CHAIN
CHAPTER 6
Vampire Knight©Hino Matsuri
'The end or Continue'
Malam yang terasa lebih panjang dari malam-malam sebelumnya. Dalam ruangan tanpa penerangan itu, pria berwajah rupawan yang memiliki warna mata berbeda tiap irisnya, hanya duduk ditepian bed. Rido Kuran tersenyum. Sebuah senyuman kesedihan. Disampingnya, dengan setia Zero Kiryuu berdiri menemani layaknya Guardian.
"Kemarilah," seru Rido pelan, membuat tubuh Zero mendekat secara otomatis dibawah perintah.
"Kemarikan tanganmu." Tangan pucat itu terjulur, memperlihatkan jemarinya yang panjang dan ramping. Rido lagi-lagi tersenyum lirih. Diraihnya jemari itu lalu mengusapkan pada pipi kiri miliknya. Dia memejamkan mata sejenak, merasakan usapan jemari dipipinya lembut, walaupun itu digerakkan dengan tangannya sendiri. Karena pemuda dihadapannya itu tidak mungkin melakukan hal manis seperti ini.
"Katakan padaku,"
"Apakah lebih baik mati sebagai Vampire yang baik, atau hidup abadi tetapi menjadi Monster yang dibenci?" tanya Rido lirih.
"Katakan padaku Zero, mana yang lebih baik? Lalu, bila aku sudah memilih salah satu dari dua pilihan itu, maukah kau menemaniku, entah itu hidup entah itu mati? Bersediakah kau? Hm?" tanya Rido bertubi-tubi. Sayangnya, pemuda yang diberikan pertanyaan hanya diam. Pandangan yang hanya lurus kedepan dan kosong. Zero tidak bergerak, bersuara, memberontak ataupun protes, bahkan berkata kasar seperti biasanya. Dia hanya bergerak sesuai yang Rido perintahkan.
Rido lagi-lagi tersenyum. Entah dia harus senang atau malah menyesalinya.
"Maaf..." lirih Rido lagi, menciumi punggung tangan pucat tersebut, alih-alih melontarkan kata 'Maaf', berkali-kali.
.
.
Dua hari setelahnya
Kaname menggengam sebuah undangan berdesign kuno tapi mewah. Yang sayangnya undangan tersebut terlihat lusuh hingga kemewahan yang tadinya terlihat hilang sudah. Emosinya berusaha ia redam sebisa mungkin dengan cara meremas-remas undangan itu. Sialan, rutuknya.
Undangan dari Dewan Senat para Vampire. Malam ini adalah malam yang telah direncanakan Dewan Senat Vampire untuk mengadakan pertemuan terbuka. Tidak heran bila Kaname mendapati para pemimpin klan Vampire baik itu level B hingga level C yang biasanya sangat jarang tampil terlihat dalam pertemuan ini. Bahkan, Sara Hirabuki turut menampakkan rupanya. Perempuan cantik itu menyapa dirinya melalui sebuah senyuman hangat. Dan dibalas dengan hal yang sama oleh Kaname.
Kaname duduk pada tempat yang sudah para Dewan itu persiapkan. Sementara diseberang sana, duduk Asato Ichijou, pemimpin klan Ichijou, dimana disebelahnya Takuma juga turut duduk. Wajah kakek tua itu masih saja tegas seperti biasa, tanpa senyum.
Kedua sahabat itu saling tatap. Lalu terlihat Takuma memilih memutuskan komunikasi non verbal tersebut dan beralih pada Sara Hirabuki yang duduk disebelah Takuma. Mengobrol hangat tampaknya.
Lalu tidak jauh dari Kaname duduk, tersedia dua buah kursi kosong yang belum terisi, membuat Kaname sedikit keheranan. Alisnya berkerut alih-alih menahan diri untuk bertanya lebih lanjut pada sekitar. Ingat, seorang Pureblood jarang bertanya hal-hal yang sifatnya tidak penting.
Kalau dipikir-pikir, selama ini dirinya lebih banyak diam bila menghadiri rapat semacam ini. Lebih meng-iya-kan saja apapun keputusan dari Dewan Tertinggi. Yah, walau dirinya termasuk kedalam kategori 'Tertinggi' barusan. Kaname menyadari walau terlambat, bukankah sifat itu hanya pantas dialamatkan pada boneka.
Pintu utama berderik, kembali membuka. Dan penampakkan selanjutnya cukup membuat mata Kaname terbelalak.
Rido Kuran dan
Kiryuu!
.
.
.
.
Ichiru memeriksa setiap kamar-kamar yang tersedia dalam bangunan itu. Dia yakin sekali saudara kembarnya berada didalam salah satu kamar tersebut. Namun sayang, hasil yang didapat adalah nihil. Ichiru lalu masuk pada kamar yang terletak paling ujung.
Ceklek
Kamar itu tidak terkunci. Dia meningkatkan kewaspadaan, karena biasanya ruangan yang tidak terkunci adalah sebuah jebakan. Ichiru menyiagakan pistol berpeluru perak miliknya ketika mulai memasuki kamar tersebut.
Dirinya terkejut begitu mendapati kamar itu bukan hanya sekedar kamar biasa. Disana, Ichiru mendapati tubuh Shizuka-sama nya terbaring diatas ranjang. Tidur pulas layaknya manusia normal, yang membedakan adalah tidak adanya denyut nadi yang berdetak.
Kondisi itu biasanya disebut mati oleh ahli kedokteran. Tapi lucu rasanya bila mengatakan hal itu pada makhluk yang memang sudah tidak memiliki lagi denyut-denyut kehidupan sejak awal. Makhluk abadi itu tidak pernah mengalami proses bernama kematian, tapi lebih kepada kebinasaan. Dimana tubuh mereka akan hancur bak serpihan debu dan menghilang dengan sendirinya oleh tiupan angin. Bahkan mereka tidak perlu repot-repot menyiapkan tanah untuk sebuah area pemakaman.
Dengan gerakan pelan Ichiru mendekati tempat tidur itu, dan berdiri ditepian. Posisi berdiri tegaknya lalu berubah menjadi jongkok. Raut mukanya berubah sendu.
Sekarang memang sudah terlambat. Tapi sudah sepantasnya dirinya mengakhiri, ah mungkin bisa disebut awal dari sebuah akhir. Tangannya bergetar begitu pelatuk ditarik.
"Jangan ragu bila kau ingin semua berakhir." Sebuah suara lembut terpaksa membuat bungsu dari klan Kiryuu itu mengalihkan pandangan pada pintu masuk. Sosok yang dikenalnya sebagai Maria Kurenai berdiri menyampir pada pintu, balas menatap Ichiruu.
"Lagipula jiwa Shizuka-san sudah hilang, menyatu bersama lelaki itu. Jadi itu hanyalah tubuh kosong yang disimpan oleh Rido sebagai tanda penghormatan terakhir baginya." Jelas Maria. Sorot mata yang datar, tidak menunjukkan emosi yang signifikan. Sulit bagi Ichiruu mendeteksi sesuatu, baik itu sebuah kebohongan atupun kebenaran disana. Ingat, Vampire adalah makhluk manipulatif yang rupawan.
Toh, walaupun itu benar atau salah adanya, dia harus membinasakan entitas dihadapannya itu. Walau enggan.
Kisaran waktu yang tidak bisa dibilang singkat kebersamaan keduanya lah yang membuat Ichiru ragu menarik pelatuk pistol berpeluru besi ditangannya. Harus diakui, Ichiru menyayangi Shizuka.
Melihatnya, Maria hanya mendesis pelan, seraya menggelengkan kepala. "Pilih Kiryuu, akhiri semuanya dan selamatkan Saudaramu atau.." jeda sesaat.
Dor!
Satu suara yang menginterupsi ucapan Maria. Dan gadis itu tersenyum miris.
Sosok yang tertidur itu perlahan-lahan berubah menjadi sebuah serpihan kristal, mulai dari ujung kakinya. Rupanya proses pembinasaan vampire Pureblood berbeda dari vampire pada umumnya. Kastalah yang membedakan hal tersebut. Pegangan pistol pemuda itu terlepas, airmatanya tidak mampu ia bedung lagi. Sebelum pembinasaan itu berlanjut keatas, sebelum sosok Shizuka berubah sepenuhnya menjadi serpihan, Ichiruu menyempatkan untuk memeluk tubuh bagian atas Tuannya. Membisiki sesuatu yang tidak tertangkap atau memang Maria tidak ingin mendengarnya.
Dan sosok itu pun hilang sepenuhnya. Peran dari seorang Pureblood wanita bernama Shizuka Hiou benar-benar berakhir ditangan orang yang disayanginya.
"Kiryu!" jerit Aidou yang juga ikut berada didalam lingkaran Dewan Senat. Mulut celoteh dan rasa ingin tahu tidak bisa menahan dirinya untuk memanggil pemuda berambut perak itu. Tapi Zero tidak menanggapi seruan itu. Tidak bergeming sama sekali.
Raut wajah Kaname berubah keras. Ingin rasanya dia menghentakkan tangannya ke meja. Lalu melancarkan segala jurus pada —mantan— pamannya tersebut, yang berjalan beriringan dengan Zero. Prediksinya bahwa Zero berada dalam tahanan Rido, tepat sesuai pemikirannya. Tapi Kaname tidak habis fikir bahwa pemuda itu malah mengikuti Rido sesuai perintah. Bahkan bisa terlihat dia duduk dengan patuh disamping Rido, pada kursi yang tadinya kosong.
"Aku tidak menyangka kau dengan berani datang menghadiri rapat senat. Bukankah kau seharusnya binasa." Kaname berujar dingin.
Rido menyeringai."Aku seorang Kuran, ingat itu ponakan. Dan terima kasih sudah repot-repot mengkhawatirkan keadaanku." Jawabnya.
Asato berdehem. Hendak memulai. Situasi memanas bahkan sebelum dimulainya rapat. Tidak seperti yang diharapkan. Walau juga sesuai prediksinya.
Sekarang adalah rapat yang diadakan sejak hampir sepuluh tahun tidak diadakan. Terakhir kalinya adalah ketika pemimpin tertinggi klan Kuran, Haruka Kuran tewas ditangan Kakaknya sendiri, Rido Kuran. Yang akhirnya juga dinyatakan tewas. Dewan Senat dengan segera membuat keputusan sehubungan tragedi itu. Lalu mengangkat Kaname sebagai pemegang tertinggi senat, sesuai level yang disandangnya. Tapi rapat tidak pernah berlangsung secara resmi dan terbuka seperti hari ini, karena Kaname sendiri enggan melakukan hal repot dan menghabiskan waktunya. Dia sendiri punya alasan. Termasuk alasan dirinya bekerja sama dengan Kurosu Kaien.
Hawa berubah dingin. Kertas-kertas yang tadinya diatas meja berhamburan. Tampakknya kesabaran tuan muda Kuran tidak bisa dibendung, saat dirinya melihat Rido dengan seenaknya memerintah Zero, dan lebih murka lagi karena Zero menuruti perintah tersebut.
"Kau!"geramnya menghampiri Rido. Mencengkeram dengan keras leher Pamannya, yang hanya dibalas dengan seringaian. Brengsek. Umpat Kaname.
Dengan cekatan Kaname membanting tubuh sang Paman kearah dinding, hingga tubuh itu meluncur mulus dan menampakkan darah segar yang mengalir dari hidung.
Zero bereaksi melepaskan sebuah tembakan pada Kaname, tapi berhasil Kaname hindari. Dirinya terkejut mendapat serangan tiba-tiba dari Zero. Tubuhnya menolak untuk bergerak ketika Zero kembali menodongkan moncong Bloody Rose miliknya. Senjata terampuh dengan peluru perak yang mampu melenyapkan Pureblood sekalipun.
Dor!
Tembakan itu melayang nyaris mengenai Kaname. Tapi insting Vampire serta lindungan tak terduga dari Takuma Ichijou menyelamatkan Kaname yang nyaris diujung tanduk. Tembakan meleset alih-alih menyerempet sedikit dan merobek lengan Takuma sepanjang 5 centi.
"Auch" rintih Takuma mendengus. "Tembakan Hime-mu makin tepat saja." seloroh Takuma, berusaha menekan aliran darah yang keluar.
Seketika ruangan berubah menjadi medan perang. Membuat beberapa Vampire tidak berkepentingan kelimpungan berlarian. Berada ditengah-tengah pertikaian antar pureblood tidak bijaksana sama sekali.
Rido tersenyum puas. Rencananya menghancurkan rapat senat berhasil. Seharusnya Ichijou tua itu tau resiko mengundang dirinya kedalam lingkaran senat. Dan inilah hasil yang dia berikan.
Harusnya tua bangka itu tau, dendamnya dan ketidaksukaan Rido pada sekumpulan penjilat yang berani-beraninya menggariskan sesuatu pada kasta setinggi dirinya ,Pureblood.
Tembakan-tembakan terus dilepas Zero. Mengincar Vampire apapun dihadapannya. Dia tidak lagi mengincar Kaname maupun Takuma. Tapi malah melancarkan serangan yang membabi-buta. Gerakan gesit yang melompat mendekati pintu utama, guna menghalangi keluarnya para Vampire. Entah karena atas dasar perintah, atau memang dasarnya Zero membenci kaum Vampire, dia dengan tidak berbelas kasih membinasakan sebagian Vampire lemah berlevel paling bawah.
Sementara para Night Knight yang dipimpin oleh Kain dan Seiren menyerbu masuk bersama Ruka, Rima dan Shiki serta beberapa orang lain. Mereka ternganga melihat serpihan-serpihan debu yang begitu banyak. Bisa mereka lihat Zero berdiri tegap dengan sorot kosong. Aidou sendiri yang sudah berada disitu dari tadi menolong Takuma yang terluka yang mulai menutup dengan sendirinya.
"Gila." Desis Seiren bersiap menyerang Zero. Wanita itu sudah lama menahan diri untuk melumpuhkan pemuda bermata ungu terang itu, insting petarung dan naluri Vampire mengatakan bahwa keberadaan seorang Zero Kiryuu adalah bahaya besar.
Keduanya pun terlibat pertarungan yang tidak akan dihentikan siapapun saat ini.
Kaname memejamkan mata sejenak. Urusan Zero ia serahkan pada Seiren atau siapapun yang mampu menghadapi selama tidak berlebihan. Bagaimanapun, semua Night Knight tahu, bahwa Zero Kiryuu adalah pemuda kesayangan Tuan mereka. Jadi, walaupun marah atau bahkan berniat membunuh sekalipun harus mereka rem. Setidaknya, lukai seperlunya sampai pemuda itu diam dan tidak lagi balik menyerang. Apalagi Kaname curiga, Zero dibawah hipnotis atau apapun namanya —terserahlah itu—
Kaname menatap Rido Kuran yang berdiri santai menikmati adegan yang terjadi. Membuat Kaname mendesis marah.
"Kurasa bukan saatnya bersantai sekarang, Paman."
Rido melirik meremehken, sebuah tarikan tepian bibirnya sebagai simbol itu. "Kau yang sekarang tidak cukup kuat melawanku, My Boy. Ada seorang Kiryuu bersamaku dan, darah Shizuka Hiou dalam tubuhku. Kau kalah setidaknya dua langkah dariku." Ucapnya santai.
Gemeretak gigi tanda geram dari Kaname dan tanpa peringatan melancarkan sebuah pukulan.
Kaien serta Yagari menghampiri Ichiru yang berjalan dengan langkah lemah. Pemuda itu menyandarkan kepalanya tertunduk pada bahu Kaien. "Dia sudah kubinasakan." Lirihnya berbisik. Kaien tersenyum miris, mengerti siapa' Dia' yang dimaksud Ichiru, lalu menepuk punggung belakang pemuda setinggi anak angkatnya itu. Membelai dengan sayang bak anak sendiri.
"Ayah—" sebuah suara lirih mengejutkan Kaien.
"Yuuki!" pekiknya terkejut. Segera dia menghampiri Yuuki yang tampaknya baik-baik saja. Bukankah Rido menculik putrinya itu? batinnya.
Kaien memeriksa tiap jengkal tubuh Yuuki, memeluknya kemudian."Kau baik?" tanyanya bodoh. Yuuki mengangguk. Dia balas memeluk Kaien erat. "Aku sudah tahu semuanya Ayah, termasuk 'Apa' sebenarnya aku ini." Ujar Yuuki lemah, tubuh Kaien menegang setelahnya.
Jadi sekarang semuanya sudah terbongkar, Kaname-kun. Batin Kaien.
Pandangan Yuuki sendu. Setelah Rido menemuinya dan memberitahu sebuah rahasia besar menyangkut status hidupnya, dunia serasa runtuh bagi Yuuki. Pria yang menyatakan diri sebagai Pamannya itu bahkan tidak pernah mengunjungi Yuuki lagi setelahnya. Seolah, dia menculik Yuuki hanya sebagai pengalih untuk sesuatu yang sebenarnya menjadi target utama Rido.
Yuuki tersentak.
Zero.
"Ichiru, apa kau menemukan Zero diantara kamar-kamar disana?" tanya Yuuki. Ichiru membalas dengan gelengan. Wajah serupa Zero itu kembali suram.
"Zero maupun Rido tidak ada dimanapun" jawab Ichiru.
"Mereka berada di gedung rapat Dewan Senat para Vampire." Sela Maria Kurenai yang datang tiba-tiba.
"Tepatnya ditengah pertikaian yang mungkin sudah berlangsung, seharusnya sejak tadi." Lanjutnya.
Semua terdiam mahfum. Pertikaian antar Vampire bukanlah urusan Hunter. Karena bagaimanapun, Zero sekarang ini termasuk kedalam kelompok makhluk penghisap itu sendiri. Vampire yang sebentar lagi jatuh ke level E.
"Tidakkah ada cara untuk mengembalikan seseorang yang tergigit bahkan hampir ke level E kembali menjadi manusia?" kali ini Yagari buka suara.
Mungkin itu adalah pertanyaan paling bodoh. Karena setahunya memang tidak ada cara untuk mengembalikan kondisi itu. Mencoba tidak ada salahnya kan.
"Manusia yang tergigit Vampire bisa saja tidak terjatuh menjadi Vampire, selama dia terdeteksi secepat mungkin dan belum meminum darah apapun dan sama sekali. Ada kemungkinan orang itu tertolong dengan ritual penyucian yang biasanya dilakukan para pendeta ahli," jelas Kaien. Sebagai manusia yang paling lama hidup diantara semua, dia punya banyak pengetahuan serta pengalaman paling banyak.
"Tapi kasus Zero berbeda. Kau sendiri tahu kan Ichiru, apa keistimewaan darah dari klan Kiryuu itu sendiri. Dan kurasa Rido memanfaatkan keistimewaan tersebut."lanjut Kaien lagi. Dia masih meneruskan ucapannya. "Darah dari kembar yang terlahir di klan Kiryuu merupakan sebuah sinyal lampu kuning. Satu sisi memiliki arti sebagai Penghenti. Satu sisi sebagai Perusak, penghancur apapunlah, tergantung pengendaliannya. Kembar Kiryuu dalam kasus ini bisa menjadi penghancur para Vampire paling kuat, atau penghancur bagi Hunter itu sendiri. Oleh karena itu, keberadaan kembar dalam klan Kiryuu terlarang bagi dua kubu." Kaien menarik nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
"Intinya, Zero tidak lebih sebagai senjata penghancur saat ini."
Semua menahan nafas sejenak mendengarnya. Terutama Ichiru, yang tidak menyangka akan keistimewaan dari kembar Kiryuu.
"Dua hari ini aku melakukan penyelidikan terkait kasus klan Kiryuu bahkan sebelumnya, kau ingat Yagari, kasus perburuan pelayan Vampire Ex-human Shizuka Hiou yang diburu orang tua Zero dan Ichiru atas perintah Asosiasi?" tanya Kaien menatap lekat Yagari.
Yagari mengangguk. Sebagai Hunter dengan posisi sama tinggi dengan Hunter Kiryuu, dia tidak mungkin lupa. Pelayan pria Ex-human yang disinyalir oleh Asosiasi sebagai Level E. Menugaskan kedua pasangan Kiryuu untuk membinasakannya. Dimana hal itulah yang mengantar kedua pasangan itu pada ajal mereka ditangan Shizuka Hiou.
"Aku punya prediksi kuat bahwa itu semua sudah direncanakan. Buruknya, sepertinya Asosiasi bekerja sama dalam hal ini. Pantas saja, kembar Kiryuu yang biasanya tidak pernah selamat bila ketahuaan, malah dibiarkan hidup bebas oleh Asosiasi."
Wajah Yagari bahkan Ichiru berubah keras. Alis Ichiru berjengit. "Keparat!" umpat Ichiru. Dia menyadari bahwa semua ini adalah sebuah rencana dan dia termasuk dalam bidak itu sendiri.
"Tapi siapa?" tanya Yuuki pelan.
"Aku tidak terlalu yakin, walau kemungkinan merujuk pada Rido. Karena Shizuka bergerak berdasarkan balas dendam semata." Ungkap Kaien lagi. Dia mendesah. Berpikir bahwa seharusnya dia lebih cerdas menarik kesimpulan ini dari awal. Hal ini pun menjadi titik terang setelahnya, begitu yakin bahwa Rido masih hidup dan berada dibalik ini semua. Hebatnya, direncanakan bahkan jauh sebelumnya.
Kematian Haruka dan Juri Kuran. Kematian kekasih Shizuka. Balas dendam sang Madly Blooming yang menyebabkan kematian orang tua Zero-Ichiru. Zero yang kritis terjatuh ke level E dan akhirnya sampai pada akhir pentas skenario. Uh-huh, benar-benar perencanaan panjang.
"Jadi kita seharusnya bagaimana?" Yuuki kembali bertanya.
Kaien menatap putri angkat satu-satunya itu. Sebagai yang ditunjuk oleh Kaname menjadi wali, dia tentu tahu apa Jenis asli seorang Yuuki Kurosu, ah tidak, lebih pantas ia memanggil sebagai Yuuki Kuran.
"Setidaknya, sekarang ini ayo kita bantu Kaummu yang sedang bertarung." Kata Kaien.
Yuuki hanya bisa mengangguk.
"Maria-san, maukah kau menunjukkan dimana gedung Senat berada?"
Maria mendesah. Enggan sebenarnya, tapi mengingat dia juga salah satu pelakon yang bertanggung jawab atas pergolakan dunia Vampire, mau tidak mau mengiyakan permintaan orang-orang didepannya.
tbc
Terima Kasih yang sudah membaca bahkan sudi mereview Fanfic saya sampai pada chapter ini. Akhirnya, ini adalah interpretasi saya terhadap ketidakpuasan dari alur Vampire Knight itu sendiri. Saya lebih memilih men-stop baca daripada ujung-ujungnya malah membashing chara Yuuki Kuran sebagai central character.*hantursembahpadaHinoMatsuri*
Bisa dibilang ini Modified Canon versi saya*ngakak*. Bila ada yang merasa janggal atau tidak pas, silahkan protes pada kolom review dibawah. Saya akan dengan senang hati menerimanya.
Ah, satu lagi! IFA akan segera diadakan, saya yakin sosialisasinya sudah sampai pada kalian yang punya akun di ffn (termasuk saya). Mari majukan Fanfik berbahasa Indonesia ^^