Naruto Masashi Kishimoto

Destiny © Shiroi Tsuki

Pairing: SasuHina, slight NejiHina and Narusaku

Warning: Applied

.

.

sDon't like? Don't read!

.

.

Naruto menyesap ocha hangat yang baru saja dihidangkan oleh Shizune kepadanya, rasa haus yang melandanya kini perlahan menghilang akibat rasa sedikit pahit dari ocha tersebut. Perlahan Naruto melirik ke samping dimana Sakura masih duduk terdiam di sana—di sofa tamu miliknya—

Gadis itu hanya diam semenjak ia tidak memperbolehkan Sakura keluar ruangan ketika mereka mendengar kabar tentang Sasuke. Lebih tepatnya sih tidak memperbolehkan Sakura yang berkeinginan untuk mengejar mereka.

Sudah lebih dari lima jam Naruto mengurung gadis itu bersama di dalam ruangannya sendiri, kini hari sudah menjelang sore. Dan Naruto masih tetap betah mendiamkan Sakura disisinya.

Naruto kembali melatakkan ocha yang sebelunya ia nikmati itu ke tempat semula, pemuda itu kembali menghela napas entah sudah yang keberapa kali, sebenarnya ia pun tidak betah dengan keheningan ini. Ia memang tidak terbiasa dengan keadaan hening yang melanda mereka. Perasaan tidak nyaman semakin merasuki Naruto, ia semakin bingung dengan perasaannya sendiri.

Dengan keadaannya yang sekarang mana mungkin ia bisa menyelesaikan tugasnya sebagai Hokage, ia bahkan tidak berkonsentrasi dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di depannya, belum lagi Shizune juga baru saja menyerahkan berlembar-lembar kertas yang tidak terhitung jumlahnya. Sekarang meja Hokage di hadapan Naruto itu sangatlah penuh dengan pekerjaannya yang sama-sekali tidak terselesaikan sedari pagi tadi.

Ia selalu berpikir dengan perasaan yang sesungguhnya ia rasakan, sejak pembicaraan dengan Hiashi beberapa hari yang lalu itu membuat hati Naruto menjadi terombang-ambing. Ia menjadi tidak bisa menentukan pilihan yang berkelebat dalam pemikirannya sendiri.

Sakura? Atau Hinata?

Rasa cinta? Atau hanya rasa simpati semata?

Secepat kilat Naruto segera meraih cangkir ocha yang baru saja diletakannya dan kembali meneguk habis ocha tersebut tanpa bersisa.

Sakura mendongakkan kepalanya yang tiba-tiba saja mendengar kegaduhan yang ditimbulkan oleh Naruto, ia melihat pemuda tersebut meletakkan cangkir ochanya yang telah tandas dengan kasar di atas meja. "Na-Naruto..." lirihnya pelan agar tidak terdengar oleh pemuda tersebut.

Naruto terengah seakan ia baru saja berlari dengan cepat, ia lelah dengan semua pemikirannya itu, bahkan tubuhnya bergetar menahan perasaan dan pikirannya yang seperti tidak mempunyai jalan keluar tersebut.

Haruskah ia bertanya pada Sakura? Itu tidak mungkin 'kan!

Pemuda itu dengan tergesa berdiri meninggalkan mejanya dan segera menghampiri Sakura yang memandangnya sedikit heran, ditariknya pergelangan tangan Sakura menuju keluar ruangan dengan diam. Bahkan usaha Sakura yang memberontak pun ia indahkan.

"Naruto! Apa yang mau kau lakukan?" Sakura berusaha menyadarkan Naruto yang masih berwajah tegang tersebut, walaupun ia berusaha untuk memberontak dari cengkraman pemuda itu. Ia tahu, Sakura tahu kalau ia tidak akan bisa melawan keinginan pemuda tersebut yang menyeretnya entah kemana.

Akhirnya Sakura hanya pasrah ketika dirinya keluar ruangan Hokage dan menatap Shizune yang hendak protes terhadap Naruto dengan penuh pengertian, melihat pandangan Sakura terhadapnya. Shizune mendesah pasrah dan menganggukkan kepalanya beberapa kali sebelum memasuki kantor Hokage yang ditinggalkan mereka berdua.

.

.

.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.

.

.

Sakura termenung ketika telah berada di dalam sebuah kedai yang terbilang sepi, hanya berdua dengan naruto.

Yah hanya mereka...

Gadis itu menopangkan dagunya di atas meja, memadang Naruto yang sedari tadi hanya menyembunyikan wajahnya di balik poninya yang mulai memanjang itu. Bahkan sampai sekarang ia tidak tahu bagaimana ekspresi dari Hokage muda itu.

Apa ia disini hanya untuk memandangi Naruto yang sekarang masih tetap dengan setia menundukkan kepalanya tersebut.

Sakura sedikit menghela napas berat, sudah sekitar tiga puluh menit ia dan Naruto hanya beridam di kedai yang tanpa ada pengunjungnya itu, ini sungguh bukan dirinya dan Naruto.

Bahkan Sakura tidak pernah membayangkan bagaimana ia dan Naruto tetap kerasan dengan keadaan mereka sekarang.

Sekali lagi gadis itu menghela napas panjang berusaha untuk mencairkan suasana yang entah sejak kapan menjadi cangung begini, padahal tidak seharusnya ia merasakan perasaan seperti ini. Bukankah mereka sudah bersama sejak dulu? Lalu kenapa ia merasa kehadiran Naruto membuatnya sedikit merasakan ketidaknyamanan dan kegugupan seperti sekarang?

"Na-Naruto..." panggil Sakura pelan hingga membuat tubuh pemuda yang berada di depannya itu sedikit menegang karena terkejut.

Naruto mendongakkan kepalanya ke arah Sakura, hal itu membuat sang gadis malah memalingkan wajahnya entah karena apa. Yang jelas sekarang Sakura merasakan wajahnya sedikit memanas akibat melihat mata Shappire pemuda Uzumaki tersebut.

Naruto memandang Sakura dengan intens, ia tidak mengerti dengan tingkah gadis di depannya ini, bukankah tadi ia dengan jelas bahwa Sakura sedang memanggilnya. Tapi yang ia lihat malah Sakura yang memalingkan wajahnya ke objek lain. Bahkan Naruto sempat melupakan tujuannya datang ke kedai ini hanya karena terus memikirkan perasaannya sendiri.

Dengan sedikit berdehem Naruto mencoba membuka topik pembicaraan yang memang sedang ingin ia bahas sebelumnya.

"Ne, Sakura-chan..."

Sakura kembali menatap pemuda di depannya, mencoba menunggu penuturan naruto selanjutnya dengan tenang.

Gadis itu melihat gerak tubuh Naruto yang terlihat gelisah, "Aku hanya ingin memastikan." Ucap Naruto sekenanya.

Pemuda tersebut menatap lurus, penuh dengan keseriusan pada gadis di depannya. Perlahan ia mulai beranjak dari duduknya dan mulai mendekati Sakura yang kini menatap bingung pada dirinya. Gadis itu benar-benar bingung dengan ucapan Naruto tersebut.

"Memastikan?" tanya Sakura memperjelas pernyataan Naruto.

Naruto hanya menganggukan kepalanya, perlahan ia beranjak dari duduknya dan mulai melangkahkan kakinya pada Sakura yang berada di seberang meja di depannya. Gadis itu hanya mengikuti saja pergerakan Naruto tersebut hingga akhirnya pemuda tersebut berhenti tepat di samping tubuh Sakura, sehingga membuat gadis Haruno itu harus mendongakkan kepalanya sekedar untuk melihat wajah Naruto yang sulit untuk dibacanya saat ini.

Naruto sedikit menghela napas berat walaupun hal tersebut tidaklah di ketahui oleh sang gadis, ia sedikit ragu dengan langkahnya sekarang. Tapi ia juga ingin sungguh-sungguh memastikan perasaannya. Tidak mungkin ia terus selalu dalam kebimbangan, namun ia sungguh ragu akan langkahnya yang akan ia lakukan. Naruto hanya takut jika saja ini telah terjadi, ia takut Sakura akan menjauhinya atau bahkan malah membencinya.

Ia sungguh takut...

Deg!

Sejenak pemuda Uzumaki itu tersentak, jantungnya tiba-tiba berpacu cepat. Ingatan-ingatan tentang perkataan Hiashi dan Shikamaru berkelebat muncul dalam pikirannya, ia tidak tahu mengapa. Tapi perasaan yakin itu muncul begitu saja. Yah paling tidak apa yang akan dilakukannya ini tidaklah salah di mata Sakura. Ia hanya ingin memastikan perasaannya pada gadis itu. Hanya itu, tidak lebih. Dan ia juga hanya ingin memastikan pilihannya terhadap kedua gadis yang membuatnya menjadi pemuda yang tidak memiliki pendirian.

Sakura merasa bingung ketika ia melihat Naruto hanya diam tidak melakukan apapun, ia pikir Naruto akan melakukan sesuatu. Atau paling tidak, berbicara padanya seperti biasa.

Deg!

Namun tiba-tiba tubuh Sakura tersentak begitu saja ketika ia merasakan sentuhan lembut pada bibirnya, jantungnya berpacu lebih cepat ketika sapuan lembut itu semakin intens memperdalam sentuhan bibirnya yang semula terasa kering kini menjadi basah akibat lumatan yang ditimbulkan oleh pemilik bibir yang sekarang telah melahap bibirnya lembut namun penuh dengan tekanan yang dalam.

Naruto telan menciumnya! Kini ia tahu apa yang telah terjadi ketika beberapa saat ia hanya terdiam memastikan apa yang telah terjadi pada dirinya dan Naruto.

Sejenak, ia hanya diam merasakan lumatan Naruto yang semakin dalam hingga tanpa sengaja ia menimbulkan suara yang sedikit asing baginya, "ngh...!"

Mata Sakura terbelalak kaget ketika ia sedikit mendesah dengan sentuhan Naruto, apalagi kini pemuda itu semakin berani mejilat bibirnya sensual. Gadis Haruno itu tersadar dengan kondisinya sekarang yang telah terhimpit oleh tubuh Naruto, dengan respon yang cepat ia mencoba melepas lumatan Naruto padanya.

Ia gerakkan sedikit tubuhnya agar pemuda Uzumaki itu mau menjauh darinya, Sakura juga berusaha melepaskan pelukan Naruto yang sangat erat padanya. Tapi sepertinya usaha gadis itu gagal. Seberapa kerasnya ia berusaha lepas dari Naruto, semakin erat pula pelukan Naruto padanya dan jemari pemuda Uzumaki tersebut kini telah membelai lembut helaian pink Sakura.

Ini aneh! Sakura tidak menerti pada dirinya sendiri. Padahal ia bisa saja melakukan penolakan pada Naruto dengan kekuatannya. Tapi apa yang sebenarnya ada dalam lubuk hatinya paling dalam ia malah tidak ingin pelukan dan sentuhan itu lepas begitu saja.

Bahkan sekarang Sakura membiarkan pemuda Uzumaki itu melakukan sesuka hatinya pada dirinya.

Selang beberapa menit berlalu Naruto melepaskan lumatannya pada Sakura dan memberi jarak bagi keduanya, hembusan napas hangat Naruto masih mengenai wajah lembut Sakura yang sekarang sedang menunjukkna rona merah entah karena apa. Mungkin ia telah kehabisan oksigen dalam paru-parunya hingga membuatnya sedikit sulit untuk bernapas. Sakura memejamkan matanya ketika mata shappire Naruto memandangnya begitu dalam. Ini adalah pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini oleh seorang laki-laki, belum lagi pemuda itu adalah Naruto. Seseorang yang selama ini dianggapnya sebagai sahabat.

Dalam mimpinya dulu ia tidak pernah memimpikan Naruto akan melakukan hal seperti ini terhadapnya, ia hanya bermimpi jika Sasuke lah yang akan mengambil ciuman pertamanya, bukan Naruto yang sekarang.

"hmf..." Sakura tersentak ketika ia mendengar suara Naruto yang tidak lagi berada dekat dengannya, gadis Haruno itu membuka matanya secara perlahan.

Mulutnya hanya membuka tutup ingin mengungkapkan apa yang ia pikirkan namun enggan ketika melihat rupa Rokudaime Hokage itu terlihat lebih... tampan.

A-apa yang ia pikirkan?

Segera saja Sakura memalingkan wajahnya ke objek lain, ia benar-benar tidak bisa melihat wajah Naruto sekarang yang begitu berbeda dari biasanya. Ada apa dengan dirinya? Sakura bahkan merasa bingung dengan apa yang sekarang dirasakannya. Ia sungguh tidak mengerti, bukan. Mungkin bukannya ia tidak mengerti. Tepi ia hanya tidak ingin mengakui apa yang telah ia rasakan sekarang, apa yang telah ia alami saat ini adalah jawaban dari pertanyaan hatinya yang selama ini belum terjawab olehnya sendiri. Kini ia menyadari dengan perasaan ini.

"Sakura," Naruto memanggil Sakura dengan nada yang lebih kecil dari biasanya, gadis itu kembali menatap pemuda di depannya, namun yang ia tatap bukanlah mata shappire pemuda tersebut. Melainkan Hitai-ate yang dikenakan Naruto pada dahinya, ia masih belum bisa memandang langsung sang Rokudaime.

"Ha-hai."

Jika saja ia tidak di hadapan Naruto sekarang, mugkin ia akan memukul dahinya pada meja disampingnya. Kenapa ia malah bicara gugup pada Naruto?

"Apa yang kau rasakan?"

Reasakan? Apa maksud pertanyaan Naruto? Apa pemuda itu menayakan rasa ciumannya?

"Ano... a-aku... apa maksudmu?" Sakura berusaha untuk berbicara normal seperti biasanya, tapi hal itu malah membuat lututnya semakin lemas.

Rokudaime Hokage itu menghela napas sedikit frustasi dengan degupan jantung yang ia rasakan sekarang, ternyata memang masih belum berubah. Apa yang ia rasakan sejak dari dulu hingga sekarang tidak berubah. Sekarang ia yakin dengan apa yang ia rasakan terhadap Sakura dan Hinata. Sekarang Naruto yakin pada perasaannya.

"Gomen, Sakura. Aku telah berbuat yang tidak baik terhadapmu, aku telah lancang." Gadis yang di pandang Naruto sekarang menundukkna kepalanua dalam, bahkan Naruto tidak tahu ekspresi apa yang ada pada wajah Sakura, mungkin setelah ini gadis itu tidak akan pernah ingin memandangnya lagi, nyatanya ia tahu bahwa Sakura tadi memandang kosong pada dirinya dan tidak memandang pada bola matanya lagi. Sudah ia duga hal ini akan terjadi padanya dan Sakura, ia yakin Sakura tidak akan pernah lagi memandangnya seperti dulu.

Dengan cepat gadis Haruno itu mundur beberapa langkah mengambil jarak yang cukup jauh terhadap pemuda yang berada di depannya, "Naruto... a-aku tidak tahu apa maksudmu!"

Secepat kilat gadis itu membalikkan tubuhnya dan mengilang dari hadapan Naruto. Ya Sakura meninggalkan Naruto begitu saja dalam kesunyian dalam kedai itu.

Naruto hanya terpaku melihat gadis itu dengan cepat meninggalkan dirinya, pemuda itu menggenggam jemarinya erat. Kenapa?

Kenapa gadis itu tidak memukulnya saja dengan keras jika Sakura marah padanya? Kenapa Sakura malah meninggalkannya begitu saja?

Rokudaime Hokage itu memukul lemah meja disampingnya, perlahan tubuhnya merosot jatuh di atas lantai, wajahnya menunduk tertutupi rambutnya yang kini mulai memanjang seperti Yondaime Hokage—ayahnya.

Beberapa tetesan liquid bening menetes ke lantai di hadapan Naruto. Yah pemuda Uzumaki itu meneteskan air matanya.

"Kenapa?" tangan Naruto menggenggam erat celana yang sekarang dikenakannya hingga membuat celana tersebut mengkerut kusut karena eratnya genggaman tangan tersebut.

"Kenapa kau tidak memukulku saja Sakura!" bisik Naruto bertanya lebih kepada dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

Sakura terus saja berlari tanpa tahu tujuannya, ia terus saja berlari hingga sampai pada suatu tempat yang membuatnya sedikt menegang. Taman dimana ia dan Naruto biasanya sering menghabiskan waktu bersama akhir-akhir ini, entah karena apa tempat itu tidak ramai seperti biasanya. Gadis itu meneruskan langkahnya masuk ke dalam taman mencari tempat sekedar untuk menghilangkan pikirannya sejenak.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat bunga liar, bibir tipisnya tersenyum melihat bunga itu melambai di bawa terpaan angin yang berhembus. Dengan sedikit ragu ia mulai mendudukkan dirinya di atas tanah yang beralaskan rumput tersebut, matanya terpejam menikmati hembusan angin yang cukup kencang sore itu.

Tangan halusnya perlahan mencengkram pakaian yang berada di dadanya, tubunya merasakan detak jantung yang terus saja berdetak cepat sejak ia dan Naruto melakukan hal tadi. Bahkan ia saja tidak sanggup memikirkan hal tersebut, itu memang diluar dugaannya. Mata Sakura terbuka ketika angin berhenti berhembus kencang. Genggaman tangannya pun semakin erat.

Ia mengakui bahwa hal yang ia alami tadi adalah ciuman pertamanya.

Wajah Sakura semakin merona ketika ia memikirkan hal tersebut, "Apa yang aku pikirkan?" tanyanya lebih pada diri sendiri.

Sekilas bayangan Naruto terus saja berseliweran dalam benaknya, ia tidak tahu bagaimana caranya menghentikan bayangan tersebut. Ia selalu saja mengingat bagaimana cara Naruto memperlakukannya dengan lembut dan tatapan matanya...

Blush...

Hal itu malah membuat rona wajah Sakura semakin merah padam, mungkin inikah yang Hinata rasakan pada Naruto? Apa ia juga merasakan hal yang sama seperti Hinata? Lalu bagaimana dengan Sasuke yang selama ini ditunggunya?

Sakura menggelengkan kepalanya cepat agar bayangan pemuda Rokudaime Hokage itu menghilang dari benaknya. Namun hasilnya nihil, bayangan itu selalu saja berseliweran tanpa ia inginkan.

Sejenak gadis Haruno itu menghela napas perlahan agar menenangkan detak jantungnya yang sedari tadi bertempo cepat, perlahan rona di wajahnya sedikit memudar meninggalkan semu merah yang masih sedikit kentara. Bibir tipisnya mengembangkan sebuah senyuman yang penuh arti. Mungkin kini saatnya ia mulai menerima kenyataan, menerima bahwa perasaan cintanya telah berpaling pada pemuda Uzumaki tersebut. Bukanlah Sasuke yang selama ini terus ditunggunya, melainkan Naruto. Yah ia menunggu Naruto melakukan hal seperti tadi agar Sakura bisa menyadari perasaannya yang sesungguhnya.

"Kenapa baru sekarang kau baru melakukannya Naruto-kun?"

.

.

.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.

.

.

Neji menatap langit malam yang entah kenapa tiba-tiba menjadi cerah setelah mendung sesaat. Sejak kejadian tadi pagi ia terus saja berpikir tentang Hinata dan Sasuke, kini ia hanya sendiri merenung di atas gundukan batu yang sedikit berlumut karena termakan usia. Sudah hampir dua jam ia hanya diam memandang langit yang tersuguhkan, tidak ada niat sedikitpun ia berpikir untuk menemui Hinata yang mungkin sekarang sedang mencarinya, atau bahkan mungkin saja gadis itu sangat menghawatirkan keadaan Neji yang sejak tadi belum kembali.

Entah kenapa pikiran itu semua hilang sejak ia mendengarkan pembicaraan antara Sasuke dan Hinata, tangannya yang berada di atas lututnya kini mengepal lemah, ia masih bimbang dengan keputusannya. Tidak Neji pungkiri bahwa ia ingin berbuat egois pada Hinata, namun pemuda Hyuuga itupun juga tidak ingin menyakiti hati gadis tersebut.

Tapi jika Neji melepaskan Hinata untuk pemuda Uchiha itu, lalu bagaimana dengan dirinya? Ia juga terluka melihat Hinata berdampingan dengan Sasuke. Untuk pertama kalinya setelah ia merasa bahwa dunia serasa tidak adil setelah ia mengalami keterpurukan saat itu—saat ia menghadapi ujian chuunin

Pemuda bermata perak itu memejamkan matanya sejenak kembali mengingat wajah Hinata yang tersenyum tulus padanya, namun sesaat wajahnya yang tenang kini kembali menegang ketika senyum itu bukanah senyuman yang ia harapkan, bukanlah senyum cinta yang ia inginkan. Melainkan senyum tulus sebagai seorang adik kepada kakanya.

Pemuda Hyuuga itu mendesah lirih kembali menatap langit yang tersuguh di hadapannya, "Hinata... aku sudah kalah sebelum bertarung." Gumamnya pelan ketika hembusan angin mulai membelai lembut surai panjangnya.

"Neji-Niisan!"

Neji tersentak ketika suara lembut menghapirinya dari belakang, sejak kapan gadis itu berada di belakangnya? Apa sudah sejak tadi? Dengan cepat Neji menolehkan kepalanya kepada gadis yang telah memanggilnya tersebut, "Hinata-sama," ucap Neji dengan nada yang mungkin bisa disebut gumaman itu.

Hinata dengan langkah ringan menghampiri pemuda Hyuuga itu, parasnya yang tidak dapat mengalihkan perhatian Neji kini tersenyum dengan rasa khawatir yang mungkin sedikit berlebihan.

"Neji-Niisan kemana saja? Kami mencari Neji-Niisan seharian ini," ucap gadis itu ketika dirinya sudah berada di samping Neji. Kening Hinata sedikit berkerut saat melihat ekspresi Neji yang seperti menahan sesuatu.

Kami eh?! Sejak kapan Sasuke mencari dirinya juga, ia berani bertaruh kalau pemuda Uchiha itu akan sangat senang jika Neji tidak ada di antara mereka.

"Hinata," Sasuke memanggil Hinata dengan nada rendah membuat kedua Hyuuga itu menolehkan kepala mereka kebelakang dimana asal sumber suara itu berada.

Hinata hanya tersenyum kepada Sasuke yang juga mulai mendekati mereka, "Sebaiknya kita teruskan perjalanan," ucapnya yang seperti perintah itu kepada kedua Hyuuga di depannya.

"Ha-hai" Hinata menganguk antusias dengan ucapan Sasuke, ia sudah tidak sabar kembali ke Konoha dan bertemu Otou-samanya juga Hanabi Imutou yang ia sayangi.

Neji hanya teremung melihat tingkah Hinata yang begitu bersemangat ketika Sasuke mengucapkan hal tersebut, bahkan Hinata lupa dengan yang ia tanyakana kepada Neji beberapa saat yang lalu, mungkin ia memang harus memilih jalan yang terbaik untuknya dan mereka berdua. Yah mungkin keputusannya yang akan ia ambil lebih tepat daripada harus memikirkan keegoisannya. Dengan perlaha bibir tipis Neji mengembangkan senyum yang tidak dapat diartikan oleh siapapun, entahlah senyuman itu... tulus namun menyakitkan?

Sasuke menyeringai dalam hati ketika melihat Neji yang sedang asik dengan dunia pemikirannya sendiri hingga tidak menyadari kalau Sasuke sudah berada sangat dekat denngannya sehingga hembusan napas pemuda Uchiha itu bisa Neji rasakan, membuat Neji tersentak ketika Sasuke membisikkan sebuah kata yang membuat lamunan Neji buyar seketika dan membuat pemuda Hyuuga itu kembali terbakar amarah.

"Bersiaplah untuk menjadi kakak ipar, Neji-Nii."

.

.

つづ

.

.

A/N: Gomen minna~~~ aku bener-bener telat buat publish ni fic, setelah UAN aku bener-bener kena WB T.T hingga ampe sekarang. Makasi jika ada yang masih mau nunggu ni fic dan gomen, gomen, gomen, gomen *bungkuk-bungkuk

Hufh jika berkenana silahkan tinggalkan jejak review ya ^^

Special thank's:

Anne Garbo, livylaval, Moku-Chan, Indigo Mitha-Chan, Guest, Suzu Aizawa Kim, Nameaillah2, Akunrusak, Mine, Axx-29, nurul. Wn, n, NSL, Hime Heartfilia, Chikuma Yafa-Damselfly, astia morichan, Aden L Kazt, Dewi Natalia, Hyou Hyouichiffer, Guest, alice9miwa, Tatsu Hashiru Katsu, . , Guest, XTC antv, Genji Naru, Malfoy1409, DMAC.

Salam~

Shiroi Tsuki

.

.