Title : For My Brother

Author : Feodora Lee

Genre : Drama, romance

Rating : M

Summary : Demi membayar hutang aku harus bekerja untuknya. Demi adikku aku harus bertahan.*summary gagal. Baca aja deh langsung./Kyumin/Yaoi/RnR please.

Disclaimer : Cerita ini milik author , jika ada kesamaan dalam cerita semata-mata unsur ketidak sengajaan atau ada yang mengkopi cerita karena fic ini murni dari pemikiran author sendiri. Kyuhyun dan Sungmin milik dirinya, SME dan Orangtuanya. Fic ini milik author sepenuhnya.

Warning : AU, Romance, yaoi, typo. Di bawah umur dilarang keras membaca fic ini. Jika tidak tahan langsung aja tinggalkan halaman ini. Autor tidak bertanggung jawab dalam hal perkembangan pemikiran pembaca.

Don't like, don't read and don't copy

.

.


Happy Reading

.

.

Sungmin Pov

.

Aku harus datang ke kediaman namja itu sekarang juga. Jujur aku muak dengan rutinitas yang ku lakukan ini. Aku menyesal bisa mengenalnya. Tapi apalagi yang bisa aku perbuat sekarang kalau tidak membayar hutangku kepadanya. Apakah aku bisa lari dari ini? Lupakan saja. Buang jauh-jauh keinginan untuk bisa lepas dari dia. Hal itu tidak akan bisa. Tidak akan pernah terjadi. Apakah kalian pernah bertanya kenapa aku tidak lari saja dan pergi meninggalkan tempat ini, atau kota ini bahkan Negara ini? Jawabannya adalah 'GAGAL'.

Aku pernah berniat lari dari jeratnya dan berniat pergi jauh-jauh dari wilayah ini dan meninggalkan kota kelahiranku ini. Aku berencana meninggalkan kota yang penuh kenangan manis ini menuju tempat terpencil yang orang-orang tidak tahu keberadaanku. Bahkan aku ingin berada di sebuah tempat atau desa dimana tempat itu tidak ada dalam peta agar aku tidak diketemukan seseorang yang ku takuti . Tapi hal itu hanya baru niatanku saja yang muncul tetapi tanpa ku duga dan ku ketahui dia menyuruh orang untuk mengikutiku kemanapun aku pergi. Dan jika aku melakukan hal diluar dari keinginannya dia tidak segan-segan untuk menghukumku hasilnya tubuhku penuh dengan luka sayatan, cabikan dan kebiruan yang lembab akibat pukulan benda keras yang di layangkan kepadaku. Apakah kalian bisa membayangkannya? 'SAKIT' itu lah yang ku rasakandan dijamin luka itu akan membekas beberapa hari mungkin sampai seminggudan penyiksaan itu berlangsung beberapa hari kedepan.

Jika kalian bertanya kenapa aku bisa seperti ini. Ini karena takdir yang tidak bisa ku pungkiri.

Kenapa? Sebuah kenyataan yang harus ku terima. Karena aku tidak bisa membayar hutangku pada namja itu.

Bermula dari pertemuanku yang tidak sengaja dengannya dimana aku frustasi, kecewa dan tidak menerima takdir yang ku terima. Aku yang selalu bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan banyak uang. Bukan hanya satu pekerjaan yang ku lakukan dalam sehari, dipagi hari aku harus bekerja part-time di sebuah kafe kecil. Bayangkan hanya kafe kecil aku bekerja untuk mencari uang banyak, itu tidak cukup untuk kebutuhan yang menuntut semakin hari semakin meninggi biaya yang harus di penuhi. Salahkan saja pendidikanku hanya sebatas tamatan Senior High School. Aku tidak bisa menduduki tingkat yang lebih tinggi lagi karena keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai. Bukankah aku katakan tadi bahwa aku membutuhkan uang yang sangat banyak!. Sampai aku tidak tahu harus bagaimana mencari uang itu. Setelah aku selesai bekerja sebagai pelayan di kafe kecil, aku bekerja di malam hari sebagai pelayan bar malam. Bisa dikatakan beruntung juga karena bar itu adalah salah satu bar terbesar dan terkenal di Korea. Dimana berisikan namja dan yeoja yang lelah dengan rutinitas di siang hari dan mencari ketenangan dan kenikmatan di tempat ini. Ada yang hanya sekedar menghibur diri dengan meminum minuman yang di sajikan di bar tender, melihat hiburan yang disuguhkan di bar ini, menari saat DJ menyuguhkan kemampuannya dan mennyuguhkan music yang menurut mereka menyenangkan, bahkan melakukan apa saja di sini dianggap lumrah. Gajiku di sini lebih besar dari pada gaji pelayan kafe kecil di pinggir jalan itu. Disini juga aku berperan ganda. Aku yang sebagai pelayan bar memberikan servis kilat untuk orang-orang yang haus akan sentuhan. Jangan berfikir yang macam-macam, karena aku bukan melakukan making love di ranjang. Hanya sebatas making out dan sentuhan tertentu untuk para yeoja dan namja yang perlu bantuanku. Dan hal ini ku akui lebih besar pendapatan yang ku dapatkan daripada kedua pekerjaanku yang ku jelaskan tadi sehingga aku mengumpulkan banyak uang. Mungkin dari penjelasanku disini belum memberikan sesuatu alasan utama. Kenapa aku harus bersusah payah seperti ini untuk mendapatkan uang!

Hanya satu keinginanku yang selalu ku layangkan dalam doa, hati dan harapan yaitu melihat 'adikku Sungjin sehat'. Apakah mereka tahu bagaimana perasaanku melihat adikku terpuruk di rumah sakit memerlukan pertolongan secepatnya untuk dia bisa menikmati hal yang belum dia lakukan. Sungjin mempunyai cita-cita. Aku tahu dia ingin meraih cita-citanya. Dia harus meneruskan kuliahnya di jurusan seni, karena dia ingin menjadi pelukis yang sangat handal dan sekarang aku tertegun, sedih dan sakit secara bersamaan saat melihat dia yang terkulai lemas di tempat tidur pasien rumah sakit dan mengubur dalam-dalam impiannya. Aku akan melakukan apapun untuk adikku. Dia harus di operasi secepatnya dan kembali meraih mimpi yang tertunda. Apapun akan ku lakukan termasuk masuk di dalam gerlapnya dunia malam.

Malam itu aku yang berprofesi sebagai pelayan bar bertemu dengan pelanggan baru. Yang ku tahu dia adalah orang baru. Dia selalu memesan minuman yang sama setiap dia datang ke Bar tempat kerjaku ini. Telah genap dua minngu dia rutin mendatangi tempat kerjaku dan tanpa bertanya lagi dia mau pesan apa, aku memberikan segelas minuman yang sering dia pesan kepadaku.

.

.

0o0o0o00o0o0o0o0o0

.

.

Aku memberikan minuman yang selalu dia pesan ketika datang ke Bar ini. Dan setelah dua minggu penuh dia menjadi pelanggan tetap Bar ini aku tahu kebiasaannya yang selalu memesan minuman yang sama setiap dia kemari. Di hari ketujuh kedatangannya tanpa bertanya lagi apa yang ingin di pesannya aku memberikan minuman yang sama kepadanya. Kelihatannya dia heran kepadaku karena merasa belum memesan apapun. Tapi aku hanya memberi senyuman hangat kepada pelangganku ini sebagai karyawan yang baik di bar ini. Lalu dia membalas tersenyum sembari menunjukkan gelas yang berisi minumannya kepadaku mungkin bentuk terimakasih atas apa yang ku lakukan.

Beberapa menit dia menikmati minumannya dia mulai bertanya kepadaku.

" Kau telah lama menjadi karyawan di bar ini?" Itulah awal obrolan kami.

" Bisa dibilang begitu, aku baru 4 bulan bekerja di sini. " ucapku

Lama kami mengobrol tentang diriku dan hal-hal lain. Akhirnya dia bertanya hal yang membuatku terkejut.

" Apa kau memberikan servis lain yang memuaskan? " sontak aku tertegun atas pertanyaannya. Seketika rasa sesak melanda diriku. Bibirku bergetar dengan penuturannya barusan. Dan aku menjawab dengan seadanya.

" Iya. Bagaimana kau tahu? " aku bertanya balik kepadanya karena aku tidak melakukan hal itu dengan sembarang orang. Aku hanya melakukannya jika aku telah mengenal bagaimana orang-orang itu dan bagaimana latarbelakang mereka.

" Aku pernah melihatmu di toilet dengan memeberikan servis kepada pelangganmu " jawabnya datar. Memang dari awal aku bertemu dengannya, dia hanya memberikan tatapan datar tanpa ekspresi. Mungkin begitulah sikap dia, cuek dan dingin.

"Oohhhhh begitu." Aku tidak bisa menutup apa yang telah terungkap. Dia telah memergokiku yang telah melayani salah satu pelanggan tetapku. Ntah siapa pelanggan yang ku layani waktu dia memergokiku namja atau yeoja aku tidak ambil pusing. Toh dia sudah tahu semuanya.

" Ku kira kau orang yang polos," ucapnya lagi. Aku mengerti maksud dari perkataannya. Mungkin dia mengatakan 'aku tidak menduga kau melakukannya karena jika terlihat, tampangmu itu begitu lugu yang pastinya orang mengira kau tak akan berbuat hal serendah itu..' Hanya saja dia memperhalus ucapannya. Aku mencoba memaklumi ucapan orang dihadapanku ini.

" Ada banyak hal dan alasan yang membuat orang harus melakukan hal yang di luar dugaan termasuk memberi servis kepada pengunjung yang membutuhkan sentuhan," ucapku datar menyamai ekspresi orang yang tegah melirikku ini.

" Apakah harus menjadi seperti itu? "

" Tidak ada pilihan " jawabku

" Baiklah aku tidak akan bertanya lebih jauh, " ucapnya mengakhiri berbagai pertanyaan yang di layangkannya terhadapku.

Setelah keadaan mulai normal kami mulai menggobrol lagi kali ini dengan obrolan yang ringan seputar pekerjaannya dan kegiatanya. Sampai akhirnya aku tahu dia adalah orang yang sangat kaya. Seorang direktur muda yang memimpin perusahaan besar di Korea Selatan. Setahuku itu adalah salah satu perusahaan terbesar di Korea.

Kemarin malam saat aku berkunjung ke rumah sakit dimana adikku di rawat, dokter itu, orang yang merawal adikku yang ku kasihi mengatakan bahwa adikku harus di operasi secepatnya berhubung daya tahannnya menurun. Dokter menduga jika ini berlanjut maka kecil kemungkinan adikku tidak bisa terselamatkan. Aku telah banyak mengeluarkan uang. Jumlahnya tidak sedikit. Tapi hal itu hanya memberi ketenangan pada diri adikku bukan menyembuhkan karena jika hanya dengan uang itu saja dokter hanya bisa member obat-obat yang memperlambat sakit yang dirasakan adikku.

Aku harus cari cara. Bagaimana aku harus secepatnya untuk mendapatkan uang. Kalau dalam minggu ini adikku tidak di operasi dokter tidak menjamin keselamatannya. Aku tidak ingin adikku meninggalkan aku. Tidak lagi setelah kedua orang tuaku telah terlebih dahulu meninggalkan kami. Hingga aku mulai berfikir untuk mencari jalan keluar secepatnya. Sebuah ide terlintas dalam benakku. Aku harus bertemu dengan namja itu.

Telah sebulan penuh dia datang berkunjung ke bar dan memesan minuman yang sama. Aku memberanikan diri untuk memulai percakapan di antara kami. 'Semoga ini berhasil' batinku.

Ku tahu kini dia orang yang sukses dan kaya jadi tidak sulit untuk dia memberikan pinjaman uang kepadaku.

Seletah lama aku memutar-mutar obrolan kami. Aku memulai membuka komunikasi ke obrolan inti.

" Bisakah kau membantuku? " aku bertanya hati-hati.

Dia mengerutkan keningnya tampak bingung dengan pertanyaanku. Menatapku agak lama lalu menjawab pertanyaanku

" Apa? " katanya. Lagi-lagi dengan tatapan datar juga ucapan yang datar tanpa intonasi yang berlebihan.

" Bisakah aku meminjam uangmu? " Tanyaku lagi. Aku gugup dengan jawaban yang akan dikeluarkannya. Aku hanya bisa memejamkan mata dan berharap, lalu dia menegakkan kepalanya dan kini memandangku. Dia melihat aku yang mulai memejamkan mata untuk menunggu jawabannya.

" Untuk apa? " Tanyanya lagi, ku kira dia akan menolak atau menerima tetapi yang ku dapat dia balik Tanya.

" Untuk… untukk!" ucapanku terhenti saat aku ingin mengatakan yang sebenarnya. Sejujurnya aku malu untuk memintanya tapi ini demi adikku. Adikku yang sekarang berjuang melawan penderitaan yang dirasakannya sekarang.

" Untuk membayar operasi rumah sakit," ucapku akhirnya. Aku tidak peduli pandangan aneh atau pendangan yang merendahkan diriku, yang ku pikirkan saat ini adikku harus segera sembuh.

" Jadi itu alasan kenapa kau melakukan servis kepada pelangganmu? " Dia kembali bertanya.

Aku bingung, kenapa dia menanyakan hal itu lagi? Bukankah dia tidak akan membahasnya lagi. Tapi aku harus fokus pada tujuan utamaku. Lalu aku menegukkan air liurku mencoba untuk rileks sebelum menjawab namja ini.

" Ne " jawabku

Melihat aku yang hanya menjawab seadanya pertanyaan yang dilayangkannya, dia mulai mengangguk pelan lalu melihatku secara intens.

" Siapa yang di operasi?" Kini dia kembali ke topik awal.

" Adikku. Dia harus dioperasi minggu ini. Kalau tidak…"

" Kalau tidak….. ?" Tanyanya memaksaku menyambung perkataanku.

" Kalau tidak dokter tidak menjamin apa yang terjadi selanjutnya karena daya tahan adikku yang selalu menurun." Kini aku seperti orang yang curhat kepada teman dekatku. Aku mulai mengeluarkan cairan bening yang di sebut dengan air mata kemudian mulai terisak akan nasip adikku. Aku tidak mau membayangkan kemungkinan yang terjadi sehingga tanpa sadar aku menggeleng. " Tidak-tidak " kataku

Dia heran melihatku tertunduk dan mengeluarkan air mata setelah mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya dan bertambah heran saat dia menlihatku menggeleng dan mengatakan 'tidak-tidak', ku tahu dia terkejut dengan ekspresiku tadi. Aku tidak tahu dia merasakan iba, kasihan, menjijikkan atau rendahan karena selama aku mengenalnya dia hanya melakukan ekspresi yang sama yaitu 'datar'. Baiklah aku tidak peduli dengan itu. Yang ku inginkan saat ini dia menolongku dan memeberikan pinjaman itu untukku. Ingat pinjaman. Aku tidak meminta secara cuma-cuma dengan namja ini. Aku hanya meminjamnya.

Ku lihat dia hanya diam. Aku mulai bertindak.

" Ayolah…. Bantu aku. Ku mohon bantulah aku!" Aku benar-benar memelas kepadanya berharap dia memberi bantuan. Aku tidak peduli dengan sikapku yang rendahan. Yang berani meminjam uang dengan orang yang baru dikenal. Ok aku mengenalnya satu bulan ini, agak lama memang.

Ku lihat dia menimbang-nimbang sesuatu. Cukup lama dia menimbang dan akhirnya dia mengatakan sesuatu.

" Baiklah. Berapa yang kau butuhkan? " Itu adalah jawaban ku tunggu-tunggu. Sangat menantikan adanya bantuan darinya aku yang dari tadi berharap dengan cemas, meremas kedua tanganku didadaku yang melayangkan sebuah pengharapan akhirnya bisa bernafas lega. Dia menerima membantuku. Aku sangat bersyukur atas hal ini. Sungguh sangat berterimakasih kepada Tuhan dan orang yang di hadapanku ini. Disinilah aku membuat kesimpulan bahwa dia orang yang baik dan hal ini juga yang memulai kehidupan kelamku bersama namja ini.

.

.

.

TBC/AND

.

.

.


.

.

.

Apakah layak untuk dilanjut? Atau di hapus aja!

.

Terimakasih telah singgah di fic ini. Jika kalian berkenan aku akan segera mengupdate chapter selanjutnya dengan cepat, tapi jika tidak mungkin selesai sampai di sini. Anggap aja oneshot.

.

.

Ku tunggu respon dari kalian semua

.

.

See you