"Tsunade-sama! Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura telah ditemukan!"
Tsunade sedikit membelalakkan iris caramel-nya kala mendengar laporan dari shinobi suruhannya. Secepat itu? Secepat itukah mereka di temukan? Entah ia harus senang atau bagaimana. Ia lalu menghela napasnya perlahan, mencoba untuk tenang. "Suruh mereka menemuiku," ucapnya.
"Mereka sudah ada di depan pintu Tsunade-sama," jawab shinobi itu.
Tsunade menatap pintu kantor Hokage yang berwarna coklat tua dalam diam. Tak lama ia pun dengan lantang langsung menyerukan nama 'mereka'. "Sasuke, Sakura! Masuklah!"
Ceklek
Sesosok pemuda berambut raven muncul dari balik pintu di susul oleh sosok gadis berambut merah muda di belakangnya. Raut wajah mereka memancarkan ekspresi yang berbeda. Tsunade menatap dua sosok itu dengan teliti. Dari wajah, badan–hingga tatapannya tiba-tiba langsung berhenti seketika. Alisnya mengernyit memastikan. Apakah tidak salah? Apakah tidak salah Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura–
–bergandengan, menautkan jemari mereka satu sama lain dengan erat?
Tsunade berdehem, "Jadi, kemana saja kalian?" Kalimat yang tidak elit terlontar dari bibir sang Godaime Hokage. Kalimat tadi menggambarkan seakan-akan ia sedang menginterogasi anaknya yang kabur dari rumah. Oke lupakan.
"Tsunade-shisou, kami bukan Sasuke dan Sakura dari masa kini," ujar Sakura sambil melangkah mendekati Tsunade. Mulut Tsunade sedikit terbuka sambil memahami ucapan Sakura barusan. Sungguh, ia bisa stress sekarang.
"Jelaskan," ucap Tsunade akhirnya sambil memijat pelipisnya frustasi. Sakura memandang bergantian antara Tsunade dan Sasuke.
"Hn. Tubuh kami dari masa kini, namun jiwa kami dari masa depan 18 tahun yang akan datang," jelas Sasuke menggantikan Sakura.
Sesungguhnya ia dan Sakura sama seperti Tsunade dan yang lainnya. Mereka berdua bingung. Bayangkan saja! Sebelum bisa terdampar di masa lalu begini, ia dan Sakura sedang tertidur lelap di kasur yang empuk karena saking lelahnya menjalankan misi. Dan ketika bangun… Tara! Mereka sudah ada di masa depan. Sungguh suatu kejutan yang membuat serangan jantung.
"Benarkah?" tanya Tsunade ragu. Ia memicingkan matanya ke arah mereka berdua. "Apa buktinya?" Tsunade melanjutkan kalimatnya.
Sakura menatap Sasuke dengan tatapan khawatir. Sementara Sasuke yang di tatap hanya terdiam. Ia sedang memutar otaknya, memikirkan cara agar cucu Senju Hashirama itu percaya pada mereka berdua. Sebuah ide gila terlintas tiba-tiba di otaknya. Ia tak tahu ide-nya akan berhasil atau tidak, yang penting ia harus mencobanya terlebih dahulu.
GREP!
Dengan cepat ia menarik tubuh Sakura mendekat ke arahnya–
BRAKK!
"BAA-CHAN APAKAH TEME DAN SAKURA SUDAH DI TEMU–"
–dan mencium bibirnya dengan mesra di hadapan orang-orang.
"–kan."
Shinobi-shinobi di sana terbelalak dengan mulut menganga termasuk Tsunade dan Naruto yang baru saja tiba. Bahkan Sakura pun–pelaku(?) aksi tersebut–juga terbelalak kaget. Shock. Semuanya shock. Dan yang paling shock adalah Naruto.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA SAKURA-CHAN!"
.
Our Future
By Kireina Yume
Cover By pindanglicious
.
SasuSaku's belongs Masashi Kishimoto
.
Warning : Semi-Canon, OOC(maybe), Typo(s), OC, etc
.
Chapter 6 : Sasuke and Sakura
Sasuke melangkah santai menuju kantor Kepolisian Konoha. Sapaan-sapaan ramah di sepanjang jalan ia dapatkan dari warga-warga Konoha. Ia hanya membalasnya dengan tersenyum tipis–berusaha untuk ramah walaupun sebenarnya itu bukan karakternya.
"Sasuke-san, sudah tidak lelah lagi?" Sebuah sapaan hangat terdengar ketika ia melangkahkan kakinya masuk ke kantor itu.
Ia terdiam sebentar. "Hn, lumayan," jawabnya sekenanya. Manik obsidiannya lalu menangkap sesosok shinobi yang berjalan ke arahnya sambil membawa tumpukan berkas-berkas.
"Ano, Sasuke-san. Ini ada laporan kasus-kasus yang sudah kami tangani. Kemarin anda tidak masuk, jadi belum sempat membaca." Sasuke menerima berkas-berkas itu dan membacanya secara acak.
'Jadi begini tugas seorang kepala kepolisian? Tak beda jauh dengan Hokage,' batinnya.
Walaupun begitu ia jadi mengerti seperti apa pekerjaan ayahnya dulu, mengingat Uchiha Fugaku adalah kepala kepolisian juga.
"Yo, Tou-san!" Suara seseorang tiba-tiba terdengar di indera pendengarannya. Sasuke menolehkan kepalanya dan mendapati sesosok pemuda yang hampir mirip dengannya berjalan ke arahnya.
"Hitoshi," ucapnya. Manik gelapnya menatap Hitoshi yang berjalan mendekat ke arahnya. Remaja berumur 18 tahun itu balas menatapnya tajam.
"Tou-san, ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
.
.
"SAKURA~!"
Sakura berguling malas di kasurnya. Tangan kanannya meraba-raba kasur mencari sesuatu yang dapat menutupi telinganya dari suara cempreng yang memanggil namanya. Dengan gerakan cepat ia menutupi telinganya menggunakan bantal yang baru ia temukan. Nah, begini lebih baik, batinnya.
"SAKURA!"
Geraman kesal keluar dari bibirnya kala suara tadi–yang lebih keras dari sebelumnya–itu masih terdengar di indera pendengarannya. Ia membuka matanya perlahan, menampakkan sepasang iris giok yang dimilikinya. Ia melirik ke jam dinding. Jarum pendek berada di angka 9 dan jarum panjang berada di angka 12. Sekarang jam 9 pagi dan ia belum bangun.
Dengan gerakan super kilat ia bangkit dari acara tidur-tidurannya di kasur. Ia baru ingat kalau ia ada di masa depan sekarang. Ia sudah mempunyai suami dan dua anak. Oh, ibu macam apa dirinya.
"SA-KU-RAAA!"
Panggilan itu kembali terdengar olehnya.
"IYA, IYA!"
Dengan berlari kecil ia keluar dari kamar dan menuruni tangga. Ia lalu melangkah menuju pintu rumah yang terletak tak jauh dari tangga yang baru di turuninya.
Ceklek
Seorang perempuan berambut kuning pucat terlihat ketika ia membuka pintu. Wajah perempuan itu terlihat kesal.
"I-Ino?" gumam Sakura sambil mengernyitkan matanya–memastikan bahwa perempuan di hadapannya itu adalah Yamanaka Ino, sahabatnya.
Ino mendengus kesal. "Mou! Kau ini di panggil dari tadi tidak keluar. Aku lelah menunggu, tahu!" omel Ino sambil mengguncang-guncang pundak Sakura.
Sakura meringis. "Gomen, aku tadi sedang tidur. Entah mengapa aku lelah sekali."
Ino memalingkan wajahnya. Ia masih kesal. Tadi Sakura bilang lelah? Padahal kan misinya sudah dari kemarin, kenapa masih lelah? Sasuke saja sudah berangkat kerja.
Sebuah seringai jahil tiba-tiba terpampang di wajahnya. "Aku tak tahu kalau Sasuke-kun seganas itu," ucapnya sambil melirik jahil ke arah Sakura. Ekspresi kebingungan nampak di wajah sahabatnya yang berambut merah muda itu kala mendengar ucapannya.
"Maksudmu?" tanya Sakura bingung.
"Kau lelah gara-gara Sasuke-kun, kan? Aduh, maksudku kau lelah gara-gara 'permainanmu' dan Sasuke-kun–" Ino memutus kalimatnya–mendramatisir suasana. "–di atas ranjang."
Blush!
"INO!" Sakura berteriak kesal. Wajahnya kini seperti kepiting rebus karena mendengar ucapan Ino. Ino tertawa geli melihat reaksi sahabatnya itu. "S-Sudahlah. Kau kesini ada keperluan apa?" ucap Sakura cepat sambil berusaha menyembunyikan rona merah yang masih ada di pipinya.
Ino langsung menghentikan tawanya. "Oh itu. Aku kesini sebenarnya mau bertanya. Kapan kau mau masuk? Aku sudah kewalahan mengangani banyak pasien di rumah sakit," jawab Ino.
"Mm, mungkin besok," sahut Sakura.
"Janji, ya besok masuk," ujar Ino memastikan sambil menatap Sakura. Sakura hanya mengangguk meng-iya-kan.
"Omong-omong aku sedang tak ada kerjaan. Boleh kan aku sekedar ber-gossip dan minum segelas ocha di rumahmu?" Ino memandang Sakura penuh harap sambil menggenggam tangan Sakura erat.
Sakura tersenyum pada Ino. "Silahkan."
Ino memeluk Sakura sambil menggumamkan kata terima kasih pada sahabatnya itu dan langsung menggandengnya masuk ke dalam.
"Jadi benar tidak tadi malam kau dan Sasuke-kun 'bermain'?" tanya Ino jahil sambil melangkah masuk.
"Kalau kau membahas itu lagi, kau ku usir."
"Iya, iya, Nyonya Galak."
.
.
Ceklek
"Permisi," ucap Hitomi sambil berbisik ketika memasuki kantor Hokage. Sepasang kaki mungilnya melangkah memasuki ruangan tersebut di ikuti oleh sepasang kaki mungil milik Shiori.
"Oy!" Keduanya berjengit kaget ketika mendengar suara yang lumayan keras terdengar oleh mereka. Dua pasang iris mata mereka yang berlainan warna menoleh ke arah sumber suara. Sesosok anak laki-laki berambut indigo terlihat sedang duduk di sofa ruangan tersebut. Di sekitar anak laki-laki itu tampak berserakan gulungan-gulungan yang berisi jutsu-jutsu.
"Shiroiwa-nii!" panggil mereka sambil melangkah mendekati anak laki-laki itu–Shiroiwa. Shiroiwa mengernyitkan alisnya.
"Ada apa kalian kemari?" tanyanya.
"Umm, kami kemari ingin bertemu Naruto ji-san," ucap Hitomi sambil melihat-lihat sekeliling, hendak mencari sesosok pria berambut kuning cerah yang menjabat sebagai Rokudaime Hokage.
"Tou-san sedang pergi tapi paling sebentar lagi kembali. Memangnya kalian ada keperluan apa dengan Tou-san?" tanya Shiroiwa penasaran.
"Ano, sebetulnya aku hanya mengantar Hitomi-chan saja. Hitomi-chan bilang katanya ia mau bertanya tentang suatu jutsu pada Naruto ji-san," ucap Shiori sambil melirik ke arah Hitomi yang di sambut dengan anggukan pelan gadis bermarga Uchiha tersebut.
"Yo!"
"Naruto ji-san! Akhirnya kau datang!" pekik Hitomi sambil berlari mendekati Naruto yang baru saja memasuki kantor Hokage tersebut. "He? Ada apa ini? Hitomi, Shiori?"
Hitomi menatap Naruto dengan serius. "Ini penting Ji-san. Aku mau bertanya satu jutsu padamu."
"Jutsu?"
Hitomi mengangguk. "Apakah ada jutsu untuk bisa ke masa depan atau ke masa lalu?" tanya Hitomi to the point.
Naruto terdiam. Jutsu yang bisa ke masa depan atau ke masa lalu? Rasanya ia pernah membaca tentang jurus itu. Tapi kenapa Hitomi yang notabene masih berumur 8 tahun bertanya hal-hal seperti itu? Gadis itu bahkan belum memasuki tingkat genin.
"Sepertinya aku pernah membacanya," ungkap Naruto yang langsung membuat wajah Hitomi sumringah. "Sebentar aku cari bukunya," lanjut Naruto sambil berjalan ke arah rak buku kecil di ruangan itu.
Hitomi menatap Naruto yang sedang mencari buku jutsu yang di tanyakan olehnya tadi penuh harap. Ia sangat penasaran.
"Ketemu!"
Naruto langsung menyambar buku itu sambil menyerahkannya pada Hitomi. "Omong-omong kenapa kau tanya mengenai jutsu itu?" tanya Naruto penasaran sambil duduk di kursi Hokage di ruangan itu.
Hitomi menatap Naruto bimbang. "Sebenarnya akhir-akhir ini Tou-san dan Kaa-san bersikap aneh," jawabnya.
"Bersikap aneh?" Naruto menggaruk kepalanya bingung mendengar pernyataan Hitomi.
Hitomi menganggukkan kepalanya, meng-iya-kan perkataan Naruto. "Ji-san ingat, kan, kalau ji-san 4 hari yang lalu memberi misi kepada Tou-san dan Kaa-san?"
Naruto mencoba mengingat-ingat misi yang ia tugaskan kepada kedua sahabatnya yang notabene adalah orang tua dari Hitomi. 4 hari yang lalu. Ia memberikan misi yang lumayan ringan untuk ukuran kemampuan keduanya. Hanya mengawal seseorang yang penting. "Iya, aku ingat," ucapnya akhirnya.
"Pagi hari setelah mereka pulang misi aku ke kamar mereka. Mereka seperti sedang meributkan sesuatu. Dan waktu aku masuk dan bertanya kepada mereka, tapi Tou-san malah bertanya 'siapa aku?'"
Naruto terdiam mendengar perkataan Hitomi. Sasuke bukan tipe orang yang suka bercanda. Jika ia mengatakan seperti itu ia tidaklah sedang berbohong. Intinya Sasuke memang benar-benar tidak tahu siapa itu Hitomi.
"Kau baca buku ini dulu, ya, Hitomi, Shiori. Tanya pada Shiroiwa kalau ada istilah yang tak dimengerti. Aku mau menemui Sasuke."
Naruto lalu menghentikan langkahnya. "Omong-omong apa hubungannya mencari jutsu itu dengan Sasuke dan Sakura?"
Hitomi melirik Naruto. "Siapa tahu jiwa Tou-san dan Kaa-san dari masa kini tertukar ke masa lalu. Itu hanya perkiraanku, sih," ucapnya ragu-ragu.
Naruto terdiam.
'Walaupun ini hanya pemikiran anak kecil, tapi masuk akal juga,' batinnya.
"Ya sudah. Aku pergi dulu!"
.
.
"TEME! APA YANG KAU LAKUKAN PADA SAKURA-CHAN!" teriak Naruto sambil mengguncang keras bahu Sasuke. Sasuke hanya mendecih kesal akan perlakuan Naruto padanya tersebut.
"Ck, berisik, Dobe."
Naruto menggeram kesal mendengar ucapan Sasuke. Tsunade menatap mereka berdua dengan tatapan malas. Ia sungguh frustasi jika di hadapkan dengan masalah seperti ini. Jika boleh memutar waktu, ia tak akan mau menjadi Hokage.
"Sudah cukup! Naruto kau diam!" ucap Tsunade tegas pada Naruto. Kini ia lelah meneriaki pemuda bermarga Uzumaki itu.
Tok tok tok
"Ya masuk," ucap Tsunade ketika mendengar suara ketukan pintu ruangan tersebut. Matanya melirik sekilas siapa sosok yang hendak memasuki ruang kerjanya tersebut. Sesosok gadis berambut pirang pucat tampak ketika pintu terbuka. Seketika otaknya langsug bekerja ketika melihat sosok tersebut.
"Ino! Kebetulan sekali!" ucap Tsunade dengan nada seakan-akan ia baru memenangkan judi(?). Ino hanya menatap Tsunade bingung. "Kebetulan?" gumamnya.
"Ah, kemari." Tsunade melambai-lambaikan tangannya ke arah Ino–menyuruh gadis itu mendekat. Ino–masih dengan wajah bingungnya–pun mendekati Tsunade.
"Kau baru saja di ajarkan jutsu baru oleh ayahmu, kan?" Ino mengangguk mendengar pertanyaan Tsunade. Tsunade lalu menuding gadis berambut merah jambu yang tengah berdiri di pojok ruangan itu.
"Praktekkan pada Sakura."
Yamanaka Ino mengerjapkan matanya cepat. "Tapi buat apa, Tsunade-shishou?" Ino menatap Tsunade bingung. Jutsu yang baru ia pelajari dari ayahnya adalah jutsu yang dapat membaca sekaligus masuk ke dalam masa lalu seseorang. Tapi buat apa Tsunade menyuruhnya membaca masa lalu sahabatnya itu. Bukankah masa lalu Sakura sudah ia ketahui, ya?
Tsunade lalu menarik tubuh Ino untuk mendekat dan berbisik ke telinga gadis itu. Tsunade menceritakan hal yang barusan terjadi di ruangan itu beberapa menit yang lalu.
Iris aqua milik Ino membesar. "Serius?" tanyanya tak percaya ketika mendengarkan penjelasan Tsunade.
"Maka dari itu aku minta tolong padamu untuk mencari kebenarannya," ucap Tsunade.
Gadis Yamanaka itu lalu menatap Sakura dan berjalan menghampiri gadis itu.
"Aku akan membaca masa lalumu untuk membuktikan kau Sakura dari masa depan atau tidak," ucapnya sambil memegang kedua bahu Sakura.
"Baiklah."
.
.
Sasuke terdiam memandangi putranya yang juga tengah memandangnya. Tapi tatapan bocah itu seperti curiga padanya.
"Hn. Kau mau bicara apa Hitoshi?" tanyanya berusaha mencari tahu. Hitoshi terdiam sebentar.
"Langsung saja aku ingin bertanya. Hitomi berkata padaku, bahwa pagi hari setelah pulang dari misi selama 4 hari ia datang ke kamar Tou-san," ucap Hitoshi masih dengan menatap ayahnya tajam. Sasuke yang dipandangi hanya mampu terdiam.
Bocah ini pasti sudah tahu sesuatu, batin Sasuke. Entah mengapa ia menjadi sedikit gugup. Tapi dipikir-pikir buat apa gugup? Tinggal mengungkapkan saja bahwa ia dan Sakura dari masa lalu dan semua orang akan membantunya kembali ke masa lalu. Lagipula Naruto dan yang lainnya pasti percaya perkataan Sasuke. Mana pernah sih Sasuke bercanda. Tapi omong-omong insting Hitoshi hebat juga. Anak klan Uchiha memang hebat! Stop memuji! Kembali ke masalah.
"Hitomi bilang Tou-san tak mengenalinya. Benar begitu?" lanjut Hitoshi.
Sasuke memutar otaknya. Sebaiknya jawaban apa yang harus dia berikan kepada Hitoshi. Apa ia harus berbohong? Atau harus mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya terjadi?
"TEMEE!"
'Penyelamat datang,' batinnya. Kali ini ia sangat berterima kasih pada Naruto–walaupun sebenarnya ia tak mau.
Naruto berlari mendekat ke arahnya dan Hitoshi. "Aku ada perlu denganmu," ucap Naruto sambil berusaha mengatur napasnya yang sedikit tak beraturan.
"Tapi Ji-san, aku sedang berbicara dengan Tou-san," sela Hitoshi tak terima.
"Sebentar saja, kok. Lagipula kau kan bicaranya bisa di rumah dengan Sasuke. Sudah, ya!" Naruto lalu melambaikan tangannya sambil menyeret Sasuke pergi.
Hitoshi hanya mendecih kesal. Ia bahkan belum mendapat kepastian dari ayahnya.
.
.
Yamanaka Ino mencoba berkonsentrasi. Ia tak tahu jutsunya berhasil atau tidak. Ia lalu membuka matanya perlahan. Ia sudah bisa membaca masa lalu Sakura. Semua memori-memori sahabatnya itu berputar seperti kaset rusak persis seperti apa yang dikatakan oleh ayahnya jika sedang membaca masa lalu seseorang. Namun tiba-tiba memori itu berhenti berputar. Ino mengerjap kaget. Kini ia merasa bahwa ia masuk ke dalam masa lalu itu sendiri.
Ino memandang sekeliling. Bukankah ini adalah rumah Sakura, ya? Ino lalu terdiam ketika melihat seorang pemuda berjalan ke rumah Sakura. Iris aqua-nya terbelalak tak percaya. Pemuda itu Sasuke? Mau apa dia datang ke rumah Sakura?
Ino lalu mencoba mendekati pemuda itu. Ia bisa tenang karena kata ayahnya tak ada yang bisa melihatnya. Sasuke mulai mengetuk pintu rumah sahabatnya itu. Dan tak lama pintu itu terbuka, menampilkan sosok sahabatnya yang tersenyum lembut pada Sasuke. Ia tak begitu mendengar pembicaraan mereka, namun ia melihat Sasuke mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celananya. Sebuah kotak kecil berisi cincin berlambangkan kipas khas Uchiha berada di genggamannya.
'Jangan bilang ini lamaran!' batin Ino menjerit.
Sasuke lalu memasangkan cincin itu ke jari manis Sakura sambil tersenyum lembut. Sungguh! Ini adalah pertama kalinya Ino melihat Sasuke tersenyum.
Dan tiba-tiba memori Sakura kembali berputar. Membuatnya kembali pindah ke tempat lain. Kali ini dimana ya? Oh, Ino mengenali tempat ini. Ini di distrik Uchiha.
Ino mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Matanya menangkap Sasuke dan Sakura sedang bergandengan tangan. Sasuke kemudian berhenti sejenak. Tangannya membelai lembut perut Sakura yang sedikit membesar.
'Sakura hamil?!'
Ino lalu cepat-cepat melepaskan jutsu-nya. Chakranya hampir habis akibat menggunakan jutsu ini. Dan dirinya kembali ke masa sekarang. Saat ia masih berada di kantor Hokage.
"Nah, Ino. Bagaimana?" tanya Tsunade penasaran.
Ino menenangkan pikirannya. Ia menarik napasnya dalam-dalam sebelum berbicara pada shishou-nya itu.
"Sakura tidak berbohong. Ia memang dari masa depan."
.
.
"Nah, Sasuke. Aku mau langsung bertanya, kau ini dari masa lalu atau bukan?"
Sasuke dengan raut stoic-nya menatap Naruto–walaupun ia kaget akan pertanyaan barusan. Naruto berdecak bosan sambil menghentak-hentakkan kakinya tak sabar.
"Jangan menatapku seperti itu. Cepat jawab," tuntut laki-laki berambut kuning cerah itu gusar.
"Ck, iya aku dari masa lalu," ucap Sasuke akhirnya. Toh, buat apa menyembunyikannya. Lebih baik ia membeberkannya.
Naruto seketika berhenti menghentakkan kakinya. "Serius?"
"Terserah," jawab Sasuke kesal.
"Kenapa kau bisa kesini?" tanya Naruto lagi.
"Aku tak tahu." Sasuke menghela napasnya. "Waktu itu aku sedang bertarung dengan Sakura setelah membunuh Danzo. Kau tahu, kan?" Naruto mengangguk pelan mendengar penjelasan Sasuke.
"Itu artinya kau tak tahu bahwa kau dan Sakura menjadi istrimu di masa depan?"
"Sudah pasti, Dobe," kata Sasuke. "Kau punya cara tidak agar aku bisa kembali ke masa lalu …dengan Sakura?"
Naruto terdiam. Cara ya? Sepertinya satu-satunya cara hanya ada di buku itu. Buku yang di pinjam Hitomi.
"Ada. Sepertinya ada di buku yang aku pinjamkan ke putrimu."
"Hitomi?"
"Iya, Hitomi juga mencurigaimu, tahu," ucap Naruto memberitahu.
Sasuke terdiam. Ternyata insting kedua anaknya kuat sekali.
.
つづく
(Tsuzuku/To Be Continue)
A/N :
Oke, silahkan bunuh aku karena apdetnya ngaret se-ngaret-ngaretnya banget(?)! DX
Ini fanfict gak tau udah berapa bulan aku telantarin. 3 bulan? 6 bulan? Atau bahkan setahun?! *lupa gara-gara saking lamanya hiatus*
Aku gak tahu kalian masih ngikutin fict ini atau gak. Atau jangan-jangan udah ada yang lupa sama ceritanya? QwQ
Tapi kalau yang masih ngikutin, aku berterima kasih banget X''D
Eniwey(?), maaf maaf ya kalau penulisanku tambah jelek atau tambah aneh dan juga mbosenin. Kelamaan hiatus jadinya kayak gini…
Dan itu aku ngarang lho jutsu baru-nya Ino. Aku pun belum tahu nama jutsu barunya Ino sama jutsu yang ke masa depan itu apa o.O
Ada yang mau ngasih saran?
Terus-terus bagi yang bingung sama OC-nya, OC yg perlu di perhatiin di fanfict ini cuma Hitoshi sama Hitomi aja kok. Dan mereka anak SasuSaku. Paling juga anaknya ShikaIno, Shiori sama anaknya Naruhina, Shoriwa nyempil(?) dikit.
Daaaan satu lagi. Kayaknya masih ada yang bingung pas bagian SasuSaku dari masa depan kejebak ke masa lalu. Coba deh pahamin lagi kalau yang belum paham. Intinya jiwa SasuSaku di masa depan sama masa lalu itu ketuker gitu *dianya emang suka mbingungin orang*
Oke, sudah selesai ngocehnya. Intinya aku minta maaf banget karena lama apdet…
Nee, minna! Mind to RnR?
.
.
Sign
Kireina Yume
(23 April 2013)