenti mengalir, aku terduduk ditanah lembab.

"Aku hebat.. ya, aku sangat hebat.. aku sempat sekali merasa begitu Ino.. " Shika bicara tak jelas arahnya,

"Aku merasa hebat ketika aku akhirnya bisa menikahi gadis yang aku cintai meski dengan cara aneh, tapi ternyata aku salah, aku membuatnya menderita, dia membenciku, dia tidak ingin menikah denganku, dan sekarang ketika aku ingin mengakhiri penderitaannya dengan mengakhiri pernikahan ini, mengakhirinya dengan berpura-pura tidak mencintainya… aku merasa sangat bodoh… aku bahkan menyakitinya lebih dari siapapun, membohongi perasaanku.. membuatnya menangis, aku bodoh" Shika berlutut didekatku, meraih tanganku ragu.

"Aku selalu mencintaimu..Ino yamanaka.."

Always wait for RnR in my Last Fanfic (wish), always ada kata terimakasih atas ripwiw, apapun itu.

my last words will be;

:")

"Review di fanfic adalah inspirasi fanfic writer" (me)

"saat kita menulis cerita, saat itu kita seperti menuangkan diri kita kedlamnya, menuangkan harapan ingin jadi sperti apa.. tapi ada hal yang lebih indah dari apa yang kita harapkan terwujud, itu adalah realita yang kita butuhkan"

Buku cerita terindah telah dicetak, buku petunjuk terlengkap juga,.

yang pertama ada di akhirat, namanya lauh mahfudz,

yang lainnya ada di kamarmu, terselip diantara novel dan buku pelajaran, menanti dibaca,

kita menyebut dirinya sebagai al-Qur'anulKarim