SECOND LIFE

Desclaimer : Masashi Kishimoto

Warning :Typo menjamur. Updet lama. Alur maju mundur.

Tahun 2009

Bangsa Jepang sedang berbahagia. Hari ini adalah perayaan pernikahan putra mahkota setelah beberapa bulan lalu, pihak kerajaan tutup mulut perihal siapa calon putri mahkota kerajaan. Pihak kerajaan mengumumkan hari libur nasional untuk merayakan pernikahan kerajaan ini. Setelah melakukan protocol pernikahan kerajaan diistana utama yang diliput diseluruh seluruh stasiun televisi nasional dan luar negri. Siang ini putra dan putri mahkota berpawai dengan pengawalan ketat kemiliteran. Terlihat putra dan putri menggunakan baju tradisional kerajaan diarak dari istana utama menuju istana yang akan didiami oleh putra dan putri mahkota. Semua rakyat Jepang rela menunggu di sepanjang jalan untuk memberi selamat pada putra dan putri mahkota yang baru saja melangsungkan pernikahnya.

Tahun 2016

Seluruh negri memasang bendera setengah tiang untuk menghormati kepergihan putri mahkota. Kerajaan berduka. Putri mahkota meninggal setelah melahirkan Pangeran Hoo, subuh tadi. Protokol kerajaan dilaksanakan siang harinya. Putra mahkota terlihat sangat terpukul. Selama masa hidupnya, putri mahkota telah banyak membuat perubahan, khusunya untuk para anak-anak terlantar dan cacat. Sangat disayangkan pangeran Hoo tak dapat membuat kenangan tentang wanita ketiga dinegri ini.

Tahun 2022

Buah tak jatuh dari pohonnya. Itulah yang terjadi pada Putra mahkota Hoo. Mengikuti jejak Yang Mulia Raja, Putra Mahkota Hoopun bersekolah disekolah negri. Walaupun dengan kawalan puluhan pengawal, Putra Mahkota terlihat tidak terganggu dan tetap berinteraksi dengan siswa lainnya.

Tahun 2023

Pihak kerajaan sedang mengusut siapa dalang dibalik insiden yang melukai Yang Mulia Raja di Korea ketika ia sedang berlibur bersama Putra Mahkota Hoo. Insiden ini dapat berakibat hubungan diplomatic antara kedua negara itu sedikit merenggang. Menurut kabar, inciden ini menewaskan seorang pengawal pribadi kerajaan.

Tahun 2024

Rentetan penyerangan semakin mengarah pada keluarga kerajaan, khususnya kepada Putra Mahkota. Selama hal itu terjadi, Putra Mahkota tidak diperkenankan untuk kembali ke sekolah karena alasan keamanan.

Chapter One

"Maaf mengganggu Yang Mulia. Ini sudah waktunya."

Diatas bukit, seorang pria berusia tiga puluh dua tahun sedang berlutut di depan makam yang sudah tertutup ilalang yang kecoklatan sedangkan sekitar dua puluh pria berjas hitam berjaga di sekitarnya. Pria itu hanya menerawang, pandangannya menjadi jauh tak berujung setelah seorang pria yang lebih tua sepuluh tahun darinya mengingatkannya akan sesuatu.

"Baik, Yang Mulia." Ujar pria berambut putih itu pada pria yang berlutut di depannya, mengingat pria itu hanya diam. Dengan membungkuk hormat pria berambut putih itu berjalan mundur, menjauh.

Seketika suara kembali hening. Semilir angin menggoyangkan ilalang-ilalang itu. "Heh, kenapa kau pergi terlalu cepat. Jika saja kau disini, aku tak perlu seperti ini. Tak perlu kembali mengharap yang bukan milikku…" Pria itu menghembuskan nafas sebelum kembali bercerita. "…kemarin, aku bertemu dengannya. Tak ada yang berubah, musim semiku, tetapi perak itu lain sekarang. Begitu tajam, dan ingin membunuhku. Apa yang harus ku lakukan sekarang?" tanya pria itu.

Onyx-nya menutup beberapa saat sebelum ia kembali berdiri dan berjalan perlahan meninggalkan makam. Puluhan pria berjas hitam langsung mengiringinya sampai memasuki mobil. Dua mobil berjalan terlebih dahulu sebelum mobil yang ditumpanginya berjalan diiringi beberapa mobil lainnya.

"Tuan dan Nyonya, kita bisa membicarakannya baik-baik." Seorang pria berambut coklat membentangkan tangannya menahan sekita lima orang tua yang semuanya memakai pakaian tradisional jepang. Kelima orang tersebut terlihat tak dapat mengontrol emosinya, terbukti sejak kedatangannya beberapa menit lalu, tak sedikitpun dari mereka berhenti berteriak memaki.

"Kau membelanya! Tak seharusnya seorang wanita bersikap kurang ngajar terhadap laki-laki, apa lagi pria itu Yang Mulia! Kalian pikir kami tidak tahu! Dia sudah mencoreng nama baik Hyuuga di mata Yang Mulia!" Maki mereka. Dua orang wanita tua yang memakai apron, hanya bisa mengintip dari pintu dapur dengan ngeri.

"Cepat panggil dia!" Perintah salah satu dari mereka.

"Kalian tak perlu berteriak." Seorang wanita berambut hitam kebiruan muncul dari arah ladang, masih memakai pakaian lusuh untuk berladang. Ia melepaskan topi bambunya kemudian membungkuk, memberi hormat.

"Kau!" Seorang wanita dari mereka, tergesah menghampiri kemudian melayangkan tamparan keras dipipinya. "Dasar tak tahu diri, heh, rasakan!" Maki wanita tua itu. Tanpa ragu tangan berkeriput itu menarik rambut hitam kebiruan milik wanita tadi. Senyum terkembang dari para orang tua lainnya, puas melihat itu.

"Nyonya, tolong hentikan." Pria berambut coklat yang semula menahan para orang tua tadi, segera melindungi wanita muda yang menjadi korban tersebut.

"Dasar, rasakan! Tak tahu diri! Harusnya kau berterima kasih, dia mengajukan lamarannya untukmu, kau tahu!"

"Kalian tahu apa? Kalian tahu…" Wanita muda itu menaikan suaranya. "…kalian tak tahu apapun!"

"Beraninya kau berteriak padaku, dasar kurang ajar!"

Tahun 2009

Seorang pria berambut hitam yang tertata keatas berjalan menyusuri koridor, berusaha mengacuhkan semua pandangan iri juga kagum dari semua siswa seperti biasanya. Mungkin beberapa orang menganggapnya antisocial dan angkuh karena ialah satu-satunya keluarga kerajaan yang bersekolah disekolah negri. Yah, itu ada benarnya. Kenyataannya ia memilih teman, teman yang menganggapnya benar teman tetapi mustahil sepertinya. Mungkin ia terlalu naïf, pada kenyataanya tak seorangpun yang menganggapnya seperti siswa lainnya; baik guru juga kepala sekolah. Ia teristimewa dengan sendirinya.

"Apa kalian tahu, kalau Putra Mahkota akan menikah?"

Pria berambut hitam itu menghentikan langkahnya, menegok ke samping, keruang music yang biasanya tertutup untuk kali ini tidak. Ia sedikit mengintip, melihat tiga orang gadis yang sedang ashik memakan bekal yang sebenarnya dilarang membawa makanan ke dalam ruang music.

"Basi, hal wajar kalau Putra Mahkota menikah diusia 18 seperti Yang Mulia Raja terdahulu." Ujar gadis pirang yang diikat kebelakang.

"Harusnya kau tahu, Hinata, kau kan yang sering bersamanya." Timpal wanita berambut merah sambil menutup kotak makan siangnya.

"Kata siapa?" Tanya wanita berambut hitam kebiruan dengan heran.

"Diantara kami, kau kan yang bisa mendekatinya. Disekolah ini wanita yang bisa mendekatinya hanya kau." Ujar gadis berambut pirang dengan jengkel sambil mengunyah bentonya keras-keras.

"Jangan-jangan kau calonnya lagi." Sindir gadis berambut merah.

"Ti-tidak. Sebenarnya Naruto-kun yang bersahabat dengannya. A-aku hanya i-ikut nebeng walau sesekali kami pe-pernah mengobrol." Bantah gadis berambut hitam kebiruan itu, Hinata, dengan gugup yang sepertinya melihat keraguan dikedua mata temannya.

Pria itu hanya diam, di depan pintu, menguping pembicaraan ketiga gadis itu sambil berjongkok.

"A-aku mana mungkin me-menjadi Pu-Putri Mahkota. Li-lihat namaku saja Hi-hinata. Ma-masa berubah menjadi Pu-putri Mahkota Hinata*…" Ujar Hinata sambil tertawa tetapi sedetik kemudian ia menunduk melihat respon teman-temannya yang masih memasang wajah serius. "…lagipula orang yang kusuka bukan Putra Mahkota." Ujarnya lirih.

"Binggo, ketahuan yang suka sama Naruto."

"Cie, pajak jadiannya dong. Cuiwit."

"Ja-jangan keras-keras."

Tanpa tersadar oleh mereka bertiga. Pria yang sejak tadi di luar hanya bisa menghembuskan nafas, sesak. Beberapa saat kemudian ia tertawa, tertawa miris sambil menghapus air matanya.

Tamat Untuk Chapter 1

*ceritanya nama Hinata adalah nama yang kampungan.