Tiga sahabat yang terjebak kisah cinta masing-masing..
Perasaan pada adik tiri..
Perasaan pada seseorang yang dingin bagai es..
Perasaan pada saudara kembar yang berandal..
Mereka bertiga pun saling menguatkan tanpa mengetahui takdir yang menentukan salah seorang dari mereka akan terjerumus dalam jurang kesedihan.
-.-
"Hyuung! Banguun!" teriakan Sehun di pagi hari yang cerah sukses membuat seorang Xi Luhan terlonjak dari tempat tidur.
"Astaga, Sehunnie! Telingaku sakit.." gerutu Luhan sambil menggosok-gosok telinganya yang berdenging.
"Salah hyung sendiri tidak mau bangun-bangun. Ppali.. Eomma dan appa sudah menunggu." Dengan tidak berperasaan, Sehun menarik selimut tebal Luhan. Luhan berusaha menarik ujung yang lain dan mempertahankan selimutnya. Alhasil, terjadi tarik-menarik antara hyung dan dongsaeng itu.
"Kembalikan selimutku, Oh Se Hun..!"
"Aniyaa! Kau harus mandi sekarang, hyung!" tolak Sehun. Luhan melepaskan cengkraman tangannya, dan Sehun yang masih menarik kuat-kuat akhirnya terjatuh ke lantai.
"Rasakan itu!"
Luhan mengambil langkah seribu sebelum adik tirinya itu mengamuk dan mengejarnya.
-.-
"Hannie, cepat selesaikan sarapanmu. Kwangmin dan Sungmin sudah menunggumu dari tadi." Suruh eomma seraya mengoleskan selai coklat di roti panggang Sehun.
"Jinjjayo? Aku pamit dulu.. Eomma, appa, Hunnie!" Luhan menyambar rotinya dan berlari keluar. Menemui kedua sahabatnya.
"Hyungg... Susumu belum kau minum! Kau tidak akan bertambah tinggi lhoo..!" lagi-lagi teriakan Sehun. Kali ini mengingatkan Luhan untuk meminum susu stroberinya.
"Aissh, aku sudah cukup tinggi. Aku tidak mau jadi tiang listrik sepertinya." Gumam Luhan, sebal "Tapi kau tetap menyukainya, kan?" goda Sungmin.
"Y, yaah! Minniee!" seru Luhan, mukanya memerah.
"Iya, kaan?"
"Ish, bicara denganmu membuatku bertambah tua!"
"Memang kau sekarang umur berapa, eoh? Masih berasa usia 14 tahun?"
"Hahaha~!"
Kwangmin tertawa melihat Luhan yang marah karena digoda terus oleh Sungmin.
"Hey, hey.. Sudahlah. Kajja, kita bisa berurusan dengan Park seonsaeng kalau terlambat." Lerai Kwangmin.
"Santai, Kwang.. Kita baru masuk 30 menit lagi. Lagipula jarak kita tinggal 400 meter." kata Sungmin sambil melirik arloji pink kesayangannya. Kwangmin menggaruk tengkuknya.
"Ngomong-ngomong, Kwangie, bagaimana Youngmin?" tanya Luhan. Detik kemudian dia menyesal menanyakan itu karena raut wajah Kwangmin berubah drastis.
"Dia baik-baik saja. Tidak berubah." Jawab Kwangmin. Dia memaksakan senyum ketika Sungmin dan Luhan menatapnya khawatir.
"Mianhae, Kwang." Sesal Luhan. Kwangmin merangkul namja aegyo itu.
"Gwenchanayo, Han."
"Kalian berdua ini! Tidak bisakah kita membicarakan yang lain?" keluh Sungmin.
Ketiga namja yang bersahabat itu diam dan melanjutkan langkah mereka menuju BSX Senior High School.
"Eh, Kwangmin oppa, Sungmin oppa, Luhan oppa! Annyeong..." sapa Lee Son Kyu, hoobae kesayangan KwangSungHan. Kenapa? Karena Sunny-panggilan Son Kyu-sangat baik dan mengerti masalah mereka bertiga.
"Annyeong, Sunny. Mana namjachingu-mu?" tanya Kwangmin, iseng. Wajah Sunny langsung bersemu.
"Ah, Seungri oppa sedang apel OSIS. Sebentar lagi juga selesai." Jelas Sunny. Sungmin yang gemas melihat pipi tembam Sunny segera mencubit kedua daging kenyal itu.
"Auww, Sungmin oppa! Appoo..." rengek Sunny. Luhan menarik tangan Sungmin dan membungkuk meminta maaf pada Sunny.
"Mian, Sunny. Kau tahu, kan, Sungmin itu seperti apa." Ujar Luhan, kalem.
"Ne, ne. Apa aku diet saja ya, agar pipiku tidak chubby lagi?" sungut Sunny sambil mengelus pipinya yang kemerah-merahan.
"Andwae... Sunny-ku tidak boleh diet! Siapa yang berani menyuruhnya diet?" Seungri, namjachingu Sunny, tiba-tiba muncul dengan wajah sangar.
"Aigoo, tenanglah, Ri. Tidak akan ada yang berani menyuruh princess aegyo- mu ini diet." Tawa Kwangmin. Seungri memandang kesal sunbae nya itu.
"Awas saja kalau sampai aku melihat Sunny kurus kering." Ancam Seungri. Sunny meninju pelan lengan Seungri.
"Oppa.. Aku juga tidak mau diet.. Kalau aku diet, aku tidak akan imut lagi, kan?" rajuk Sunny.
"Aku juga tidak mau melihatmu terlalu langsing, chagi. Aku berjanji akan mengerjai habis-habisan ketiga orang ini kalau sampai mereka memprovokasimu untuk diet ketat."
"Ya! Seungri pabbo, siapa yang mau menyuruh Sunny diet, hah?" teriak Luhan, tidak terima.
"Bisa saja, kan? Week!"
"Grrr... Dasar hoobae setan!"
"Dasar sunbae sok imut!"
"MWO? Yahh!"
"TEEET, TEEEETT, TEEETT.." Suara bel yang nyaring menyadarkan kelima manusia yang sedang bercakap-cakap (berdebat) ini.
"Cepat, ayo masuk!"
Kwangmin menuju kelas XII IPA 3, Sungmin menuju kelas XII IPS 1, Luhan menuju kelas XII IPA 2, sedangkan Sunny dan Seungri memasuki kelas XI IPS 1.
"Annyeong, Luhan." Sapa Lee Joon, teman sebangku Luhan.
"Annyeong, Joon." Balas Luhan. Dia menghempaskan pantatnya keras di kursi. Joon mengernyitkan dahi melihatnya.
"Pagi-pagi, kok, sudah marah? Waeyo?" tanya Joon.
"Hahaha, kepalaku agak penat setelah berdebat dengan Seungri, yang jadi wakil ketua OSIS dari kelas XI IPS 1.."
Joon menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar alasan Luhan.
"Hoobae setan itu tidak pernah kapok mencari gara-gara, ya? Aku heran kenapa dia bisa menjadi wakil ketua OSIS."
"Aku lebih heran kenapa Sunny yang polos nan imut mau berpacaran dengan evil magnae itu..."
"Ya, ya. Padahal Sunny juga jadi incaran namja-namja single. Sepertinya Seungri memang memiliki daya tarik sendiri, haha.."
Perbincangan keduanya terhenti karena Bae seonsaengnim memasuki kelas.
"Baik, murid-muridku.. Kita akan mengadakan game asyik. Kupikir kalian pasti setuju mengingat pelajaran Fisika ini agak membosankan." Kata Bae seonsaengnim yang disambut sorakan antusias penghuni kelas XII IPA 2.
Sementara di kelas XII IPS 1,
Sungmin berulang kali menguap. Jang seonsaengnim terus menceritakan sejarah Korea Selatan tanpa mempedulikan siswa-siswinya yang memasang tampang bosan.
Jadi ingin tidur saja...
"Lee Sungmin!"
Sungmin membuka matanya lebar-lebar mendengar bentakan itu.
"N, ne, seonsaeng..?"
"Kurasa perpustakaan adalah tempat yang bisa kau datangi daripada kau tertidur di kelasku!"
"Arraseo, seonsaeng..." gumam Sungmin takut lalu melesat ke luar kelas.
Di perpustakaan :
"Sungmin, kau tidak ada pelajaran?" tanya Shi Min Ah, penjaga perpustakaaan.
"Ada, Min Ah noona. Tapi Jang seonsaeng mengusirku." Jawab Sungmin. Shi Min Ah mengangguk-angguk.
"Kau bebas melakukan apa saja di sini, Min. Tapi jangan ribut, arra? Aku ada urusan. Aku tinggal, ne?"
"Ye.." balas Sungmin malas melihat Shi Min Ah berlalu dari hadapannya.
Sungmin berjalan ke arah rak buku paling pojok. Selain rak buku itu berisi novel-novel remaja semua, posisinya juga dekat dengan jendela besar perpustakaan dan sofa.
Namja aegyo itu mencari sebuah novel yang ingin dibacanya dari kemarin.
"Ah! Itu novel yang kucari!" bisik Sungmin melihat novel berjudul Complicated Love di rak paling atas.
"Uuuh."
Sungmin berjinjit agar bisa mengambil novel. Tapi susah, mengingat badannya yang cukup pendek.
"Aissh, tinggi se..."
Sreeet-
Sepasang tangan merengkuh pinggang Sungmin dan mengangkat tubuh mungil itu. Sampai tangan Sungmin mampu meraih novel yang diinginkannya.
"Kyaaa, siapa yang..?" teriak Sungmin sambil berbalik dengan wajah memerah. Dia terdiam memandang namja berambut ikal kecoklatan yang berdiri di depannya dengan raut datar.
"Kyuhyun?"
Cho Kyuhyun, namjachingu-nya, kembali berjalan menuju sofa yang dipenuhi buku-buku tebal, hingga hanya mampu memuat satu orang untuk duduk di sana.
"Kyu, gomawo.." ucap Sungmin. Mengikuti Kyuhyun yang mulai sibuk dengan buku-bukunya.
"Hn."
Sungmin mengatupkan bibirnya dan berbalik. Berniat mencari sofa lain karena sofa merah yang diduduki Kyuhyun sudah penuh.
"..Ming, kau mau ke mana?" panggil Kyuhyun. Sungmin menoleh.
"Mencari tempat duduk."
"Kenapa tidak duduk di sini?"
"Duduk di mana? Sofa itu penuh dengan buku-bukumu." Jawab Sungmin. Kyuhyun menyeringai, membuat Sungmin bergidik sendiri.
"Kau bisa duduk di sini, Minimin."
Kyuhyun menepuk-nepu pahanya. Mengisayaratkan pada namja di depannya untuk duduk di pangkuannya.
BLUSH~
"M, mwo? Andwaee...!" tolak Sungmin. Mendengar penolakan Sungmin, Kyuhyun memasang raut datarnya, lagi.
".. Ish, kau gila, Kyu." Desis Sungmin. Antara malu, kesal dan malas.
"Aku hanya gila kalau kita berdua saja." Seringai Kyuhyun. Lalu menarik tangan Sungmin hingga terduduk di pangkuannya.
Sungmin mendesah kecil.
-.-
Istirahat...
Kwangmin dan Luhan berjalan bersama untuk mencari Sungmin. Sunny dan Seungri sudah ke kantin duluan untuk mencari tempat.
"Ke mana perginya BunnyMin?" tanya Luhan seraya celingak-celinguk.
"Kata teman-temannya, dia pergi ke perpus karena disuruh Jang seonsaeng." Jawab Kwangmin.
"Perpustakaan? Dia pasti ketiduran lagi di pelajaran Jang seonsaengnim." Gerutu Luhan.
"Yah, aku tidak menyalahkan Sungmin... Tapi cara mengajar seonsaengnim memang membuat mengantuk, kok." Kekeh Kwangmin.
"Oh ya, bukannya namjachingu Sungmin, si Kyuhyun, paling suka menghabiskan waktunya di perpustakaan bahkan saat pelajaran? Jangan-jangan..."
Kwangmin dan Luhan berpandangan penuh arti.
"Sebaiknya kita tidak mengganggu mereka, Lu." Ajak Kwangmin, jahil. Luhan mengangguk mengiyakan.
"Yuk, kita tinggalkan saja kedua orang itu." Luhan berbalik arah menuju kantin. Diikuti Kwangmin yang senyum-senyum sendiri.
'Semoga dengan begini, hubungan Kyuhyun dan Sungmin bisa sedikit membaik..'
"Yaa, oppa! Mana Sungmin oppa?"
Suara Sunny menyambut kedatangan KwangHan di meja kantin paling pojok. Seungri tampak sibuk mencorat-coret sesuatu di buku tulis. Luhan memesan jus Stroberi untuknya dan Kwangmin.
"Dia bersama Kyuhyun di perpustakaan." Jawab Kwangmin. Luhan melongok, melihat isi buku yang mulai penuh dengan coretan-coretan Seungri.
"Hey, apa yang kau lakukan? Kau menulis apa?" tanya Luhan penasaran. Seungri mendongak sedikit menatap sunbae yang sukses dibuatnya pusing kepala tadi pagi.
"Bukan urusanmu.." ujar Seungri singkat. Luhan menjitak kening Seungri yang berhasil membuatnya sakit kepala untuk kedua kali.
"Auuw, appo..!" ringis Seungri. Sunny terkikik pelan seraya mengelus kening namjachingu nya yang memerah.
"Salahmu sendiri, siapa yang menyuruhmu berbicara tidak sopan pada kakak kelas?" sungut Luhan. Dia menyeruput jus Stroberinya setelah memeletkan lidah pada Seungri.
"Pokoknya, Seungrippa, jangan pernah mencari gara-gara dengan trio forever ini kalau tidak mau babak belur. Terlebih Sungmin oppa. Hihi.." kikik Sunny.
Seungri cemberut. Dia kembali mencorat-coret buku tulisnya, tapi kali ini dia menulis sesuatu dengan huruf berukuran besar. Tulisannya,
LUHAN JELEK, SOK IMUT, JAHAT...
"Dasar evil.." Kwangmin menggeleng-gelengkan kepalanya ketika membaca tulisan itu.
"Hei, itu Sungmin oppa!" Sunny menunjuk Sungmin yang berlari mendekati mereka.
"Hosh, hosh.. Kenapa kalian meninggalkankuu, haahh?" tanya Sungmin, lelah dan kesal.
"Kami tidak meninggalkanmu." Kwangmin mendadak menyeringai. "Kami hanya memberimu ruang untuk bermesraan dengan Kyuhyun."
Mata Sungmin membulat. Pipinya bersemu merah. "M, mwoya?"
"Akui saja. Kau dan Kyuhyun tadi di perpustakaan, kan? Ber-lovey dovey, kisseu..~" goda Luhan. Balasan karena Sungmin menggodanya tadi pagi.
"Y, yaa! Apa-apaan kalian?" seru Sungmin sambil menonjok lengan KwangHan. Seungri dan Sunny memerhatikan tingkah trio imut itu.
"Eh.. Aku haus." Keluh Sungmin, tiba-tiba.
"Oppa mau milkshake ku?" tawar Sunny.
Tangannya berpegangan dengan tangan Sungmin yang menerima gelas milkshake-nya, dan itu sukses membuat pipinya memanas. Seungri menatap cemburu. Bukan rahasia lagi kalau dulu Sunny sangat tergila-gila pada Sungmin, tentunya sebelum berpacaran dengan Seungri.
"Gomapta, Sunny."
"Sama-sama.." Sunny tersenyum riang.
GLUK..
"Hati-hati, hyung. Sebelum kau meminumnya, aku sudah menambahkan racun tikus, lho." Ucap Seungri dengan nada sarkastik.
"HUEEEKKK!" Sungmin memuntahkan kembali milkshake yang belum tertelan ke kerongkongannya. KwangHan buru-buru menyingkir dari kanan-kiri Sungmin agar tidak terkena muntahannya.
"Oppa, kau kelewatan!" marah Sunny. Kemudian dia membantu mengelus punggung Sungmin yang masih shock.
"Che, jadi kau lebih memilihnya daripada aku, Sunny? Baiklah.." Seungri mengambil buku tulisnya kasar dan pergi dari kantin.
"Se, Seungri oppa!"
Sungmin menatap bersalah ketika Sunny mengejar Seungri. Luhan lalu menyenggol bahu Sungmin dengan sikunya.
"Lain kali.." nasihat Luhan, bijak. "Kau harus mengurangi kadar keimutanmu yang melebihi batas itu, Sungminnie."
-.-
Sepulang sekolah..
"Aku pulang dulu, ya?" Kwangmin berpamitan pada Luhan dan Sungmin.
"Tidak mau pulang bersama, Kwang?" tanya Sungmin.
"Ani. Aku ingin menjemput Youngmin." Tolak Kwangmin, tersenyum lebar. Sementara raut khawatir terpampang di wajah sahabat-sahabatnya.
"Kwangie.. Kami akan menemanimu!"
"Tidak perlu. Semua akan baik-baik saja, annyeong..." Kwangmin melambaikan tangannya. Luhan dan Sungmin berpandangan cemas.
"Aku berharap Youngmin tidak membuat masalah lagi hari ini.. Aku tidak mau melihat Kwangmin luka-luka besok."
"Nee."
"Kajja, kita juga harus pulang."
Sementara itu,
Saat Kwangmin hendak mencapai gerbang sekolah kembarannya, di salah satu gang yang dilewatinya terdengar teriakan-teriakan.
"Sh*t! Awas kau, Jo Youngmin!"
BUAGH!
BUGH!
".. Kh, hukk!"
BRAKK!
Kwangmin panik. Dilangkahkan kaki jenjangnya ke gang tersebut.
DUKK!
BRRUUK!
Sesosok namja jangkung berambut pirang yang berpotongan mirip dengan Kwangmin terhempas ke dinding.
"Youngmin!" seru Kwangmin, panik. Youngmin mengusap darah yang mengalir di sudut bibirnya dan balas meninju laki-laki besar yang memukulnya.
"Berhenti mendekati Krystal, breng***!" teriak Youngmin, marah.
"Hoo, mentang-mentang kau kekasihnya. Itu tidak cukup untuk menghentikanku." Ejek laki-laki itu. Matanya beralih menatap Kwangmin.
"Siapa ini? Manis juga.."
Youngmin menoleh cepat. Terpantul di bola matanya ekspresi Kwangmin yang sedikit ketakutan.
"BERHENTI!"
Dia menerjang dan menyapu kaki laki-laki yang akan menyerang saudara kembarnya itu.
"Aagh!" Laki-laki besar tersebut mengerang setelah sebelumnya jatuh dengan suara berdebum keras.
"Lihat saja nanti, kau akan kuhabisi!" ... Kemudian berlari pontang-panting. Kwangmin bergegas menghampiri Youngmin.
"Young, kau tidak apa-apa?" tanya Kwangmin, khawatir.
"Kenapa..."
"Apa?"
"Kenapa kau selalu menggangguku, Kwang?" tanya Youngmin, datar. Kwangmin membatu mendengar pertanyaan Youngmin.
"Kenapa kau selalu peduli padaku? Aku mempunyai kehidupanku sendiri, tahu. Inilah alasan kenapa aku meminta sekolah yang berbeda denganmu. Kau memuakkan." Desis Youngmin. Tangannya mengepal.
"A-aku..."
"Pergilah." Usir Youngmin. Memalingkan mukanya dari wajah yang begitu mirip dengannya.
"Young.." lirih Kwangmin, miris melihat Youngmin mati-matian menahan diri untuk tidak memukulnya...
"Oppa!" seorang yeoja manis berambut hitam panjang tiba-tiba datang dan memeluk Youngmin.
Jo Twins kompak mengerjapkan mata masing-masing.
"Oppa, kau berkelahi lagi? Lihat, kau juga luka-luka, lagi!" sahut Jung Krystal, cemas.
"Gwenchana, Krys. Kau tidak ada acara hari ini?" tanya Youngmin lembut sambil mengelus rambut yeojachingunya.
"Ada, oppa. Aku harus menghadiri acara rekan kerja appa nanti sore. Ah, Kwangmin oppa, annyeong!" sapa Krystal. Kwangmin mengangguk pelan.
"Annyeong. Maaf Krys, aku ada urusan.."
"Kenapa buru-buru sekali, oppa? Urusan apa?"
"Urusan dengan Sunny." Jawab Kwangmin seadanya.
"Sunny? Yeoja imut itu? Apa kalian berdua berpacaran?" tanya Krystal dengan senyum terkembang di bibirnya. Kwangmin tidak menjawab karena Youngmin menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Aah, permisi.." Kwangmin menunduk dan menjauhi YoungKrys.
Youngmin POV
Sial.. Kenapa aku ini? Kenapa aku seolah cemburu mendengar Kwangmin akan menemui Sunny? Aissh, ini pasti hanya perasaan biasa antar saudara kembar. Ya. Yang aku cintai hanya Jung Krystal seorang. Tidak mungkin aku menyukai adik kembarku sendiri.
Lagipula..
Dia terlalu mewarisi sifat eomma. Dia terlalu berlebihan mengkhawatirkanku. Mengganggapku seperti boneka yang terlalu rapuh untuk ditinggal sendirian, padahal dia sendiri tidak bisa menjaga dirinya dengan baik.
Aku benci itu...
-Continued-
Akita : Akita kembali ke fandom ini dengan ff baru. Kali ini Akita memasukkan hampir semua artis Korea Selatan ke cerita. Terakhir, please review, nee? ^.^