Author : Piglatypus

Main Cast : Xi Luhan, Oh Sehun

WARNING : GAY/YAOI! SEXUAL CONTENT! EXPLICIT! typos (maaf ga sempet ngoreksi)

a/n : Jadi karena banyak yang vote ffn, yaudah saya lanjutin ff ini di sini sampai selesai.

oiya guys ini bakal agak ngga nyambung sama chapter 3. ternyata setelah saya baca chapter 3 plot lama tuh ga banget :( tapi kalian ngeh inti cerita chapter 3 kan? hiraukan detail ga penting semacem waktu Kris tengkar sama Tao (itu payah banget saya nulisnya, ewwww). Dan kalau remake pun nanti saya menghilangkan tokoh Tao dan Jongin. peran mereka tidak terlalu penting soalnya. atau pas pertama kali Sehun tau Luhan tetangganya dia dan dia langsung naksir. anggap aja itu ga naksir :( semacem penasaran doang :(

sumpah ya plot lama tuh payah banget. sedih saya bacanya. menurut kalian, saya remake lagi ga chapter 3 biar lebih nyambung?

tulis pendapat kalian di review ya.

btw,

enjoy guys

.

.

.

Luhan segera berdiri dan memunguti bajunya yang tergeletak di mana-mana. Tanpa disadari mereka melakukan seks hingga jam 5 pagi. Luhan kelelahan begitu pula Sehun. Bahkan Sehun masih tergeletak di kasur.

Setelah memakai semua pakaiannya, ia menghampiri Sehun.

"Hei," Luhan menepuk pipi Sehun perlahan untuk membangunkannya.

Walau masih setengah sadar, akhirnya Sehun bangun.

"Kau bayar untuk dua jam pertama saja. Kau tau tarifku kan? Sisanya anggap saja bonus dariku."

"Baiklah," Sehun pun meraih dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya pada Luhan.

"Thanks. Aku harap kita bisa bertemu lebih sering dan bersenang-senang seperti tadi. Lain kali akan kugratiskan. Kita tetangga bukan? Baiklah aku rasa aku harus pergi," Luhan mengecup bibir Sehun.

"Bye!"

Luhan meninggalkan kamar itu. Sekarang tinggal Sehun yang masih belum bisa mencerna apa yang dikatan Luhan barusan.

...

Setelah mendapatkan uang dari Sehun, Luhan pun keluar dari hotel tempat mereka bertemu dan memanggil taksi untuk pulang. Beruntungnya masih ada taksi kosong yang lewat di depan hotel itu. Luhan meregangkan otot-ototnya. Badannya pegal sekali mengingat sepanjang permainannya dengan Sehun, ialah yang paling dominan. Ditambah sebelum ia bertemu Sehun, ia harus melayani bos besar dari salah satu perusahaan bonafit.

Jika kalian pikir Sehun sangat submisif, itu tidak sepenuhnya benar. Hanya saja Luhan tahu bahwa Sehun masih belum terlalu mengerti dan ia pun mengambil alih permainan agar tidak ada pihak yang di rugikan. Kalian tahu? sama-sama senang.

Sesampainya di rumah, Luhan segera mengambil kunci yang ada di tasnya dan membuka pintu rumahnya. Ia ingin segera mandi dan mengistirahatkan tubuhnya. Sebab hari ini ia tidak libur, lebih tepatnya tidak ada libur untuk Luhan. Ia tetap harus bekerja bagaimana pun keadaannya. Ia juga harus kejar setoran pada Kris yang akhir-akhir ini sering mengeluh soal tagihan dan segala macam.

Sebenarnya tagihan listrik, air dan kebutuhan hidup mereka di rumah dalam sebulan bisa terpenuhi dengan bayaran Luhan. Tapi karena pola hidup Kris yang boros dan seringnya Kris berjudi, semua uang hasil kerja Luhan jadi tidak mencukupi hidup mereka. Kris bahkan beberapa kali terlilit hutang dengan rentenir dengan bunga yang tidak masuk akal.

Memikirkannya saja membuat Luhan makin lelah.

Keadaan rumah masih sepi. Kris belum pulang dari tempat ia biasa minum-minum. Dia bahkan belum pulang sejak kemarin.

Dilihatnya jam tangan Luhan. Masih ada cukup waktu untuknya beristirahat sebelum ia bekerja lagi. Kadang ia berpikir untuk segera mengakhiri pekerjaan ini dan hidup sederhana dengan menyewa apartemen kecil dan bekerja selayaknya orang-orang. Atau mungkin ia akan mencoba menekuni fotografi yang sejak lama ia ingin pelajari. Dengan pekerjaannya yang sekarang ia bisa menyisihkan uang untuk sekedar membeli kamera dan beberapa lensanya.

Atau mungkin bisa langsung meminta ke Direktur Wang yang setiap hari selasa meminta Luhan untuk bertemu di apartemennya.

Atau mungkin Produser Lee? Uangnya tidak akan habis hanya untuk membelikan Luhan sepaket DSLR dan beberapa lensa yang ia butuhkan.

Soal kamera ia bisa pikirkan nanti. Sekarang ia harus mengistirahatkan badannya.

...

Selama pelajaran hari itu, Sehun sama sekali tidak fokus dikarenakan dua hal. Pertama, badannya lelah. Kedua, saat berangkat tadi ia tidak sarapan karena terburu-buru. Saat bel istirahat berbunyi pun, Sehun segera ke kantin untuk membeli ramen instan untuk dimakan. Tidak menghiraukan ajakan teman beda kelasnya untuk sekedar main game online di ponsel. Ia membeli dua cup sekaligus. Rasa lapar di perutnya tidak bisa ditolerir.

Setelah cup ramennya diisi air panas, ia pun membawa dua cup itu bersamanya ke bangunan sekolah yang belum selesai yang jaraknya lumayan dekat dengan kantin. Anak-anak sekolahnya tidak pernah ada yang berani ke bangunan belum jadi itu karena adanya rumor tempat itu berhantu. Sehun tetaplah Sehun, ia bahkan sudah bebal sejak ia dalam kandungan. Ia tetap saja ke bangunan itu dan selama di sana tidak ada hal-hal aneh yang terjadi.

Orang-orang hanya terlalu takut.

Sesampainya Sehun di bangunan itu, ia pun segera memakan dua cup ramen instannya sebelum terlanjur dingin.

Sial! aku lupa beli minum, pikir Sehun.

Tapi akhirnya Sehun tetap menghabiskan dua ramen instannya itu tanpa minum. Dia hanya minum kuah ramennya.

"Oy!" Sebuah tepukan di bahu mengagetkan Sehun.

Itu Chanyeol.

"Sial! Tidak bisa sehari tidak iseng padaku? Idiot."

"Hehe, maafkan aku. Ramennya masih sisa?" Tanya Chanyeol sambil mengambil salah satu cup ramen di sebelah Sehun berniat memakan sisanya kalau saja Sehun tidak habis.

Chanyeol salah.

"Kau ini babi atau apa sih?" Umpat Chanyeol setelah membuka cup ramen kosong itu. Sehun tidak menghiraukannya. Percuma.

"Chanyeol,"

"Kenapa panggil-panggil namaku, babi?" Chanyeol pun mendapat lemparan cup ramen kosong dari Sehun. Untung kuahnya sudah habis.

"Aku serius, idiot!"

"Oke, oke, ada apa?"

"Soal Xi Luhan,"

"Gigolo yang kartu namanya kukasih itu? Kenapa?"

"Kemarin aku memakainya,"

Seketika Chanyeol menoleh ke arah Sehun dengan tatapan terkejut.

"Serius?" Chanyeol memastikan.

"Memangnya aku seperti orang bercanda?" Sehun ikut menoleh ke arah Chanyeol.

"Aku sebenarnya hanya bercanda, kau tahu?" Wajah Chanyeol berubah lagi.

"Apanya?" Giliran Sehun yang memastikan.

"Soal memakai gigolo itu, aku bercanda. Aku tidak pernah menggunakan jasanya, bertemu saja tidak pernah."

Sehun langsung menarik kera baju Chanyeol, "Dasar babi kau Chanyeol."

Kemudian Chanyeol tertawa terbahak-bahak saat cengkraman Sehun mengendor.

"Lalu kau dapat kartu nama itu dari mana?" Tanya Sehun penasaran.

"Anak dari kelas sebelah. Biasa, hanya untuk lucu-lucuan. Kau seperti tidak tau humor anak SMA saja. Nomorku pernah disebar ke beberapa waria, kau tahu? Sampai-sampai aku harus ganti nomor karena mereka mulai menelfonku siang dan malam. Anak-anak memang keterlaluan,"

"...lalu bagaimana rasanya? Seks dengan laki-laki," Lanjut Chanyeol.

"Aku tidak bisa membandingkannya dengan perempuan. Itu seks pertamaku. Kau tahu sendiri lah bagaimana kehidupan seksualku sebelum ini. Tangan. Tangan. Tangan. Sampai-sampai aku khawatir tanganku yang hamil," ucap Sehun diseling tawa. Chanyeol ikut tertawa bersamanya.

"Memangnya kau homo?" Tanya Chanyeol lagi.

"Tidak tahu. Kalau pun iya, aku tidak akan menyukaimu. Tenang saja," jawab Sehun enteng.

"Dasar kau babi. Tapi kalau pun kau homo, aku masih mau berteman denganmu kok. Rahasiamu juga tidak akan kusebar," Suasana pun mendadak serius. Sehun dan Chanyeol saling melempar senyum. Sahabatnya ini memang bisa diandalkan.

"...asal kau belikan aku kue beras setiap pulang sekolah," lanjut Chanyeol sambil tertawa.

Sehun ikut tertawa.

"Aku bercanda kok."

"Aku tahu, Chanyeol-babi."

...

"LUHAN!"

"XI LUHAN!"

"Dimana kau, brengsek?!"

Sial! Aku baru saja tidur, pikir Luhan. Ia pun segera keluar kamarnya dan menuju sumber suara.

"Bisakah kau tidak teriak? Aku sedang tidur, Kris," ia pun menghampiri Kris yang berbaring di sofa ruang tamu.

"Uangmu mana?" Tanya Kris tiba tiba.

"Untuk apa?" Luhan malah menanyainya balik.

"Bukan urusanmu. Dimana kau taruh uangnya?" Kris pun bangun dari sofa dengan sempoyongan. Luhan pun tanggap dan berhasil menahan tubuh Kris.

Ia mencium bau alkohol dari mulut Kris.

"Sudah berapa kali kukatan Kris, berhentilah mabuk. Organmu bisa rusak," Luhan berniat mendudukkan Kris ke sofa, namun Kris menolak.

"Kubilang mana uangnya?" Tanya Kris lagi.

"Kau belum menjawab pertanyaanku Kris. Uang untuk apa?"

Kris meraih dagu Luhan, "Sudah kubilang, bukan urusanmu, sayang," lalu mengecup singkat bibir Luhan.

"Ini juga urusanku, Kris! Aku yang kau eksploitasi, itu juga uangku! Aku berhak tau mau kau kemanakan uang itu!"

"Shh shh shh," Kris menaruh telunjuknya di bibir Luhan.

"Sudah cukup omong kosongnya dan berikan aku uang," lanjut Kris.

"Tidak sebelum -Kris apa yang kau lakukan?!" Tiba-tiba tangan Kris masuk ke kantong celana Luhan.

"Kris hentikan!"

Kantong depan kosong.

Kantong belakang kosong.

"Kau sembunyikan dimana uangnya?" Kris tiba-tiba membuka kancing celana dan resleting Luhan.

"Apa yang mau kau lakukan?!"

"Mencari uang yang kau sembunyikan lah, apa lagi? Kau kan licik, aku tahu kau pernah menyembunyikan uang di celana dalammu," Tangan Kris menyusup masuk ke bagian belakang Luhan. Membuka lipatan pantatnya berharap ia menemukan apa yang ia cari. Luhan pun berusaha melepaskan tangan Kris, tapi Kris jauh lebih kuat darinya. Bahkan saat kondisi mabuk seperti ini.

"Apa? Omong kosong apa yang kau katakan -Ah!" Desahan pelan Luhan tidak bisa ditahan. Jari-jari Kris, entah sengaja atau tidak, membelai lubangnya.

Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa detik.

"Tidak ada uang disana Kris. Berpikirlah dengan wajar. Mana mungkin kusembunyikan-" satu jari Kris masuk ke dalam lubangnya.

"Kris, jika kau ingin uang akan kuambilkan. Tolong hentikan. Aku sedang tidak ingin melakukannya."

Seakan tak menghiraukan ucapan Luhan, tangan lain Kris malah merangkul pinggang Luhan.

"Kris, berhenti-"

Dikeluarkannya jari Kris dari lubang Luhan. Lalu dimasukkannya lagi. Tanpa pelumas apapun membuat lubang Luhan sedikit panas saat bergesekan dengan jari Kris.

Didekatkannya mulut Kris ke daun telinga Luhan. Ia berbisik.

"Kau bahkan setengah tegang hanya dengan sedikit sentuhan. Aku juga tidak yakin kau mau aku berhenti." Kemudian Kris mengecup daun telinga, leher, dan tulang belikat Luhan. Membuat Luhan mau tidak mau memejamkan matanya. Tangan Kris yang mulanya di pinggangnya, naik ke dada Luhan untuk memainkan putingnya yang mengeras. Tangan Luhan yang sempat berusaha memberontak akhirnya malah dikalungkannya ke leher Kris.

Kris berhenti sejenak.

"Kau tidak pernah tidak berhasil membuatku turn on," ucap Kris sambil menidurkan Luhan di sofa.

Jangan tanya padaku apa yang terjadi selanjutnya. Kalian sudah tahu sendiri akhirnya bagaimana.

...

Luhan terbangun dengan kaos yang masih melekat di tubuhnya. Sperma Kris juga masih tersisa di lubangnya. Saat ia bangun, hari sudah hampir sore. Ia ada janji dengan salah satu klien.

Luhan pun bangun dan segera membersihkan tubuhnya.

Kris sudah pergi lagi. Ke tempat biasanya. Kabur membawa uang hasil Luhan bekerja kemarin malam. Sial sekali.

Setelah ia membersihkan tubuhnya, Luhan segera ke kamarnya yang mendadak berantakan, yang ia tahu siapa yang mengacak-acaknya, untuk mengambil ponselnya.

"Halo? Mister Park? Bisa kau suruh siapapun untuk menjemputku? Aku tidak ada uang sama sekali untuk ongkos ke tempatmu... Iya, aku mengerti... Iya... Iya aku akan bersiap."

Luhan pun menutup telfonnya.

TBC

.

.

.

a/n :

oiya guys di chapter 3 kan Chanyeol beda banget karakternya sama di chapter ini. jadi anggep aja Chanyeol di chapter 3 plot lama ngga tau kalo Sehun suka cowo. anggep aja Chanyeol biasa aja ke Sehun dan Sehun masih biasa aja ke Luhan. Belum ada benih benih tjinta atau semacemnya :( tuh kan saya pengen ngeremake chapter 3 :(

maaf juga atas keterlambatan posting. ada kendala penting soalnya (kuota saya habis). Segitu dulu ya, maaf kalau ada typo yang luput dari mata saya. jangan lupa review dan kalo ada kritikan saya silakan.

bye bye

Piglatypus