Title : My Best Friend, Naruto

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Protagonist : Naruto U. & Sasuke U.

Rated : T

Genre : Angst, Friendship, Family

Warning : AU, typo(s), OOC, tidak sesuai EYD yang berlaku

A/N: Huaaai, saya kembali lagi dengan fic baruuu~. Hmm, mungkin reader bakalan tau jalan ceritanya, karna saya ambil dari film. Yaa, itu film bener-bener bikin saya nangis deres. Bukannya saya pengen ngopas gitu aja dari film-nya, saya cuma pengen buat menurut versi Naruto, gimana respon dari reader semua. Dan di fic ini mungkin hanya ada beberapa yang saya ubah— sedikit. Disini sebenernya tokoh utamanya Naruto, cuma karena saya jadiin hewan, jadi lebih mengarah kalo tokoh utamanya Sasuke.

.

.

.

Sorry if there are similarities in the name of the character and story ideas

.

Happy Reading

.

-SG-

.

Uchiha's Mansion, 07.00 a.m.

"Ayah, Ibu, aku berangkat."

"Hati-hati dijalan, Sasuke."

.

Uchiha Sasuke. Seorang pemuda berumur 27 tahun, namun sudah mendapat gelar Profesor. Ia dikagumi oleh mahasiswa—mahasiswi di Universitas tempatnya mengajar. Ia mengajar di bagian seni.

.

.

.

New York Station, 08.05 p.m.

"Ya, Bu. Aku baru sampai di stasiun…" Sasuke berhenti saat melihat seekor anak rubah berekor sembilan berbulu oranye.

'Sasuke?'

"Ya, Bu? Tunggu sebentar lagi, aku akan cepat sampai dirumah. Aku juga sayang Ibu."

Klik.

Sasuke mendekati anak rubah yang duduk diam didepannya— melihat Sasuke dengan wajahnya yang polos.

"Hei… sedang apa kau disini? Dimana pemilikmu?" ucap Sasuke sembari menggendong dan mengelus kepala anak rubah itu. Sasuke melihat sekeliling— berharap menemukan pemiliknya. Nihil, tak ada orang lain selain dirinya. Ia hanya melihat kandang kecil yang terbuat dari kayu tarlatan tak jauh dari anak rubah itu.

"Hmm, sepertinya aku harus menitipkanmu pada Chouji."

.

.

"Hey, Profesor." sapa Chouji— penjaga loket tiket.

"Hai, Chouji. Aku menemukan anak rubah ini, tapi tak ada orang disana selain aku. Bisakah dia bersamamu? Siapa tahu nanti akan ada seseorang yang menanyakannya."

"Maaf, Sasuke. Tapi aku tak bisa. Bawa saja dia bersamamu. Aku akan memberi kabar jika ada yang menanyakannya."

"Baiklah. Aku tunggu kabar darimu. Selamat malam."

"Selamat malam, Profesor."

.

-SG-

.

Cklek.

Sasuke menurunkan anak rubah tersebut dalam ruang— tempat biasa ia memainkan organ, gitar, maupun alat musik lainnya. Ia menempatkan anak rubah itu dalam kotak kayu— tempat tidur anjing peliharaannya dulu, Kyuubi.

"Kau disini saja. Ini, kau akan merasa hangat disini. Dan ini, boneka kesayangan Kyuubi— dulu" Sasuke menata beberapa kain tebal untuk alas tidur anak rubah itu dan meletakkan sebuah boneka monyet.

"Tetap disitu. Stay. Good boy."

"Sasuke? Kau sudah pulang?"

"Ah? Ya, baru saja."

"Sedang apa kau disitu?"

"Ah, tidak. Ayo, Bu. Aku lapar." ajak Sasuke pada ibunya pergi ke ruang makan.

.

Sementara itu, anak rubah keluar dari kotak tempatnya tidur. Dia berjalan mendekati gitar. Ia mengibaskan ekornya, dan tanpa sengaja mengenai senar gitar, dan menimbulkan bunyi yang lumayan keras.

.

"Kau dengar itu, Sasuke?"

"Tidak ada suara apa-apa, Ibu…" jawab Sasuke. Sebenarnya ia mendengar suara gitar, berhubung mereka masih belum terlalu jauh dari ruang musik.

.

Anak rubah itu mendekati pintu dan mencoba membukanya. Berhasil. Ia keluar ruangan dan melihat sekeliling. Ia mendengar suara yang tak jauh dari ruangan tadi. Dilihatnya Sasuke bersama seorang wanita, seorang pria, dan seorang pemuda. Ia mendekati kaki wanita itu, lalu menjilatnya.

"Kyaa!" teriak wanita itu— sebut saja Mikoto— sembari meloncat ke belakang.

"Ada apa, Bu?" tanya seorang pemuda— kakak Sasuke, Itachi— sembari melihat kolong meja.

"Err… Aku bisa jelaskan."

"Untuk apa kau bawa hewan itu kemari, Sasuke?"

"Aku melihatnya di stasiun, Yah. Dia sendirian, jadi aku bawa pulang saja…"

"Tidak boleh, Sasuke." sambung Mikoto.

"Aku mohon, Bu. Untuk beberapa hari saja. Aku kasihan melihatnya. Nanti aku akan membuat pemberitahuan, aku akan menempelkannya di stasiun. Aku janji." mohon Sasuke sambil menggendong kembali anak rubah itu.

"Haah… Baiklah kalau itu maumu. Itachi, kau bantu adikmu membuat pemberitahuannya."

"Baik, Ayah."

"Letakkan dia di ruang musikmu."

"Tunggu. Biarkan dulu dia disini, beri dia makan dulu." cegah Mikoto.

"Hm… Malam ini beri saja dulu dia susu, kita tidak punya dog food." usul Itachi.

"Biar ibu buatkan, kalian makan saja dulu. Kemarikan." tawar Mikoto seraya menggendong anak rubah itu.

.

.

.

"Hey, kau tidur disini. Jangan pergi kemana-mana." perintah Sasuke sembari keluar dari ruang musik. Ia melihat wajah polos anak rubah itu sekali lagi. Anak rubah itu seolah mengatakan 'Jangan pergi, tetaplah disini bersamaku…'.

Sasuke kembali masuk ruang musik. "Baiklah… Aku akan tidur disini bersamamu."

Sasuke mendekati sofa, menggendong anak rubah tersebut, lalu menidurkannya di pangkuannya. Tak lama, anak rubah itu tertidur, diikuti Sasuke beberapa menit kemudian.

.

-SG-

.

"Hmm… Aku butuh sesuatu untuk membawanya."

"Pakai ini, Sasuke." Itachi menyerahkan tas hitam pada Sasuke.

"Oke. Lihat, apakah kau nyaman dalam tas ini?" tanya Sasuke pada anak rubah itu seraya memasukkannya ke dalam tas tersebut.

"Uung…" anak rubah itu bersuara seakan mengatakan kalau dia sudah merasa nyaman.

"Lumayan. Aku berangkat, Kak."

"Ya, hati-hati. Oh ya. Kau sudah mambawa pemberitahuannya?"

"Sudah. Nanti akan aku tempel di sekitar stasiun."

.

-SG-

.

Klining.

Sasuke memasuki toko bunga yang berada di seberang stasiun. "Selamat pagi, Ino."

"Oh? Selamat pagi, Profesor."

"Aku punya sesuatu."

"Apa itu?"

"Lihat ini." ucap Sasuke seraya membuka ikatan tas, dan menyembullah kepala anak rubah itu.

"Wuaah, lucu sekali. How cute are you… Ooh, hai hai haaii~" heboh Ino dan mengeluarkan anak rubah itu.

"Bisa aku menitipkannya padamu? Kemarin aku menemukannya di stasiun."

"Ohh, maaf Sasuke. Aku tak bisa…"

"Oke, tak apa. Tapi bisakah aku menempelkan ini di kaca tokomu?"

"Tentu saja. Silahkan."

"Terima kasih." Sasuke mendekati kaca depan toko dan menempelkan pemberitahuan tersebut.

"Miaaw…" sementara itu ada seekor kucing peliharaan Ino mendekati anak rubah itu.

Anak rubah mengendus-endus kucing itu. "Miaaaw! Rrr…" kucing itu mencakar anak rubah— tanda tak suka.

"Uuung… Uuung…" anak rubah yang kaget berjalan mundur menjauhi kucing tersebut.

"Hey! Kau tidak boleh seperti itu Ichibi." omel Ino pada Ichibi— kucing peliharaannya.

"Terima kasih, Ino." ucap Sasuke sembari memasukkan kembali anak rubah kedalam tas dan keluar meninggalkan toko bunga.

.

Sasuke menempelkan pemberitahuan sekali lagi pada papan pengumuman depan stasiun. Lalu ia mendekati stand Hot Dog— langganannya

"Hey, Profesor." sapa Neji— penjual Hot Dog.

"Hai, Neji."

"Ini dia. Seperti biasa. One sugar two cream. Hey, siapa dia?" tanya Neji saat melihat anak rubah dalam tas Sasuke.

"Dia anak rubah yang aku temukan saat turun dari kereta kemarin malam. Dan aku minta cream-nya ditambah, untuknya." pinta Sasuke.

"Oh, ya. Ini dia."

"Terima kasih." Sasuke meninggalkan stand Hot Dog dan memasuki stasiun.

"Sama-sama, Profesor."

.

"Good morning, Chouji. Apa ada yang menanyakannya?"

"I'm sorry, Profesor. Tapi tak ada yang menelfon maupun mendatangiku. Dan ini tiketmu."

"Hm, tak apa. Terima kasih." ucap Sasuke seraya meninggalkan loket tiket.

"Umm… Profesor. Tak ada hewan dalam kereta." Chouji memperingati Sasuke dari loket dengan melongokkan kepalanya keluar loket.

Sasuke kembali ke loket, "Tak ada hewan dalam kereta. Terima kasih." lalu kembali meninggalkan loket.

.

.

.

Dalam kereta Sasuke mencampurkan cream dan sugar. Lalu ia memberikannya pada anak rubah dibawah kakinya. Namun ada seorang nenek yang melihat. Otomatis dia menarik kembali tangannya, dan terseyum tipis pada nenek itu.

"Uuung… Uuung…" anak rubah mengeluarkan suara— protes karena sarapannya diambil kembali.

Sasuke menaruh cream dan sugar dibawah kakinya, membiarkan anak rubah menjilati campuran cream dan sugar. Ia membenarkan posisi duduknya, lalu membuka koran dan mengikuti suara anak rubah itu.

.

-SG-

.

Selama bekerja anak rubah itu selalu bersama Sasuke— dekat kakinya.

"Coba kau ulang bagian tadi, tetapi mainkan sedikit lebih lembut." Sasuke memberi usul pada anak didiknya.

"Ah? Ya, Profesor." anak didik Sasuke mengulang bagian— yang harus dimainkan lebih lembut. Suara piano mengalun lembut mengiringi tarian balet yang ditunjukkan anak didiknya yang lain.

Sementara itu anak rubah keluar dari tas dan mendekati kaki penari balet— seolah ingin ikut menari. Lalu ia duduk ditengah-tengah panggung dan menikmati tarian serta iringan piano. Sasuke melihatnya. Ia mendekati anak rubah dan menggendongnya. Ia mendekati anak didiknya yang lain.

"Kalian mau?" Sasuke menawarkan anak rubah pada anak didiknya. Anak didiknya hanya menggeleng dan tersenyum. Lalu Sasuke kembali mendekati anak didiknya yang memainkan piano.

"Saya pulang dulu. Lanjutkan latihan kalian."

"Ya. Terima kasih, Profesor."

.

.

.

"Kau tahu dia berasal dari mana?"

"Hmm… Dia berasal dari Jepang, mungkin dari Akita." jawab Kiba— teman Sasuke yang berasal dari Jepang.

"Benarkah? Jauh sekali kalu begitu perjalanan anak rubah ini…"

"Ya, begitulah…"

"Apa artinya ini?" tanya Sasuke seraya menunjukkan kalung yang dipakai anak rubah.

"Hm? Tak tahu. Mungkin semacam simbol. Hey, kau ingin makan apa?"

"Ramen saja. Aku ingin memakannya sekali-sekali. Dengan banyak naruto ya."

"Baiklah, akan aku pesankan."

.

"Ramen ini enak. Kau mau anak rubah?" tawar Sasuke seraya menyodorkan naruto pada anak rubah. Anak rubah mengendus ramen yang disodorkan padanya, dengan cepat ia melahapnya. Setelah ditelan, ia memandang Sasuke—naruto secara bergantian.

"Rupanya kau suka naruto ya? Ini." Sasuke memberikan satu lagi naruto.

"Hey, Kiba. Bagaimana kalau aku memberikannya nama 'Naruto'? Selain dia menyukai naruto, namany cocok dengan simbol dikalungnya. Lihat, simbolnya seperti naruto."

"Nama yang bagus. Aku setuju."

.

-SG-

.

Keesokan harinya…

"Bagaimana? Sudah ada kabar?"

"Belum, Kak. Sama sekali tidak ada yang menelfon menanyakan Naruto."

"Hey. Kau memberikannya nama?"

"Apa tidak boleh? Tak enak jika kita memanggilnya anak rubah, dia juga membutuhkan nama."

"Tapi—"

Brak!

Sasuke dan Itachi segera menghampiri asal suara.

"Oh, tidak!"

"Oh my… Naruto…" gumam Sasuke sembari menggendong Naruto keluar ruangan— yang ternyata ruang kerja Itachi.

"Sasuke! Lihat apa yang dia perbuat!"

"Kak, dia tidak tahu apa-apa."

"Ada apa ini?"

"Lihatlah, Bu! Anak rubah itu menghancurkan hasil kerjaku! Aku mengerjakannya susah payah selama 4 bulan FULL, dan dengan mudahnya dihancurkan! Gaah!"

"Kak, Naruto tak tahu apa-apa. Dia tidak salah."

"Dia salah!"

"Sudahlah kalian berdua. Jangan bertengkar. Sasuke, sekarang bawa Naruto keluar. Dia tidur dalam gudang samping. Jangan biarkan dia masuk rumah." perintah Mikoto. Sasuke hanya bisa menurut mendengar perintah ibunya.

.

.

.

Naruto's POV

Angin bertiup kencang. Sepertinya malam ini akan hujan lebat. Lampu dalam gudang ini berayun— akibat hembusan angin yang lolos melewati sela-sela kayu yang lumayan lebar. Aku takut. Aku tak suka kegelapan. Aku tak suka suara angin yang hanya menambah ketakutanku. Angin juga membuatku kedinginan. Walaupun Sasuke sudah memberikan kain tebal yang membuatku hangat, tetap saja cuaca seperti ini membuatku menggigil. Sasuke… aku takut.

"4 bulan kuhabiskan, dan sekarang aku harus menghabiskan waktu lagi untuk membuat ulang!"

Kudengar suara dari dalam rumah. Sepertinya itu suara Itachi.

"Jangan salahkan Naruto! Dia tidak tahu apa-apa!"

Itu suara Sasuke. Ia membelaku. Hm? Siapa itu? Apakah itu Sasuke? Itu Sasuke! Apakah ia akan menemaniku?

"Hey, Naruto. Kita masuk ya."

Apa? Sasuke mengajakku masuk ke dalam rumah? Tapi aku tidak diperbolehkan masuk dalam rumah oleh Ibu… Sasuke menggedongku dan menyusupkanku ke dalam jaketnya— agar aku tak kedinginan. Ia mematikan lampu gudang dan menutup pintu. Ia berlari menuju pintu masuk rumah, dan masuk ke ruang musik, bersamaku.

End of Naruto's POV

.

"Malam ini kau tidur disini. Jangan keluar dari tempat tidurmu."

"Uung uung…"

"Ssstt… Ini, tontonlah ini." ucap Sasuke sambil menyalakan televisi.

Naruto melihat ke arah televisi— sekilas, lalu menhaden ke arah Sasuke yang berjalan perlahan kearah pintu."

"Uuung…"

"Sst… Ya-ya. Aku akan menemanimu disini sambil menonton… Baseball."

.

Sambil memakan popcorn Sasuke menonton pertandingan baseball bersama Naruto. Badan Sasuke sesekali menegang karena menonton baseball.

30 menit kemudian…

Mikoto yang belum tidur mendengar suara televisi dari ruangan musik anaknya. Ia memasuki ruang musik dan mendapati televisi menyala. Ia melihat Sasuke— yang sudah tertidur, bersama dengan Naruto— yang sedang menjilati jari tangan Sasuke. Ia mendekati sofa yang dipakai Sasuke dan mematikan televisi.

"Sasuke." bisik Mikoto ditelinga anaknya.

"Hah?" Sasuke yang kaget karena mendengar suara yang lembut memanggil namanya langsung terbangun.

"Ada apa, Bu?"

Mikoto hanya melirikkan matanya pada Naruto.

"Err… Tak apa kan, Bu? Hanya malam ini. Aku kasihan melihatnya tidur di gudang sedangkan cuaca sedang buruk malam ini."

"Ya, tak apa. Tapi hanya malam ini, oke?"

"Hm… Terima kasih, Ibu. Aku akan tidur disini menemaninya."

"Ya. Selamat tidur…"

.

-SG-

.

Sasuke, beserta ayah, ibu, kakak, dan Naruto sedang berada di ruang musik— mencakup ruang santai keluarga. Fugaku sedang membaca buku, Mikoto sedang menata ulang figura foto, Itachi sedang menulis pada notes kecilnya, dan Sasuke sedang memainkan piano ditemani oleh Naruto disampingnya.

"Sasuke. Sepertinya Naruto menyukai permainan pianomu."

"Benarkah?"

"Ya, lihat saja. Sedari tadi ia memperhatikanmu memainkan piano."

"Hmm… Ayo kita keluar, Naruto, aku akan mengajarimu menangkap bola." ajak Sasuke seraya menggendong Naruto, lalu keluar ruang musik— diikuti oleh Itachi.

Kriiing… kriiing…

"Selamat siang. Kediaman Uchiha disini. Dengan siapa?" Mikoto mengankat telfon.

"Ah, anda menginginkan anak rubah itu? Baiklah, akan saya sampaikan pada anak saya. Bisa saya minta nomor telfon anda? Nanti biar anak saya menelfon anda kembali. Tunggu sebentar, saya mengambil kertas dulu."

Setelah mendapatkan kertas, Mikoto melihat keluar jendela— arah Sasuke dan Itachi. Mereka sedang mengajari Naruto menangkap bola— yang sepertinya tidak mengerti apa yang diajarkan. Mikoto melihat Sasuke mengambil bola dengan cara mengigitnya dan membawanya kembali ke depan Naruto. Lalu ia kembali mengulangnya— menginstruksikan Naruto.

"Halo? Maaf, anak rubah itu sudah didapatkan orang lain. I'm so sorry. Terima kasih." Mikoto mematikan sambungan telfon.

Mikoto tak enak hati pada anak bungsunya. Sasuke terlihat sangat menyayangi Naruto. Ia takut jika Naruto sudah diberikan orang lain, Sasuke akan merasa kehilangan.

.

.

-TBC-

.

.

A/N: Huaaaai, udah tau ini dari film apa? Kalo belom tau nanti akan saya kasih tau diakhir cerita. Nggak panjang kok, cerita ini cuma sekitar 2 chap— kalo perhitungan saya bener. Ya paling banyak 3 chap lah. Angst-nya bakalan muncul di chap depan. Okee ! Mind to…

Review?