Bitter Love -

Lhyn Hatake Present

Genre : Romance , Drama, Hurt/Confort.

Rate : Teen

Pairing : Kyumin, HaeHyuk, littlebit Kyuhyuk, HaeMin

Warning : Genderswitch, abal, geje, aneh, Ooc, Typos, Author baru yang ga ngerti banyak hal, dan paket lain yang membuat fic ini jauh dari kata sempurna.

Disclaimer : Super Junior milik SME, Sleeping Beauty punya Charles Perrault/Disney, Karakter milik diri mereka sendiri, Lhyn hanya pinjem nama untuk fiksi dari imajinasi Lhyn tanpa bermaksud mengambil keuntungan materi dalam bentuk apapun. Not alowed to bashing the cast or other, please! DON'T LIKE DON'T READ!

.

.

Sungmin terbangun cepat. Semalam adalah malam yang sibuk untuknya, sibuk memikirkan sahabat terbaiknya, membuatnya tak mampu melelapkan diri secepat biasa dan tak mampu terlelap selelap biasa. Tidurnya tak bisa di katakan berkualitas baik. Cih! Bagaimana mungkin dia bisa tidur dengan baik sementara sahabatnya...

"Ishhh... Hyukie!" desisnya. Yeoja bermata kelinci itu segera turun dari tempat tidurnya, meraih sandalnya dan berlari cepat keluar kamar, mengabaikan Ummanya yang berteriak...

"Minnie kau belum mandi!"

Lee Sungmin.

Yeoja bertubuh kecil namun cukup berisi itu berlari cepat keluar dari kediaman penasehat utama raja dan menyusuri jalan-jalan basah menuju kediaman putri mahkota kerajaan Elf. Melewati taman-taman yang dipenuhi dengan bunga begitu saja, padahal biasanya, yeoja itu akan menghentikan langkahnya sejenak demi bisa menikmati kelopak-kelopak indah yang tengah menari.

Tapi kali ini jelas tidak. Tidak untuknya, tidak untuk seluruh penduduk kerajaan Elf, karena tak lama lagi, tepat pukul sepuluh hari ini...

Sang putri akan tertidur.

Sungmin menaiki tangga menuju pintu ganda besar, tak masuk, yeoja itu berbelok dan berlari menuju menara timur. Tempat kamar sang putri berada.

Suasana istana begitu mencekam, sejak seminggu terakhir dan semakin mencekam setiap saatnya. Semua penjaga tampak menundukkan kepala, tenggelam dalam pikiran muram masing-masing. Karangan bunga banyak di letakkan di pintu-pintu gerbang istana oleh penduduk demi menunjukkan kedukaan mereka pada apa yang akan dialami oleh sang putri.

Sungmin tak tahu bagaimana awal dari nasib buruk ini, tentu saja karena saat itu Sungmin baru berumur empat bulan. Menurut cerita Ummanya, juga cerita yang mulia Teukie Ahjumma, Lee Hyukjae mendapat kutukan itu karena rasa iri hati adik yang mulia Teukie Ahjumma akan kelahiran putrinya, hingga membuat yeoja berdarah bangsawan itu tega mengirimkan kutukan itu...

Kutukan yang akan bekerja saat usia sang putri menginjak ke tujuh belas tahun...

Kutukan...

Agar sang putri tertidur selamanya...

Sungmin menghentikan langkahnya saat tiba di puncak menara timur. Napasnya terengah akibat berlari menaiki tangga yang tak bisa dibilang sedikit. Matanya memanas dan dia sadar untuk menghapus lelehan bening di pipinya.

Dua orang penjaga membungkuk hormat saat dia membuka pintu ganda besar berukir indah di depannya. Sebuah ruangan besar menyambutnya, sebuah ruangan yang tak bisa dikatakan biasa karena kamar itu adalah kamar peristirahatan sang putri. Kamar yang tak biasa.

Sungmin melangkah masuk, menuju sebuah tempat tidur yang tertutup rapat oleh tirai-tirai sutra dalam warna biru yang cantik. Sungmin melangkah dan mencoba menguatkan hatinya... ini adalah saat-saat terakhirnya, saat-saat terakhir mereka...

Sungmin menyibak tirainya pelan dan... tak bisa dikatakan terkejut namun juga tak bisa dikatakan tidak terkejut saat melihat dua orang sahabatnya ada di atas tempat tidur itu.

Seorang namja dengan rambut berantakan tengah terlelap di pangkuan seorang yeoja. Meski terlelap, jelas sekali raut nelangsa masih hinggap di wajah tampannya. Yeoja yang telah menduga kedatangan Sungmin itu langsung memberi isyarat untuk diam pada Sungmin.

"Sttt... Minnie Unnie, kau sudah datang lagi?" yeoja itu menaruh telunjuknya di depan bibir kemudian berbisik pelan.

Sungmin naik ketempat tidur, kemudian menempati sisi kanan yeoja itu, sisi yang tak di tempati namja yang tengah terlelap di sana. Sungmin segera ikut mendekap tubuh yeoja dan mengusap rambutnya sayang.

"Dia baru saja tidur, semalam Umma dan Appa juga susah sekali kusuruh tidur padahal mereka terlihat sangat lelah," ujar Eunhyuk pelan dengan mengusap-usap rambut namja yang tertidur di sampingnya.

"Kau tidak tidur?" Sungmin bertanya dengan suara parau.

Yeoja itu menggeleng. "Uljima.. jangan menanggis lagi, aku yakin semuanya tak akan berlangsung lama. Aku akan segera terbangun begitu dia yakin dengan perasaannya."

Sungmin mengangkat wajahnya, menatap Eunhyuk yang memandang Donghae dengan sendu. "Seorang pangeran dengan cinta yang begitu kuat yang bisa membangunkanmu Hyukie, dan Donghae—"

"Dia pangeran untukku, Unnie," Eunhyuk berujar dengan nada final seakan tak ingin dibantah.

Sungmin menghela napas. Begitu sulit meyakinkan dua orang sahabatnya ini. Keduanya tetap keukeuh dengan pandangan masing-masing, tak pernah ada titik temu meski Sungmin tahu... keduanya saling mencintai.

"Unnie... sebelum aku jatuh tertidur—"

"Hyukie—"

"Bisakah aku meminta sebuah janji padamu, Unnie?"

Sungmin diam, kalimat-kalimat dengan nada serius seperti itu membuat Sungmin semakin takut. Lee Hyuk Jae... semakin kehilangan dirinya.

Tak punya pilihan. Sungmin mengangguk.

"Berjanjilah kau akan menjaga Donghae, kau harus benar-benar menjaganya, kau harus selalu menemaninya, kau tahukan bagaimana dia, jangan sampai dia menangis sendirian. Kau juga harus berjanji untuk terus meyakinkan dia bahwa aku tidak membutuhkan pangeran yang manapun lagi, aku hanya membutuhkan dia untuk membangunkanku... kau harus berjanji, Unnie."

"Untuk yang terakhir... kenapa kau tidak mencobanya sendiri? Dia sangat keras kepala, kau tahukan?" Sungmin menyandarkan dagunya di bahu yeoja itu dan memeluk pinggangnya dari belakang, berlawanan arah dengan Donghae yang juga memeluk pinggang Eunhyuk dari depan.

"Ne, dia sangat keras kepala dan aku tak punya cukup waktu untuk melunakkannya," ujarnya sebelummenyingkirkan rambut pirangnya kebelakang dan mengecup kening Donghae lembut.

.

.

"Ya! Kemana anak itu!" seorang yeoja cantik berjalan tergesa dengan sedikit mengangkat bagian bawah hanboknya, sama sekali tak mengidahkan jabatannya sebagai seorang permaisuri dalam kerajaannya.

"SIAPAPUN CEPAT BAWA KYUHYUN KEHADAPANKU SEKARANG JUGA!" teriknya habis kesabaran.

Bukan pertama kalinya pagi di kerajaan Sapphire Blue yang terkenal dengan penghasilan barang tambangnya itu menjadi kacau balau karena kelakuan putra mahkotanya. Mengabaikan hiruk-pikuk di istana itu, dua orang namja tampak duduk nyaman di atas sebuah dahan. Sementara yang lain sibuk mengunyah roti selai kacangnya, yang lain sibuk mempertajam mata anak panahnya.

"Kau serius dengan pelarian kali ini?" Changmin menatap sesaat pada Kyuhyun sebelum kembali fokus pada roti selai kacangnya.

"Sama seriusnya dengan Umma yang ingin menikahkanku dengan putri jendral Seo," Kyuhyun menjawab cuek.

"Seohyun tak buruk juga, kau seharusnya melihat yeoja yang dipilihkan Ummaku, dia sangat cerewet!" gerutu Changmin, setelah menghabiskan roti selai kacangnya kini ia mulai meraih kue kering yang sempat diambilnya dari lemari dapur istana.

"Kau boleh ikut kalau kau mau," Kyuhyun menyimpan anak panahnya dan meraih anak panah yang lainnya.

"Dan harus kelaparan di tengah jalan? Tidak terimakasih. Kalau kau bisa pulang dengan mambawa bidadari, barulah aku akan mengikuti jejakmu lain kali."

"Tidak ada lain kali. Aku bersumpah tidak akan pulang sebelum bisa menemukan yeojaku sendiri. Yeoja yang akan terbangun dari tidur panjangnya saat aku mengecup bibirARH! Appo! Apa yang kau lakukan!" Kyuhyun meringis mengusap-usap kepalanya yang baru saja mendapat hantaman dari sahabat sejak kecilnya.

"Anda terlalu jauh menghayal Yang Mulia. Baiklah, sebaiknya kau kembali keistana sekarang sebelum seorang tentara menemukan pohon ini dan Yang Mulia Permaisuri menebangnya," ujar Changmin sembari melopat turun dari dahan tempatnya bersinggah.

Kyuhyun mendesis. Dia tahu bahwa alasan itu hanya untuk menutupi alasan bahwa Changmin masih membutuhkan asupan makanan sementara bekal camilan paginya telah habis. Kyuhyun pun melompat turun, memukul kepala Changmin keras sebelum berlari dan tertawa dengan keras.

Dia akan segera kekamarnya sekarang, menyiapkan semua bekalnya sebelum pergi dari istana saat tengah malam nanti.

.

.

Lee Hyukjae dan Lee Donghae adalah dua orang sahabat terbaik Sungmin. Entah sejak kapan dia mengenal Eunhyuk, seingatnya Eunhyuk selalu ada disetiap moment dalam hidupnya sejak kecil. Eunhyuk adalah sosok yang ceria, selalu menyemarakkan sudut istana dengan tawa renyahnya. Mudah bergaul dengan siapapun karena sikapnya yang easy going. Entah dari kalangan istana atau rakyat biasa, Eunhyuk tak pernah mempermasalahkannya.

Meski terkadang manja dan sangat cengeng. Pembawaan dasarnya sebagai seorang putri mahkota yang tak bisa dihilangkan. Dia... putri mahkota yang sangat disayangi rakyatnya.

Sedangkan Lee Donghae adalah namja yang dikenalnya saat dia dan Eunhyuk mulai masuk di kelas anggar sebelas tahun yang lalu.

Donghae adalah anak nelayan dari timur yang datang keistana untuk menempuh pendidikan kemiliteran. Obsesi polosnya adalah untuk membuat Appanya bangga. Donghae sangat tangkas dan lincah, diusia sepuluh tahun dia telah menjadi siswa di pendidikan menengah bahkan didaulat menjadi guru anggar dan wushu untuk Sungmin dan Eunhyuk, saat itu.

Di usia dua belas tahun dia telah di tempatkan sebagai tentara depan dan dua tahun kemudian diangkat menjadi pengawal dan pendamping pribadi seorang putri yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Lee Hyukjae.

Tak ada yang tahu sebuah perasaan yang sangat halus berkembang dihati sang putri dan pengawal pribadinya. Perasaan yang masih tersembunyi rapat di balik tulang rusuk keduanya. Perasaan yang tak mungkin luput dari perhatian Sungmin, sahabat yang selalu mendampingi keduanya.

Kini Sungmin dan Donghae hanya mampu berdiri di sudut tempat tidur sahabat mereka. Sungmin bisa merasakan bagaimana genggaman tangan Donghae yang semakin erat menggenggam tangannya. Sungmin membalas genggaman tangan itu dengan lembut, mencoba berbagi kekuatan dengan sang sahabat.

Sungmin tahu, perasaan yang tengah di alami Donghae jauh lebih berat dari perasaannya. Takut, sakit dan sedih namja itu jauh lebih besar dari pada takut, sakit dan sedihnya.

Detik itu terus bergulir, menipiskan waktu yang mereka miliki. Sungmin masih mencoba menahan air matanya menatap Eunhyuk yang tengah bercerita dengan ceria tentang pengalaman berkemahnya seminggu yang lalu. Seakan yeoja berambut pirang itu tan mendengar isak tangis sang Umma dan Appa di sampingnya.

Sungmin tahu, Eunhyuk hanya mencoba tegar. Yeoja itu telah merelakan takdir menghanyutkan jalannya. Mengikuti arus yang membawanya. Karena seberapa keraspun yeoja itu menangis, kutukan takkan termusnahkan.

Sungmin tahu, Eunhyuk hanya ingin tersenyum sebelum lelap membawa kesadarannya. Sementara perintah raja telah jelas. Mengirimkan sebagian besar pasukan untuk mencari seorang pangeran dengan kekuatan cinta yang besar. Cinta yang tulus, karena hanya dengan kekuatan itulah Eunhyuk mampu membuka matanya lagi, nanti.

"Umma... Hyukie ngantuk," ujar yeoja berambut pirang itu dengan sebuah kuap kecilnya.

Kalimat yang kontan membuat mereka yang berada dalam kamar itu terhenyak bangun dari malunan mirisnya.

"Andwae Hyukie, tetap buka matamu chagi, kita akan melewatinya, kita akan melawati waktu ini bersama-sama," Permaisuri terisak keras dan memeluk Eunhyuk erat.

"Umma, aku hanya ngantuk. Aku tak bisa tidur semalam."

"Andwae changi and—"

"Hae!" Sungmin kehilangan fokusnya dari ucapan Permaisuri saat merasakan tangan Donghae yang melepas genggamannya dan berbalik pergi meningalkannya.

Sungmin diam, menatap Eunhyuk yang masih mengusap sayang rambut Ummanya, sementara mata yeoja itu memberi isyarat untuk Sungmin agar dia mengejar namja itu. Sungmin ingin menolak, dia ingin tetap di tempatnya sebelum lelap membawa pergi kesadaran yeoja itu.

Namun pandangan memohon dari iris kecoklatan itu seakan memaksanya. Diapun mengangguk, membungkuk hormat sebelum keluar dari ruangan penuh isak pilu itu.

Sungmin menghapus setitik air di pipinya sebelum berlari menuruni tangga untuk dapat mengejar langkah cepat Donghae. Sungmin tak pernah jatuh cinta, satu-satunya teman prianya adalah Donghae dan jelas sekali dia tak merasakan perasaan itu padanya. Dan dia merasa beruntung karena tak perlu jatuh cinta pada namja pecinta ikan itu.

Karena dia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya kisah cinta yang rumit antara Donghae dan Eunhyuk bila dia ikut bergabung di dalamnya. Urusan hati memang selalu rumit, ha?

"Hae-ah," Sungmin menerobos masuk kedalam kamar Donghae karena dia tak bisa mengejar langkah namja itu hingga berakhir di ruangan ini.

Dia menarik napas menenangkan dadanya. Donghae menatapnya sekilas sebelum kembali pada kegiatannya –mengepak pakaian.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mencari pangeran itu," jawab namja itu datar.

"Apa?" Sungmin mengernyitkan alisnya, tak mengerti.

"Semakin lama dia ditemukan, akan semakin lama Hyukie terbangun."

Ingin sekali rasanya Sungmin memukul kepala bersurai madu itu keras-keras. Tapi urungdilakukannya karena dia tahu itu hanya membuang tenaga, dia telah sering kali memukul kepala itu dan hasilnya tak merubah apapun keputusannya.

"Hae," Sungmin menggenggam tangan namja itu lembut. "Kenapa kau tidak mencobanya, eoh? Hyukie hanya membutuhkanmu."

"Minnie aku—"

"Kau rela Hyukie disentuh namja lain ha? Kau rela Hyukie dimiliki namja yang tidak kau kenal?"

"Asalkan dia bisa membawa kembali Hyukie," Donghae menjawab dengan perih, terlihat sekali sekali rasa sakit dari mata hitam itu.

"Andwae Donghae-ah, aku tidak rela!"

"Lalu apa yang bisa kulakukan? Aku hanya tentara keamanan biasa yang dibayar raja untuk menjaganya, bukan menikahinya!" Donghae menepis genggaman tangan Sungmin.

"Kau mencintainya!"

"Itu tidak merubah apapun!"

"Dia mencintaimu!"

"..."

"..."

Sungmin diam saat Donghae tak lagi menjawabnya. Dipandangnya dengan pilu tubuh namja yang kini membelakanginya menghadap kearah jendela. Tubuh tegap itu terlihat begitu rapuh dimatanya.

Sungmin mengangkat tangannya dan mengusap pundak sahabatnya lembut. Dia tak tahu perasaan macam apa yang kini tengah dihadapi sahabatnya itu, dia hanya tahu bahwa itu pasti sangat berat.

"Itu... tetap tidak merubah apapun. Aku... bukan namja yang cukup pantas untuk Yang Mulia Putri."

"Hae—"

"Aku akan pergi, jangan mencegahku Minnie."

Sungmin menghela napasnya panjang. Sial! Sekarang dia harus memikirkan alasan pada kedua orang tuanya. Bagaimanapun juga dia telah berjanji pada Eunhyuk, janji untuk tidak akan pernah meninggalkan namja penyuka ikan itu sendirian.

"Ani. Aku akan ikut denganmu."

.

.

"YEAH! AKU BEBAS!"

Seruan keras itu menyusup diantara dinding-dinding pemukiman penduduk. Kyuhyun mengepalkan tangannya keatas dan berteriak riang. Jangan salahkan jiwa mudanya yang kini memberontak melalui sel-sel otaknya. Dia hanya bosan dan jenuh terus terkurung dalam istana besar nan megah di atas bukit itu.

Dan akhirnya, setelah enam belas tahun hidupnya, untuk pertama kalinya Kyuhyun berdiri diatas jalanan desa tanpa seorang pengawalpun. Sayang sekali dia tak bisa menikmati keramaian desa karena saat itu bulan telah tepat di atasnya.

"Yeah! Umma... mianhe, aku akan segera kembali setelah menemukan yeojaku sendiri!"

.

.

_TBC_

Still prolog!

Bagaimana perjalanan Donghae dan Sungmin demi menemukan pangeran untuk sang putri yang tengah tertidur? Bagaimana cara Sungmin meyakinkan Donghae tentang takdirnya? Dan bagaimana Cho Kyuhyun akan menemukan yeojanya?

Yup! Fic ini mengambil setting asal jaman kerajaan dan sedikit sempilan *?* kisah Sleeping Beauty di sini.

Lanjut? Atau Hapus?

kalo rifyunya jauh di bawahangka Visitor yang tertera... Lhyn ga lanjut ya... Lhyn mau Hiatus, mau rifresing dulu. Tapi kalo perbedaannya dikit, Lhyn lanjutdan menunda Hiatus deh...

Keep or delete!