For My Family

Summary :Bagaimana jika cincin Vongola yang sebenarnya (yang ada di Future Arc saat Giotto muncul di hadapan Tsuna) sudah berada di tangan Tsuna sejak dulu? Tidak ada yang aneh dari kehidupan Tsunayoshi Sawada—selain masa lalunya yang merupakan anak kandung dari Vongola Primo. Terkirim ke masa 400 tahun setelah masa ayahnya, saat Giotto Vongola tewas setelah mengunci kekuatan cincin Vongola dan memberikannya pada Tsunayoshi. Bagaimana jika bukan Tsuna yang menjadi kandidat dari Vongola Decimo karena ia hanya dianggap sebagai anak angkat dari Iemitsu yang merupakan keturunan dari Vongola Primo—tetapi saudara angkatnya?

Disclaimed :KHR © Amano Akira

Rating :T

Genre :Family/Friendship

Warning :Semi-AU, OOC

Catatan :

ItalicFlash Back

'Italic'Think

Normal Normal

.

Chapter 6, Unbound

.

"Kau bisa mengenaliku?" Tsuna tampak menatap Lambo yang masih berada di dekapannya. Lambo sendiri tampak menoleh kearah mata cokelat milik Tsuna, terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

"Lambo-sama tiba-tiba saja teringat nama itu saat kau memeluk Lambo-sama!" Tsuna hanya bisa menghela nafas, tidak menyalahkan saat Lambo sama sekali tidak mengingatnya. Bagaimanapun dulu usia Lambo kurang dari 1 tahun, dan tentu saja ia tidak mengerti apa yang terjadi.

"Dame-Tsuna, jelaskan padaku apa yang terjadi?" Reborn yang tampak hanya melihat kejadian itu dari tangga lantai dua hanya menatap tajam kearah Tsuna yang ber'HIEEE' ria sambil mendekap erat Lambo.

"Reborn, aku kemari untuk membunuhmu!"

"Tu—tunggu Lambo, kenapa kau ingin sekali membunuh Reborn—memangnya ia melakukan sesuatu padamu?" karena tahu Reborn tidak akan mungkin bisa dikalahkan oleh Lambo begitu saja, Tsuna mencoba untuk menahannya.

"Kalau Lambo-sama bisa mengalahkan Reborn, boss akan memperbolehkan Lambo-sama untuk tetap berada di markas Bovino," menatap dengan sedikit perasaan sedih kearah anak kecil yang ada di dekapannya saat ini, Tsuna mencoba untuk tersenyum dan berdiri dari tempatnya.

"Reborn—Lambo akan tinggal disini mulai sekarang, ia adalah orang yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri," Tsuna tampak tenang mengatakan itu sambil tersenyum menatap pada Reborn yang tampak menatapnya datar namun di dalam hatinya sedikit terkejut, "apakah tidak apa-apa kaa-san?"

"Temanmu yang lain Tsu-kun? Tentu saja ia bisa tinggal disini—lagipula ia masih kecil, tidak mungkin aku meninggalkannya sendirian," Tsuna tampak menghela nafas dan tersenyum pada ibu angkatnya itu. Terkadang ia benar-benar bersyukur ia menjadi anak angkat dari Sawada Nana, "namanya Lambo? Mulai sekarang kau bisa memanggilku mama Lambo-kun~"

"Eh? Lambo-sama bisa tinggal disini?" Tsuna tampak mengangguk pada Lambo yang tampak menatapnya dengan tatapan tidak percaya, "mwahahaha! Kalau begitu mulai sekarang kau adalah Tsuna-nii!"

"Ahaha, selamat datang Lambo!"

"Mukuro, Chrome—sudah saatnya untuk tidur jangan menuruti apa kata ayah kalian," suara seorang perempuan berambut pirang pucat terdengar di salah satu bagian dari mansion yang besar itu, "dimana mereka…"

"Kufufu~"

"Mukuro jangan menirukan suara tawa ayahmu itu—" menoleh pada bagian belakang dari sebuah rak, walaupun tidak ada siapapun disana sepertinya perempuan itu bisa merasakan sesuatu berada disana. Dengan segera mengulurkan tangannya, membuatnya seolah menangkap sesuatu diantara ruangan kosong itu.

"Mukuro, Chrome—sudah kukatakan untuk tidak bersembunyi dengan ilusi yang diajarkan ayah kalian bukan?" tertawa dan menatap kedua anak laki-laki dan perempuan itu yang tampak tertawa juga melihat ibu mereka.

"Maaf mama—kakak dan papa yang mengajakku untuk bermain," perempuan berambut biru itu tampak berjalan dan perempuan itu menggendong anak perempuannya sambil tersenyum, "tetapi menyenangkan…"

"Baguslah kalau kau menyukainya—" tersenyum dan menepuk kepala Chrome, matanya beralih pada Mukuro yang berjalan dan menemui sosok pria berambut biru yang tampak menggendongnya juga, "—jangan mengajarinya hal-hal yang buruk Spade…"

"Nfufufu~ tetapi bakat mereka benar-benar sayang kalau tidak dilatih Elena," mengecup pelipis perempuan itu dan menoleh pada Mukuro, "bukankah kau juga setuju denganku Mukuro?"

"Si! Menyenangkan menciptakan ilusi seperti yang papa lakukan!"

"Sudahlah, bagus kalau kalian senang—tetapi jangan memakainya untuk mengganggu saudara kalian yang lain," Elena tahu Chrome tidak akan melakukannya—tetapi untuk Mukuro, anaknya satu itu benar-benar mirip dengan Spade.

"Kuizinkan kalau kau menjahili Kyouya," berbisik dan Mukuro tampak mengangguk semangat dan tertawa bersama dengan ayahnya.

"Maksudku termasuk Kyouya, Spade—Mukuro…"

"Papa, kenapa mama tidak bangun juga?"

Chrome yang tampak masuk ke dalam bersama dengan Mukuro, setelah bersembunyi karena penyerangan markas Vongola tampak menatap kearah kamar dimana ayahnya sedang duduk di sebelah tempat tidur dimana ibu mereka tampak berbaring seolah tertidur.

"Papa?"

Mukuro—usianya lebih tua dari semuanya selain Kyouya, dan ia tahu semua yang terjadi saat itu. Ia tidak berbicara sama sekali, namun ia menatap ayahnya yang tampak terdiam sambil memegangi tangan ibunya.

Dibalik tatapan sedih itu—ia bisa melihat kebencian yang tersembunyi dengan rapat—ayahnya seolah Illusionis yang pintar menyembunyikan perasaannya. Namun, ia tahu—semuanya bisa ia lihat entah bagaimana.

Dan ia tahu—mulai hari itu kehidupannya akan berubah selamanya…

"Maaf Chrome, Mukuro—ibu kalian sudah tidak ada…"

"-ma… Mukuro-sama…" suara itu sayup-sayup terdengar dan membuat seorang pemuda berambut biru tampak mengerjapkan matanya senejak dan melihat pemandangan di sekelilingnya yang tampak kabur menjadi jelas. Saat sadar, pemuda itu sudah berada di sebuah bangunan yang lebih tepat disebut sebagai reruntuhan itu.

"Ada apa Chikusa, Ken—" menatap dua orang yang tampak mengerumuninya itu, menatapnya bingung seolah ada sesuatu yang aneh di wajah pemuda berusia 15 tahun itu.

"Kau tidak apa-apa Mukuro-sama?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" menaikkan sebelah alisnya dan menatap pemuda lain berambut hitam pendek dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Karena—anda sedang menangis," pemuda itu tampak membulatkan matanya dan memang benar, saat itu memang ia sedang menangis dan sepertinya ia tidak sadar. Dengan segera mengalihkannya dengan tawa yang biasa ia munculkan.

"Kufufu~ aku tidak menangis Chikusa—bagaimana kau sudah dapatkan info tentang Vongola?"

"Ya—sepertinya mereka sudah mulai melakukan pelatihan terhadap calon boss mafia ke sepuluh mereka Sawada Tsukiya—" Mukuro hanya mengangguk pelan dan mengambil selembar foto yang diberikan padanya. Memperhatikan wajah dan rambut, mata Mukuro tampak membulat sempurna.

"Tsunayoshi…?" gumaman itu tampak pelan tetapi semua yang ada di sana tampaknya mendengar dengan baik. Melihat seragam yang dipakai, Namimori—ia tahu kalau sekolah itu berdekatan dengan sekolahnya.

'Tidak mungkin…'

"Mukuro-sama?"

"Baiklah, sebaiknya aku melakukan pengamatan dulu—" tertawa seperti biasa dan berdiri untuk berjalan kearah luar ruangan yang ternyata besar itu, "—aku pasti akan menghancurkan Vongola dan kelompok mafia lainnya…"

Walaupun tawanya masih terdengar jelas, Mukuro menatap dengan tatapan tajam seolah seorang predator yang mengincar mangsanya.

'Meskipun ia mirip dengan Tsunayoshi—tidak mungkin ia berada disini…'

"Jadi, rencana kita gagal—" seorang pria tampak tiba-tiba saja muncul saat Tsuna berjalan kearah kamar Tsuki untuk melihat keadaan saudara angkatnya itu. Memiliki rambut yang sama dengan Hayato, namun berwarna hitam, "—kukira aku bisa bertemu dengan Bianchi…"

"Karena Gokudera-kun tidak bisa terus bersama dengan Bianchi, terpaksa ia kembali—" Tsuki tampak berbicara dengan pria itu bersama dengan Dino dan juga Reborn, "—tetapi kaa-san memintanya untuk tinggal disini bersama Lambo, jadi mungkin nanti akan kembali."

"Dan—apakah benar mereka berdua tidak menemuimu?"

Tsuna yang tadi tidak jadi masuk mendengar dari balik pintu.

"Tidak ada—mereka berdua tidak datang padaku dan juga padamu, jadi bagaimana bisa pemuda itu sembuh dari penyakitnya?" Tsuki yang sebenarnya tidak mengerti pembicaraan mereka berdua hanya diam dan mendengarkan.

"Sebenarnya kenapa kau sangat penasaran dengan Tsuna Reborn?"

"Ada sesuatu—" suara pintu yang terbuka membuat mereka menghentikan perkataan mereka dan menoleh untuk menemukan Tsuna yang bersikap seolah ia tidak mendengar dan baru saja sampai di depan kamar.

"Reborn, kaa-san menyuruhku untuk memanggil kalian—makan malam sudah siap," Tsuna tampak tersenyum dan seolah tidak mendengar apa yang dikatakan oleh mereka. Ia tidak bisa dan tidak boleh membantah Reborn atau ia akan semakin curiga dengan pemuda ini.

"Aku tahu dame-Tsuna—" menatap Tsuna dengan tatapan dingin membuatnya bergidik ngeri dan refleks bergerak mundur, "—sejak kapan kau berada disana?"

"Ba—baru saja, memang ada apa?"

"Tidak—" Tsuna menatap pada pemuda yang memiliki rambut mirip dengan Gokudera itu dan baru saja akan bertanya saat tiba-tiba suara seseorang terdengar dari belakangnya.

"Apa yang kau lakukan disini dokter mesum?"

"Kau benar-benar tidak bisa menghormati orang yang lebih tua Hayato—" Tsuna menatap Gokudera dan juga Dr Shamal secara bergantian. Tsukipun tampaknya baru tahu kalau pemuda itu kenal dengan sang dokter.

"Oh maaf Juudaime, Tsuna—ia adalah Dr. Shamal dan ia sering datang ke markas ayahku untuk bertemu dengan kakakku dan juga wanita-wanita lainnya untuk ia goda," Gokudera tampak menjelaskannya dengan nada yang malas.

"Hei, aku bukan hanya menggoda gadis-gadis itu—kau sendiri yang sering menemuiku karena ingin melatih kemampuan—"

"WAAA! Jangan dengarkan dia Tsuna, Juudaime!" mengibaskan tangannya mencoba untuk menghentikan perkataan Shamal yang bisa terdengar oleh Tsuna maupun Tsuki. Keduanya tampak mengerutkan alis, mengangkat bahu.

"Seharusnya anda tidak usah sampai mengantarkanku Tsuna," Hayato dan juga Takeshi tampak berjalan ke rumah mereka—sementara Tsuna tampak menemani mereka. Menggelengkan kepalanya, tertawa sambil mengibaskan tangannya.

"Naah, aku yang ingin mengantar kalian—lagipula Reborn sedang berbicara dengan Tsuki dan juga Dino-san," berjalan bersama-sama, tidak ada yang memecahkan keheningan saat perjalanan, "aku masih memikirkan Kyouya-nii…"

"Aku merasa kalau saat sakit kemarin—ia datang ke tempatku dan menemaniku sampai kalian datang," Tsuna menghela nafas, masih belum mengerti kenapa pemuda satu itu benar-benar membenci pamannya, "tetapi tidak tahu apakah itu mimpi atau tidak."

"Kalian berdua adalah orang pertama yang menghilang 6 tahun yang lalu—tetapi, mungkin itu karena paman Alaude menitipkan Kyouya pada keluarga Cavallone sebelum paman Alaude meninggal," Takeshi yang menghilang termasuk terakhir memang sempat melihat saat Kyouya dititipkan pada keluarga Cavallone.

"Mungkinkah itu sebabnya Kyouya-nii benci dengan CEDEF dan juga Vongola?"

"Tetapi, sepertinya Kyouya tidak lebih membenci Vongola daripada aku—Tsunayoshi," suara itu membuat ketiganya terkejut, berbalik untuk menemukan bayangan seseorang yang muncul begitu saja di belakang mereka. Pemuda berambut biru dengan mata heterochrome dihadapan mereka. Tatapannya tampak kosong dan juga sedih.

"Mukuro—nii?" Tsuna yang tentu saja merespon pertama kali. Namun saat ia akan berjalan mendekat, Hayato dan Takeshi segera menghentikannya, "ada ap—" Tsuna baru menyadari ada bercak darah yang menempel di pakaian dan juga sebuah trident di tangannya.

"Apa yang—" tatapannya tampak terkejut melihat darah itu, dan matanya tertuju pada sosok yang ada di belakangnya. Tergeletak begitu saja, tampak bersimbah darah—walaupun gelap, Tsuna bisa mengetahui siapa orang yang ada di depannya.

"RYOUHEI-NII!"

"Teme, apa yang kau lakukan Mukuro!" Hayato menatap kearah Mukuro yang hanya terdiam melihatnya.

"M—Mukuro-nii…?"

"Aku melakukan itu untuk menghancurkan Vongola—" mengeluarkan sesuatu dari balik kaus armynya, sebuah kalung dengan liontin sebuah tas kain kecil. Melepaskannya dan melemparnya kearah Tsuna, "—akan kulakukan apapun untuk menghancurkannya. Walaupun itu artinya aku harus menghadapimu Tsunayoshi…"

Tsuna yang menangkap benda itu tampak menatap Mukuro yang tiba-tiba saja menghilang bersama dengan kabut yang entah sejak kapan muncul. Membuka kantung kain itu dan melihat benda yang ada di dalamnya—sebuah cincin. Bukan cincin biasa tetapi cincin mist Vongola—milik salah satu paman mereka, Spade.

"Mukuro-nii…"

"Tidak ada waktu untuk bingung Tsuna, kita harus membawa Ryouhei-nii ke rumah sakit!" Takeshi tampak berlari kearah Ryouhei yang tidak sadarkan diri dan babak belur itu. Tsuna segera mengalungkan benda itu di leher dan berlari kearah Takeshi dan Hayato.

"Tsuna!" Tsuki yang mendengar kabar bahwa Ryouhei ditemukan babak belur di dekat rumahnya itu segera ke Rumah Sakit Namimori untuk menyusul Tsuna, Takeshi, dan juga Hayato, "bagaimana keadaan onii-san?"

"Dokter Shamal sedang memeriksanya—" Tsuna menguhubungi Reborn saat itu—dan Reborn mengirim Shamal untuk memeriksa keadaan Ryouhei. Melihat kearah Ryouhei yang masih belum sadar, tangannya menggenggam erat cincin dari Mukuro saat itu, 'Mukuro-nii, kenapa…'

"Onii-chan!" suara yang terdengar jelas itu membuat Tsuna dan juga yang lainnya menoleh. Menemukan seorang gadis berambut kuning pendek dengan mata berwarna cokelat, "eh—Tsuna, Tsuki? Kenapa kalian ada disini?"

"K—Kyoko-chan?" Tsuna menatap adik angkatnya yang tampak wajahnya memerah karena melihat gadis itu. Tertawa pelan, ia tahu kalau Tsuki menyukai sang idola Namichuu, Sasagawa Kyoko. Mengingat namanya, membuatnya tersadar.

"Kyoko-san, apakah Ryouhei-senpai adalah kakakmu?"

"Ya, ayah dan ibu sedang pergi dan aku mendapatkan kabar kalau onii-chan sedang berada di Rumah Sakit. Bagaimana keadaannya?" baru saja Kyoko mengatakan hal itu saat pintu terbuka dan menunjukkan Shamal yang baru selesai memeriksanya.

"Bagaimana keadaannya?"

"Ia tidak apa-apa, beruntung ia segera dibawah kemari, hampir saja ia mati kehabisan darah—tetapi sekarang ia sudah sadar," mendengar perkataan itu Tsuna, Hayato, dan juga Takeshi segera masuk ke dalam. Saat Reborn dan yang lainnya tampak akan masuk, Shamal menghalangi, "Sasagawa Ryouhei ingin bertemu dengan mereka dulu, setelah itu kalian bisa masuk."

"Eh, tetapi—!"

"Ia juga butuh banyak istirahat—setelah ini kalian hanya boleh masuk sebentar—" Shamal menghela nafas dan menatap pintu yang tertutup itu.

"Kalian—melihatnya juga bukan," Ryouhei yang tampak masih setengah sadar menatap ketiganya yang hanya diam dan mengangguk. Menghela nafas dan menggunakan flamenya untuk menyembuhkan beberapa luka, Ryouhei mencoba untuk bergerak sebelum dihentikan oleh Tsuna.

"Kenapa—Mukuro-nii menyerangmu Ryouhei-nii?"

"Tidak—Mukuro memang berada disana, tetapi bukan dia yang menyerangku," ketiga pasang mata menatap bingung kearah Ryouhei saat itu. Yang mereka tahu, hanya Mukuro yang ada di dekat Ryouhei saat itu, "ada dua orang lagi yang bersama dengan mereka…"

"Apakah Chrome?"

"Bukan—mereka laki-laki—"

"Masakan Sawada-san memang benar-benar enak—baiklah sekarang saatnya untuk latihan!" Ryouhei yang baru saja keluar dari rumah Tsuna dan juga Tsuki tampak berada di luar sambil berlari jogging di sekeliling sana. Tidak menyadari tiga orang yang tampak mengawasinya.

"Dia adalah salah satu dari murid Namimori menurut daftar ini byon!"

"Bagaimana menurut anda Mukuro-sama?" pemuda berambut hitam dengan kacamata yang ia pakai tampak menatap kearah pemuda lainnya berambut biru dengan mata heterochrome. Yang bersangkutan hanya bisa diam dan menatap pemuda yang ada di dekat mereka saat itu.

'Ryouhei—'

"Mukuro-sama?"

"Kuserahkan pada kalian—" menyilangkan tangannya di depan dada dan tampak menutup matanya tidak perduli, "—aku akan memancingnya dan saat itu, lukai dia…"

"Baiklah byon!"

"Bagaimana cara anda memancingnya Mukuro-sama—" menoleh pada Mukuro yang sudah berjalan dan menghampiri Ryouhei yang ada di dekatnya. Ryouhei yang menyadari seseorang berada disana menoleh dan sedikit terkejut dengan sosok di depannya.

"Kau, Mukuro bukan?!" Ryouhei yang langsung mengenalinya saat melihat wajah dari pemuda itu, "ternyata benar apa yang dikatakan oleh Tsuna! Kita semua terkirim ke masa yang sama!"

"Tsunayoshi ada disini?"

"Tentu saja, begitu juga dengan Kyouya, Lambo, Takeshi, dan juga Hayato! Ngomong-ngomong Chrome tidak bersama denganmu?" Mukuro hanya menundukkan kepalanya, "ada apa denganmu Mukuro?"

"Jangan bicarakan tentang mereka dihadapanku—" menatap kosong kearah Ryouhei yang merasakan sesuatu yang aneh dengan Mukuro. Tampak siaga, mencoba untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda di depannya.

"Kenapa?! Kau harusnya senang kalau kita berkumpul lagi bukan? Semenjak paman Giotto—" Ryouhei yang masih disibukkan dengan kehadiran Mukuro tiba-tiba saja terdiam saat seseorang menyerang—dengan menggigit bahunya.

Pemuda berambut kuning pucat dengan sebuah luka di hidungnya itu tampak menatapnya tajam sambil menyeringai.

"Maaf mengganggu pembicaraan kalian Byon—tetapi kau adalah target kami dan tidak akan kami biarkan lolos!"

"Yang satu memakai yoyo dan satu lagi hanya menggigitku saja, tetapi giginya sangat tajam—" memegangi bahunya yang memang terluka paling parah. Ryouhei menatap Takeshi dan Hayato yang masih menyimak sementara Tsuna tampak tidak fokus dengan ceritanya, "—Tsuna, kau tidak apa-apa?"

"Eh, ya aku tidak apa-apa Ryouhei-nii—hanya memikirkan sesuatu," tertawa dan menggaruk kepala belakangnya. Tidak perlu semuanya berfikir keras untuk mengetahui apa yang difikirkan oleh Tsuna, "mulai dari Vongola yang menjadi boss mafia, lalu keadaan Kyou-nii yang aneh sekarang Ryouhei-nii diserang oleh orang yang bersama dengan Mukuro-nii…"

"Aku hanya ingin kembali seperti dulu—bersama dengan papa," menundukkan kepalanya dalam-dalam, suaranya tampak pelan terdengar, "setidaknya, walaupun tidak ada papa aku ingin bersama dengan kalian."

"Tetapi bahkan Mukuro sudah membuang cincinnya pada anda Tsuna," Hayato menatap kantung kain yang ada di tangan Tsuna yang berisi cincin Mist Guardian milik Mukuro, "entah apa yang ia fikirkan, tetap saja ia bukan Mukuro yang kita kenal."

"Mungkin—tetapi aku hanya merasa ada sesuatu yang menyebabkan Kyou-nii dan Mukuro-nii seperti ini—" menoleh pada langit yang ada di luar jendela, "dan yang pasti, ia membutuhkanku…"

"Apa yang kau lakukan papa! Paman Knuckle baru saja meninggal—semuanya menghilang, tetapi kenapa papa ingin menyerahkan Vongola pada Paman Ricardo!" suara Mukuro tampak benar-benar panik. Ia tahu bagaimana pamannya itu—sifatnya, melihatnya saja sudah pasti akan terlihat kalau orang itu akan menghancurkan Vongola, "mungkin saja Tsunayoshi akan kembali lagi, dan ia yang harusnya mengambil alih Vongola!"

"Mukuro—Tsunayoshi tidak akan kembali…" menoleh kearah Mukuro, sementara anak itu hanya bisa membulatkan matanya saja mendengar itu, "semuanya—tidak akan kembali seperti semula…"

"Bohong—"

"Apakah aku pernah berbohong padamu?" ayahnya menatap kearahnya dengan tatapan dingin dan juga datar. Bukan seperti ayahnya yang biasa—ia seolah melihat orang yang asing mirip dengan ayahnya, "Tsunayoshi tidak ada lagi—begitu juga dengan yang lainnya…"

"Kenapa—ayah hanya akan menghancurkan kepercayaan paman Giotto!"

'Pada akhirnya aku tahu—semenjak ibu meninggal ayah sudah mulai melakukan pemberontakan, dari Shimon Famiglia—hingga akhirnya paman Giotto dan yang lainnya tewas—' lagi-lagi melamun, Mukuro menoleh pada salah satu jendela yang ada di Kokuyou.

"Kau melamun lagi Mukuro-san?"

"Jangan sekali-kali membiarkan hewan itu berkeliaran Shadill—" memangku dagunya dengan sebelah tangan, tidak perlu menoleh pada pemuda itu untuk melihat siapa. Seekor ular kobrapun tampaknya sudah siap berada di dekat Mukuro untuk menggigit yang bersangkutan.

"Just Joking—" tertawa dan seolah memerintahkan ular itu untuk menjauh dari sang pemilik mata Heterochrome itu. Pemuda berambut hitam dengan kulit sawo matang itu tampak memakai seragam Namimori, "—sepertinya Ken and Chikusa sudah sampai di sini. Apakah perlu kutinggalkan you disini dengan mereka?"

"Perlukah kujawab?"

"Baiklah, lagipula I tidak suka dengan darah yang selalu mengotori mereka—" dengan bahasa yang campur aduk itu, pemuda berkulit sawo matang itu tampak berjalan menjauh dari tempat Mukuro berada.

"Kau tetap mengawasi Vongola Decimo bukan?"

"Of Course—Sawada Tsukiya right?" berbalik kembali saat Mukuro berbicara padanya, "apakah you fikir I masuk ke Namimori tanpa sebab?"

"Baguslah kalau begitu—dan, tetap awasi Sawada Tsunayoshi…"

"As you wish~" dan dengan begitu ia menghilang dari tempat itu. Keheningan dibuat di tempat itu saat pemuda berkulit sawo matang itu pergi. Senyuman Mukuro tampak mengembang saat menyadari seseorang berada disana.

"Sudah lama tidak bertemu Kyouya~"

Pintu itu terbuka dan tampak seseorang berjalan kearah tengah ruangan dengan seragam Namimorinya. Tentu saja yang keluar saat itu adalah Hibari Kyouya, lengkap dengan sepasang tonfa yang sudah siap di tangannya.

"Oya, kufikir yang datang hanyalah Ken dan juga Chikusa—kau tidak berbuat apapun pada mereka bukan?"

"Mereka hanya herbivore lemah—" satu kalimat yang keluar dari Kyouya tampaknya sudah cukup untuk meyakinkan Mukuro kalau kedua anak buahnya itu sudah dihajar olehnya habis-habisan. Ia hanya tersenyum dan berdiri dari tempatnya.

"Apakah kau kemari karena mendengar aku yang menyerang Ryouhei?"

"Tidak—kau sudah mengganggu kedamaian Namimori, dan itu membuatnya muak," mengeluarkan sepasang tonfa entah darimana, menatap tajam kearah pemuda berambut nanas di depannya, "tidak ada kaitannya dengan herbivore-herbivore itu…"

"Kufufu—kau benar-benar tidak bisa jujur pada dirimu sendiri Kyouya—" mengeluarkan trident miliknya entah darimana, tersenyum dingin kearah pemuda yang ada di depannya. Melihat sesuatu yang berkilau di lehernya, menyadari kalau itu adalah, "oya—kau mengatakan kalau kau benci pada Vongola. Tetapi kenapa cincin itu masih di lehermu?"

"Jangan banyak omong—" bergerak dan akan menghantam Mukuro dengan tonfa itu sebelum Mukuro menahannya dengan cepat menggunakan tridentnya. Masih tersenyum dingin, menggerakkan tridentnya untuk melukai Kyouya namun bisa dihindari olehnya.

"Ingat saat aku dan kau selalu berlatih hingga kedua ibu kita menahan—atau Tsunayoshi?" masih mencoba untuk menyerang Kyouya dan tentu saja yang bersangkutan masih bisa menyerang balik dan menahannya.

"Lihat siapa yang sekarang tidak bisa melupakannya—" senyuman meremehkan tampak terlihat jelas di wajah Kyouya saat itu. Dan tatapan Mukuro tampak menajam seiring dengan senyumannya yang menghilang.

"Kau tidak sadar kenapa aku mengingatkan hal itu?" mengayunkan kakinya dan memukul mundur Kyouya saat itu, berdiri dengan baik sambil menurunkan senjatanya saat Kyouya tidak bergerak namun tampak bersiaga.

Menutup matanya sejenak, membuka saat mata itu tampak diselimuti oleh flame berwarna ungu.

"Kau ingat bagaimana kau bisa kalah dariku—ketika bunga itu selalu bermekaran," tersenyum dingin dan Kyouya tampak menyadari sesuatu saat kakinya terasa lemas. Mukuro tersenyum dingin saat melihat keadaannya, "ya—"

Dan saat Kyouya sadar, disekelilingnya tampak dikelilingi oleh bunga sakura yang bermekaran.

"Kau tidak pernah menyukai bunga sakura—benar bukan, Kyouya?"

…To be Continue…

Sampai disini mungkin hampir sama kaya di anime/manga, but alasan tentang kenapa Kyouya takut sakura sedikit berbeda. Dan setelah inipun mungkin jalan cerita akan diubah sedemikian rupa ^ ^

Dan oh, satu OC sudah muncul buatan dari Rin-X-Edden dan saya mencoba untuk menyeleksi semua karakter yang masuk ^ ^ dan maaf kalau ada sedikit perubahan, karena saya ingin menghindari Mary Sue dan Gary Stue :3

Oke, until Next Time, Douzou~

Q&A

Mutsumi Ayano : Yep, Akira itu cuma pura-pura ga tahu kalau Tsuki itu ada hubungan sama mafia. Dan dia juga ga beritahu apa-apa sama Tsuki tentang Vendice :3 yang dia bilang pindah itu sebenarnya ada hubungannya sama kemunculan pertama kali Tsuna ^^

Sakuya : Maaf karena tidak bisa menggunakan OC anda ^ ^; tetapi terima kasih sudah mengikuti cerita ini :)

Nona : uhm, dua review ini sama orangnya kan? Saya hanya mengambil Rio sebagai Sun, maaf untuk kedua lainnya tidak bisa ^^; but thanks kalau sudah ngikutin cerita :)

Runriran : Maaf kalau saya tidak taken char anda ._. Tapi terima kasih untuk itu ^ ^

Rin-x-Edden : Taken Mist dan sudah muncul sedikit di chapter ini, maaf kalau OOC (_ _)

Hikari Vongola : maaf tidak mentaken karakter anda (_ _) tetapi terima kasih sudah membaca cerita ini…

Itsuki Zavi : ce-cerita yang mana ya… /siul2 #ditempeleng maaf kalau itu belum dilanjutkan saya taken Thunder anda tapi karena Azriel tidak masuk, jadi yang takut pada Azriel saya ganti ya ._. Maaf (_ _) dan terima kasih untuk di fave ^^

Azriel1827 : maaf karena tidak di taken ;A; padahal anda sudah capek-capek batal jadi silent reader… /merasa bersalah/ bukan, ini belum tentu Dino juga dari masa lalu kok :3

Untuk Tsuna menjadi Vongola decimo atau tidak, lihatlah nanti ^^

Karena saya ga ad aide untuk kemunculan Ryouhei (di mangapun soalnya ga heboh ._.)

Untuk Life With You, akan saya lanjutkan sebentar lagi ^^ #mungkin.

Yukiyuki del Tempest : maaf tidak ditaken ._. Dan terima kasih untuk reviewnya :)

DemonIB : Makasih ^u^ dan saya Taken Yukinya ya~ tapi sedikit diubah apakah tidak apa-apa? Demi kelangsungan cerita ._.

Original Character Bio

Sun © nona

Nama : Rio Mimio

Gender : M

Usia : 12 tahun

Penampilan : rambut putih, lurus rapih, pendek (kaya hibari, cuma lebih panjang) mata biru, kulit putih, pinter, baik, sopan, perhatian dan suka senyum. Orangnya manis (tapi hati-hati jangan bilang dia manis soalnya dia bakal ngeluarin aura hitam lalu ngamuk, meski gak mempan sama kakaknya). Dia suka pake syal merah yang dikasih kakaknya.

Senjata : Palu

Kelebihan : pintar, cekatan, jujur dan bisa dipercaya.

Kekurangan : Takut gelap dan sempit

Weapon Box : Merpati

Mist © Rin-x-Edden

Nama : Shadill Hadef

Gender : M

Usia : 15 tahun

Senjata : Rantai pendulum

Kelebihan : jago masak dan ahli bersih-bersih, bisa jadi tempat curhat.

Kekurangan : Alergi madu, tidak lancar bahasa Jepang, pingsan melihat orang lain terluka/berdarah.

Weapon Box : King Kobra

Cloud © DemonIB

Nama : Yuki Yozora

Gender : F

Usia : 15 tahun

Senjata : dual sword

Kelebihan : Mirip cowo, Pinter bela diri, Easy Going, pintar-pintar bego #plak

Kekurangan : Gokudera Hayato

Weapon Box : Paus Orca

Thunder © Runriran

Nama : Zavy Ikeda

Gender : M

Usia : 15 tahun

Senjata : Pisau Lipat

Kelebihan : Pintar tapi lemot, Rajin, Serius saat di andalkan, dan menjadi Cuek saat gak dibutuhkan, Peduli terhadap teman-temannya, Kuat

Kekurangan : Lemot, Kurang peka terhadap sesuatu yang menyangkut tentang dirinya

Weapon box : Badak cula satu