Title : For My Brother

Author : Feodora Lee

Genre : Drama, romance

Rating : M

Summary : Demi membayar hutang aku harus bekerja untuknya. Persetan dengan surat perjanjian.*summary gagal. Baca aja deh langsung./Kyumin/Yaoi/RnR please

Disclaimer : Cerita ini milik author, jika ada kesamaan dalam cerita semata-mata unsur ketidak sengajaan atau ada yang mengkopi cerita karena fic ini murni dari pemikiran author sendiri. Kyuhyun dan Sungmin milik dirinya, SME dan Orangtuanya. Fic ini milik author sepenuhnya

Warning : AU, Romance, yaoi, angst, typo. Di bawah umur dilarang keras membaca fic ini. Jika tidak tahan langsung aja tinggalkan halaman ini. Autor tidak bertanggung jawab dalam hal perkembangan pemikiran pembaca.

Don't like, don't read n don't copy


Happy Reading

.

.

.

.

Sudah tiga hari Sungmin di rawat itu berarti Sungmin telah berada di rumah atau lebih tepatnya di kamar milik Kyuhyun sejak beberapa hari yang lalu. Dirawat oleh Kyuhyun sepenuh hati sampai-sampai Kyuhyun tidak masuk kerja sejak Sungmin tak sadarkan diri hingga saat ini. Semua perlakuan Kyuhyun terhadap Sungmin sangat lembut dan penuh hati-hati. Ini dilakukan Kyuhyun bukan hanya semata-mata rasa cinta yang begitu besar terhadap Sungmin tetapi juga rasa penyesalan yang sangat dalam hingga Kyuhyun berjanji kepada dirinya tidak lagi melakukan tindakan seperti beberapa hari yang lalu terhadap Sungmin sampai membuat Sungmin luka parah seperti sekarang ini.

Sekarang saatnya Kyuhyun memberi sarapan kepada Sungmin. Kyuhyun masuk ke kamar miliknya yang sekarang telah ditempati Sungmin, meletakkan nampan yang berisi makan dan juga obat Sungmin di meja samping tempat tidur Sungmin. Perlahan Kyuhyun mengecek kondisi Sungmin saat ini dan mengecup sesaat bibir manis Sungmin.

"Pagi chagi-ya, bagaimana kondisimu sekarang?", ucap Kyuhyun lembut sambil mengusap kepala Sungmin

"Saya sudah lebih baik". Sungmin membalas seadanya

"Baguslah, kau sekarang terlihat lebih segar dan lukamu sudah mengering. Beberapa hari lagi pasti semua lukamu hilang chagi. Sekarang sarapan yah.. aku suapi".

"Tidak usah, saya sudah bisa sekarang". Sungmin menolak. Selama ini Kyuhyun selalu menyuapinya makan, itu karena Sungmin tidak bisa bergerak, tubuhnya yang terluka dan perih membuat Sungmin menerima semua perlakuan baik Kyuhyun ketika merawatnya namun sekarang Sungmin sudah membaik jadi Sungmin tidak mau merepotkan orang lain bahkan tuannya sendiri.

"Loh, kenapa?

"Saya sudah baikan, saya sudah sehat. Saya bisa sendiri tuan".

"Baiklah" Kyuhyun meletakkan nampan yang berisikan makanan di meja dekat ranjang yang ditempati Sungmin dan memberikan mangkuk berisi makanan untuk Sungmin makan. Kyuhyun memandang Sungmin yang sedang memakan makanannya dengan diam.

"Min"

"Ne". Sungmin menghentikan makanannya dan memandang Kyuhyun yang sudah dari tadi memandang Sungmin dengan intens

"Jangan panggil dengan tuan lagi. Panggil Kyuhyun atau kau bisa memanggil Kyunie terdengar maniskan?", jelas Kyuhyun

"Tapi"

"Tak ada tapi-tapian. Kau jangan pernah lagi mengatakan tuan. Arra?"

"Arra", ucap Sungmin. Kyuhyun tersenyum karena Sungmin menurut

"Makanlah lagi" Kyuhyun membelai lembut surai Sungmin. Sungmin tidak menjawab tetapi langsung melanjutkan makannya.

"Seperti ini lebih baik min"

.


.

"Tuan, em.. Kyu"

"Ne chagia" Kyuhyun mendekatkan dirinya ke Sungmin yang sekarang telah beristirahat kembali karena setelah makan dan minum obat yang diberi Kyuhyun, Kyuhyun menyuruh Sungmin berbaring kembali untuk beristirahat dan Kyuhyun tentu saja ikut berbaring menemani Sungmin.

"Emm, bisakah aku pulang nanti sore?"

"Kau belum sepenuhnya sembuh chagia". Kyuhyun memeluk Sungmin sehingga wajah mereka berdekatan dan Sungmin risih dengan kedekatan yang terjadi karena sesungguhnya Sungmin tidak menyukai ini terjadi tetapi Sungmin tak bisa menolak tindakan tuannya.

"Saya sudah sehat dan sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaan dan Sungjin di rumah sakit". Tutur Sungmin dengan volume suara yang agak dikecilkan

"Istirahatlah disini satu malam lagi. Kau tenang saja Sungjin sudah mendapatkan penanganan yang baik dari rumah sakit"

"Tapi saya ingin sekarang. Saya sudah terlalu lama disini dan merasa bosan. Saya juga takut Sungjin menghawatirkan saya karena tidak kunjung datang".

"Tidak min, aku bilang besok saja. Aku menghawatirkanmu". Sungmin menatap wajah Kyuhyun yang penuh dengan ketegasan dan terdengar menuntut.

"B..baiklah"

.


.

Keesokan harinya Sungmin pergi ke rumah sakit tempatnya Sungjin dirawat dan tentu saja telah dikasih izin dari Kyuhyun.

Pintu terbuka membuat Sungjin mengalihkan perhatiannya ke pintu ruangannya.

"Sungmin hyung?"

"Ne, bagaimana kabarmu Sungjin?". Sungmin memberikan senyuman termanis yang dimilikinya untuk adik tercinta. Sementara Sungjin diam dan merengut. Bagaimana tidak sudah berhari-hari hyungnya pergi tanpa kabar dan tiba-tiba muncul begitu saja.

"Hyung kemana saja beberapa hari ini sehingga tidak pernah lagi menjengukku?", ucap Sungjin sambil menatap kesal hyungnya.

"Mianhae Sungjin-ah, Hyung akhir-akhir ini sibuk sampai tak punya waktu banyak untuk menjengukmu", bohong Sungmin sambil mengelus lembut rambut Sungjin. Sungmin tidak punya pilihan lain karena Sungmin tidak mau Sungjin mengetahui yang sebenarnya terjadi ada dirinya.

"Begitukah hyung? Hyung jangan bekerja terlalu keras nanti hyung sakit. Lihatlah sekarang hyung jadi kurus, wajah hyung juga pucat. Sebenarnya kerjaan apa yang sedang hyung lakukan? aku mencemaskan mu hyung, hyung harus banyak beristirahat ne?". Mimik wajah Sungjin berubah cemas terhadap hyungnya.

"Tak apa Sungjin-ah, hyung baik-baik saja. Jangan cemaskan hyung"

"Tapi hyung harus banyak istirahat. Kalau hyung lelah, hyung harus istirahat ne?"

"Arraseo, hyung mengerti". Sungmin mengacak-acak rambut Sungjin

"Sungjin sekarang sudah jauh lebih baik yah, wajahmu juga segar. Teruslah seperti ini Sungjin-ah lekas sembuh dan raih cita-citamu, hyung senang melihatmu seperti ini rasanya semua beban yang kita rasakan menghilang". Sungmin tersenyum bahagia melihat Sungjin yang semakin lama semakin memberikan perubahan baik tidak seperti kemarin sehingga membuat Sungmin cemas.

"Lihat yang hyung bawa untukmu Sungjin-ah, hyung membawa makanan dari luar, hyung tahu kau bosan dengan makanan yang ada di sini kan?, hyung juga membawa buku bacaan kepadamu. Nah, sekarang makanlah"

"Wahh, gumawo hyung", Sungjin senang dengan apa yang diberi oleh hyungnya dan segera memakan makanan yang sudah di buka oleh Sungmin. Saat ini senyum tidak lepas dari keduanya. Mereka gembira, tersenyum, bercanda, dan tertawam bersama. Sungmin berharap waktu jangan cepat berlalu karena antara Sungmin dan Sungjin telah jarang seperti ini. Merekapun bercerita banyak hal disepanjang hari ini hingga malam menjelang dan dokterpun datang untuk memeriksa keadaan pasiennya.

"Selamat malam", ucap sang dokter

"Selamat malam dokter Choi", ucap keduanya berbarengan. Keduanya bertatapan dan kemudian tertawa bersama.

"Wah... kalian kompak yah". Dokter Choi datang menghampiri mereka dengan memberikan senyuman menawannya.

"Sepertinya Sungjin semakin segar dan terlihat bugar sekali. Apa karena kedatangan hyungnya yah!", sambung dokter Choi

"Hahaha, mungkin ya dokter. Sungmin hyung memberikan kekuatan baru bagiku", ucap Sungjin.

"Bagus kalau seperti itu. Sekarang saya periksa dulu yah keadaanmu"

"Ne, silahkan dokter". Dokter Choipun memeriksa Sungjin dengan telaten.

"Semua baik, berjalan dengan normal. Jika kau seperti ini terus maka akan semakin cepat sembuh Sungjin-ah"

"Benarkah, Gumawo dokter Choi", ucap Sungjin.

"Baiklah kalau begitu jangan lupa minum obat dan bolehkah aku berbicara dengan hyungmu Sungjin-ah?"

"Tentu"

"Mari Sungmin-si"

"Ne", Sungmin menatap Sungjin. "Sebentar yah Sungjin-ah". Sungjin hanya mengangguk.

.

"Ada yang dokter Choi katakan pada saya". Sungmin memulai percakapan di antara mereka.

"Ne minnie-ah. Jangan terlalu formal padaku saat kita sudah disini"

"Lalu, kenapa berbicara formal padaku tadi?", tanya Sungmin

"Itu karena aku berada di ruangan pasien dan sedang melakukan tugas"

"Lalu sekarang? Apa ini tidak termasuk tugasmu berbicara dengan keluarga pasien?", lagi tanya Sungmin

"Ya, memang termasuk tugas tapi karena itu kau tentu pengecualian. Hahaha, tidak usah se tegang itu. Ini juga alasanku supaya kita berbicara santai. Emm.. begini Minnie-ah, seperti yang kita ketahui keadaan Sungjin semakin membaik dan perlahan semakin pulih, ini pertanda baik karena kemungkinan Sungjin bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya. Kau masih ingatkan saranku untuk segera melakukan operasi kepada sungjin? Nah, dengan keadaannya yang membaik memberi peluang besar untuk secepatnya melakukan operasi". Dokter Choi memberi jeda.

"Bagaimana minnie-ah, apa kau sudah memikirkannya?", lanjut dokter Choi

"Emm, aku mengerti wonnie, akan tetapi aku belum memiliki dana untuk operasi Sungjin. Maafkan aku, seharusnya aku tidak mengatakan masalah keuanganku kepadamu tapi aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku sendiri telah menganggapmu sebagai temanku sehingga aku mengatakan hal ini dan ku harap kau mau mengerti. Aku akan berusaha secepatnya untuk memperoleh dana operasi Sungjin, ku mohon untuk sementara berikan penanganan yang terbaik untuk Sungjin", ucap Sungmin. Siwon sang Dokter Choi memahami situasi Sungmin saat ini hingga dia mengangukkan kepala tanda mengerti.

"Aku mengerti minnie. Kau tenang saja, tanpa kau pintapun aku sebagai dokter sudah kewajiban untuk memberikan penanganan yang terbaik untuk pasien, tetapi ku harap jangan terlalu lama ditunda karena kita tidak dapat memastikan kondisi Sungjin akan tetap seperti tadi dengan keadaan stabil dan kunjung membaik, ini sudah diluar dugaan Sungjin seperti sekarang"

"Arraseo wonnie". Sungmin diam dan menunduk. Pikirannya telah jauh, antara memikirkan keadaan Sungjin juga mendapatkan dana untuk Sungjin.

"Sudah ku bilang jangan terlalu tegang. Aku sudah menciptakan suasana yang santai tadi, tapi kau merusaknya dengan diamnya kau ditempat dan terlalu banyak berfikir. Baiklah, kau mau minum apa minnie-ah?" Siwon memecahkan keheningan diantara mereka.

"Kau tahu apa yang ku fikirkan? Wah, kau hebat sekali wonnie. Baiklah, teh hangat boleh juga", Sungmin mencoba mengembalikan suasana hatinya seperti tadi saat dia bersama dengan Sungjin.

"Aku seorang dokter minnie, kami mempelajari psikologi untuk mengetahui keadaan dan perasaan pasien untuk dapat ditangani". Sambil membuat dua cangkir teh hangat untuk mereka.

"Ah, aku lupa. Hehe.. Apakah di ruangan dokter lainnya terdapat perlengkapan minuman seperti disini?", tanya Sungmin mulai santai

"Tergantung, dirungan dokter selain perlengkapan medis dokter juga harus nyaman berada di ruanganya, bukan? Aku sengaja agar jika nanti lelah dan jenuh tidak lagi repot-repot meminta suster atau ke kantin rumah sakit untuk secangkir kopi atau teh. Ini munumlah", jawab Siwon

"Pemikiran yang bagus". Sungmin menerima secangkir teh hangat buatan dokter tampan tersebut. "Terimakasih".

"Kau tidak pernah keliahatan lagi sejak Sungjin siuman?". Siwon memulai percakapan lagi saat keduanya hanya diam menikmati teh hangat mereka.

"Aku sibuk beberapa hari ini dan terlalu lelah juga tidak memiliki waktu cukup untuk datang kemari", jawaban Sungmin yang sama untuk pertanyaan yang bisa dikatakan sama dengan Sungjin beberapa waktu lalu.

"Begitukah?, kau terlihat lebih kurus dari beberapa hari lalu dan agak pucat? Apakah kau sakit? Atau baru sembuh dari sakit?", tanya Siwon lagi

"Aku tidak bisa menutupi keadaan fisikku kepadamu yah. Ah, ya kau seorang dokter. Aku hampir lupa. Hanya lelah wonnie-ah, terlalu lama bekerja hingga membuat keadaanku seperti sekarang". Sebisa mungkin Sungmin menjawab dengan santai. Selanjutnya mereka membicarakan hal yang lain sehingga mempererat keakraban. Sungmin menyukai pembicaraannya bersama Siwon sejak awal pertemanan mereka hingga saat ini dan Sungmin semakin banyak tahu tentang Siwon seorang dokter muda tampan yang baik hati dan mampu memberi ketenangan sehingga Sungmin nyaman bersama dengan Siwon. Hingga dirasa cukup berbincang-bincang Sungmin pamit untuk kembali ke ruangan Sungjin sebentar dan nantinya berangkat kerja.

.

"Hyung, sudah kembali? Apa yang kalian bicarakan hingga meninggalkanku terlalu lama?", tanya Sungjin ketika Sungmin kembali dan menghampirinya.

"Hanya 1 jam dan membicarakan keadaanmu Sungjin-ah"

"Benarkah? Apa yang kalian bicarakan tentang keadaanku?", tanya Sungjin lagi

"Katanya kau semakin menunjukkan perkembangan yang baik dan berangsur pulih. Tetaplah seperti ini Sungjin dan semangatlah untuk terus sembuh, hyung yakin kau pasti sembuh dan kembali melanjutkan mimpimu". Sungmin tidak sepenuhnya berbohong, hanya saja Sungmin tidak ingin Sungjin mengetahuinya. "Kalau begitu hyung pulang Sungjin, hyung harus bekerja. Cepatlah sembuh, hyung selalu mendoakanmu"

"Ne hyung. Hati-hati di jalan", ucap Sungjin. Sungmin tersenyum lalu melangkah menuju pintu ruangan.

"Hyung", Sungjin memanggil Sungmin, Sungminpun berhenti dan berbalik menatap Sungjin.

"ya?"

"Gumawo Hyung". Sungjin tersenyum sangat tulus untuk hyung terrsayangnya

"Eng?"

"Gumawo sudah merawatku, Gumawo sudah menemaniku sepanjang aku sakit, gumawo sudah membiayai perawatanku, gumawo sudah menjadi hyung terbaik untukku, dan gumawo telah menjadi appa sekaligus eomma untukku. Aku menyayangimu hyung. Mianhae sudah menjadi beban untukmu, miahnae kau telah bekerja keras untuk membiayai perawatanku di rumah sakit. Aku tidak tahu seberapa keras kau mencari dana untuk perawatanku disini sekaligus untuk kebutuhanmu, aku tidak tahu betapa lelahnya kau disana, tapi yang ku tahu kau selalu ada untukku, oleh karena itu aku berterimakasih atas semua yang kau lakukan".

"Sungjin-ah" Sungmin tediam sesaat, hampir saja ia menjatuhkan air matanya tetapi ditahan olehnya. Dia tidak boleh lemah, dia harus kuat karena dia tumpuan hidup. "Itu sudah menjadi tugas hyung. Yang menjadi tujuan hyung sekarang kau harus sembuh. Lee Sungjin sembuh dan kembali untuk meraih mimpinya. Apapun akan hyung lakukan demimu, jadi jangan minta maaf kepada hyung. Sungjin harus kuat melawan penyakit, harus ada tekat untuk sembuh, arraseo?"

"Ne, hyung". Sungmin memeluk Sungjin, setelah itu Sungmin pamit pergi.

.


.

"Maaf Sungmin-ah, posisimu sudah diganti dengan yang baru. Kau tidak memberi kabar apapun selama beberapa hari yang lalu dan kami tidak mungin membiarkan posisi itu kosong", ucap pemilik bar tersebut.

.

Pagi harinya

"Kau dipecat Sungmin-si, kau sama sekali tidak memberi kabar dan kau tahu sendirikan Cafe ini selalu ramai sampai sore, kami sudah memiliki pegawai baru yang lebih kompeten. Ini gaji terakhirmu mohon diterima dan silahkan meninggalkan ruangan saya.

.


.

Sejak setengah jam yang lalu Sungmin hanya duduk terdiam dibawah pohon rindang sekarang dia berada di taman dekat dengan tempat tinggalnya. Sambil memegang sebuah amplop yang diketahui gaji terakhir Sungmin di Cafe tempat kerjanya dulu.

"Sekarang aku harus bagaimana?", ucapnya lirih. Sungmin tidak menyangka dia akan dipecat di kedua tempat kerjanya hanya karena dia tidak masuk beberapa hari. Walaupun Sungmin sudah menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya ternyata tidak mengubah mereka. Siapa yang harus disalahkan di sini? Sungminkah yang sakit atau Kyuhyun sang tuan yang telah menyiksanya hingga dia terkapar sakit? Saat ini Sungmin tengah kacau.

"Bagaimana dengan biaya perawatan Sungjin? Darimana aku harus mencari dana untuk operasi Sungjin?".

"Ottokhae"

.


.

Sejak Sungmin di pecat di kedua tempat kerjanya hanya mengunjunggi Sungjin dan merawat adiknya, belakangan ini Sungmin lebih banyak diam. Melihat Sungmin seperti itu membuat Sungjin bingung dan bertanya.

"Hyung, akhir-akhir ini hyung lebih bayak diam dan melamun. Ada apa?", tanya Sungjin.

"Ah, hyung hanya sedikit lelah?", jawab Sungmin bohong, Sungjin yang memerhatikan Sungmin sedari tadi dengan mendengar jawaban hyungnya menaikkan alisnya.

"Benarkah? Hyung tidak berbohongkan?"

"Ah yah, mana mungkin hyung berbohong, hyung memang lelah dan mungkin memerlukan istirahat sebentar". Sungmin tidak ingin membuat Sungjin mencemaskan dirinya.

"Aku tahu hyung berbohong, hyung terlihat gelisah menjawab pertanyaanku. Jawablah dengan jujur hyung, berbagilah dengan ku. Hanya aku keluargamu yang masih tersisa, jika hyung tak mau membaginya denganku, aku merasa tak berguna menjadi adikmu". Sungjin menunduk memendam penyesalan karena sejak dia sakit hyungnya tidak pernah lagi berkeluh kesah kepada dirinya tentang kesulitan yang dihadapi oleh hyungnya. Biasanya mereka saling berbagi kisah, sekalipun jarang ketemu mereka menyempatkan diri untuk bersama dan bercerita apa saja. Kini hyungnya lebih memendam masalahnya sendiri, dan saat ini Sungjin tak tahu apa yang harus dilakukannya untuk membantu hyungnya. Untuk kesekian kalinya Sungjin merutuki penyakit yang dideritanya karena dengan adanya penyakitnya Sungjin tidak dapat berbuat apa-apa. Menyadari Sungjin yang hanya diam meunduk, Sungmin tahu ada rasa bersalah di benak Sungjin melihat dirinya seperti itu, terlihat jelas akan sikap dan tatapan Sungjin terhadapnya.

"Sungjin-ah, maafkan hyung. Hyung tak bermaksud berbohong dan menutupinya darimu hanya saja hyung kira ini hanya masalah sepele dan tidak perlu untuk dipermasalahkan". Sungmin berusaha menenangkan Sungjin.

"Hyung, aku tahu ini bukan hal sepele, dan hyung menutupinya dariku. Bicaralah hyung, cerita kepadaku walaupun aku tidak bisa membantu apapun setidaknya aku masih bisa menjadi tempat berbagimu. Aku hanya ingin sedikit beguna bagimu". Sungmin yang melihat kesedihan yang terpancar diwaut wajah adiknya tidak tega jika adiknya seprti itu terus.

"Baiklah Sungjin-ah. Hyung akan menceritakan kepadamu. Hyung.. em.. hyung dipecat Sungjin, hyung tidak punya pekerjaan lagi, sudah seminggu hyung tidak lagi bekerja". Sungmin menunduk, tak tahu lagi bagaimana menjelaskan lebih halus kepada Sungjin. Sungmin sudah berupaya untuk mencari pekerjaan lain, tapi belum ada tempat yang menerimanya sehingga Sungmin tidak tahu bagaimana lagi cara untuk biaya perawatan Sungjin dan penghidupannya kedepan karena simpanan yang dimilikinya hanya sisa uang pinjamannya dari Kyuhyun, lain lagi operasi yang telah Sungmin bicarakan dengan dokter muda Choi sungguh Sungmin tak tahu lagi dengan cara apa dia mendapatkan dana operasi yang menelan biaya tinggi.

"Hyung dipecat? Kenapa hyung dipecat? lalu bagaimana membiayai kehidupan kita selanjutnya?", Sungjin sungguh sangat penasaran dengan apa yang terjadi.

"Maafkan hyung Sungjin-ah, karena hyung tidak masuk kerja beberapa hari hyung dipecat. semua salah hyung. Kau ingat waktu hyung tidak mengunjungimu beberapa hari itu?, hyung juga tidak masuk kerja". Sungmin hanya dapat menunduk.

"Lalu, hyung kemana saat itu?"

"Hyung sakit beberapa hari, hyung tidak dapat bekerja Sungjin-ah"

"Hyung sakit? Hyung sakit apa? Pantas saja hyung terlihat pucat saat mengunjungiku lagi. Maafkan aku hyung, aku tidak peka dengan keadaan hyung".

"Itu tidak salahmu Sungtjin. Ini salah hyung.

"Sudahlah hyung, kalau begitu tak ada yang harus disalahkan. Aku juga tak menyalahkan hyung karena hyung dipecat, dengan begini saja aku bersyukur, setidaknya kita sudah berbagi cerita".

"Hyung akan menceritakan sesuatu kepadamu, karena ini menyangkut dirimu. Hyung rasa kau perlu tahu Sungjin-ah dan hyung akan menceritakan semua, semua yang hyung alami. Seperti katamu, hanya kau keluarga hyung satu-satunya dan hyung akan berbagi semuanya kepadamu. Apa kau siap Sungjim?", tanya Sungmin. Sungmin tak punya pilihan lain, benar kata Sungjin, Cuma Sungjin yang Sungmin miliki saat ini, tidak tahu kapan saatnya salah satu diantara mereka akan pergi dahulu yang terpenting sekarang Sungmin akan berbagi semuanya karena belum tentu dihari yang akan datang mereka seperti ini, berbagi bersama. Dengan keadaan seperti saat ini Sungmin tidak yakin akan bertahan, Sungmin tidak yakin masih bisa membiayai perawatan Sungjin kedepannya karena dalam beberapa hari ini Sungmin sudah mencoba kembali mencari dana dengan berbagai tempat pinjaman untuk operasi Sungjin selanjutnya dan walaupun dapat Sungmin tidak yakin bisa membayar semua hutang-hutangnya terutama hutangnya terhadap Kyuhyun.

"Aku siap hyung. Apapun yang terjadi aku siap dan aku mau menjalaninya bersama dengan hyung", jawab Sungjin.

"Sungjin-ah, dokter Choi mengatakan kepada hyung agar kau harus segera dioperasi kembali. Penjelasannya masih ada tertinggal sel yang berkembang dan menjadi kanker itu sebabnya kau kembali krisis". Sungmin begitu hati-hati dalam setiap pengucapannya dan sedari tadi dia bercerita Sungmin memerhatikan reaksi Sungjin begitu menyimak penuturannya.

"Begitu yah hyung. Pasti biayanya sangat mahal". Awal mendengar penuturan hyungnya Sungjin memang terkejut tak menyangka akan ada operasi lanjutan namun Sungjin yakin masalah yang dihadapi hyungnya yaitu biaya perawatannya selanjutnya dan biaya operasinya lagi. Sungjin semakin sedih dengan penderitaan hyungnya mencari dana untuk dirinya, namun dia harus tegar, walaupun terdengar mengerikan Sungjin harus menunjukkan sikap biasa agar hyungnya tak kawatir.

"Begitulah Sungjin. Sangat mahal". Mereka terdiam untuk beberapa saat setelahnya Sungjin memecahkan keheningan.

"Lalu hal apa lagi yang ingin hyung ceitakan", Sungjin mencoba mengganti topik pembicaran.

"Hyung tahu, kau pasti bertanya-tanya dari mana hyung mendapat dana operasi dan perawatanmu selama ini kan? Hyung meminjam uang dari salah satu pelanggan tetap tempat hyung bekerja dulu, dia mau memberikan pinjaman dengan berbagai syarat yang dia ajukan hyung menerimanya karena yang ada dipikiran hyung pada saat itu hanya kau. Hyung bekerja untuknya dan menjadi pemuas nafsunya. Maafkan hyung Sungjin-ah.. hyung melakukan pekerjaan kotor. Hyung terpaksa melakukan pekerjaan ini. Dia mengerikan, dia selalu menyiksa hyung jika hyung mencoba melarikan diri. Dengan semua kuasa yang dimilikinya dia selalu berhasil menemukan hyung dan berakhir dengan penyiksaan, namun belakangan ini dia begitu lembut. Alasan kenapa hyung bisa sakit dalam beberapa hari waktu itu, itu karena dia kembali menyiksa hyung tanpa hyung tahu penyebabnya. Hutang hyung begitu besar kepadanya Sungjin, hyung takkan mampu untuk melunasinya, sekeras apapun hyung mencari bahkan seumur hiduppun hyung tak akan mampu. Hyung bingung, hyung frustasi, bagaimana dengan biaya perawatanmu selanjutnya, bagaimana dengan operasimu juga sedangkan hyung tidak memiliki pekerjaan". Kini Sungmin menangis. Dengan sekuat tenaga Sungmin menahan sakitnya, menahan tangisnya selama ini akhirnya keluar sudah. Sungnmin tak mampu membendung semua yang dirasakannya. Sungmin harap dengan dia menceritakan segala beban yang dirasanya Sungjin dapat menerima.

"Maafkan hyung Sungjin-ah, hyung telah kotor", sambung Sungmin. Sunhjin diam untuk beberapa saat.

"Tidak hyung, hyung tidak perlu minta maaf. Hyung sama sekali tak bersalah, hyung telah banyak berkorban demi diriku. Apakah aku layak untuk membenci dan mengganggap hyung manusia yang menjijikkan. Hyung adalah hyung yang terhebat yang pernah ku miliki. Semua telah hyung korbankan untukku. Aku begitu bangga denganmu, namun disaat yang bersamaan aku begitu membenci diriku sendiri, karena aku hyung mengorbankan segalanya termaksud tubuh hyung sendiri. Seharusnya kau yang minta maaf hyung, semua karena aku, aku penyebab.."

"Sitt, tidak Sungjin. Jangan menyalahkan dirimu. Mingkin hyung rasa ini takdir yang harus hyung jalani". Sungmin menyentuh pipi Sungjin dengan kedua telapak tangannya.

"Hyung". Sungjin menatap Sungmin.

"Ne"

"Apa yang harus kita lalukan selanjutnya hyung?"

"Hyung tidak tahu"

"Lalu bagaimana dengan biaya perawatan selanjutnya hyung?", tanya Sungjin lagi, namun Sungmin hanya diam.

"Bagaimana kalau kita pergi hyung? Kita lari dari rumah sakit ini dan kita pergi dari kota ini, dengan ini kita terbebas dari anggaran biaya rumah sakit dan hutang hyung". Sungjin memberikan ide yang sejak tadi dipikirkannya.

"Tidak Sungjin, jika kau memikirkan untuk kita lari dari sini dan meninggalkan kota ini untuk tinggal di suatu tempat terpencil bahkan tak ada dipeta sekalipun itu tak akan berhasil, karena dia akan mendapatkan kita kembali. Sudah hyung katakan, dia mengerikan. Apapun akan dia lakukan Sungjin-ah", ucap Sungmin.

"Lalu, kita harus apa hyung?"

"Sungjin-ah, apa kau mau mendengar yang kini hyung pikirkan? Mungkin ini gila", tanya Sungmin. Sungjin meragu mendengar kata gila namun Sungjin mengangguk pada akhirnya

"Kita pergi dari dunia ini. Menyusul appa dan eomma. Kita akan hidup bahagia tanpa adanya penderitaan lagi. Haha aneh bukan?" Sungmin tertawa, tetapi bukan tawa bahagia namun tertawa frustasi. Sungjin yang mendengar perkataan hyungnya barusan terkejut. Baru kali ini Sungnin mengatakan hal yang begitu mengejutkan dan bertentangan dengan dirinya. Sungjin tidak langsung merespon perkataan hyungnya, Sungjin berfikir lalu menatap Sungmin sekedar mencari keseriusan dari hyungnya.

"Ku rasa itu tidak buruk hyung". Itulah tanggapan Sungjin, Sungmin langsung menegakkan posisinya menghadap Sungjin.

"Sungjin-ah"

"Bukankah itu lebih baik hyung? Aku penyakitan, sudah terlalu banyak biaya yang keluar demi pengobatanku dan hal itu tak akan ada habisnya. Hyung terlilit hutang demi membayar semua perobatanku, hyung menderita selama ini hanya karna menginginkan aku sembuh. Lalu dengan semua kenyataan ini apakah kita akan seperti ini terus? Lalu jika kita masih terus bertahan di dunia ini apa yang kita lalukan? Dengan apa kita bertahan? Hidup ini terlalu kejam hyung. Oleh karena itu ayo kita laukan?". Sungjin begitu mantap dengan perkataannya.

"Sungjin-ah"

"Bukankah hyung berfikiran sama denganku? Aku juga lelah hidup hyung". Sungjin memberikan senyuman yang tulus kepada hyungnya.

" Ayo kita lakukan", ucap Sungjin dan pada akhirnya Sungmin mengangguk.

.

.

.


.

.

Sudah terlalu lama aku meninggalkan fanfic ini. Bahkan sangat lama.

Tidak adil rasanya jika mengupdate ff Trust Me It Will All be Good dan mengabaikan ff ini. Sungguh tidak bermaksud. Ch 6 ini sudah lama ku kerjakan namun masih banyak yang tidak sesuai dan terlalu singkat untuk dijadikan ch selanjutnya. Kendala yang selalu datang yaitu ide pemikiran yang selalu ilang tiba-tiba dan tidak fokus. Aku sendiri tidak mau menjadikan ff ini menjadi ff atau ch asal jadi dan terbukti saat aku memaksakan kehendak untuk segera mengupdate ff Trust Me It Will All be Good di ch 10, banyak kesalahan penulisan baik itu kata maupun kalimat yang tidak sesuai dan sekarang aku belajar dari hal itu.

Jika di ch ini masih ada bahkan banyak kesalahan, tidak tahu mau mengatakan apa lagi karena sudah diedit secara matang dan jikapun masih ada, itu adalah kesilapan dan ketidaksempurnaan saya sebagai penulis. Mohon di maafkan. Karena semua ff saya pasti punya kesalahan dan aku sendiri menyadarinya dan juga mengakuinya.

Terimakasih bagi yang meREVIEW dan membacanya. Semoga menjadi hiburan yang menyenangkan.