They're Not Gonna Get Us

Karena lagi ingin tulis sesuatu yang lucu dan romantis, saya update Falling in and out of Love! Semoga kalian suka! Maaf kalau pendek, habis ini sudah subuh dan saya ingin sekali update sebelum pergi tidur.

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto.


Starting from here, let's make a promise
You and me, let's just be honest
We're gonna run, nothing can stop us
Even the night that falls all around us

Soon there will be laughter and voices
Beyond the clouds over the mountains
We'll run away on roads that are empty
Lights from the airfield shining upon you

Nothing can stop us, not now, I love you
They're not gonna get us,
they're not gonna get us
Nothing can stop us, not now, I love you
They're not gonna get us,
they're not gonna get us
They're not gonna get us

Not gonna get us by t.A.T.u.

.

.

.

Lee memakir mobil kecilnya tepat di depan Mall, ia menekan rem begitu mendadak sampai mobilnya hampir menabrak tangga yang menuju ke Mall. Jeritan Sakura dan Hinata membuat beberapa pengunjung Mall berpaling ke arah mereka. Sakura mencoba menenangkan dirinya, jantungnya masih berdetak kencang, Hinata membuka pintu mobil dan membantu Naruto keluar dari mobil tanpa muntah untuk yang kedua kalinya. Lee keluar dengan senyum puas.

"Bagian rencana kita yang pertama telah berhasil dengan sukses! Kita berhasil lolos dari orang-orang jahat itu!" Lee mengacungkan jempol ke arah Sakura.

Dalam hati Sakura bersumpah tidak akan membiarkan dirinya masuk ke dalam mobil dengan Lee lagi. Langkah cepat Naruto yang berlari ke semak-semak menguatkan janjinya.

"Aku pakir mobilnya dulu, kalian tunggu disini ya?" dan dengan cepat Lee memacu meninggalkan kepulan asap di belakangnya.

"Aku akan pulang naik taksi nanti," guman Hinata, Sakura menganggukkan kepalanya.

"Naruto-kun sudah baikkan?" tanya Hinata cemas sambil memberikan Naruto sebotol air dan sapu tangannya.

"Ya aku sudah baikkan, trims Hinata," Naruto nyengir pertanda ia benar-benar merasa sudah baikkan.

Hinata tersenyum sambil mengeringkan dahi Naruto dengan sapu tangannya. Keduanya berpandangan beberapa detik, kedua pipinya Hinata bersemu merah menyadari bahwa wajahnya dekat sekali dengan wajahnya Naruto. Lelaki itu terdiam sesaat, seperti lupa akan sekelilingnya. Sakura tersenyum dan berbalik, berpura-pura menunggu Lee. Kedua pipinya Naruto bersemu merah sedikit saat ia menyadari betapa cantiknya kedua mata Hinata. Naruto membuka mulutnya, ia ingin berterima kasih atas perhatian Hinata.

"Hinata, akhirnya kalian sampai juga."

Sakura menggigit bibir dan menahan dirinya untuk memukul kepala Gaara. Naruto dan Hinata terperanjat dan mereka menjauhi dirinya masing-masing seolah tersengat listrik.

"G-Gaara-kun, maaf kalau kami terlambat," Hinata menunduk malu.

Gaara tersenyum, sesuatu yang paling sering ia lakukan hanya kalau ada di dekat Hinata. Hari ini ia mengenakan kemeja merah tua yang cocok dengan warna rambutnya, dipadu dengan celana hitamnya dan sepatu adidas. Gaara memberi kesan keren dan santai namun ada sisi maskulin dasyat. Beberapa cewek muda melirik ke arahnya saat ia menarik tangan Hinata.

"Nggak apa-apa, aku senang kalian sampai kesini dengan selamat, aku sudah takut saat mendengar kalian naik mobil Lee..."

"Kami nggak apa-apa, setidaknya tubuh kami masih utuh," Sakura batuk-batuk, memberi isyarat bahwa ia tahu rencana Gaara untuk tidak membiarkan Hinata berduaan dengan Naruto.

"Yo Gaara! Terima kasih sudah mau datang untuk membantu Sakura-chan!" Naruto yang seperti biasanya tidak menyadari apa-apa, menepuk bahu Gaara keras-keras.

"Hm, sama-sama. Aku tidak bisa berdiam diri mengetahui apa yang bisa terjadi," ujar Gaara tenang, masih memegang tangan Hinata.

Sakura memandang Gaara dengan pandangan stoik. Seperti telepati, Gaara bisa membaca dari kedua matanya apa yang sedang dipikirkannya.

"Kamu cuma datang karena Hinata, jangan berbuat macam-macam padanya."

"Aku nggak akan membiarkan sesuatu terjadi kepadanya, setelah mendengar rencana kalian."

"Aku tahu dia akan aman di tanganmu, tapi jangan terlalu mengganggu hubungan Hinata dan Naruto dong!"

Gaara tersenyum, sebuah senyum yang mengingatkan akan senyum ala Uchiha milik Sasuke.

"Hubungan apa? Sebelum Naruto dan Hinata resmi pacaran aku bisa berjuang untuk memenangkan hati Hinata."

"Cih! Ingat janjimu, aku membiarkanmu asal kamu jangan sampai membuat Hinata menangis."

"Tenang saja, seperti yang kukatakan dulu, kalau aku sampai membuatnya menangis, aku tidak akan menampakkan mukaku lagi di hadapannya."

"Baiklah, kuserahkan Hinata kepadanmu, keselamatannya tentu saja!"

"Fokus saja pada masalah percintaanmu sendiri tuan putri."

Naruto dan Hinata membisu menyaksikan aksi melempar pandangan antara Sakura dan Gaara.

"Teman-teman! Mobilnya telah sukses terpakir di dekat pintu Mall! Kalau kita harus kabur lagi, aku bisa membawa kalian dengan cepat keluar dari sini!" Lee tiba-tiba hadir di belakang Naruto, membuatnya terperanjat kaget dan pucat lagi. Sakura dan Gaara sweatdrop.

"Haha... terima kasih Lee..." Sakura tertawa gugup. "Oke... kalau begitu kita mulai sekarang."

Semuanya berjalan memasuki Mall. Hinata dan Sakura langsung menuju kamar kecil wanita. Para lelaki menunggu di luar. Setelah lima menit kedua cewek itu keluar. Untuk detik-detik pertama para lelaki tidak bisa membedakan keduanya. Namun hanya warna mata yang bisa menunjukkan siapa Sakura dan siapa Hinata.

Hinata sekarang memakai wig rambut pink yang panjangnya sama dengan rambut Sakura. Keduanya memakai rok jeans selutut dengan sepatu boots hitam dan kemeja merah. Bahkan kalungnya sama, bentuk bunga Sakura.

"Sakura-chan kamu cantik sekali!" Lee mengacungkan jempol sambil tersipu merah.

"Aku biasanya juga tampil seperti ini di kampus..." Sakura sweatdrop.

Hinata dengan malu-malu menarik roknya ke bawah. Gadis Hyuuga itu belum terbiasa memakai rok yang bahkan sampai ke lututnya. Biasanya gaun atau rok yang ia pakai panjang atau sampai di bawah lutut.

Gaara tersenyum kepada Hinata, pertanda ia memuji penampilannya. Hinata berpaling dengan malu-malu, kedua pipinya bersemu merah. Dahi Naruto berkerut, entah kenapa ia tidak suka melihat hal itu.

"Oke, jadi rencana kita adalah: Sakura pergi berkencan dengan Sasuke. Gaara akan berjalan-jalan dengan Hinata di Mall, mengalihkan perhatian para orang M.I.B." jelas Lee.

"Apa itu mib?" tanya Naruto bingung.

"Man in black Naruto," Gaara memukul dahinya.

"Betul! Kita harus beri nama orang-orang itu. Jadi kebanyakan akan berusaha mengejar Hinata. Gaara tentu saja akan mencegah mereka menculik Hinata."

"Piece of cake," Gaara nyengir sambil menyilangkan lengannya.

"Sisa orang yang mengejar Sakura dan Sasuke, akan dicegah oleh aku dan Naruto. Naruto, kamu masih fit latihan bela diri 'kan?"

"Masih, perintah Kaa-san..." Naruto berpaling muka mengingat wajah seram ibunya.

"Bagus, dengan begitu rencana ini akan berjalan dengan sukses. Nanti saat kencannya selesai, Sakura akan berpisah dengan Sasuke. Hinata dan Sakura akan ke kamar kecil dan berganti pakaian lagi. Sakura akan memakai wignya yang hitam dan Hinata tidak perlu memakai wig lagi. Kita akan bertemu di pintu Mall bagian selatan. Bersama-sama kita akan pulang."

"Eh... Sakura-chan, sebenarnya kamu akan pulang kemana? Kamu 'kan nggak diizinkan pulang," tanya Naruto.

Sakura nyengir, "tidak jauh dari kampus ayah memiliki kos untuk para mahasiswa. Ada satu kamar kos khusus untukku kalau aku belajar lembur di kampus. Aku bisa tinggal disana sampai ayah pulang. Habis itu aku akan punya pembicaraan empat mata dengannya," Sakura menunjukkan tinjunya, kedua matanya berkobar-kobar.

Para lelaki mundur selangkah. Mereka kenal amukkan amarah Sakura. Lee, Naruto, Gaara dan Sakura memasuki sekolah bela diri Guy-sensei sejak mereka berumur enam tahun dan di antara mereka, Sakura memiliki tinju yang paling mematikan. Semuanya merupakan anak dari orang yang terkenal dan sukses. Minato adalah mentri keamanan dalam negeri, ayah Gaara adalah pemilik perusahaan senjata dan peralatan elektronik yang sukses, juga merupakan ketua mafia negara ini, Lee adalah anak angkat Guy-sensei, juara bela diri yang telah memenangkan berbagai kejuaraan, sering ikut latihan dengan para champion terkenal seperti Bruce Lee dan Chuck Norris, bahkan tampil dalam beberapa film action terkenal. Karena merupakan anak orang yang terkenal dan kaya, penculikan bisa saja terjadi. Bela diri adalah perlindungan terakhir setelah bodyguard.

"Oke, kita sebaiknya pergi sekarang, sebentar lagi filmnya mulai," ujar Sakura bersemangat, mata jamrudnya menandakan isyarat dan perasaan seorang gadis yang lagi jatuh cinta.

Ia berlari duluan ke arah bioskop, Naruto dan Lee berlari mengikutinya, mereka dikejar oleh Gaara dan Hinata. Dari kejauhan Sakura bisa melihat sosok Sasuke yang lagi menunggunya di depan sebuah air mancur. Sasuke mengenakan baju putih di bawah kemeja biru tuanya yang terbuka dan celana jeans. Sakura tersenyum lebar, kedua pipinya bersemu merah dari berlari dan rasa senang melihat lelaki berambut hitam itu. Namun sebelum Sakura sampai ke tempatnya, beberapa hal terjadi secara bersamaan.

Dua orang berpakaian hitam mendekatinya, namun Sakura melompat ke atas, mendarat dan ia terus berlari. Kedua orang itu sekarang diserang oleh Naruto dan Lee yang mencoba meringkus mereka tanpa menarik perhatian banyak orang. Gaara dan Hinata berlari ke arah yang lain begitu mereka dilihat sekelompok orang yang berpakaian dan berkaca mata hitam lainnya. Sakura tetap berlari dan Saske akhirnya melihat ke arahnya. Ia tersenyum tipis dan jantung Sakura berdetak kencang.

Sasuke...

Tiba-tiba salah satu orang suruhan ayahnya muncul di belakang Sasuke. Ia hendak meraih bahu Sasuke, namun tiba-tiba seseorang dengan pakaian ala Hawaii muncul di antara mereka.

"Excuse me Sir, can you point me out a direction...?" tanya orang turis itu.

Orang M.I.B menatap turis itu dengan bingung yang sekarang berbicara banyak dalam bahasa Inggris sambil menyeretnya menjauh dari Sasuke. Sakura menghela napas, ia senang ia beruntung dalam keadaan terjepit seperti itu. Sasuke melirik ke arah kedua orang yang menjauh darinya, tidak ada yang menyadari kilauan berbahaya dalam kedua matanya yang hitam, seolah-olah seperti predator yang siap menerkam mangsanya, dengan cepat dan mematikan. Ada hawa seperti aura gelap mengelilingi dirinya seolah-olah mengatakan bahwa ia ada sisi gelap.

"Sasuke-kun?"

Sasuke mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menatap Sakura yang memandangnya dengan bingung. Ia tersenyum tipis sebelum menyerahkan sekuntum mawar yang ia pegang ke Sakura.

"Hai Sakura," Sakura mengambil mawar itu dengan malu-malu. Ia mencium aromanya sebelum mengangkat wajahnya untuk menampakkan senyumnya kepada Sasuke.

"Trims Sasuke," ujar Sakura dengan senyum malu-malu.

"Sebaiknya kita pergi sekarang sebelum filmnya mulai," saran Sasuke.

Sakura mengangguk dan berjalan di sampingnya, keduanya mulai ngobrol. Sesampainya mereka disana mereka beli dua karcis untuk menonton sebuah film superhero berjudul Blakburn, seorang pengendali api yang berjuang melawan pemerintah dan organisasi keamanan mereka yang korupsi. Setelah Sasuke dan Sakura masuk, si penjual karcis terperanjat kaget karena ada sekitar 20 orang berpakaian dan berkaca mata hitam juga ingin beli karcis untuk menonton filmnya. Karena karcisnya sudah habis terjual, kelompok orang-orang aneh itu disuruh pergi.

Di dalam bioskop, Sakura berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan jantungnya yang berdetak cepat. Ia bisa merasakan suhu tubuh Sasuke dari tangannya yang ia tempatkan tidak jauh dari tangan Sakura. Gadis itu ingin sekali meraih tangan Sasuke dan menyangga kepalanya di atas bahunya yang maskulin. Aroma tubuh Sasuke meracuni indra penciuman Sakura dan ia mendapat keinginan kuat untuk memeluk Sasuke dengan erat dan mengakui perasaannya. Sakura harus berusaha untuk bersikap tenang karena Sasuke sudah dua kali menangkap basah dia melirik ke arah Sasuke saat filmnya diputar.

Jauh di belakang mereka, Lee dan Naruto membagi satu bungkus jumbo popcorn yang mirip ember. Lee mengambil setangan penuh popcorn sebelum mengisi mulutnya sepenuh mungkin, mencoba menahan air matanya saat melihat wajah rindu Sakura yang mencoba menatap Sasuke diam-diam sambil menonton cerita mengharukan sang pahlawan yang harus meninggalkan kekasihnya demi keselamatannya karena ia dikejar oleh seluruh suruhan pemerintah yang korupsi. Naruto mencoba fokus menonton filmnya, sebenarnya ia sudah lama ingin menonton film itu, namun hatinya entah kenapa resah saat mencoba menebak Gaara dan Hinata sedang apa. Ia yakin ia merasa resah karena mengkhawatirkan keselamatan Hinata, namun kenapa ia tidak bisa tenang saat mengetahui Gaara ada di sampingnya dan akan mencoba sekuat tenaga untuk melindunginya?

Dua jam kemudian, Sakura dan Sasuke meninggalkan bioskopnya, Sakura menghapus air matanya dengan sapu tangan yang Sasuke pinjamkan kepadanya. Akhir filmnya berhasil membuatnya melupakan Sasuke sesaat.

"Akhirnya sungguh mengharukan..." bisik Sakura yang mencoba tersenyum namun ia menitikkan air mata lagi. "Sang pahlawan terpaksa mengorbankan kekasihnya untuk menyelamatkan dunia..."

"Biasanya aku bukan tipe yang suka cerita romantis, namun aku akui, kali ini aku cukup menikmatinya," ujar Sasuke jujur.

"Tapi apa arti hidup seorang pahlawan tanpa seorang wanita di sampingnya?" protes Sakura yang menghapus air matanya.

"Kau benar..." Sasuke menatap ke arahnya saat mereka berjalan di Mall. Mereka berhenti di taman bunga yang tertata rapi di tengah mall, sebagai tempat untuk para pembelanja istirahat sejenak di udara sejuk. Beberapa burung berkicauan di dekat air mancur yang memiliki patung cupid kecil di atasnya. Sakura berhenti berjalan untuk melipat sapu tangannya, merasa malu ia hampir menangis di depan Sasuke. Dari kejauhan terdengar musik terbaru yang berada di top box office, kebetulan itu adalah lagu latar belakang Blakburn "Together forever" yang sering dimainkan di dalam filmnya. Sasuke menempatkan tangannya di atas bahu Sakura dan gadis berambut pink itu mengangkat wajahnya.

Tidak jauh dari mereka, Naruto dan Lee berkumpul dengan Gaara dan Hinata. Keempat mahasiswa itu menukar beberapa pandang, Naruto menatap Hinata lebih lama dari biasanya, hal ini tidak luput dari perhatian Gaara. Mereka sekarang memperhatikan Sasuke dan Sakura.

"Ini saatnya..." Hinata berbisik dengan mencakup kedua tangannya, memohon ke Kami-sama agar semuanya berjalan lancar. "Ayolah Sakura..."

"Sakura-chan..." Lee mencucurkan air mata, namun ia cukup dewasa untuk tidak membuat keributan yang bisa merusak suasananya.

Gaara terdiam namun bahkan di dalam kedua mata jade-nya bisa terlihat sebuah harapan. Naruto menyilangkan kedua jarinya, berharap dengan sepenuh hati kedua sahabatnya akan menjadi pasangan resmi, mengetahui mereka cocok untuk masing-masing.

"Sakura, aku..."

"Sasuke aku..."

Keduanya terdiam saat mendengar perkataan masing-masing. Sasuke tersenyum ala Uchiha-nya saat Sakura tertawa manis.

"Baiklah, aku duluan," tawar Sasuke. Sakura mengangguk, setuju dengan usulnya.

"Sakura, kenyataannya adalah, bahwa jika pahlawan itu adalah-"

Perkataan Sasuke terpotong karena tiba-tiba cahaya lampu dan seluruh listrik di dalam mall mati seketika. Terdengar beberapa jeritan kaget para pengujung mall dan tangisan anak-anak kecil yang takut akan kegelapan.

"Sakura?" Sasuke menaggil dengan cemas. Tidak ada jawaban.

Cahaya lampu kembali menyala setelah waktu yang terasa seperti satu menit, namun Sasuke tidak dapat menemukan Sakura dimanapun. Ia melihat sekelilingnya, tetapi gadis berambut pink itu sudah menghilang entah kemana. Sasuke tidak mengerti.

Hinata memekik shock saat melihat Sakura tidak ada di tempat Sasuke. Ia langsung berlari mencari sahabatnya, tanpa mempedulikan panggilan Gaara dan Naruto. Ia berlari sampai ia tiba-tiba ditahan salah satu suruhan Kizashi. Hinata menjerit saat mendapati dirinya dikelilingi tiga orang.

"Itu dia, akhirnya kami temukan kamu juga!" ujar salah satu.

Akhirnya...? Jadi mereka tadi masih mencari Sakura? Kalau begitu... siapa yang telah menculik Sakura...?

Tiba-tiba ketiga orang itu diserang sekelompok orang lain yang Hinata tidak kenal. Untuk sesaat ia sungguh terkejut dan bingung melihat kejadian di depan matanya, namun ia teringat akan Sakura dan dengan panik ia mencoba menemukannya lagi.

Oh Kami-sama! Semoga ia tidak diculik lagi... hal itu tidak boleh terjadi lagi padanya!

Seseorang mecengkram pergelangan tangannya yang mungil dan Hinata menjerit kaget, ia mencoba untuk membanting orang itu jatuh, teringat beberapa jurus bela diri yang diajarkan Kak Neji kepadanya, namun badan orang itu masih terlalu besar untuk gadis anggun sepertinya.

Dari belakang Gaara menyerang orang itu dan melawan delapan orang lainnya yang datang tiba-tiba. Lee bergabung, ia ikut bertarung, membantu Gaara.

"Naruto! Bawa Hinata dari sini ke tempat yang aman!" perintah Gaara.

Naruto mengangguk dan ia meraih tangan Hinata, menariknya sambil berlari untuk membawanya pergi.

"Hinata! Ke sini! Aku tahu tempat yang aman!" Naruto berlari sambil melihat ke depan, tidak menyadari kedua pipi Hinata yang memerah. Ia membalas genggaman tangan Naruto.

Tangan Naruto-kun... begitu besar dan hangat...

Naruto mendorong Hinata ke dalam foto box, tempatnya sempit namun kain penutupnya akan melindungi mereka dari mata-mata yang mencari mereka. Kedua pipi Hinata tambah merah saat ia terdorong ke dada Naruto, baju oranye-nya sedikit basah oleh keringat, namun hal itu tidak mengganggunya, ia malah tambah malu dan menikmati jarak di antara mereka yang pendek.

"Kita akan aman disini untuk sesaat..." guman Naruto, tiba-tiba menyadari betapa dekatnya ia dengan tubuh mungil dan feminim Hinata.

Hinata menundukkan kepalanya dengan malu, jantungnya berdetak kencang, ia merasa hampir mau pingsan. Ia memang lemah dengan tekananan darahnya sudah sejak dulu, dan berada di dekat Naruto membuat kehilangan kesadaran beberapa kali. Apa daya jika ia begitu menyukai lelaki itu sampai jantungnya rasanya mau copot?

"Hehe Hinata, jangan khawatirkan Sakura, aku yakin ia baik-baik saja, ingat, dia kan bisa karate dan tinju. Mana ada lelaki yang bisa membungkamnya?" Naruto nyengir.

Hinata membalas senyumnya, namun kedua matanya tetapi dipenuhi rasa cemas.

Naruto-kun, kamu tidak tahu... tujuh tahun yang lalu...

-X-O-X-O-X-

Sasuke tidak tahu harus lakukan apa. Ia berjalan keluar mall ke arah mobilnya dengan cemas dan gerutu. Tiba-tiba hapenya berbunyi dan ia langsung membaca SMS yang ia dapatkan. Sesaat ia terdiam lalu sebuah senyum tipis tersunging di bibirnya. Ia menutup ponselnya dan membuka pintu mobil Chevrolet biru tua miliknya.

-X-O-X-O-X-

"Apa ini...?" seorang satpam yang melihat semua kejadian aneh di kamera, memanggil si pemilik mall yang kebetulan ada di mall hari itu.

"Tuan Onoki... ada sesuatu yang aneh sedang terjadi."

-X-O-X-O-X-

Dua orang dengan emblem Uchiha di bagian kanan dada mereka, berdiri di samping salah satu orang berpakaian hitam yang telah mereka ringkus dengan sukses.

"Sekarang saatnya lihat siapa sih yang berusaha sekuat tenaga untuk merusak kencan Sasuke-sama..." dengan berkata begitu, kacamata hitamnya dicopot.

"Yamato...? Tangan kanan tuan Kizashi?"

Dari walkie-talkie milik salah satu dari mereka, terdengar sebuah suara serak.

"Halo? Kidomaru? Apa kamu ada disana?"

Orang bernama Kidomaru mengangkat walkie-talkienya dengan kesal dan menekan tombol sebelum menjawab. "Apa?!"

"Kita bisa pulang, tuan muda Sasuke pulang dengan senyum, berarti kencannya sukses. Boss juga sudah telpon, bilang kita bisa kembali."

"Ya sudah..." Kidomaru mematikan alat yang ia pegang sambil memandang Yamato yang masih tidak sadarkan diri. "Apa arti semua ini...?"

-X-O-X-O-X-

Kedua kelopak mata Sakura terbuka pelan. Ia menggerakkan kepalanya mencoba untuk menyingkirkan helaian-helaian rambut pinknya yang panjang dari matanya. Ia mendengar suara mobil yang berjalan, merasakan permukaan kain asing di pipinya dan merasakan kedua tangannya telah terikat di belakangnya. Sakura meronta-ronta, membuat rambutnya terjatuh ke samping, memberikan kebebasan untuk lebih mengamati sekelilingnya. Ia berdada di dalam mobil yang tidak ia kenal. Rasa panik yang membabi-buta menguasai tubuhnya dan ia meronta-ronta lebih keras. Kepingan-kepingan ingatan dari masa-masa yang ingin ia lupakan mulai nampak di dalam pikirannya. Kegelapan, suara sinis, kain dengan rasa jelek yang memenuhi mulutnya, jeritan bisu dan bau besi.

"Aku tidak akan bergerak seperti itu kalau jadi kamu," seseorang berkata.

Sakura melihat seseorang dengan rambut merah menyetir mobilnya. Ia tidak bisa mengenali orang itu dari belakang, namun ia mengingatkannya akan Gaara. Sebuah boneka aneh tergantung di bawah kaca cermin. Sakura tambah panik.

"Berhenti meronta-ronta seperti itu kalau Anda tidak mau punya luka di pergelangan tangan Anda yang cantik, Nyonya Haruno."

Mendengar orang itu memanggilnya dengan sedikit hormat, Sakura langsung berhenti. Orang ini tahu dirinya dan entah kenapa itu memberinya kepastian bahwa orang ini bukan penculik yang menginginkan sesuatu darinya.

"Maaf kalau harus bertindak jauh namun aku bekerja langsung di bawah perintah tuan Fugaku Uchiha, aku yakin kamu pernah mendengar namanya," orang misterius itu lanjut tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Sakura berpikir keras sejenak. Ia kenal Fugaku Uchiha, ia pernah menghadiri sebuah pesta besar yang diselenggarakan olehnya saat ia berumur enam tahun. Ia ingat karena saat itu ia memakai gaun pink layaknya seperti tuan putri dan menghadiri sebuah pesta dengan orang tuanya untuk pertama kalinya. Ia teringat sebuah istana yang dipenuhi bunga, seorang wanita baik dengan rambut hitam. Ia mencoba mengingat hal lain yang terjadi di dalam pesta itu, namun ia tidak bisa. Akan tetapi tanpa mengingat pesta itu ia tahu dari berita nasional bahwa Fugaku Uchiha adalah pemilik beberapa perusahaan sukses, mulai dari pertambangan batu bara sampai rantai perhotelan bintang lima dan asuransi kesehatan. Salah satu orang paling sukses dan kaya bahkan untuk tingkat internasional. Dan orang yang menculiknya adalah salah satu suruhan Fugaku Uchiha? Kenapa? Buat apa orang dari tingkat society atas menginginkan Sakura...

Sakura tiba-tiba teringat surat ayahnya.

Ayah ingin kamu aman 100%. Kebetulan sekali teman ayah menawarkan untuk menjagamu sampai ayah dan ibu pulang ke rumah...

Jangan panik putri kecilku. Dia akan memastikan segala kebutuhanmu dipenuhi dan kamu akan dijaga 24 jam dalam seminggu. Kamu akan baik-baik saja.

Fugaku Uchiha adalah teman ayah yang Kizashi tulis di suratnya? Sakura merasa perutnya seperti dipenuhi air dengan es. Tunangannya adalah putra orang super kaya itu? Terlebih lagi seseorang dari salah satu keluarga terhormat dengan garis keturunan yang dijaga ketat turun-temurun?

Uchiha...? Tunggu kenapa ia merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya..? Jauh sebelumnya, bukan dari berita atau dari gosip teman-temannya...

"Kita sudah sampai," perkataan orang itu membuyarkan lamunan Sakura. Ia mendesah tajam.

Pintu mobil dibuka dan Sakura ditarik keluar dengan hati-hati namun tidak lembut. Nampaknya berita tentang kekuatan monster Sakura telah diketahui oleh kebanyakan orang dari kediaman Uchiha karena Sakura melihat beberapa orang berpakaian hitam dengan emblem Uchiha di dada mereka, mengelilinginya.

Ia menggerutu, berharap tangannya bebas jadi ia bisa meringkus mereka semua sekaligus dengan tangan kosongnya. Si penculik mencengkram lengannya dengan paksa dan menyeretnya masuk. Sakura menahan dirinya untuk tidak protes, ia tidak ingin terlihat lemah. Ia dikelilingi oleh sepuluh orang lainnya. Sakura memutar bola matanya, begitu banyak drama hanya karena keinginan konyol ayahnya untuk menjodohkannya.

Sakura berjalan terpaksa sambil memperhatikan sekelilingnya. Kediaman Uchiha atau sering dipanggil Uchiha Manor, mirip istana tua dengan banyak peralatan canggih di sekelilingnya. Sakura bisa melihat kamera ada dimana-mana, beberapa mobil oldtimer yang eksklusif terparkir di depan pintu rumah terbesar yang pernah Sakura lihat. Hanya saja ia tidak melihat sekuntum bunga dimanapun. Kebun dan tamannya hanya merupakan hamparan hijau yang ditumbuhi beberapa pohon besar dan semak-semak berbentuk pion-pion catur.

Sakura yang dipaksa orang berambut merah tak dikenalnya untuk terus berjalan, membawanya masuk ke dalam Uchiha Manor melalui pintu yang lain, menembus dapur ruang tamu. Sakura merasa perutnya tambah disiram air es dari kutub utara saat mendengar perkataanya. Ia tidak suka senyum sinis yang ia perlihatkan kepadanya.

"Saatnya kau bertemu tunanganmu, tuan putri."


Yes chapter depan Sakura akan bertemu Itachi! Saya nggak sabar untuk update chapter itu!

Update cepat! Saya mau bobo sekarang. Plis review, kalian tahu betapa saya menunggu seperti anak menunggu chapter terbaru Naruto setiap minggu! Dadah! Oh ya dan cerita Blakburn adalah cerita milik saya yang pernah saya tulis untuk seseorang yang suka cerita superhero.