Hai minna~ saya kembali muncul dengan fic baru lagi, padahal saya baru aja bikin fic multichapter tapi malah ngabur ke fic yang lain *digebuk rame-rame*. Ini fic di fanbase naruto pertama saya dan langsung pake rate M. kenapa? Karena saya lagi ngebet *plakk*

Berhubung author masih baru jadi ga bisa nulis lemon secara baik dan hot. Yang lebih berpengalaman boleh lah bagi2 ke saya *diinjek sampe mendem di tanah.*

Okeh, tanpa banyak cincong langsung kita mulai saja ya. Jangan lupa di review ceritanya okeee? *pasang puppyeyes* *readers muntah-muntah* happy reading!~


taintedIris proudly presents

Alive Doll

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Me

gajeness, typos bermekaran ( ? ) rated M. OOC. AU.

don't like don't read. simple as that.

.

.

.

''Kyaaaa itu Sasori-kun!''

''Mana-mana? ''

''Oh ya ampun, dia selalu tampan seperti biasanya.''

Sorakan-sorakan itu yang selalu terdengar setiap pagi dari koridor utama gedung sekolah Konoha High di Konoha City. Kota yang amat dekat dengan laut itu merupakan kota yang tidak terlalu besar, namun tetap ramai dikunjungi oleh turis-turis karena keindahan yang disajikan oleh kota itu. Karena letak sekolah yang dekat dengan laut itulah, terkadang banyak burung camar yang terbang melewati gedung sekolah itu, memberikan kesan tersendiri bagi murid-murid di sana. Dan setiap pagi di sekolah itu pastilah terjadi keributan kecil di mana sebagian besar murid perempuan di sana tak pernah lelah mengelu-elukan nama pangeran sekolah mereka setiap pagi.

Ya, Akasuna Sasori, nama pria itu. Rambut berwarna darah, iris berwarna hazel yang tenang dan terkesan dingin, namun wajahnya yang amat sangat manis dan tampan membuat kesan dingin itu tidak begitu terasa. Selain itu, pria tersebut merupakan seorang fotografer yang sedang naik daun, serta menjadi salah satu murid yang memiliki catatan prestasi membanggakan baik di sekolahnya yang terdahulu, di Suna, maupun di Konoha sendiri, yang baru ia tempati kira-kira setengah tahun lalu. Meskipun ia belum lama bersekolah di sana, popularitasnya sebagai playboy tidak kalah dengan pangeran Konoha sebelumnya, Uchiha Sasuke, putra bungsu keluarga Uchiha yang amat dihormati di kota itu. Karena keluarga Uchiha merupakan salah satu keluarga pendiri Konoha, selain Namikaze dan Hyuuga tentunya.

''Lihat itu teme, kelihatannya Sasori kembali memonopoli fans-fansmu. Kelihatannya kepopuleranmu semakin menurun, eh?''

Seorang lelaki berambut pirang dengan mata sebiru langit musim semi yang diketahui bernama Namikaze Naruto itu kini merangkul lelaki yang berada di sampingnya.

''Hn. Aku bahkan sama sekali tidak peduli dobe.'' Ucap lelaki dengan rambut berwarna biru dongker dan bola mata selegam batu onyx sambil melepaskan rangkulan sahabat(?)nya itu, menyeruput segelas jus tomat yang setia menemani lelaki itu di sana. Naruto mendengus.

''Yah, terserah kau saja teme. Hei lihat, itu gadis penggemarmu yang selalu diam-diam selalu membuntutimu kan?'' kata Naruto menunjuk ke arah seorang gadis dengan rambut merah muda sepunggung melihat ke arah Uchiha Sasuke. Lelaki Uchiha itu menoleh, dan gadis itu langsung membuang mukanya ketika sang pangeran sengaja menatapnya. Malu, mungkin.

''Tsk. Biarkan saja, mengganggu.'' Kata lelaki Uchiha itu sambil bangkit dari tempat duduknya dan meletakkan gelas jus tomat yang telah habis itu di atas meja kantin. Naruto yang merasa akan ditinggalkan segera bangkit dan mengejar sahabatnya itu.

.

.

''U..Uchiha-san, aku suka padamu! Tolong jadilah pacarku!''

Kini gadis dengan rambut merah muda itu baru saja menyatakan cintanya di depan Uchiha Sasuke. Perempuan yang ke 15 dalam minggu ini.

'Tsk, benar-benar merepotkan.' Kata lelaki itu, Uchiha Sasuke dalam hati. Kalau gadis cantik yang menyatakan cinta mungkin itu dapat dimaklumi oleh lelaki itu. Tapi di depannya kini adalah seorang gadis dengan rambut merah muda awut-awutan dan kacamata tebal, dengan kening yang lebar dan penampilan yang amat culun. Bayangkan, roknya 10cm di bawah lutut! Bisa hancur reputasi seorang Uchiha jika ada perempuan sejelek ini yang menyukainya.

''Siapa namamu?'' kata Uchiha Sasuke. Gadis itu mendongak sebentar.

''Haruno.. Haruno Sakura..'' kata gadis itu sambil menundukkan kepalanya kembali.

''Dengar ya, Haruno Sakura..'' kata pemuda itu, lalu berhenti sebentar untuk menghela nafas, kemudian melanjutkan kembali ucapannya. ''Terima kasih telah menyukaiku. Tapi maaf, aku tidak bisa bersamamu.''

Nafas gadis itu tercekat. Air mata mulai muncul di kedua pelupuk matanya.

''Ke.. kenapa?'' kata gadis itu dengan agak bergetar. Sasuke mendengus. 'Inilah yang aku benci dari perempuan. Setelah ditolak bisanya menangis, cengeng.' Batin Sasuke. Ia menghela nafas lagi.

''Karena kau, tidak sesuai dengan tipeku! Apa kau tidak sadar dengan penampilanmu? Mana ada yang mau dekat-dekat dengan gadis culun dan jelek sepertimu?'' kata Sasuke sambil menyeringai kejam. Gadis di depannya tersentak. Lelaki itu dapat melihat bahu dan tangan gadis itu bergetar hebat.

''Be.. Begitu ya.. Kalau begitu aku permisi!'' tanpa babibu gadis bersurai merah muda itu berlalu sekuat yang ia bisa, meninggalkan sang pangeran Uchiha yang berdiri di belakangnya. Air mata terus jatuh dari kedua bola mata emeraldnya. Tanpa sadar, ia terus berlari hingga ia menabrak seseorang yang berada di depannya. Mereka bertubrukan. Tubuh gadis malang itu kini menimpa seseorang yang ada di bawahnya.

''Ma.. Maafkan aku..'' kata gadis itu sambil bergetar. Pandangannya sedikit kabur, karena kacamata yang ia kenakan terjatuh entah kemana. Gadis itu mendongak dan mendapati sesuatu berwarna merah yang berada di bawahnya. ''Kau.. Kau siapa? Bisa tolong carikan kacamataku?'' kata gadis itu sambil sedikit sesegukan, efek menangis tadi. Orang itu segera bangkit dan mencari kacamata gadis itu. Baru ia mau mengambil kacamata itu, namun kelihatannya kacamata itu mendarat kurang sempurna. Tangkainya patah dan lensanya retak di sana sini.

''Sepertinya kacamatamu rusak, kau harus membeli yang baru.'' Gumam lelaki itu. Gadis itu tersentak. Membeli kacamata baru? Bahkan untuk makan sehari-hari saja pas-pasan. Ia pun masih dapat bersekolah itu dapat dikatakan sebuah keajaiban. Ya, berkat beasiswa yang ia dapatkan ia bisa bersekolah hingga sekarang.

''Be.. Beli baru? Bahkan uang pun aku tidak punya.'' Gadis itu meremas roknya hingga kusut. Ia merasa amat takut dan sedih. Bagaimana ia dapat belajar dan melihat dengan jelas dengan kacamata? Perlahan, air mata kembali muncul dari ujung matanya. Pertama, ia ditolak oleh orang yang sangat ia sukai sejak setahun yang lalu dan berakhir dengan dihina karena penampilannya yang jelek. Dan kini, kacamata yang amat berharga rusak karena kecerobohannya sendiri.

''Kau tidak perlu khawatir, aku akan gantikan untukmu.'' Kata suara maskulin di sampingnya. Tangan lelaki itu merangkul pundak gadis itu. Sakura sebenarnya merasa risih, namun mau tidak mau ia tidak bisa melepas lelaki di sampingnya itu.

''Benarkah?'' tanya gadis itu. ia melihat siluet berwarna merah itu mengangguk.

''Tentu saja, tapi dengan 1 syarat.'' Kata lelaki itu.

''Syarat? Syarat apa?''

''Jadilah modelku.''

.

.

Dan di sinilah Sakura sekarang, berada di sebuah optik besar di pusat perbelanjaan Konoha City. Kini lelaki di sampingnya tengah memilih lensa kontak sambil bertanya harga kepada penjaga toko yang tersipu malu melihat seringai yang menghiasi bibir pemuda tampan di depannya.

''Sakura, kau mau yang warna apa?''

''Bukannya lensa kontak terlalu mahal? Kacamata saja, Akasuna-san.''

''Kalau begitu aku ambil yang bening. Tidak usah dibungkus, langsung pakai di sini saja.'' Lelaki yang bernama Akasuna Sasori itu mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan kartu kredit berwarna emas ke tangan si penjaga toko. Lelaki itu langsung menyerahkan lensa kontak di tangannya kepada gadis di sampingnya.

''Pakai, jangan banyak protes.''

Mau tidak mau, gadis itu terpaksa memakai lensa kontak yang diberikan lelaki keras kepala itu. Dengan waktu kurang lebih setengah jam, gadis itu berhasil memakai lensa kontaknya dengan lancar.

.

.

Mobil porsche merah menyala lelaki itu kini melaju menuju tujuan akhir mereka. Gadis di sampingnya kini duduk dengan kepala tertunduk. Percakapannya tadi sore dengan pria di sampingnya terngiang dengan jelas di kepalanya.

''Siapa namamu?'' tanya lelaki itu.

''Sakura, Sakura Haruno..'' jawabnya dengan lesu. Sasori mendengus.

''Lalu, kenapa kau menangis sambil berlari begitu? Apa kau tidak tahu itu berbahaya?''

''Ma.. Maafkan aku. Saat itu pikiranku sedang kacau..'' Kepala gadis itu tertunduk. Lelaki itu menyentuh pipi gadis itu lembut.

''Kau bisa ceritakan apa yang terjadi, percayalah padaku.''

Dan saat itulah Sakura menceritakan semuanya kepada lelaki yang ia ketahui sebagai pangeran sekolah yang playboy, Akasuna Sasori. Sasori hanya mengangguk.

''Kau tahu, Uchiha itu buta karena tidak melihat dirimu yang sebenarnya Sakura..'' Perlahan, jari lelaki itu menelusuri garis pipi gadis di depannya, menuju rahang gadis itu, lalu leher, dan naik lagi hingga bibir gadis itu yang merah dan menggoda, membuat Sasori ingin mengecupnya.

''Kau cantik. Hanya dengan polesan sedikit saja kau dapat memiliki lelaki yang kau inginkan.'' Perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya dengan gadis di depannya. Sedangkan gadis itu, Sakura masih tercengang di depannya. Sasori tertawa kecil.

''Jadi, apa kau menerimanya? Jadilah modelku, dan kau akan kubuat menjadi ratu. Tapi kau harus menurutiku, menjadi bonekaku hingga aku bosan. Setelah aku membuangmu kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan, bahkan menghancurkan dan mempermainkan lelaki Uchiha itu..'' kata lelaki itu sambil berbisik manja di telinga gadis itu. Sakura mengerang tertahan, dan Sasori menyeringai. ''Bagaimana?''

Dan tanpa sadar, gadis itu mengangguk, membuat seringai Sasori semakin melebar.

'Ini akan menjadi sangat menarik.' Kata Sasori dalam hati.

Tanpa Sakura sadari, mobil lelaki itu telah berhenti dan membawa mereka ke sebuah rumah tua di tepi pantai. Hawa misterius dan angker begitu kental, mengingat rumah itu telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Sakura turun dari mobil dan menatap takut ke arah rumah besar dan tua itu. Sasori tertawa kecil.

''Percaya dengan takhayul, eh? Ini rumahku, ayo masuk.'' Sakura tidak bergerak sedikit pun. Dengan agak kesal Sasori menarik tangan gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Mobil porschenya ditinggalkan begitu saja di depan gerbang. Toh, tidak akan ada yang berani mengambil mobil itu, mengingat legenda yang telah ada tentang rumah peninggalan leluhurnya sejak ratusan tahun yang lalu. Padahal legenda itu semuanya bohong, leluhurnya sendiri yang mengatakan karena katanya legenda itu sengaja dibuat agar tidak ada yang berani memasuki rumah besar itu.

Hal pertama yang Sakura dapati dalam rumah itu adalah ruangan yang sangat indah dan luas. Terdapat berbagai macam patung, lukisan bahkan ornamen yang indah dan antik, benar-benar mirip museum. Lantainya begitu bersih, seakan-akan begitu terurus dan terawat. Tidak sampai disitu saja, ornamen-ornamen serta lukisan-lukisan pun terlihat mengilap dan bersih!

''Kau kagum? Jelas saja selalu bersih, karena pesuruh rumah ini selalu membersihkan rumah di pagi hari saat aku tidak ada.'' Jawab Sasori. Sakura kaget mendengarnya. Bagaimana ia bisa tahu..

''Karena terbaca jelas di wajahmu.'' Oke, ini mulai mengerikan. Bagaimana bisa lelaki di depannya ini membaca pikirannya? Jangan-jangan..

''Tenang saja, aku bukan penyihir, drakula atau sejenisnya. Santai saja, oke?'' kata lelaki itu sambil menarik gadis yang terbengong di tangannya. Seakan pasrah, gadis itu membiarkan lelaki di depannya menyeret tubuhnya yang memang ringan itu. mereka terus naik hingga ke tangga yang paling atas. Sasori membuka pintu satu-satunya di sana dan mata Sakura kembali terbelalak. Ia mendapati sebuah ruangan yang luas, dengan desain yang minimalis dan terkesan kuno. Ranjangnya amat besar, kira-kira bisa menampung 5 orang atau lebih! Sakura dengan sendirinya berjalan masuk ke dalam kamar itu, sementara Sasori mengunci kamar itu dan meletakkan kuncinya dalam saku celananya. Kini lelaki itu melonggarkan dasinya dan membuka kancing bajunya perlahan.

''Kau suka kamar ini?'' tanya lelaki itu sambil menyeringai. Sakura mengangguk, tanpa mengalihkan perhatiannya ke arah lelaki itu.

''Ya! Bahkan di sini ada kamar mandinya..'' kata gadis itu dengan nada ceria. Lelaki itu tertawa kecil, bisa dibilang tertawa licik.

''Tentu saja kau harus suka.'' Tiba-tiba Sasori melingkarkan tangannya ke pinggang ramping gadis itu. Kepalanya mendekat ke telinga gadis itu. ''Karena ini akan menjadi kamar kita berdua, Sa-ku-ra.''

Sakura tersentak. Dan detik berikutnya ia sudah dilemparkan ke atas ranjang oleh lelaki berambut merah itu. kedua tangannya dipegang erat oleh lelaki yang ada di atas tubuhnya.

''Le.. Lepaskan! Apa yang akan kau lakukan?!'' Sakura terus memberontak namun gagal, karena dengan cekatan Sasori mengikat kedua tangannya dengan tali yang entah mengapa berada di sana. Kedua kakinya ditahan oleh pemuda yang ada di atasnya. Membuat Sakura tidak dapat melawan.

''Kau bonekaku, Sakura. Kau tidak boleh melawan perintahku.'' Kata lelaki itu sambil menyeringai dengan penuh kemenangan. Sakura bergidik. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang hangat dan basah menyentuh bibirnya. Bibir pemuda itu! Sakura berusaha untuk memberontak, namun gagal. Tidak, ini tidak boleh terjadi! Teriak Sakura dalam hatinya. Sasori terus melumat bibir gadis yang berada di bawahnya dengan ganas, namun gadis itu tetap menutup mulutnya. Kesal, Sasori menggigit bibir Sakura, membuat gadis itu mengerang dan membuka sedikit mulutnya. Hal itu tidak disia-siakan Sasori dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulut gadis itu, menjelajahi mulutnya dengan rakus dan bernafsu. Tanpa sadar pun Sakura mengikuti permainan tuannya itu. namun karena itu merupakan ciuman pertamanya membuat Sakura tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sasori melepas ciumannya dan menatap gadis di depannya. Gadis itu, Sakura Haruno, gadis yang memikat dirinya saat pertama kali bertemu. Walaupun berlinangan air mata gadis itu tetap cantik di matanya. Dan kini gadis itu berada di bawahnya, dengan bibir merahnya yang agak membengkak dan merah, amat sangat menggoda untuk di cium. Dadanya naik turun, menandakan gadis itu terengah-engah dengan ciumannya. Keringat mulai mengucur di pelipis pemuda itu. Cantik, gadis ini adalah masterpiece!

''Ciuman pertamamu, eh?'' kata Sasori sambil menyeringai. Sakura mengangguk pelan, malu. Seringai Sasori makin melebar.

''Bagus, karena aku amat suka gadis perawan.''

''Eh? Apa maksud.. Mmmphh!'' Belum selesai Sakura berbicara, Sasori kembali mendominasi bibir gadis di bawahnya itu. melumat, menjilat, menggigit, mengemut, apapun yang dapan dilakukan Sasori dengan bibir gadis itu. Sakura yang memang belum berpengalaman hanya dapat pasrah. Tiba-tiba mata Sakura terbelalak, merasakan tangan Sasori melepas satu per satu kancing baju gadis itu. Sakura berusaha memberontak namun gagal. Justru semakin ia memberontak maka makin ganas Sasori, dan semakin kuat pemuda itu menekan tubuhnya lebih kuat lagi. Aneh, meskipun berat badan pria itu berada di atas tubuhnya namun Sakura tidak merasa berat sama sekali. Justru ia menginginkan lebih dari pria itu. entah, ia tidak mengerti.

''Jangan melawan bonekaku. Semakin kau melawan maka akan semakin kasar aku memperlakukanmu. Kau tidak mau ini akan berakhir menyakitkan bukan?'' dalam satu sentakan Sasori berhasil membuka seragam gadis yang berada di bawahnya dan mendapati tubuh molek yang terbungkus bra berwarna hitam berenda menutupi kedua bukit yang menonjol di depan matanya.

''Sederhana dan klasik. Tapi aku suka.'' Sakura menelan ludahnya. Apa yang selanjutnya akan lelaki ini lakukan? Tidak mungkin ia akan..

Tiba-tiba Sakura merasakan benda dingin dan tajam menyentuh perutnya. Mata Sakura terbelalak mendapati pisau yang tengah menyentuh kulitnya.

''A.. Apa yang mau kau lakukan?'' tanya gadis itu dengan suara yang bergetar.

''Panggil aku Sasori-sama. Ingat, sekali kau melawan maka akan timbul satu goresan di wajahmu yang indah ini.'' Sasori mengarahkan pisau yang ada di tangannya menuju pipi gadis itu. Sakura bergidik ngeri dan menggelengkan kepalanya. Sasori menyeringai.

''Bagus..'' katanya dengan suara rendah. Bola mata hazel itu memperhatikan iris emerald yang sekarang ditutup oleh gadis di bawahnya.

''Tatap aku, Sakura..''

Sakura tak kunjung membuka matanya. Kesal, Sasori menghentakkan wajah gadis itu kasar. ''TATAP AKU!'' teriak lelaki itu. Kaget, emerald itu sontak terbuka dan mendapati hazel yang tadi berkilat penuh kemarahan, kini kembali terlihat begitu gelap. Sepertinya nafsu setan kembali menguasai lelaki itu. perlahan, tangan lelaki itu menyentuh perut gadis itu, membuat gadis itu merinding.

''Panggil aku Sakura..'' kata lelaki itu dengan lembut.

''Sasori..''

''Panggil aku 'Sasori-sama'''

''Sasori-sama..'' kata gadis di bawahnya. Sasori tidak tahan lagi. Ia kembali melumat bibir gadis di bawahnya sambil menyusupkan kedua tangannya ke dalam bra gadis itu, meremas kedua bukit itu kencang. Gadis itu memekik, memberikan kesempatan bagi lidah Sasori untuk menjelajahi manisnya mulut gadis yang berada di bawahnya sambil meremas dada gadis itu. Merasa pergerakan tangannya agak tidak leluasa, Sasori melepaskan pengait bra gadis itu dan menampakkan kepada pemuda itu buah dada yang bulat dan indah, terlihat begitu menantang dan menggoda. Puting gadis itu telah mengeras, mengundang Sasori untuk memilinnya. Sasori memilin kedua puting itu, dan mendapati Sakura memekik dalam ciumannya.

''mmhmm.. nnhn!~'' Sasori melepaskan ciumannya sambil terus memelintir puting gadis itu, sementara bibirnya kini menjelajahi leher jenjang gadis di bawahnya. Ia menggigit dan menghisap leher gadis itu, membuat gadis itu mendesah pelan.

''ahnn, Sa..sori-sama..'' lepaslah sudah pengendalian Sasori. Dengan ganas ia melumat dada gadis yang berada di bawahnya, sementara gadis itu terus mendesahkan namanya berkali-kali. Tangan gadis itu menggeliat, peluh mulai membasahi sekujur gadis di atasnya. Tangannya yang bebas membuka resleting rok gadis itu, menampilkan paha yang mulus dan kencang di depannya. Kemaluan wanita itu tertutup celana dalam berwarna hitam dan berenda, serasi dengan branya. Sasori melepas kulumannya.

''Hmm, bahkan warna celana dalammu senada dengan bramu. Apa kau sengaja?'' gadis itu menggeleng cepat nafasnya terengah-engah. Bibirnya yang membengkak merekah dan begitu amat menggoda untuk dicium, membuat nafsu Sasori semakin memuncak. Ia sedari tadi sudah merasakan sesak yang amat sangat di celananya. Namun ia tidak ingin gadis yang berada di bawahnya belum siap, apalagi ini adalah saat-saat pertamanya. Ini aneh, mengingat Sasori tidak pernah mempedulikan keadaan gadis-gadis yang selalu berada di ranjangnya setiap malam. Ya, 1 gadis untuk 1 malam. Namun gadis ini berbeda, ia ingin gadis ini menikmati saat-saat ini, meneriakkan namanya dalam kenikmatan. Sasori menggeram. Ia sudah tak mampu menahannya. Dengan paksa, lelaki itu membuka pakaian terakhir yang melekat di tubuh gadis itu. Sakura tersentak.

''Kumohon, Sasori, hentikan.. Aku belum siap..'' katanya setengah terisak. Namun Sasori tidak peduli. Ia kini terlanjur gelap mata melihat tubuh polos di bawahnya. Kemaluan gadis itu bersih, tidak ditumbuhi bulu sehelaipun. Sasori membasahi lidahnya. Dan segera, ia mnggunakan telunjuknya untuk menyentuh daerah terintim gadis itu, membuat Sakura memekik.

''Hyaaaaa~'' Aneh, rasanya sungguh nikmat. Padahal ia tidak menginginkan ini, tapi kenapa sentuhan pemuda itu menimbulkan sensasi-sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya?

''Kau menyukainya?'' tanya lelaki itu. Sakura menggeleng, dan Sasori menyeringai.

''Kau tidak suka? Bagaimana dengan ini?'' Sasori langsung memasukkan jarinya ke dalam lorong gadis itu dan membuat gadis itu mendesah. Seringai penuh kepuasan tergambar di wajah lelaki itu. Dengan perlahan lelaki itu memaju mundurkan jarinya di lorong gadis itu. 'Sial, sempit sekali!' geram Sasori dalam hati. Sedangkan gadis di bawahnya terus mendesah.

'Annghh~ S..Sasori-s…sa..ma..~'' desah gadis itu. Refleks, gadis itu memaju mundurkan pinggulnya, ingin merasakan jari itu menjelajah dalam tubuhnya. Lebih cepat, lebih dalam..

''Sebut namaku Sakura, katakan kau menginginkan aku, maka aku akan memberikan kepuasan yang tak pernah kau rasakan sebelumnya.'' Bisik lelaki itu ke telinga Sakura dengan suara yang rendah dan menggoda.

''Sa..Sasori-sama..'' aneh, kenapa tubuhnya bereaksi seperti ini? Kenapa? Kenapa sentuhannya membawa efek yang begitu besar di tubuhku? Aku bahkan tidak bisa mengendalikan suara itu keluar dari mulutku, batin gadis itu.

''Kumohon..'' tidak tahan, Sasori menyentakkan jarinya lebih cepat dalam lubang gadis itu. menambah jarinya menjadi dua, hingga tiga. Membuat gadis itu mendesah penuh kenikmatan.

''Aaah Sa..Sasori-sama~ nggh aaaahh aaaaaakkhh!~'' gadis itu memekik kencang, mendapati titik kenikmatannya tersentuh oleh jari-jari liar Sasori. Sasori yang sudah tidak tahan melepas pakaian dan celananya lalu melemparkannya asal. Ia lalu melepas celana dalamnya dan mendapati Sakura menatap kejantanannya dengan mulut terbuka lebar. Sasori menyeringai.

''Kau suka?'' Sasori mengelus-elus kejantanannya yang berdiri begitu tegap. Sakura menelan ludahnya. Dengan segera Gadis itu menggeleng kepalanya dan membuat Sasori menyeringai.

''Yakin kau tidak menyukainya?'' Sasori mulai merangsang lubang Sakura dengan ujung kejantanannya yang sudah basah karena precumnya. Sakura mengerang, dan Sasori segera melepaskannya.

''Sa..Sasori-sama..''

''Memohonlah, Sakura..''

Sakura menelan ludahnya. Satu sisi ia tidak ingin hal ini terjadi, namun dalam satu sisi ia begitu menginginkannya. Saat ia merasakan kejantanan lelaki itu menggodanya, tubuhnya bergejolak dan semakin memanas, seakan menginginkan lelaki itu memenuhi tubuhnya, mengambil keperawanannya dan memuaskan gadis itu hingga lelah. Namun ini salah, seharusnya hal ini ia lakukan dengan lelaki yang ia cintai, bukan orang yang secara tidak langsung memperkosanya seperti ini.

Kesal tidak mendapat jawaban, Sasori yang sudah tidak dapat menahan gejolaknya segera memasukkan kejantanannya ke dalam lubang gadis itu. Merobek pertahanan terakhir gadis di bawahnya dalam sekali sentakan, membuat Sakura menjerit pilu. Darah perawan gadis itu mengalir terus hingga ke bokong gadis itu, turun hingga mencapai kain putih di bawahnya. Dengan beringas Sasori memaju mundurkan tubuhnya. Merasakan sensasi yang amat luar biasa saat kejantanannya diapit oleh lubang yang begitu kencang dan sempit. Gadis yang kini menjadi wanita di bawahnya menjeritkan namanya dan mendesah hebat, air mata terus mengalir dari kedua bola mata emerald itu.

''Aah.. Aahh.. Sasori..Sama.. Aaakh~ hyaaaa~''

Desahan gadis itu membuat napsu Sasori semakin mengebu. Kedua buah dadanya yang bergoyang pun tidak dilewatkan Sasori. Tangannya yang kanan meremas dada kanannya sedangkan mulutnya mengulum dada gadis itu sekuat mungkin, membuat Sakura menjerit penuh kenikmatan. Suara decitan ranjang turut menemani aktivitas panas mereka. Hawa AC yang amat dingin dan rintik-rintik hujan tidak dapat mendinginkan kedua tubuh yang kini dibanjiri peluh.

''Sa..Sasori-Sama~ lebih cepat.. Hyaaaa.. aaaakh aaahh!~''

Desahan Sakura semakin menjadi. Kini kejantanan Sasori dijepit begitu kuat oleh lubang Sakura, membuat Sasori menggeram penuh kenikmatan.

''Sa..Sakura.. Aku hampir sampai..''

''Aah ya Sa..Sasori-sama.. Lebih cepat lagi aaaakh!'' desahan Sakura makin kencang. Sasori terus memaju mundurkan tubuhnya lebih cepat lagi, sebentar lagi ia mencapai klimaksnya, dan wanita di bawahnya juga akan mencapainya.

''Hyaaaa Sasori..Sama.. aaaaangghh AAAAAAAKHHH!" jeritan Sakura menandakan gadis itu telah mencapai klimaks. Sasori menggerakkan kejantanannya dan mendesah kencang ketika ia mencapai klimaksnya, menyemproti rahim wanita itu dengan benih-benihnya. Tubuh Sasori terbaring di atas tubuh wanita itu. nafas mereka tersengal-sengal. Perlahan Sasori melepas ikatan tangan Sakura dan memeluk wanita itu erat, seakan wanita itu akan kabur jika ia tidak memeluknya.

''Kau tahu, ini adalah seks terhebat yang belum pernah kurasakan sebelumnya.'' Kata Sasori lalu mengecup kening gadis itu lembut.

''Tidurlah, esok kita akan memulai pelajaranmu.''

Sasori memejamkan matanya, mulai terlelap dalam gelapnya malam. Tanpa ia sadari gadis yang ia peluk kini menitikkan air mata.

.

.

.

To Be Continued


Okeh, gimana ceritanya? Kurang hot kah, atau kurang menarikkah?

Pokoknya saran, kritik, apapun bakal saya tampung. Tapi yang konkrit ya. Jangan lupa untuk review, karena setiap review dari kalian sangat berguna untuk kemajuan fic ini *eh

REVIEW GUYS. SEE YOU ON NEXT CHAPTER~

V

V

V