Chapter 4: Naruto's Negosiation

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rating: T

Warning: TYPO(S), Abal, SEMI-CANON, OOC, Friendship, freak, and so on.

DO NOT LIKE DO NOT READ~

It was because of Kabuto!

Naruto hanya memanyunkan bibirnya mendengar pertanyaan-pertanyaan Kabuto yang dilontarkannya kepada mereka. Setelah mengetahui bahwa Kabuto menderita lupa ingatan yang serius, Naruto dan kawan-kawannya tampak putus asa dan bingung. Begitu juga dengan anggota Akatsuki yang nampaknya kehilangan semangat untuk menatap masa depan. Naruto bangkit dari duduknya dan mendekati Kabuto. "Untung kamu gak nanya nomor rekeningmu berapa. Kalau kau sempat nanya, siapa coba yang mau jawab, huh? Dasar merepotkan."

"Jangan pakai kata-kataku durian."

"Dacal pemalas mata kuaci!"

Semuanya mengalihkan pandangannya ke arah Pein yang nampak sedang dalam keadaan siap untuk membunuh seseorang. Hidungnya kembang-kempis dan tindiknya berjatuhan.

"I-ini, Pein. Pacang lagi yang benel tindiknya. Jelek loh kalo gak pakai tindik. Milip monyet."

JED'DER

Hidup Pein hancur berkeping-keping ketika mendengar kalimat terakhir Konan. Sungguh sakit hatinya yang kecil ini mendengar Konan mengatakan hal tersebut. Hatinya yang kecil kini tambah mengecil dan perlahan-lahan hilang terbawa angin. "Lagian kamu kenapa teriak ke aku, sih?" tanya Shikamaru sembari mengangkat sebelah alisnya. Pein yang sedang meratapi kesedihannya tersadar dari lamunannya saat Shikamaru meneriakinya.

"Kamu kan tadi ngatai aku dulian!"

"Huh? Dulian? Apaan tuh dulian? Ngomong dulu yang benar," ucap Shikamaru dengan tatapan yang mengejek. Melihat muka Pein memerah, Shikamaru kembali melanjutkan kalimatnya, "Lagian aku bilangin Naruto, bukan kamu. Rambut kok pada bediri semua. Merinding si merinding, tapi gak segitunya juga kali sampe rambut ikutan merind—"

BUAGH

Shikamaru hanya mendesis kesal saat Pein memukulnya tepat di tulang keringnya. "Brengsek, dasar manusia paku!" Pein yang melihat hal tersebut hanya menyeringai penuh arti. Seringaian itu terlihat begitu lucu terlukis di bibir mungilnya.

"BELICIK! KALIAN GAK TAU INI KITA LAGI CIBUK NANYAIN CI KABUTO! MAU BECAL, GAK?"

"Apanya yang becal?" tanya Itachi sembari mendekati Konan. "Anunya ya yang becal?"

"Ih Itachi mecum!"

"Makcudnya kepalanya yang becal bego. Kamu yang mecum," ucap Itachi sembari memutar kedua bola matanya bosan. Itachi kemudian menatap Kabuto dengan lekat. "Eh kamu benelan gak ingat apa-apa?" Kabuto menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Gini nih kalo olang punya utang pasti pula-pula lupa. Ingat gak kamu pelnah utang baju cama Cacoli? Lupa kan? Gitu tuh kalo olang gak mau bayal utang. Modus aja itu palingan." Semua mata tertuju pada Itachi yang entah kenapa saat itu obrolannya melewati batas ukuran yang harus ditanyakan kepada Kabuto.

Kabuto hanya menatapnya dengan bingung dan mencoba menerka kata-kata Itachi. "Hem, mampus kalian aku bohongin," batinnya sembari tetap memasang tampang bingung. Ternyata …

Kabuto cuma pura-pura lupa ingatan.

Naruto yang kesal dengan masalah ini kini maju dan berdiri tetap di hadapan Kabuto. "Kabuto, kami memerlukan ramuan ini untuk mengembalikan semua orang yang terkena jutsu bodohmu. Kami sudah membawa Orochimaru ke markas di Konoha. Kami akan mencoba meringankan hukuman kalian jika kalian mau bekerja sama dengan kami." Naruto mendudukkan dirinya tepat di sebelah Kabuto dan mendekatkan bibirnya ke telinga Kabuto. "Minggir!" teriaknya di telinga Kabuto sehingga membuat Kabuto terlonjak kaget.

"Gila, teriakan Naruto dari jauh aja dapat membunuh pasukan gajah dari Laut Selatan, apalagi dari dekat kayak gitu. Budek budek tuh Kabuto," bisik Gaara ke Neji dengan ekspresi wajah yang sangat serius. Gaara kemudian menyadari apa yang bau saja dilakukannya dan segera menjauh dari Neji dengan wajah yang sedikit memerah.

"Ini cerita Ninja aho! Bukan romansa anak SD," ejek Kiba sembari memutar kedua bola matanya bosan. Sepertinya kedudukan Gaara sebagai Kazekage di sini cukup dilupakan dan ditelantarkan. "Biar Naruto saja yang mengurusnya. Kita pergi saja dari sini untuk sementara," ajak Kiba sembari mulai menjauh dari tempat tersebut.

Akatsuki hanya menganggukkan kepalanya. "Ayo pelgi, bial caja Naluto yang mengulusnya."

"Bisa diam gak, sih? Sakit nih kuping dengar omongan anak cadel. Dasar udel," ucap Shikamaru membuat para Akatsuki mengeram kesal. Setahu mereka Shikamaru adalah sosok yang pendiam. Namun sepertinya hal itu telah sangat jelas tidak terbukti. Nyatanya … SHIKAMARU ITU ORANGNYA KAYAK IBU-IBU HABIS MELAHIRKAN. PENGOMELAN!

Naruto kini tinggal berdua dengan Kabuto. Hanya ada Kabuto dan … dirinya. Hanya ada dirinya dan … Kabuto. Mereka … hanya berdua. Dan bagi Naruto, berduaan dengan Kabuto … SANGATLAH TIDAK ROMANTIS! Dengan helaan napas yang panjang dan tanpa berbasa-basi lagi, Naruto kembali mendekati Kabuto dan membisikkan, "Kamu bohong, kan? Ngaku aja deh. Gak bakal aku kasih tahu yang lain kok. Janji, cuma antara kita berdua." Kabuto yang mendengarkan ucapan naruto barusan hanya dapat mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti.

"Percaya deh sama aku. Untuk menjalin sebuah hubungan, harus ada kepercayaan terhadap satu sama lain dulu baru bisa harmonis dan tahan lama." Kabuto kembali mengerutkan keningnya tidak mengerti mendengar omongan Naruto yang semakin tidak nyambung.

BLETAK

"Sudah deh jangan pura-pura lagi! Aku tahu kamu gak lupa ingatan," teriak Naruto sehabis menjitak kepala Kabuto dengan kekuatan yang tidak bisa dibilang lemah.

"Mukul kepala jangan pake Rasengan dong, botak nih entar. Lupa ingatan beneran nanti nih," ucap Kabuto dengan kesal sembari bangkit dari baringannya. Dia mengelus kepalanya dengan pelan sembari menatap tajam ke arah Naruto. "Kok kamu tahu aku cuma pura-pura?"

"Duh, cuma orang bego yang gak nyadar."

"Tapi kan di antara mereka yang paling bodoh kamu. Kamu kebalik kali ngomongnya, mestinya cuma orang bego yang nyad—"

BLETAK

"Uban tuh urusin baru mengkritik orang!"

Mereka saling pandang.

.

.

"Ha—ah, apa maumu, hah?" tanya Kabuto sembari membenarkan letak kacamatanya. Naruto yang melihat tanda ini hanya mampu menyeringai penuh arti. Dengan cepat dia duduk tepat di hadapan Kabuto.

"Aku punya foto Orochimaru pas lagi mandi—"

Mata Kabuto berbinar.

"—diambil dari sudut depan—"

Mata Kabuto berbinar-binar.

"—dan … dengan mulut yang terbuka—"

Shit. Mata Kabuto keluar.

"—sembari memegang 'anu'-nya—"

Kabuto mencoba mencari matanya.

"—dan ini ukuran HD loh."

Mulut Kabuto berbusa.

"Dari mana kamu bisa dapat foto itu? Bahkan aku yang tinggal serumah dengannya sulit sekali untuk mendapatkan foto seperti itu."

Naruto memutar kedua bola matanya bosan. "Makanya jangan kebanyakan tinggal di gua. Jaman sekarang teknologi sudah semakin canggih. Bahkan nih, katanya kamu bisa membuat foto itu bergerak dengan kombinasi foto lainnya."

"Itu namanya GIF Naruto, kamu yang bego ternyata. Itu teknologi jaman kapan juga aku sudah lupa. Makanya jangan kebanyakan main sama Si Uchiha itu. Sasuke itu gaptek tahu," ucap Kabuto sembari melepas kacamatanya. Matanya kemudian berubah menjadi serius lagi. "Aku harus melihat fotonya dulu baru aku bisa memberikan bayaran yang setimpal."

Naruto kemudian mengeluarkan sebuah foto dari dalam sakunya dan memerlihatkannya kepada Kabuto. Saat Kabuto ingin mengambilnya, Naruto menarik foto tersebut dengan cepat. "Kau mau bayar dengan apa memangnya, huh?"

Kabuto menyeringai penuh arti. "Hal ini sangat langka dan kamu pasti sangat menyukainya," ucap Kabuto sembari memegang kedua bahu Naruto dengan kuat.

"Apa memangnya?" memangnya ada hal yang bisa bikin Naruto bahagia selain melihat Sasuke dalam keadaan xxxxx dan xxxxx.

"Foto bugilku."

Hening.

Heninng.

Hen—

"KAMU PIKIR KAMU SIAPA, HUH? JADI ORANG TANGAN TERLALU PEDE!"

.

.

.

Kawan-kawan Naruto dan Akatsuki saling pandang saat mendengar teriakan Naruto barusan. Sasuke tampak memicingkan matanya dengan tajam—penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Saat Sasuke ingin melangkahkan kakinya, Itachi mencegahnya dengan menggunakan tangannya. Sasuke menatapnya dengan tatapan mengejek. "Chi, itu tangan sekali kutendang bakal jauh mentalnya. Minggir, gak? Aku mau ngedatangin si Dobe. Entar dia diapa-apain sama Kabuto."

"Tadi kan sudah kubilang ini cerita Ninja dan bukan romansa anak TK."

"Tadi kamu bilang SD bego."

Gaara dan Kiba saling pandang. Aliran DC nampak terpancar dari kedua mata mereka. Neji yang melihat hal tersebut hanya mampu menghela napasnya.

-VargaS. Oyabun-

Desa Konoha

Tsunade menatap tubuh Orochimaru dengan kesal. "Ceh, ini ni cemua gala-gala kelakuan anak buahmu. Kalau caja aku bica menggunakan julusku dengan benal, aku akan membunuhmu caat ini juga, ulal blengcek!" Shizune yang melihat hal tersebut hanya mampu mengelap keringat yang mengucur dari pelipisnya. Dengan perlahan dia mendekati Tsunade.

"Tenang Tsunade-sama, mereka sedang berusaha untuk menggali informasi dari Kabuto. Saat ini Orochimaru tidak berguna well yeah sejak kapan juga dia berguna. Mati juga gak ada yang peduli," ucap Shizune membuat Tsunade sweat dropped. Shizune kemudian mendekati Tsunade, "Kakashi dan Asuma sudah berada di depan."

"Culuh meleka macuk."

"Ka-kawaiii," batin Shizune saat melihat Tsunade memasang tampang serius dengan nada cadelnya. Shizune kemudian mengangguk dan meninggalkan ruangan tersebut. Tak lama kemudian tampaklah Asuma dan Kakashi dengan pakaian kebesaran yang terlihat begitu gembel di tubuhnya.

"Meleka belum mengilimkan kabal apa-apa lagi. Cepeltinya meleka macih belucaha membujuk Kabuto."

"Yah! Lepaskan lokokmu itu! Tak pantas cekali ceolang anak kecil melokok cepelti itu. Buang Acuma!" Tsunade berteriak kencang saat melihat Asuma berbicara sembari menyelipkan sebatang rokok di bibirnya.

"Cunade-cama, nama caya Acuma, bukan Acu-ma. Hem, cepeltinya cama caja," ucapnya sembari mengacak rambutnya dengan kasar. Kemudian pandangan matanya jatuh pada Kakashi yang sedang asik membaca buku berwarna oranye. Kakashi harus memegang buku itu dengan kedua tanganya karena buku tersebut terlalu besar untuk tangan mungilnya. "Eh mecum, jangan baca buku jolok di cini. Nanti kau dimalahi Cunade-cama."

Kakashi mendongakkan kepalanya dan menatap Asuma dengan intens. "Ini cuma buku kecil tentang pelajalan bagaimana cala melakukan hal yang menyenangkan dengan benal. Cepat celecaikan ulucanmu dengan Cunade-cama. Aku bocan di cini." Kakashi kembali menjatuhkan pandangannya pada buku yang ada di hadapannya. "Oh ya, tadi meleka cempat kilim kabal, katanya Naluto cedang melakukan nego dengan Kabuto."

"Hah? Kenapa Naluto?" tanya tsunade dengan bingung. Sebelah alisnya terangkah dan kedua tangannya dilipat di depan dada.

"Memangnya kenapa? Naluto tidak boleh dekat dengan Kabuto?"

"Bukan, kan Naluto bodoh."

Hening.

Hening.

Dan hening.

Di tempat Kabuto dan Naruto.

Naruto menatap puas ke arah Kabuto yang sedang meringis kesakitan memegang kepalanya yang tampak akan membenjol dan membotak dalam waktu beberapa menit. Dengan helaan napas puas Naruto kembali duduk di hadapan Kabuto. "Cepat putuskan negosiasi ini. Kau berikan yang bagus kecuali tubuh bugil jelekmu atau foto ini akan aku binasakan dalam waktu tiga detik. Satu … Dua … Ti—

"Oke, oke! Minumkan mereka dengan ramuan yang bertuliskan obat pembuat besar. Aku belum pernah mencoba obat itu sebelumnya. Jadi sebaiknya kalian mencobanya terlebih dahulu. Kalian butuh bahan percobaan."

"Hewan bisa?" tanya Naruto sembari memiringkan kepalanya dengan bingung. "Kisame bisa, gak?"

"Semua hewan tidak bisa."

"Ke-kenapa? Kan Kisame bukan hewan?"

"Setidaknya dia di ambang sejenis hewan. Tapi, dia cukup baik sebagai percobaan berbahaya seperti ini. Jadi, boleh sajalah."

Naruto menatap Kabuto dengan horror.

Naruto kemudian menganggukkan kepalanya mengerti dan hendak pergi meninggalkan Kabuto begitu saja. Namun teriakan Kabuto membuatnya menghentikan langkahnya. "Fotoku dasar durian!" Naruto tertawa dan membalikkan badannya, kemudian dia melemparkan selembar foto ke arah Kabuto.

"Thanks!" ucap Naruto seraya menjauh dari Kabuto.

"Hei kau tak berniat membawaku ke Konoha. Aku kan buronan nomor satu sama seperti Oro-sama!" teriaknya smebari mencoba memerhatikan Naruto yang sedang menatapnya dengan lekat dari kejauhan.

"AKU TIDAK MAU MEMBAWA ORANG UBANAN SEPERTIMU!"

Kabuto hanya mampu tersungkur sembari meratapi hidupnya. "Kenapaaa? Kenapa Masashi Kishimoto menjadikanku pria berkaca mata dengan rambut putih seperti ini? Tidak bisakah dia merubahku seperti Sasori? Pria berwajah imut dengan warna rambut yang merah nan indah? Kenapaaa? Setidaknya aku masih punya foto ini," ucap Kabuto sembari memeluk foto nista milik Orochimaru. Seketika itu, seringaian tipis terukir di bibir Kabuto.

Desa Konoha

Kakashi membuka pintu ruangan Tsunade dengan sekuat tenaga menggunakan kedua tangan mungilnya. "Meleka belhacil membujuk Kabuto!" teriaknya sembari memasang tampang yang terlalu girang. Tsunade yang tidak sadar akhirnya melompat dari kursinya dan memeluk Kakashi dengan lekat.

"Becal! Becal lagi!"

"Ya Cunade-cama. Punyamu memang cangaaat becal!"

BLETAK BLETAK

-VargaS. Oyabun-

Naruto menatap orang-orang yang ada di hadapannya dengan antusias. Senyuman lebar tiba-tiba terukir di wajah manisnya. "Berhasil! Kabuto memberitahu jika Obat Pembuat Besar adalah yang tepat. Akan tetapi dia mengatakan harus ada percobaan minimal satu orang untuk hal ini." Seketika itu, semua mata menuju ke Kisame saat Naruto selesai menuturkan kalimatnya.

"Ke-kenapa cemuanya ngeliatin Kicame?"

"Kan kamu yang paling ganteng di antala anggota Akatcuki. Jadinya yang ganteng yang lebih dulu," ucap Itachi dengan nada tidak berdosa sama sekali.

"Ta-tapi bagaimana dengan Cacoli? Cacoli kan ganteng juga."

"Iya ganteng kayak aku kan?" celetuk Itachi dengan senyuman tipis yang mendapat tatapan bosan dari anggota yang lain.

"Bu-bukannya wanita halus celalu diutamakan, Konan?" Kisame masih mencoba untuk membela dan memertahankan dirinya. Naruto dan kawan-kawan hanya dapat mendengarkan pertengkaran anak kecil jejadian yang ada di hadapan mereka.

"Enak caja, Konan ini plia pelkaca tau!" seru Konan tidak mau kalah dari Kisame. Siapa yang mau jadi bahan percobaan obat yang belum tentu benar apa tidaknya.

"Ka-kalu begitu, ketua kan halusnya celalu peltama. Iya bukan?" Kisame menatap ke arah Nagato dan Pein dengan seksama. Mengharapkan pertolongan yang tak akan pernah menjemputnya sampai … akhir hayatnya.

"Gak, gak apa-apa. Kali ini bial kamu aja deh yang jadi ketuanya," celetuk Nagato.

"Iya, hali ini kau jadi ketua. Telima caja, Kicame. Kan ini sudah peljanjian kita. Kita belgililan menjadi ketua cetiap halinya."

"KAPAN PERJANJIAN ITU? KENAPA AKU TIDAK TAHU?" batin Kisame berteriak dengan kencang.

"Jadi siapa nih yang dipakai?" tanya Sasuke sudah mulai tidak sabar. "Voting saja ya? Teriakan namanya ketika aku bilang tiga. Satu … Du—"

"KISAME!"

"KICAME!"

"BELUM BODOH!" teriak Sasuke kesal. "Jangan terlalu bersemangat menyebutkan nama Kisame. Sebuat saja pelan-pelan. Aku gak budek." Sasuke kembali mulai mengitung sebelum dia menatap Kisame yang sudah ingin menangis saat itu juga. "Satu … Dua … Tiga!"

"KICAME!"
"ITACHI!"
"KISAME!"

"Huh? Ciapa tuh tadi yang teliak Itachi, HAH?" Itachi menatap nyalang ke arah orang-orang yang ada di hadapannya dengan intens.

"Sasuke nih Sasuke, tadi Sasuke yang teriaknya paling nyaring!"

"Iya Ci Cacuke tadi yang teliak Itachi!"

"Kamu juga tadi teliak Itachi, Dei."

"Mana adaaa! Cembalangan loh ini! Fitnah tuh namanya!"

"Ha—ah sepertinya voting terbanyak jatuh pada Kisame. Jadi kita akan melakukan percobaan terhadap Kisame. Terima atau tidak harus terima. Karena ini keputusan bersama," ucap Sasuke sembari mengambil botol yang ada di tangan Gaara dengan kasar. Gaara hanya menatap Sasuke dengan tajam.

"Bersama dari goa!" batin Kisame kesal sembari mengambil botol ramuan yang disodorkan oleh Sasuke. Dengan perlahan Kisame meneguk setetes dari obat tersebut. Setelah itu Kisame mendudukkan dirinya di atas tanah. Setelah beberapa menit lamanya menunggu.

Hening.

Hening.

Hen—"

"KYAAAAA!"
"SIAL! MAKHLUK APAAN TUH!"

Semua pasang mata yang ada di hadapan Kisame—kecuali Itachi yang menutup matanya—menatap ke arah Kisame dengan tatapan horror. Itachi yang masih menutup matanya perlahan-lahan membuaka matanya. "ASDFGHJKLQWERTYUIOP MAKHLUK APA ITU YA ALLAH!" teriaknya histeris.

"Cyukul lain aku yang jadi pelcobaan!"

"Astaga, kalau aku begitu gimana aku ngadepin yang kuasa dengan tampang seperti itu."

"Kasian banget keluarga Kisame entar."

"Tinggalin di sini aja kali ya?"

Kisame menatap orang-orang yang ada di hadapannya dengan kesal. "Huaaaaaa!" teriaknya nyaring.

"SIALAN KAMU KABUTOOOOO!"

Desa Konoha

"A-ada apa? Ada apa?" tanya Tsunade dengan heboh saat mendapati Kakashi memegang sebuah kertas yang dberikan Akamaru barusan.

"Naluto …"

"NALUTO KENAPA?"

"Dia …"

"DIAA?"

"Kena tipu sama Kabuto."

"Tuh kan cudah aku bilang Naluto itu bodoh!"

Di tempat Kabuto

"Hahahaha memangnya enak kena tipu!" Kabuto tertawa histeris sembari tetap menatap foto yang ada di tangannya. "Senangnyaaa hatiku! Kira-kira mukanya Kisame kayak mana ya, hmmm."

BERSAMBUNG …

Huahahaha maaf baru bisa update sekarang. Oyabun masih berusaha untuk mengupdate yang lainnya heheh. Btw follow Oyabun di KyugeeZ yaaaa, biar kalian bisa ngomongin soal fanfic kalian ke aku atau keluhan-keluhan kalian tentang tulisanku, hehehe kita bisa berteman lebih dekat jadinya XD