Getting Over You
Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Rosecchi
AU―Highschool. Typo. Eyd campur. DLDR. No flame, please.
Just for fun. My first GaaHina (All The Way) Dedicated for Classico Blu~~
.
.
.
-:O:-
::Kegalauan Mama Karura::
Awan yang berwarna abu-abu dan terlihat berat menutupi cahaya bulan yang kekuningan. Kegelapan malam yang sudah menyelimuti langit tak sedikit pun menggetarkan nyali si pemuda berambut merah. Nafasnya terengah-engah, tangannya terkepal kuat. Dadanya naik turun. Rambutnya yang jatuh menutupi dahi, membuat penglihatannya sedikit terganggu. Dengan sedikit gerakan jari, pemuda itu menyisir anak rambutnya ke belakang dan menampakkan mata hijau dengan lingkaran hitam yang tebal. Bola matanya yang hijau menatap puas hasil 'kerjanya'. Balok-balok kayu yang timpang-tindih. Pipa besi yang berserakan. Siswa SMA yang bergelimpangan. Kaki remuk, tulang rusuk patah merupakan hal yang biasa dilihat si Sabaku. Pemuda yang kini berdiri diantara korban 'keganasannya' itu menyeringai setelah melihat ketua yang menantangnya berakhir mengenaskan di tangannya. Tulang rusuk patah, kaki remuk dan pendarahan hebat di kepala.
Pertarungannya sendiri melawan dua puluh orang bersenjata pipa besi, pisau lipat dan pemantik api itu cukup memakan waktu lama dan berakhir dengan kemenangan. Dia hanya mengorbankan seragamnya yang kotor dan berlumuran darah, pipi dan lengan yang terluka. Lengannya yang putih dan berotot mengelap sebentar sudut bibirnya yang pecah dan menyeka keringat di dahinya yang bertatto.
Ah, Gaara Sabaku memang tak terkalahkan. Dengan mengandalkan semangat, tenaga dan tangan kosong, pemuda tampan itu berhasil mengalahkan satu kelompok berandal yang menantangnya bertarung. Gaara yang hobi berkelahi. Gaara yang senang mengalahkan preman. Gaara yang merasa puas saat meremukkan tulang orang. Gaara yang merasa bangga bisa mengalahkan siapapun yang berani menantangnya.
Yakin semuanya terkapar babak-belur dan tak akan melawan, Gaara mengambil ranselnya yang teronggok begitu saja dekat pagar pembatas yang terbuat dari kawat dan mengeluarkan ponselnya. Jam delapan malam, dan itu tidak akan pernah membuat Gaara takut untuk berjalan sendirian pulang ke rumah.
Sepertinya ini malam yang menyenangkan bagi Gaara yang selalu merasa kosong dan bosan. Kakinya yang berlapis sepatu kets hitam menapaki jalanan aspal yang terasa lengang. Sunagakure di malam hari adalah yang paling menakutkan bagi perempuan, lansia dan anak-anak. Penjahat yang berkeliaran sebenarnya tak masalah bagi Gaara. Hanya saja, Gaara kali ini kelelahan. Percayalah, mengalahkan dua puluh orang itu tak semudah yang dibayangkan. Dan akhirnya, Sabaku bungsu itu mengambil keputusan paling tepat; mempercepat langkahnya untuk segera tiba di rumah.
Dari kejauhan, Gaara dapat melihat pintu rumahnya terbuka lebar. Sinar lampu ruang tamu yang terang-benderang terlihat cemerlang di kegelapan malam. Gaara bertanya-tanya. Ada apa? Jarang sekali rumahnya yang besar itu membiarkan pintunya terbuka lebar. Bola mata hijau itu bisa menangkap dengan jelas Papanya sedang bersidekap menunggunya.
Gue bakalan diceramahi gara-gara keseringan beli seragam? Perasaan keuangan perusahaan gak ada masalah, pikir Gaara. Gaara mempercepat langkah kakinya.
Saat Gaara masuk ke dalam rumah, Mister Sabaku alias Papa Gaara sedang terduduk menatap anaknya dengan tajam. Seragam anaknya yang kotor, lengan yang terluka dan rambut yang acak-acakan membuat Ayah tiga orang anak itu menghela nafas, kesal.
"Gaara, duduk." Perintahnya terdengar menyebalkan di telinga Gaara yang benar-benar kelelahan.
Gaara yang kelelahan menurut untuk duduk. Menghempaskan punggungnya yang mendadak terasa perih untuk sesaat. Temari, kakak perempuan Gaara segera meraih lengan adiknya yang mengucurkan darah. Gadis kuncir empat itu sudah (terpaksa) biasa melihat adiknya yang pulang dengan luka di tubuhnya.
"Habis darimana?" tanya Mister Sabaku. Temari tetap diam dan fokus membalut lengan Gaara yang terluka. Aroma keringat Gaara yang bercampur cologne bisa membuat Temari mabuk kepayang jika gadis kuncir empat itu bukanlah kakak kandung Gaara.
"Main." Jawab Gaara sekenanya. Matanya yang hijau menatap potret keluarga Sabaku. Wajahnya dulu terlihat lemah dan menggelikan.
"Kok berdarah?" mata Mister Sabaku menyelidik. Kedua tangannya yang kasar ditaruh depan mulut, berpose seperti detektif.
"Mainin kepala orang." Gaara semakin asal menjawab.
Mister Sabaku ngelus dada. "Kamu gak kasian?"
"Mereka yang duluan ngajak jotos."
"Gaara!" sentak Mister Sabaku.
"Hn?"
Gaara memutar bola matanya. Buruan sih, mau ngomong apa. Belibet bener. Gaara berjengit. Alkohol yang mengenai jaringan kulitnya yang sobek benar-benar mengirimkan rasa pedih ke pusat syarafnya. Temari, sialan!
Gaara memelototkan matanya pada Temari.
"Kamu pindah ke Konoha. Bahaya kalau terus di Suna. Bisa-bisa kamu mengurangi angka populasi manusia di Suna."
Oh. Masalah itu. Gaara semakin menyandarkan kepalanya di bahu kursi yang empuk. Rasa pedih kini berganti dengan rasa dingin dari salep herbal yang dioleskan Temari. Ah, Gaara tahu salep ini sepupunya yang meracik.
"Gak mau." Sahut Gaara cuek.
Kalau di Konoha, entar populasi manusia Konoha menurun juga. Sama aja. Gak ada bedanya. Gaara mendengus. Padahal dia sebenarnya masih ingin menghancurkan satu kelompok lain yang mengajaknya balapan liar.
"Manusia di Suna akan mengalami kepunahan kalau kau begitu terus, Gaara!"
"Tinggal buat aja, gampang." Gaara semakin bosan dengan pembicaraan.
"GAARA SABAKU!"
Mister Sabaku terkena hipertensi mendadak. Urat-urat di kepalanya tercetak jelas. Gerahamnya mengatup rapat menahan amarah. Anaknya benar-benar keterlaluan.
"Ayah gak mau kamu ditangkep polisi!" akhirnya alasan paling kuat terlontar juga dari mulut Mister Sabaku. Mister Sabaku menatap sedih wajah anaknya.
Zaman sekarang tinggal salam-tempel saja. Mudah. Polisi zaman sekarang semuanya mata duitan, pikir Gaara. Semuanya bisa selesai dengan uang.
"Aku punya SIM."
"Ih gak nyambung, deh!" komentar Temari. Kakak perempuan itu selesai dengan tugasnya.
Memang itu tujuan Gaara. Kupingnya sudah panas.
"Gaara!"
Mama Karura bertindak cepat. Bola matanya yang satu warna dengan Gaara berkilat-kilat, menatap anaknya dengan pandangan tajam. Ini bukan masalah main-main. Bisa-bisa keluarga Sabaku dituntut ke pengadilan karena menurunkan angka statistik jiwa di kota Sunagakure. Dan pelakunya adalah anaknya sendiri.
"Mama gak mau anak Mama yang ganteng satu-satunya ternyata hobi berantem!"
Bola mata Gaara menghindar. Sabaku bungsu itu kehilangan minat bicara. Warna perban yang putih kini berganti menjadi cokelat pudar akibat darah Gaara
"―jadi aku bukan anak Mama?"
Tiba-tiba Kankurou, kakak Gaara datang. Dia duduk diantara Temari dan Gaara. Dia merasa ada di 'anak tiri'-kan oleh orangtuanya.
"Bukan." Gue ngejawab pertanyaan Kankurou yang ditujukan buat Mama.
"Mulung di tong sampah."
Bingo! Mama Karura tahu benar cara merusak mood Kankurou.
Kankurou merengut dan memperhatikan wajah Gaara. Kalau dilihat-lihat, mereka ini bersaudara. Tapi kenapa, wajah Gaara, tingkat kekerenan Gaara, bentuk tubuh Gaara semuanya jauh diatas dia? Kankurou menggigit bibir menahan tangis. Sama-sama dilahirkan dari orangtua yang sama, kenapa hasilnya berbeda?
"Pokoknya di Konoha, penyakit premanisme kamu harus sembuh! Atau kalau nggak, Mama kirim kamu ke Arab Saudi, ikut mondok di pesantren bawah tanah yang penjaganya pake baju zirah dan siap tempur semua!"
Orangtua gue kenapa sih?
"Emang ada?"
"Gaara sayang, mau dikirim ke Arab Saudi atau Konoha?" suara Mama terdengar seperti hantu perempuan. Gue udah pernah ngerasain peluru campur racun yang ditembakkan pesuruh Papa lewat AK-47. Sakitnya sih gak seberapa, tapi bikin gue sukses dirawat di Rumah Sakit selama tujuh hari. Bagi Gaara, waktu tujuh hari cukup untuk menghabisi tujuh puluh remaja nakal di tangannya.
"... Konoha."
Sebenarnya, Gaara menurut pada perintah Mister dan Misis Sabaku karena ada maunya. Dia tidak rela jika Masserati, iPad, notebook, kartu kredit, kartu ATM dblokir oleh Mister Sabaku secara sepihak. Kalau Gaara mau, Gaara bisa saja menghajar petugas bank, mengambil notebooknya dari Mister Sabaku.
Sayang, Mister Sabaku punya pasukan khusus berseragam jas dan kacamata hitam yang dipersenjatai untuk menghadapi kemampuan bertarung Gaara yang jauh diatas rata-rata. Pasukan berjas hitam itu membawa AK-47, parang, golok bahkan bambu runcing disaat Gaara sedang tidak membawa senjata apa pun. Karena kelicikan dan ketidakadilan itu, Gaara terpaksa mengalah. Mister Sabaku yang kelewat senang karena Gaara menurut tidak tahu rencana Gaara yang sebenarnya. Nanti di masa depan, saat posisi Mister Sabaku beralih pada Gaara, pemuda merah itu takkan segan lagi untuk menghabisi semua suruhan Ayahnya. Mungkin sekali tembakan meriam beracun cukup untuk mereka semua. Gaara memang terlalu banyak menonton thriller.
"Yaay, adik gue bakal jadi anak pindahan yang keren di Konoha, dong?" Wajah Kankurou berbinar cerah. Nada suaranya terdengar riang. Sepertinya, status jomblo yang selama ini menghantui hari-hari yang dilewati Kankurou sebentar lagi akan pergi, jauh. Karena, Gaara, adiknya-lah yang menjadi rival terbesar Kankurou dalam mendapatkan pujaan hati. Banyak gadis yang menolak Kankurou karena Gaara lebih tampan. Gaara lebih keren. Gaara lebih kuat. Gaara lebih wangi. Dan sekarang, Gaara akan pegi. Pergi. Pergi. Kankurou terlalu senang.
Gak mungkin kali hidup gue jadi kayak di komik-komik yang sering Kankurou baca? Pindahan, dikucilin. Tapi liat aja, siapapun yang berani ngucilin gue, gue pastiin tangannya bakalan potong. Atau minimal kakinya patahlah. Ya.. paling ringan hidungnya bengkok dikit.
Lupakan perkataan yang bilang gue tak terkalahkan. Prestasi gue sebagai tukang berantem musnah sudah mulai detik ini. Daripada gue harus mondok di pesantren Arab Saudi. Untuk pertama kalinya, gue merinding ngebayangin kepribadian gue yang mendadak jadi alim.
Gue gak bakal ngebiarin itu semua terjadi.
.
Rosecchi
.
Udara Konoha bersih tak bercampur pasir selayaknya udara yang biasa Gaara hirup di Suna. Gaara yang tak suka cuaca gersang di Suna kini menikmati cerahnya Konoha. Gaara yang selalu berkeringat karena panasnya iklim di Suna kini tak perlu repot-repot menyalakan pendingin ruangan. Awannya terlihat putih, bertumpuk, ringan dan menyenangkan. Tidak silau, tidak panas. Kulit Gaara yang sering mengalami ruam kini berteriak kesenangan. Tidak ada lagi sinar matahari yang menyengat. Kini, matahari bersinar dengan hangat.
Dari balik kaca Ferrari milik Mister Sabaku yang berlapis film gelap penahan sinar ultraviolet, Gaara bisa melihat pohon yang rimbun sepanjang jalan. Tidak ada pelepah pohon yang kering, ranting yang patah, dan daun yang menguning. Semuanya lebat, rimbun dan hijau seperti warna mata Gaara.
Gedung sekolahnya besar dan bagus. Pohon willow dan jati ada di sepanjang jalanan Konoha. Letaknya di pusat kota. Persis depan kantor Wali Kota. Akses untuk ke game center sepertinya mudah. Berita bagus bagi Gaara yang tak bisa lepas dengan play station dan X-box. Mister Sabaku menarik tuas rem dan membuat Gaara terpental dan dahinya hampir membentur dashboard di depannya.
"Turun, ini sekolahmu. Belajar, jangan berantem mulu. Awas, AK-47 selalu siap nembakin kamu."
Gaara mendecih lalu keluar dari Range Rover. Segera Gaara membuka risleting tas sekolahnya. Alat yang bisa digunakan sebagai senjata hanyalah gunting, cutter dan penggaris besi tiga puluh senti. Buku pelajaran setebal lima senti tak cukup menahan laju peluru yang dimuntahkan moncong AK-47. Mister Sabaku benar-benar licik menurut Gaara.
"Gaara, papa pergi dulu. Kalau ada laporan dari guru, Papa pastiin hari ini juga kamu ada di Arab Saudi." Nada suaranya tambah serius, "Papa pastiin juga kamu entar dari preman jadi pastur."
Gila. Pastur katanya? Gaara terdiam kehabisan kata-kata. Segera saja Gaara merogoh kantung sakunya dan membuka dompetnya. Dia harus segera ke mesin ATM terdekat untuk menarik uang dan membeli senapan. Pistol atau senjata api lainnya untuk dijadikan pertahanan apabila suruhan Mister Sabaku menyeret dan mengirimnya ke Arab Saudi. Biarpun Gaara termasuk preman, Gaara anti dengan yang namanya memalak dan dipalak. Ketahuan kere'-nya dong kalau malak? Gaara Sabaku itu kaya raya, makmur dan sejahtera, you know.
Pintu mobil otomatis tertutup. Mister Sabaku menginjak pedal gas dan memutar setir. Ban mobil menggeelinding dan melesat maju meninggalkan Gaara yang menatap gedung sekolah, malas.
Mister Sabaku mengendarai mobil dengan riang. Sebenarnya masih ada banyak faktor mengapa Gaara dipindahkan ke Konoha.
Gaara sudah menyiapkan rencana. Awas aja kalau di sekolah ini ada yang ngehukum gue gara-gara tatto di jidat gue. Liat aja, minimal hidungnya gue bengkokkin, tekad Gaara sambil meregangkan lengan.
Gaara menaiki tangga untuk menuju kelas barunya. Sudah banyak gadis yang menyingkir untuk memberikan jalan pada Gaara yang sedang mencari kelasnya. Gaara bisa mendengar beberapa teriakan dari gadis-gadis yang sekarang menggemarinya. Ketemu. Kelas sebelas A. Gaara diam diluar dan menunggu sampai wali kelas barunya datang, begitu instruksi Mama Karura tadi malam.
"Yo, saya Kakashi Hatake. Wali kelas kalian selama setahun ini. Belajar yang giat untuk menghadapi ujian negara, ya!" pria bermasker hitam dan sedang membawa novel mencurigakan memperkenalkan diri sebagai wali kelasnya.
Gaara bersama murid-muridnya lain diatur sedemikian rupa menjadi barisan agar ketika memasuki kelas tak ricuh atau berebutan. Sebenarnya, jika Gaara mau, Gaara bisa kabur dari kelas ke game center. Hal itu urung dilakukannya tepat setelah dia menengok ke sebelah kiri dan kanan, diujung tangga sana, pesuruh ayahnya yang memakai jas hitam sudah mengawasinya.
Gaara mendecih dan memutar bola matanya. Jadi gue sekolah aja diawasin? Okesip, batin Gaara.
"Baiklah. Kita atur tempat duduk sesuai absen kelas."
Gaara terus menunggu hingga namanya disebut. Seperti biasa, sekolah-belajar-mendengarkan guru adalah kegiatan membosankan dalam hidupnya.
"Gaara Sabaku dan Hinata Hyuuga."
Bola mata Gaara yang dari tadi terpaku pada putihnya ubin lantai segera bergerak dan mendapati potret seorang gadis yang menunduk dengan poni rata yang menjuntai. Ditambah frame W-style yang dikenakannya, membuat Gaara tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Sa-salam kenal. Aku Hinata Hyuuga. Kamu?"
Cara bicara Hinata yang gagap membuat Gaara memberikan kesan pertama terhadap bungsu Hyuuga itu lemah. Asal kau tahu, sekasar-kasarnya seorang Gaara Sabaku, dia tak pernah sampai main fisik dengan perempuan. Paling jauh mengumpat si gadis dengan kata-kata kasar.
"Gaara Sabaku." Sahut Gaara cuek sambil masuk ke dalam kelas. Menarik bangku dan duduk.
Gaara melirik Hinata tak berminat. Cewek pendiam dan kutubuku ini bukan tipe Gaara. Maaf saja, selama tinggal di Suna, cewek cantik nan seksi sudah menjadi 'santapan' biasa bagi Gaara Sabaku. Hinata Hyuuga? Jauh-jauh dari daftar cewek idaman Gaara yang selalu dan selamanya diatas rata-rata.
Hinata melirik takut saat melihat ada perban di kedua lengan Gaara, plester di sudut bibir dan... tatto di dahinya. Kepala Hinata makin menunduk, bibirnya gemetar. Bagaimana bisa dia sebangku dengan seorang remaja yang senang berkelahi? Oh Tuhan, selamatkan aku. Jadikanlah dia pemuda baik... minimal di dekatku. Hinata menarik nafas dan menghembuskannya pelan.
Hinata terdiam dan mulai fokus pada pelajaran (mati-matian menahan agar tangannya tak bergetar), sedangkan Gaara belum fokus pada pikirannya. Sepertinya hobi berkelahi tidak akan sembuh begitu saja. Apa di Konoha ada yang jual sherry atau tequilla? Gaara masih berusaha memusatkan konsentrasinya pada pelajaran.
Gadis kutu buku pendiam nan lemah berteman dengan preman paling garang satu kota? Kenapa tidak?
Nun jauh di Suna sana, tiga orang sedang tertawa riang dengan kepindahan Gaara ke Konoha. Tapi, ratusan bahkan ribuan penggemar Gaara kini menggelar acara do'a bersama agar Gaara cepat kembali ke Suna.
.
.
.
Tubikontinyu
Dedicated for Classico Blu. Genrenya Herd/Kamvred, Romens (gagal) dan sedikit banyak bertaburan kegaringan disana-sini. Maaf say kalau tak sesuai seleraah. Aku tak bisa jauh dari kegaringan humorku v(;_; )v yang penting aku mulai mengurangi daftar hutangku.
No Japanese Honorifics. Saya hanya ingin menonjolkan sisi 'liar' dan gahol (not gaul, okay?) dari Gaara Sabaku dengan cara yang aneh (?). saya cuman penasaran, siapa tahu dibalik Gaara yg keren tersimpan pemikiran yang aneh-aneh wakakaks. Mohon pengertiannya. Eh follow twitter saya dong: aghnsalsa mention for follback ;)) mari kita mensyen-mensyennan muaah~~~
Pesan moral by Roskrezi: jadi polisi jangan matre. Jangan tiru kelakuan Gaara, ya. Kalau mau tiru pinter dan sikapnya yang cool aja, ya. b(-_-)d
p.s: jangan tiru authornya juga ya, okesip d(-_-
Thanks for reading, especially reviews.
Rosecchi