Annyeong, aku datang lagi dengan fiksi baru. Yup, seperti biasa, pairing utama kita adalah Haehyuk! Fiksi kali terinspirasi dari pertunjukan solo Eunhyuk di acara SS4 kemarin dan sebuah lagu yang berjudul For The First Time. Sudah pada nonton, kan?

Aku sebagai author sangat menyukai fiksi buatankh ini, kkk~ karena Abang Ikan galau sekali di sini. Yesungdahlah, happy reading!

Disclaimer

All casts belong to God and themselves, but the ff is pure belong to me

Cast

Lee Donghae

Lee Hyukjae

And all Super Junior member

Genre

Romance, Friendship, Hurt/Comfort

Rated

T to M

Warnings

Shonen-ai, yaoi, BL, boy x boy, semi canon, alur lambat. Don't like don't read! No bashing! No fanwar! If you wanna flame, just flame the story and use nice words, I'll take the blame.

Summary

I know these time are hard

Yeah, they're making us crazy

Don't give up on me, baby!

.

.

.

.

.

"Bukankah kau suka saat seseorang menyentuhmu seperti ini?"

Seorang namja terlihat sedang menelusurkan jari-jarinya di atas tubuh seorang namja lain yang terbaring tidak berdaya di bawahnya. Namja berambut merah itu tidak bisa melawan sama sekali. Kedua tangannya diikat di kedua sisi tempat tidur. Baju yang dikenakannya kini tidak berbentuk lagi karena dirobek paksa oleh namja yang berada di atasnya. Menampakkan perutnya yang rata dan berbentuk walaupun badannya terbilang kurus. Dan meski kedua kakinya bebas, tetap saja dia tidak bisa menggunakannya karena namja yang sudah membuatnya seperti ini tengah duduk di atasnya.

"Seingatku bukan ekspresi seperti ini yang kau tunjukkan saat para dancer itu meraba-raba tubuhmu."

Namja berambut merah tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat saat jari-jari nakal namja di atasnya bergerak semakin turun ke daerah selangkangannya. Air mata tidak pernah berhenti mengalir dari kedua matanya.

"Kumohon jangan lakukan ini, Hae!" kata namja berambut merah itu dengan suara serak.

"Kau tidak suka? Kenapa? Kenapa Eunhyuk? Apa karena aku bukan seorang yeoja?" teriak namja tersebut frustasi sambil menjambak rambut namja yang ada di bawahnya.

"Akh!" ringis namja berambut merah tersebut.

Sebenarnya, namja yang dipanggil Eunhyuk tersebut bisa membebaskan dirinya dari situasi yang sedang dihadapinya sekarang. Eunhyuk hanya perlu berteriak kencang dan semua teman-teman mereka akan masuk ke kamarnya dan menolongnya, tapi Eunhyuk tidak mau melakukannya. Namja yang sekarang tengah menindihnya adalah sahabatnya sendiri, Donghae. Eunhyuk sangat menyayangi Donghae seperti saudaranya sendiri. Segala macam bentuk skinship yang pernah mereka lakukan memang bukan hanya sekadar fanservice belaka. Mereka melakukannya seolah-olah itu memang hal wajar yang dilakukan seseorang seperti makan dan bernafas.

Tidak pernah terlintas dalam benaknya kalau sesuatu yang lain akan tumbuh di antara persahabatan mereka—seperti perasaan yang Donghae rasakan terhadapnya. Eunhyuk sangat tahu perasaan jenis apa yang tengah dirasakan oleh Donghae. Perasaan itu salah. Dan karena Donghae adalah sahabatnya, Eunhyuk tidak bisa menolak atau pun mengabaikan perasaan Donghae kepadanya begitu saja. Eunhyuk merasa bertanggung jawab untuk membantu Donghae melupakan perasaannya.

Ya, ini bukan pertama kalinya Donghae melakukan ini padanya. Donghae sudah pernah melakukannya beberapa kali karena cemburu melihat Eunhyuk berdekatan dengan orang lain, tapi ini yang paling parah. Biasanya Donghae hanya akan menuntut penjelasan atas apa yang dilakukan Eunhyuk lalu menciuminya dengan membabi buta sebagai hukuman. Setelah itu, Donghae akan meminta Eunhyuk berjanji untuk tidak akan melakukannya lagi, tapi sepertinya saat ini Donghae sudah berada di ambang batas kesabarannya. Apa yang dilakukan Eunhyuk di atas panggung tadi saat konser membuatnya benar-benar marah. Donghae tidak bisa menerima ada orang yang berani menyentuh Eunhyuk seperti itu selain dirinya. Donghae sudah mengklaim Eunhyuk untuk dirinya sendiri. Miliknya. Dan yang membuat Donghae sangat marah adalah Eunhyuk yang terlihat sangat menikmati tariannya.

"Hae, aku mohon…" Eunhyuk benar-benar panik sekarang. Tangan Donghae kini bergerak untuk membuka ritsleting celananya. Air mata Eunhyuk semakin deras mengalir. Kepalanya terasa berat melihat kenyataan yang ada di hadapannya. Hal terakhir yang diingatnya sebelum pingsan karena ketakutan dan syok adalah Donghae yang mulai menurunkan celana panjang yang dikenakannya.

.

.

.

.

.

Eunhyuk perlahan-lahan membuka kedua matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah Donghae yang masih tertidur sambil memeluknya erat dan terkesan posesif. Eunhyuk tidak berani memeriksa tubuhnya. Dia benar-benar takut. Kulit Donghae begitu terasa di kulitnya—yang dia yakini telanjang. Air mata kembali membasahi kedua pipinya. Tetesan air mata yang jatuh di kulitnya membuat Donghae terbangun. Dia mendapati Eunhyuk sudah lebih dulu bangun dan kini sedang menangis di dadanya. Donghae mengeratkan pelukannya. Tangan kanannya digunakan untuk mengelus-elus kepala Eunhyuk.

"Sttt…uljima, Hyukkie!" katanya lembut sambil menciumi pucuk kepala Eunhyuk lama.

"Kau tega!" kata Eunhyuk sambil berontak dalam pelukan Donghae. "Lepaskan aku!" teriaknya.

"Eunhyuk, tenanglah," kata Donghae sambil mengeratkan pelukannya.

"Kau gila, Lee Donghae! Lepaskan aku!" Eunhyuk semakin berontak.

"Aku akan melepaskanmu kalau kau berjanji untuk tenang. Kumohon, kau bisa membangunkan semua orang," kata Donghae mencoba menenangkan Eunhyuk.

"Aku tidak peduli. Biar semua orang tahu apa yang sudah kau lakukan!" kata Eunhyuk tajam.

Donghae melepaskan pelukannya perlahan. Ditatapnya Eunhyuk dengan putus asa. Eunhyuk segera bangun dan menarik selimut untuk menutupi tubuh—yang seperti dugaannya—telanjangnya, tapi rasa bersalah tetap menyergapnya saat melihat ekspresi ketakutan, terluka, dan putus asa dalam tatapan Donghae. Eunhyuk benar-benar tidak tega melihat Donghae seperti ini.

"Pergilah. Tinggalkan aku sendiri!" kata Eunhyuk sambil menghindari tatapan Donghae.

"Aku… dengar dulu penjelasanku…"

Donghae mencoba menjelaskan situasinya, tapi Eunhyuk tetap bergeming. Dengan sangat terpaksa Donghae beranjak dari tempat tidur Eunhyuk dan memungut kaosnya yang tergeletak di lantai. Dipandangnya Eunhyuk sekali lagi sebelum benar-benar melangkahkan kakinya meninggalkan kamar tersebut. Selepas kepergian Donghae, Eunhyuk kembali menangis. Disandarkannya punggungnya di tembok dan memeluk kedua lututnya. Kepalanya ditekuk hingga menyentuh kedua lututnya untuk meredam tangisannya. Puas menangis, Eunhyuk beranjak ke kamar mandi.

Ada yang aneh pikirnya. Dipandanginya tubuhnya dalam cermin yang ada di kamar mandi. Eunhyuk mengernyit heran. Bukannya dia menginginkan sesuatu terjadi pada tubuhnya, biasanya, Donghae akan meninggalkan banyak bekas berwarna merah kebiru-biruan di sekitar dada dan punggungnya, tapi tidak ada satu pun noda di kulitnya yang terlihat. Eunhyuk meraba bagian bawah tubuhnya. Tidak terasa sakit sama sekali bahkan ketika dia berjalan ke kamar mandi. Eunhyuk langsung berlari keluar. Diperiksanya kasurnya. Tidak ada tanda-tanda apa pun yang bisa mengindikasikan kalau mereka sudah bercinta—ya, itu hal pertama yang dipikirkan Eunhyuk saat bangun dan mendapati tubuhnya telanjang. Eunhyuk juga tidak mencium bau sperma di udara. Sepertinya aku sudah keterlaluan menuduh Donghae, batinnya.

Walaupun Eunhyuk merasa bersalah pada Donghae, tapi Eunhyuk tidak bisa memungkiri perasaan lega yang membanjirinya saat ini. Eunhyuk mengucap syukur berkali-kali karena hal buruk yang disangkanya tidak terjadi sama sekali. Dia memang terbangun dengan tubuh telanjang dalam pelukan Donghae, tapi itu bukan masalah besar. Selama training dan awal debut, Eunhyuk biasa mandi telanjang berdua dengan Sungmin.

.

.

.

.

.

Tok tok tok. Terdengar suara ketukan dari luar saat Eunhyuk sedang memakai bajunya.

"Siapa?" tanyanya. Eunhyuk belum siap menghadapi Donghae sekarang.

Ryeowook masuk ke kamar Eunhyuk sambil membawa nampan, "Kata Donghae hyung, kau kurang enak badan, hyung. Jadi aku membawakan sarapanmu ke sini."

"Anni. Aku baik—maksudku aku sudah merasa lebih baik sekarang."

"Ya, sudah, aku taruh di sini saja ya, hyung," kata Ryeowook sambil meletakkan nampan yang dibawanya di atas tempat tidur Eunhyuk dengan hati-hati.

"Ne, gomawo, Wookie."

Ryeowook hanya tersenyum membalas dan meninggalkan kamar Eunhyuk. Eunhyuk menghampiri makanannya dan menyantapnya dengan lahap. Selesai makan, Eunhyuk membawa nampan dan piringnya ke dapur. Saat melewati ruang tengah, Eunhyuk refleks mengedarkan pandangannya mencari sosok Donghae, tapi dia tidak menemukannya bahkan sekembalinya dari dapur. Eunhyuk memutuskan untuk ikut menonton bersama member yang lain.

"Kau sakit, Eunhyukkie?" tanya Sungmin saat Eunhyuk duduk di sampingnya.

"Anni, hyung," jawab Eunhyuk sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi tadi Donghae menyuruh Wookie membawakan sarapanmu ke kamar, katanya kau kurang enak badan," kata Sungmin heran.

"Oh… itu… aku… sepertinya aku masuk angin. Kau tahu kan, semalam kita bermain air dan aku harus menari tanpa memakai baju, tapi aku sudah minum obat, jadi hyung tidak perlu khawatir," jelas Eunhyuk panjang lebar.

"Oh… tapi kau benar-benar hebat semalam. Penonton sangat gaduh melihatmu menari dengan sangat seksi," puji Sungmin. Eunhyuk hanya tersenyum malu mendengar pujian Sungmin.

"Nde, aku yakin bahkan namja sekalipun akan tergoda oleh tarianmu, hyung," kata Ryeowook ikut berkomentar.

"Jadi maksudmu kau tergoda oleh tarian Eunhyuk, Wookie?" goda Kyuhyun.

"Ya, jangan bicara sembarangan! Aku tidak mau ditenggelemkan di sungai Han oleh Donghae hyung kalau sampai dia mendengarmu bicara seperti itu," kata Ryeowook yang ekspresinya terlihat aneh. Campuran antara marah pada Kyuhyun dan takut pada Donghae. Ryeowook tidak berhenti melirik ke arah pintu, mengantisipasi kalau-kalau Donghae tiba-tiba datang.

Eunhyuk menegang seketika mendengar pernyataan Ryeowook barusan. Apa mereka sudah tahu tentang perasaan Donghae padaku? tanyanya dalam hati. Padahal Eunhyuk sudah berusaha merahasiakannya dan bersikap senormal mungkin. Eunhyuk tidak mau kalau member yang lain sampai tahu. Akan semakin sulit baginya membantu Donghae menghilangkan perasaannya.

"Kau kenapa, Eunhyukkie?" tanya Sungmin sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Eunhyuk.

"Anni, gwaenchana, hyung, aku mau kembali ke kamar saja," jawab Eunhyuk sambil berdiri dan langsung berjalan menuju kamarnya.

"Eunhyuk kenapa, ya?" Sungmin bergumam.

Kyuhyun yang mendengarnya menyeringai sebelum menjawab, "Eunhyuk sedang gelisah menunggu hukuman apa yang akan diberikan Donghae padanya."

"Dasar maknae tidak sopan! Eunhyuk dan Donghae itu lebih tua darimu—"

"Aku juga," tambah Ryeowook.

"—jadi kau seharusnya memanggil mereka hyung. Lagipula apa maksud kalimatmu barusan? Kenapa Donghae harus memberi Eunhyuk hukuman?" tanya Sungmin.

"Pertama," kata Kyuhyun dramatis, "Eunhyuk dan Donghae itu sama-sama kekanak-kanakan. Usianya saja yang lebih tua dariku. Kedua…" Kyuhyun sengaja memberi jeda pada penjelasannya untuk memberikan kesempatan pada Sungmin dan Ryeowook menebak, tapi sepertinya mereka benar-benar tidak tahu. Terbukti dari raut wajah mereka yang penasaran dan berharap agar Kyuhyun segera melanjutkan penjelasannya. Kyuhyun menghela nafasnya frustasi, "Bukankah sudah jelas kalau Donghae menyukai Eunhyuk seperti seorang namja menyukai seorang yeoja?"

"Mwo? Kau tahu darimana Kyu?" tanya mereka serempak.

"Aish, kalian ini sangat payah! Fans di luar sana saja tahu kalau hubungan mereka lebih dari sekedar sahabat. Kalian yang tinggal seatap malah tidak tahu," jawab Kyuhyun sarkastis.

"Mereka memang hanya bersahabat, apa yang mereka lakukan selama ini hanya sekedar fanservice," kata Sungmin memulai argumennya.

"Menurutmu begitu ya, Sungmin hyung, tapi aku berani bertaruh demi semua game yang pernah kumainkan, kalau mereka terlibat cinta terlarang," kata Kyuhyun lantang. Sungmin langsung menjitak kepala Kyuhyun.

"Auw… Minnie hyung, apa yang—" ringis Kyuhyun sambil mengusap-usap kepalanya.

"—cinta terlarang apa? Jangan bicara seenaknya! Kau tidak tahu akibat dari kesimpulanmu yang seenaknya saja bisa mendatangkan masalah bukan hanya padamu, tapi mereka berdua dan kita semua juga tahu!"

"Tapi bagaimana kalau itu benar?" celetuk Ryeowook.

"Ya! Wookie, jangan ikut-ikutan!" teriak Sungmin.

"Tidak masalah," jawab Kyuhyun enteng. "Fans kita lebih senang melihat kita mempunyai hubungan seperti itu dengan sesama member daripada dengan yeoja."

"Iya, aku yakin mereka malah akan menyambut gembira berita ini," kata Ryeowook membenarkan.

"Ya Tuhan…" Sungmin menepuk kepalanya frustasi. "Kalian sudah gila. Dan aku harap kalian tidak menularkan kegilaan kalian pada yang lain. Awas kalau kalian sampai menyinggung hal ini di depan mereka berdua!"

.

.

.

.

.

Sesampainya di kamar, Eunhyuk segera merebahkan dirinya di tempat tidur. Ingatannya kembali ke kejadian tadi malam. Eunhyuk menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat untuk mengusir bayangan Donghae. Dari luar samar-samar terdengar teriakan Sungmin, tapi Eunhyuk terlalu pusing untuk mendengarkan apa yang diteriakkan Sungmin. Dia mengambil bantal dan membenamkannya di telinganya. Mencoba untuk meredam suara-suara dari luar kamar dan dalam kepalanya. Eunhyuk berusaha untuk menjernihkan pikirannya. Berkali-kali dicobanya melakukan latihan penenangan diri dengan menahan nafas selama sepuluh detik dan menghembuskannya perlahan tapi gagal. Akhirnya Eunhyuk memutuskan untuk tidur saja.

Sementara itu, di kamar lain, satu lantai di atas kamar Eunhyuk, Donghae juga sama gelisahnya. Kegelisahannya terlihat jelas dari rambutnya yang acak-acakan dan baju serta seprai yang kusut akibat menjadi korban pelampiasan rasa frustasi yang kini tengah dirasakannya. Buku-buku jari Donghae sampai memutih kala mengepalkan tangannya mengingat Eunhyuk yang menari bersama empat orang yeoja di konser semalam. Harusnya dia yang menari bersama Eunhyuk. Hanya dirinya yang boleh menyentuh dan meraba Eunhyuk seperti itu. Dasar yeoja sialan! makinya dalam hati.

Donghae semakin meremas seprai yang ditidurinya dengan frustasi. Setelah sekian lama menyembunyikan perasaannya dari orang lain, Donghae tidak peduli lagi kalau mereka akan tahu setelah ini. Ya, Donghae harus memastikan Eunhyuk hanya miliknya. Tidak peduli semua orang akan menganggapnya gila. Donghae benar-benar akan menjadi gila kalau tidak bisa memiliki Eunhyuk dalam hidupnya, tapi Donghae tidak bisa memaksa Eunhyuk untuk menerima perasaannya. Masih terbayang dengan jelas ekspresi ketakutan dan jijik di wajah Eunhyuk saat dia terbangun dalam keadaan telanjang di pelukannya. Bahkan Eunhyuk sempat pingsan saat dia kelepasan semalam. Beruntung bukan nafsu yang menguasainya, tapi rasa amarah dan cemburu. Donghae menangis dalam diam menyaksikan tubuh Eunhyuk terkuali lemas di bawahnya. Dia segera melepaskan kedua ikatan di tangan Eunhyuk dan merengkuh tubuh rapuh itu ke dalam pelukannya. Donghae menarik selimut untuk menyelimuti mereka berdua.

Tapi Donghae tidak kuat lagi seperti ini. Menyembunyikan perasaannya di depan member lain. Berpura-pura tersenyum padahal dalam hatinya menangis. Belum lagi Donghae harus menahan keinginannya kuat-kuat untuk memukul wajah member lain yang memandangi tubuh Eunhyuknya saat menari. Apa perasaan yang kurasakan ini salah ya, Tuhan? Lalu kenapa kau menciptakan perasaan seperti ini? batin Donghae frustasi.

Ini permohonanku sekali seumur hidupku ya, Tuhan. Aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku dengan Eunhyuk. Memastikan kalau dia orang pertama yang aku lihat saat terbangun dan orang terakhir yang aku lihat saat aku menutup mata. Aku tidak akan meminta apa-apa lagi kalau kau memberikannya untukku. Donghae berdoa setulus hati. Donghae sangat yakin dengan perasaan yang dirasakannya. Seolah dirinya akan merasa cukup hanya dengan memandang wajah Eunhyuk yang sedang tersenyum dengan sangat lebar kepadanya. Ingin sekali Donghae berlari menemui Eunhyuk, memeluknya dan menyesap aroma strawberry yang menguar dari tubuhnya agar hilang gelisahnya, tapi Donghae tidak sanggup kalau harus menerima penolakan Eunhyuk lagi. Eunhyuk, apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana akan kulanjutkan hidup ini? Dengan malas Donghae bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu saat sebuah ketukan terdengar dari baliknya.

"Kibum…"

.

.

.

.

.

To Be Continued

Biasanya kalau lagi galau otakku mengeluarkan banyak ide, tapi karena saat mengetik aku sedang tidak galau, aku merasa Donghae di sini kurang galau. Padahal aku berencana untuk membuatnya benar-benar galau, tapi nanti semoga aku bisa menemukan cara untuk menyiksa Abang Ikan!

Bagi yang memiliki ide bagus bagaimana cara menyiksa Abang Ikan, silakan tulis di kotak review, aku akan memasukkannya di chapter depan, ja~

Bagi yang pernah membaca The Only Exception, chapter tiga sudah diupdate beberapa hari yang lalu.

Kota Daeng, 19 Mei, 22-23 Mei, 09 Juni 2012