DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO
RATE : T
WARNING : AU, 1ST POV
MONSTER HUNTER©CAPCOM
.
.
.
(AUTHOR NOTE : Diharapkan kepada readers sekalian untuk mencari nama monster yang author cetak tebal di *monsterhunter. wikia* demi kelancaran dan kenyamanan dalam membaca.)
.
.
.
~Despair~
Getaran semakin terasa keras. Langkah kaki Lao-Shan Lung yang kini semakin meningkat temponya membuat segala yang ada di sekelilingnya maupun area yang berjarak ratusan meter darinya bergoncang cukup hebat. Dia mendekat, makhluk sebesar bukit itu murka.
RROOOAAAHHH!
Mulutnya mengeluarkan raungan mengerikan yang seakan mengisyaratkan kepada lawan-lawannya bahwa bersiap-siaplah untuk menemui kematian yang mengenaskan.
"Semuanya!" Omoi mengarahkan ujung senjata balista ke arah Lao. "TEMBAK!"
(DOR!)
(DOR!)
(BOOM!)
(DOR!)
(BOOM!)
(DOR!)
(BOOM!)
(BOOM!)
Belasan suara letupan tembakan baik itu yang berasal dari balista maupun meriam terdengar serempak. Asap tebal yang berasal dari moncong meriam sedikit menutupi pandangan. Monster itu masih melaju seakan-akan apa yang tadi barusan terjadi hanyalah angin lalu semata.
"Dia tidak bereaksi kesakitan sedikitpun?!" Naruto syok.
"Jangan hentikan! Lanjutkan tembakan!"
Instruksi mendadak dari laki-laki medic-hunter itu membuat semangat kami yang barusan saja menurun kembali menjadi penuh seperti semula.
"Enyah kau!" gertakku keras.
(DOR!)
(DOR!)
(BOOM!)
(BOOM!)
(BOOM!)
(DOR!)
(BOOM!)
(DOR!)
RRAAAAHHH!
Bagus! Kali ini serangan bertubi-tubi dari kami menimbulkan efek. Lao terhenti seketika dan tubuhnya sedikit limbung. Tembakan anak panah besi maupun bola meriam yang jumlahnya mungkin puluhan mengakibatkan kulit kerasnya mulai terkelupas di beberapa bagian serta mengucurkan darah segar. Namun ini belum selesai. Naga legendaris itu tetap mampu berdiri tegap dengan keempat kakinya yang menapak di atas permukaan tanah.
'Sepertinya ini percuma saja. Sekalipun kita menghabiskan semua amunisi yang ada, aku sangat ragu jika naga besar itu akan tewas.' analisaku dalam hati.
Naruto masih bersikeras untuk menyerang menggunakan meriam. Dengan terburu-buru ia masukkan sebuah peluru berbentuk bulat berwarna hitam legam ke dalam ruang peluru yang ada di bagian belakang bagian meriam.
"Semuanya! Kita tidak boleh menyerah begitu saja!" ditembakkannya lagi peluru tersebut ke arah Lao.
(BOOM!)
Hasilnya bisa ditebak. Lengan kanan sang elder-dragon hanya mengepulkan asap kehitaman tanpa luka yang berarti.
"Kita tidak akan bisa menang jika kondisinya seperti ini terus. Delapan senjata dan..." hunter Kumogakure yang berada di sebelahku mendadak melangkah mundur disertai wajahnya yang memucat, "...hasilnya seakan sia-sia."
Aku mendengus pasrah.
Omoi memijit pelipisnya dengan telapak tangan kanan. Dia pun sepertinya mulai merasa bahwa serangan lewat artileri benteng Veznas hasilnya akan berujung dengan kegagalan. Berulang kali wajahnya menoleh kesana-kemari, berpikir keras demi mengatasi keadaan genting.
Sementara kami berdelapan sedang dilanda badai keraguan, monster dengan bobot kurang lebih 35 ton itu mulai menapak maju ke arah sini lagi.
RRROOOOAAAHHH!
Menyadari terjadi ketidakpastian pada anggota tim penahan, Komandan Darui segera mengambil sikap. Ia berlari kencang menyusul Lao-Shan Lung yang sedang berjalan cukup cepat ke arah benteng.
"Darui!" tegur Kakashi-sensei seketika saat melihat pria berwatak santai itu berlari cepat melewatinya.
Saat posisinya sudah sejajar dengan sang naga raksasa, laki-laki berambut putih itu mengambil Cleaver Blade yang tergantung diagonal di punggungnya. Percikan-percikan listrik berwarna hitam tiba-tiba saja sudah menyelimuti sekujur tubuhnya. Berasal dari pedangnya yang berbentuk persegi panjang pipih itu.
Dzzt ... Dzzt ... Dzzzt
Kini aku seakan melihat seorang manusia setengah dewa yang sedang berlari. Petir hitam yang menjadi combo element kebanggan tangan kanan Rai Tate itu telah sepenuhnya menyatu dengan fisik si pemilik. Rambut acak-acakannya berdiri tegak ke atas dan sepasang bola matanya memancarkan warna cahaya putih terang.
"Heh." tiba-tiba Omoi berceloteh lirih.
"Ada apa?" tanyaku penasaran.
Semangatnya yang tadi hampir luntur kini tiba-tiba seperti berbalik lagi. Dia tersenyum kecil, "Lihatlah kekuatan dari salah satu hunter terkuat dari desa kami. Darui-san ... mampu menghentikan laju makhluk itu."
Aku hanya mengiyakan dalam hati. Karena belum pernah melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri kekuatan dari orang berjuluk 'Black Thunder' tersebut.
Kini semua mata manusia yang ada di tempat ini tertuju kepada Darui. Hunter yang berani berhadapan langsung dengan seekor naga murka berukuran luar biasa.
Dengan kecepatan yang terlampau tinggi hingga hampir tidak terlihat jelas oleh netra, ia sudah berada persis di tepi kaki depan-kiri Lao.
"Black Thunder : Thor Raaggeee!"
(DZZRAAAATT)
Darui menebas kaki monster itu secepat kilat.
(DZZRAAAATT)
Kaki depan-kanannya menjadi sasaran selanjutnya.
(DZZRAAAATT)
Kaki belakang-kiri tidak luput dari jangkauan serangnya.
(DZZRAAAATT)
Terakhir kaki belakang kanan sehingga pola melajunya mirip huruf Z. Dan itu semua dilakukan tidak lebih dari 3 detik!
RRRAAAAHHH!
Lao menggeram keras kesakitan setelah jurus bernama amukan Thor itu berhasil menciderai keempat buah kakinya dalam waktu bersamaan. Dan mudah ditebak, monster sepanjang 30 meteran itu jatuh ke sebelah kanan dan mengakibatkan goncangan tanah yang cukup dahsyat.
BUUUGGH
Darui bergegas mengisi pasokan oksigen ke dalam paru-parunya yang telah kehilangan banyak O2 setelah berhasil melancarkan serangan amat dahsyat tadi.
Naruto tak henti-hentinya berdecak kagum setelah menyaksikan langsung bagaimana hebatnya serangan seorang hunter level 5 yang berhasil menggunakan combo element-nya dengan sangat efektif.
"Kita harus bersiap." Kakashi-sensei bergumam sendiri.
Kankuro yang berdiri tidak jauh darinya menanggapi, "Bersiap apalagi? Bukankah makhluk itu sudah tumbang?"
Asuma-sensei menepuk pundak sebelah kanan milik putra Kaze Tate, "Anak muda, jika seekor Lao-Shan Lung mampu dikalahkan hanya dengan beberapa serangan saja maka mustahil Hi Tate Keempat gugur dua puluh lima tahun lalu." ujarnya penuh kebijaksanaan.
"Komandan Darui memang sangat kuat!"
"Kita semua bersyukur anda berani menyerang se-frontal itu!"
"Hidup Darui-san! Hidup!"
Teriakan demi teriakan penuh rasa bangga berkumandang di atas Benteng Veznas. Semua hunter dari Kumo termasuk Omoi seakan terlena dengan pencapaian barusan. Tapi, perkataan dari dua orang yang telah menjadi saksi hidup bagaimana mengerikannya pertarungan melawan sang naga penguasa gunung bukanlah isapan jempol semata.
Tubuh Lao bergerak-gerak. Ekornya yang besar dan panjang bergoyang-goyang. Kaki-kakinya yang besar dan kekar mulai menapak bumi kembali. Ia mampu bangun dari keterpurukan sekalipun di atas kuku masing-masing kakinya terdapat luka lebar yang mengucurkan darah segar hingga detik ini. Efek dari serangan Thor Rage.
RRR...ROAAAH!
Sudah berapa kali ia meraung keras. Berapa kali Lao jatuh lalu kembali berdiri lagi. Monster ini benar-benar gigih, teramat gigih. Manusia pun masih kalah oleh jiwanya yang pantang menyerah.
Kedua bola mata Darui terbelalak lebar, menyadari jika serangan dahsyatnya barusan tidak membuat sang naga legenda terkapar tak berdaya seperti yang diperkirakan olehnya.
"Kini bukan saatnya main-main. Lekas habisi makhluk besar itu atau aku akan mengancam untuk meminta bayaran lebih." ucap Kakuzu sembari menyiapkan pedang melengkungnya di sepasang genggaman tangan.
Pakura menelan ludah. Baru pernah kali ini ia menyaksikan monster dengan ketangguhan yang diluar nalar. Itu wajar, karena yang sedang dihadapi adalah monster naga legendaris yang kekuatannya sanggup menghancurkan sebuah gunung sekalipun.
"Naruto, apa kita harus tetap menyerang?" aku sontak menengok ke arah laki-laki itu.
Pria bermarga Uzumaki itu tidak menjawab, juga tidak bergeming sedikitpun. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.
"Teme..."
Alis kanan kuangkat sebagai respon.
Naruto melepas pegangannya pada meriam lalu mengambil tombak besar yang berada di punggung. "Bukankah kita memiliki otoritas untuk terjun ke medan pertempuran?" pandangannya tetap lurus ke depan.
'Jangan-jangan...'
"Uzumaki-san! Kau mau kemana?!" teriak Omoi lantang saat melihat pria berambut kuning pendek itu terjun dari atap benteng menuju tanah.
"Dobe! Jangan gegabah bodoh!"
Peringatan kerasku ini seakan tak diindahkannya. Ia terus melaju ke arah Lao yang berjarak kira-kira 100 meteran dari sini.
Sementara Naruto sedang menuju ke situ, hunter-hunter yang masuk ke dalam tim penyerang dan pengalih tetap melanjutkan tugas mereka.
"Apa yang harus kita lakukan, Darui?" tanya Asuma.
Yang ditanya tidak sempat berpikir panjang karena sang monster sudah berdiri seperti sedia kala. Sekalipun luka yang ada di tubuh berwarna merah tua itu masih mengucurkan darah kental, juga jumlahnya tidak sedikit.
"Bukankah kita masih memiliki anti-dragon bomb sebanyak tiga buah? Kita harus menggunakan benda itu secepat yang kita bisa." usulan ini berasal dari Pakura. Tanpa perlu menimbang, Darui langsung menyetujui rencana ini.
"Kankuro, maaf kalau aku merepotkanmu. Tapi bisakah kau melemparkan tabung bom itu ke punggung Lao menggunakan senjata benang?" komandan memohon kepada laki-laki asal Suna itu sambil membungkuk sopan.
Tidak ada jawaban verbal. Kankuro segera berlari ke arah benteng untuk mengambil tiga buah anti-dragon bomb yang sengaja dipersiapkan khusus untuk membunuh naga. Konon bahan dasar dari bom setinggi 70 centimeter dan berdiameter 50 centimeter ini sama persis dengan large-barrel bomb. Yang membedakan hanya satu, anti-dragon bomb memiliki campuran item bernama dragon herb.
RRAAAH!
Rahang Lao berusaha menggigit Kakuzu yang kini sedang menjadi incarannya. Dua kali naga itu menerjang menggunakan kepala namun anggota Akatsuki itu selalu mampu menghindar dengan cekatan.
Pedang Yottsu no Yoso memancarkan warna merah yang berasal dari bulatan yang berada di pangkal pedang. "Element Change : Fire."
Lao-Shan Lung meliuk-liukkan lehernya ke belakang. Bersiap untuk serangan seperti tadi.
"Aku, Hidan, dan leader saja kurasa cukup untuk membunuh naga keparat ini." gumamnya singkat.
ROAH!
Naga raksasa itu kembali menerjang menggunakan kepala. Namun pria bercadar abu-abu itu sudah terlebih dahulu mempersiapkan serangannya.
"Flame Breath!" sekali tebas horizontal ke kiri, sebuah lidah api yang menyala panas meluncur ke arah kepala Lao dan seketika membakarnya tanpa ampun.
RRAAAH!
"Aku juga tak akan tinggal diam." kata Asuma tiba-tiba dari arah belakang Lao. Kedua pisau melengkung yang dipegang di telapak tangannya mengeluarkan semacam aura angin. Tubuh pria berjanggut itu menunduk sedikit. Baik tangan kiri maupun kanannya membentuk sudut 90 derajat dan ditarik ke belakang.
"Flying Wind!" tanpa pernah diduga Asuma-sensei meluncur terbang ke udara dengan bantuan senjata berlemen anginnya. Pisau itu mampu menjadi semacam roket baginya untuk melayang.
"Hebat juga Asuma." puji Darui dari bawah.
Senseiku menoleh, "Yah, sebaiknya kau jangan remehkan perokok berat itu."
Setelah tadi Darui yang menjadi sorotan utama, kini berganti kepada Asuma. Putra Sarutobi Hiruzen itu melepeh rokoknya yang sudah pendek di udara sebelum kembali beraksi.
"Aku tak bisa terbang terlalu lama. Maka dari itu akan kuselesaikan secepat mungkin." dalam posisi melayang, tangan kanannya ia tekuk ke belakang. Sementara tangan kirinya menekuk di depan dada. "Wind Slice!"
WUUUSSH!
(CRASH!)
Asuma-sensei menukik tajam dari arah belakang leher naga itu dan menyayat leher sebelah kiri menggunakan pisau kanan sebelum mendarat di atas permukaan tanah.
Serangan sayatan udara itu membuat sobekan luka sepanjang 80 centimeter yang juga cukup dalam. Lao tidak meronta sama sekali walau tidak dipungkiri ceceran darah segar mengalir dari luka tersebut.
Naruto tidak disangka sudah berada di dalam radius berbahaya. Posisinya berdiri kini hanya berjarak belasan meter dari Lao-Shan Lung. Dan hal itu membuat sensei khawatir setengah mati.
"Naruto, apa yang kau lakukan di situ?!"
Aku mau tidak mau harus turun ke arena. Melihat rekan satu timku bertindak sangat ceroboh seperti itu membuatku wajib menyadarkannya dari kekeliruan.
"Sasuke-san, apa kau mau menyusul temanmu itu?" tanya Omoi seketika.
"Ya." jawabku pendek. "Walau dia bodoh tapi tidak biasanya dia senekat ini. Pasti ada yang tidak beres." selidikku sembari mengambil ancang-ancang untuk lompat ke bawah.
Lao masih berkutat dengan dua lawan tangguh yang beberapa menit lalu menyerangnya, Kakuzu dan Asuma. Namun kehadiran sesosok objek bergerak baru di dekatnya membuat perhatiannya teralih. Pupil kecil kecokelatan milik sang naga bergerak seirama menuju ke tempat Naruto berdiri.
Menyadari keberadaan Naruto yang tiba-tiba di situ membuat Asuma-sensei panik. "Naruto! Cepat pergi dari situ!"
Namun terlambat. Naruto mengacungkan tombak berwarna dasar putih dan memiliki motif garis-garis merah di ujungnya persis ke arah kepala Lao-Shan Lung. Matanya sedikit memerah karena terbawa emosi. Entah kenapa tiba-tiba saja dia mendadak marah seperti itu.
"Dengan tombak ini..." desisnya, "...akan kulenyapkan keberadaanmu seperti dua puluh lima tahun yang lalu." ucapannya terhenti. Pusaran angin mulai membaluri Rasengan-nya mulai dari pangkal hingga ujung. Cahaya kuning menyilaukan memancar juga dari situ. Dengan emosi yang meledak-ledak dan spontan, si bodoh itu telah berhasil mengeluarkan kekuatan combo element melalui penyaluran anima dari dalam tubuh.
"Kakashi, bukankah itu muridmu? Aku berani bertaruh serangannya tidak akan mampu membuat Lao terluka parah. Dan, yang terjadi malah sebaliknya!" seruan dari Darui ini tidak sempat dijawab oleh sensei karena dia kini sedang dalam posisi berlari kencang guna menyelamatkan Naruto.
Sementara combo element Naruto masih diproses, naga besar itu justru telah bersiap dengan serangannya. Kaki depan-kanannya telah diangkat tinggi-tinggi untuk menghancurkan tubuh Naruto.
"NARUTOOO!" aku berteriak sekeras mungkin saat kedua bola mata ini menangkap pemandangan mengerikan itu.
Tangan kiri Kakashi memegang kain penutup mata berwarna biru tua yang selalu dipakainya. Sedetik kemudian, ia membukanya dan menampakkan sesuatu yang sungguh-sungguh membuat banyak orang terkejut. Termasuk aku.
Mata berwarna merah dengan tiga buah 'tomoe' yang mengelilingi pupilnya. Mangekyou Sharingan.
"Sharingan aktif!" Dalam sekejap bola mata itu menyala kemerahan dan ketiga tomoe yang mengelilingi pupil berputar pelan.
Setengah lingkaran berwarna merah gelap yang samar-samar tiba-tiba muncul mengelilingi sensei, Naruto, dan Lao. Itu adalah kekuatan dari sharingan sesungguhnya. Objek-objek yang berada di dalam setengah lingkaran berdiameter 40 meter itu gerakannya menjadi lebih lambat 3 detik dari kecepatan aslinya dalam sudut pandang si pengguna.
Kakashi sontak menyingkirkan tubuh Naruto dari titik berbahaya itu dan sebagai gantinya kini ia yang berada di dalam jangkauan serang.
Dimasukkannya empat buah anak panah ke dalam ruang amunisi pada Raikiri lalu ia letupkan keempat anak panah itu bersamaan. "Quadruple Thunder Wolf!"
(CTAAAAAARRR!)
Seekor serigala besar yang terbentuk dari muatan energi listrik melesat cepat ke udara lalu menerkam mata Lao dengan kekuatan penuh.
RRRRAAAAOOOHHHH!
Sebagai hasilnya, monster elder dragon itu meronta-ronta akibat tembakan empat anak panah berelemen petir sekaligus sehingga membuat mata kanannya buta.
Sensei hanya mengamati keadaan lawannya dengan sorot mata serius. "Jangan membuat penyesalanku terulang untuk yang kedua kalinya."
-OWARI-
Maaf-maaf kalau chapter 21 ini lama update-nya, hehehe. Author kebetulan kehabisan ide nih selama nyaris dua bulan lamanya.
Yosh, terima kasih sudah membaca! :D