Short Message
Author : AKI si kufufu no fu~ adeknya Colonello-nii
Disclaimer : KHR adalah milik Amano Akira-sensei dan hak milik Hibari bersama Tonfa2nya jatuh ke tangan saia /dipecut Dino-san/
Genre : Horror
Rate : T
Warning : Gaje, ga serem, typo(s), author horror amatir *jlebb*
Halo semua~~ Perkenalkan, saia Author baru (di KHR) yang nyasar dari fandom Korea sebelah kufufufu~ saia berfikir kayaknya seru nih kalau bikin FF anime gitu, dan kebetulan saia suka KHR dari sejak mereka debut (curhat?)
Reborn : *dateng sambil ngancem pistol* Kau ini sungguh memalukan, ini cerita horror tapi kau masukan curhatan garing mu itu, dasar perempuan tak berguna.
Author : *JLEBB* Su-sumimasen! *brb ngetik ceritanya* Oh ya jangan lupa Review pleaseee ^^ HAPPY READING PROLOG NYA…
Satu langkah kau akan kehilangan tanganmu
Dua langkah kau akan kehilangan kakimu
Tiga langkah kau akan kehilangan kepalamu
Empat langkah kau akan kehilangan organ dalammu
Lima... Semua orang telah pergi...
Yang tersisa hanya kau..
Enam..
Menarilah bersamaku...
"….na."
"…Tsuna."
DUAKKKKK
"AKHHH!" teriak Tsuna yang terjatuh dari tempat tidurnya. Seperti biasa, setiap pagi Reborn membangunkannya dengan cara –cara kasar dan tidak manusiawinya. Beberapa Arcobaleno sedang diam dan melihat sang Vongola Decimo itu.
"RE-REBON!" teriak Tsuna merintih kesakitan, "BISAKAH KAU SEDIKIT LEMBUT KETIKA MEMBANGUNKAN SESEORANG!" teriaknya lagi.
Reborn diam saja. Dia membereskan bajunya dan memasukkan ke dalam tas.
"Pagi Tsuna." Sapa seorang Arcobaleno yang memakai pakaian China.
"Kau sudah bangun, dasar pemalas, kora!" ucap seseorang lagi yang mengelap senjatanya.
Tsuna melihat ke arah Arcobaleno lainnya. "HIII –!" Tsuna kaget melihat para bayi kuat itu.
"Ke –kenapa mereka semua ada disini?" tanyanya heran.
"Tsuna, kami harus pergi ke suatu tempat." Ucap Reborn dan mengangkat tasnya.
"Heh?" Tsuna kebingungan, "Ke –kemana?"
"Hmm.." Reborn menyembunyikan senyumannya dibalik topinya itu, "Ke suatu tempat." Lanjutnya.
"Eh, tapi.."
"REBORNN!" teriak seseorang dari jendela luar. Semua melihat ke arah suara dan seorang bayi melayang dan memasang wajah cemberut.
"Cepatlah kalian semua pemalas! Aku hanya dapat ijin dari bos selama seminggu! Kalau terlambat sedikit, aku bisa ditembak mati olehnya sebelum gajiku naik!" teriaknya.
"Huh, dasar si mata duitan itu." Ucap si Arcobaleno berkacamata.
"Sebenarnya kalian mau pergi kemana?" tanya Tsuna semakin heran.
"Kami akan pergi li-"
"Ssst!" Colonello memotong omongan Skull, "Kami akan menjalankan suatu misi,kora!" ucapnya.
"Misi?" Tsuna memiringkan kepalanya.
"Ayolah, Reborn, aku tak punya mesin waktu. Maka, cepat bergegas!" bentak Verde.
Reborn melihat mata Tsuna dalam-dalam. Tsuna melihat Reborn dengan memasang wajah takut-bingung-kepada bayi itu.
"Tsuna, aku sudah bilang pada yang lainnya kalau kami semua akan pergi. Jaga dirimu baik –baik…" Reborn menghentikan kata –katanya.
"?"
"…Dan kalau bisa, janganlah kau memakai Dying Will –mu sementara ini ,karena tanpa pengawasanku."
"Eh tapi, bagaimana aku diserang orang jahat!"
"Tak akan ada.."
"Eh Re–..."
.
.
. Reborn dan Arcobaleno lainnya telah menghilang seketika.
.
.
"REBORNNNN!" teriak Tsuna.
++++++++++++++++++++++++++++++++++ISSUE++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Tsuna duduk dibangkunya sendirian seperti biasa. Dia memikirkan kata –kata Reborn tadi. Tumben sekali ia tidak menyuruh Tsuna untuk menggunakan Dying Will. Dan lagi, ucapannya itu seperti menandakan akan adanya sesuatu yang terjadi.
"Yo, dame –Tsuna!" ucap teman sekelasnya.
"Eh.."
"Kenapa melamun begitu, sepertinya kau tidak sehat ha?"
"Ti –tidak!" jawab Tsuna.
"Tsunayoshi, aku punya sebuah cerita yang akan ku ceritakan hanya padamu seorang."
"Eh? Ke –kenapa harus aku?"
"Karena Cuma kamu yang belum mendengar cerita ini.. Ini adalah cerita… kisah nyata sekolah ini… mitos nya…ta…." Desisnya.
"Hiiii –!" Tsuna menutup telinganya. "Ke–kenapa harus aku yang mendengarkan!" teriak Tsuna. Sedangkan temannya itu terkekeh dengan senyum liciknya.
"Kau tau Tsuna. Jika kau sedang di toilet dan mendengar ada yang menutup pintu sebanyak 5 kali.. lalu sesudah itu kau melihat bayangan di cermin, maka kau dan 5 temanmu akan mati." Ucap teman Tsuna lagi.
"Su-sudah hentikan!"
"Juudaime!" teriak Gokudera. Tsuna melirik ke arah suara.
"Go –Gokudera-kun!" Tsuna hampir menangis sambil memegangi telinganya.
"Kau tidak apa –apa Juudaime? Hei bodoh, apa yang kau lakukan kepada boss ku!" teriaknya sambil mengeluarkan dinamit.
Anak itu ketakutan melihat dinamit Gokudera, "eh..hmm…ti –tidak..aku harus ke perpustakaan!" anak itu gemetar dan berlari.
"Juudaime, dia mengancammu? Berkata kasar? Atau…"
"Sudahlah Gokudera-kun, aku tidak apa –apa." Ucap Tsuna.
"Tapi.."
"Yo, Tsuna." Sapa Yamamoto.
"Eh, Yamamoto.." Tsuna tersenyum.
"Yakyuu baka! Jangan memotong omonganku seenaknya! Juudaime sedang di–bully" teriak Gokudera.
"Heh?" Yamamoto menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Bukannya kau yang sedang menakut-nakuti Tsuna dengan bom–mu itu?" tanya Yamamoto.
"APA KAU BILANG MANA MUNGKIN A–!"
"Sudahlah.." Tsuna merelai Gokudera.
"Sudah sore, saat –nya pulang, mari.." ajak Yamamoto.
"GRR! DENGARKAN AKU BODOH!"
"Oh, I –iya." Tsuna mengambil tasnya.
Dia diam sejenak, mengingat omongan barusan "Eh..hm…"
Yamamoto dan Gokudera melirik ke arah Tsuna.
"Ada apa Juudaime?" tanya Gokudera.
"Aku tidak ingin lewat toilet…" ucap Tsuna.
Yamamoto dan Gokudera sweatdrop.
"Toilet kan dekat sini Tsuna, dan itu jalan satu –satunya hahaha.."
"Ju –juudaime takut lewat sana? Biar saya antar melompati gedung ini!"
"Maa,maa.. itu tidak mungkin." Ucap Yamamoto.
"Ti –tidak.. bukan begitu. Aku hanya ingin bertanya pada kalian satu hal."
"?" Yamamoto dan Gokudera saling menatap.
"Etto.. hm.. soal mitos..eh..cerita tentang toilet..itu.." Tsuna gugup untuk bercerita hal yang menakutkan itu.
"Soal 5 temanmu yang mati itu?" tanya Yamamoto.
"Eh, Yamamoto tau?"
"Ya.. itu sih cerita lama para senior yang mengerjai juniornya dulu. Tapi itu bukan hal yang nyata kok haha.."
"Apa? Jadi anak tadi yang bercerita hal tidak masuk akal pada Juudaime? Brengsek!" Gokudera mengepal tangannya.
"Jadi itu tidak benar?"
"Iya, tentu saja. Biasanya, yang menutup pintu ialah orang iseng yang berada dibelakang pintu toilet. Terkadang beberapa anak ketahuan Hibari –san melakukan hal seperti itu." Jelas Yamamoto.
"Ya, dan kudengar anak –anak itu dikamikorosu si mata sipit itu, jadi jarang yang berani ke toilet untuk mengerjai murid lain dengan hal bodoh seperti itu. Jadi, jangan khawatir Juudaime!"
"Hmm..tapi kenapa cerita itu dianggap mitos? Bahkan sebagian anak percaya akan hal-hal seperti itu.." Tsuna semakin bingung.
Gokudera dan Yamamoto menggelengkan kepala.
"Tenang saja Tsuna, selama ini kita tak merasakan hal apapun kan saat di toilet."
"Ya, benar Juudaime! di zaman modern ini mana ada hantu yang berani mengganggu bos mafia terkuat!"
"Hm..lagipula Tsuna, bukannya kau pernah terkunci di dalam toilet sendirian?" tanya Yamamoto.
"Haa.. ~" Tsuna menghela nafas, "Iya juga sih, aku sampai lupa." Kemudian ia tersenyum, "Baiklah, mari kita pulang."
Akhirnya mereka bertiga keluar kelas dan berjalan keluar sekolah.
Saat hampir dekat dengan Toilet, kaki Tsuna merasa bergetar dan berat untuk melangkah. Dia teringat cerita itu kembali. Padahal, Gokudera dan Yamamoto sudah berkata kalau itu hanya kerjaan senior iseng, tapi dia merasakan ada sesuatu...Ilusi? atau...
'Akh, tidak mungkin..Tsunayoshi, kau kan pernah semalaman terkunci disana...'
"Yakyuu baka!" teriak Gokudera sambil mengejar Yamamoto. Mereka berdua kejar –kejaran dan melupakan Tsuna. Tsuna tidak memperhatikan kenapa tiba –tiba mereka bertengkar.
Srakkk
"Eh, Gokudera-kun, Yama–"
Krieett…
Deg
Langkah Tsuna berhenti saat mendengar pintu toilet terbuka kecil. Dan sialnya, ia berhenti tepat disamping pintu itu.
'A..ada apa ini..Kakiku berat untuk melangkah.' Gumamnya dalam hati. Sementara itu Gokudera dan Yamamoto semakin menjauh.
'Ini mirip aura Mukuro! tapi mana mungkin Mukuro ada disini?'
"….kamu…" desis seseorang dari arah toilet. Suara seorang perempuan.
Tsuna semakin kaku dan gemetar. Semerbak, aroma busuk dari dalam toilet dan 'sesuatu' menahan kakinya hingga tidak bisa bergerak.
"hanya..kamu..dan lima lagi…." Desis suara serak itu.
"….mati…"
BRUKKK
Tsuna terjatuh, namun lututnya masih berusaha untuk menopang tubuhnya yang kecil itu. Matanya tidak berkedip dan entah kenapa dia merasa ada aura yang sangat aneh telah menariknya. Gokudera dan Yamamoto melihat kebelakang asal suara sesuatu yang jatuh itu.
"Juudaimeee!" teriak Gokudera sambil berlari. Yamamoto juga menyusul.
"Juudaime, kau tak apa? Apa kau sakit? Maaf aku meninggalkanmu!"
"Tsuna..?" panggil Yamamoto. Tsuna hanya menggelengkan kepala. Dia bangkit dan memegangi kepalanya, "Aku hanya..lelah…" lirihnya.
Gokudera membantu Tsuna berdiri dan Yamamoto melihat sekitar.
"…Aku merasakan sesuatu, mirip aura gelap." Kata Yamamoto.
"….." kali ini Gokudera tenang dan melihat sekitar. Kemudian mereka saling berpandangan.
"Hibari?" tanya Gokudera.
"Tidak, tidak ada aura membunuh… tapi auranya melebihi Hibari –san."
"Akh! Sudahlah aku tak perduli! Yang penting kita bawa Juudaime pulang dan beristirahat!"
"Iya…" Yamamoto menganggukkan kepala.
Mereka bertiga pulang.
Tsuna masih memegangi kepala dan sesekali melihat kebelakang. Kemudian mereka berjalan keluar dari sana.
Krieet…
"..."
SRAKKK!
Pintu toilet bergerak, sembari seseorang mendesis kecil.
"...kau sudah melihatnya dengan jelas." desis orang yang ada di toilet.
"...sebentar lagi...tiba saatnya..."
Blamm..
Pintu toilet tertutup rapat.
_t0 bE c0unTinuE_
Review nya minna–san _ tolong, dan review kalian menentukan FF ini layak atau tidak dilanjutkan..
Arigatou sebelumnya *bow*