Cast : Kim Ryeowook, Cho Kyuhyun and other member SJ

Pairing : KyuWook

Genre : Drama/ Romance/Angst

Rate : T

Disclaimer : Ryeowook milik ku *digebuk* cerita ini real punya aku

Warning: Genderswitch, miss Typo(s), bahasa tak sesuai EYD

Don't Like Don't Read

.

.

.

-/-

"Hei, kembalikan! Jangan sentuh barangku!"

"Andwae, Kyu mau ini!"

"Tidak boleh, ~Bika~ punyaku!"

"Kyu mau ini!"

"Jangan macam-macam anak kecil!"

Suasana gaduh itu hampir setiap hari terjadi dirumah itu. Rumah sederhana dengan halaman depan yang cukup luas, di atas hamparan tikar yang lebarnya 1x2 meter itu terdapat 2 bocah yang saling adu mata-siapa-yang-paling-besar? sambil menarik-narik sebuah boneka barbie rambut pirang yang kini dalam keadaan telanjang karena ulah mereka.

"Lepas! lepas!" pekik si bocah perempuan, tangan kanan ia gunakan untuk menarik bagian perut boneka yang ia beri nama 'Bika' itu sedangkan satu tangan yang bebas berusaha menampar-nampar punggung tangan lawannya.

Si lawan diyakini adalah seorang bocah berkelamin laki-laki juga setahun lebih muda dari si bocah perempuan. Mata bocah laki-laki itu berkilat, oh, ia mencoba melotot lagi. Hati-hati nak matamu bisa keluar karena usahamu yang kelewat keras. "Nda mau! belikan(berikan)!" Kelewat sudah bertekad, bocah tampan yang omongannya masih cadel itu makin memperkuat tarikannya pada boneka yang sama sekali bukan tipenya. Boneka yang selalu dikatakan paling cantik dan selalu dipamerkan oleh si bocah perempuan itu tak sama ubahnya dengan kurcaci jelek berambut gimbal yang setiap disisir pasti akan nyangkut. Robot Kantamnya ribuan kali lebih cantik, ribuan kali? Padahal berhitung satu sampai sepuluh ia belum becus.

"Kenapa kau selalu mengganggu hidupku!" Ahh, bocah perempuan umur lima tahun itu terlalu mendramatisir.

"Cepat lepaskan Bika!"

"Nda mau ya nda mau!"

Si bocah perempuan meletakkan telunjuknya didahi lawannya, membuat si bocah cadel menjulingkan matanya keatas. "Lepaskan, dasar anak setan!" ditoyornya kepala si bocah laki-laki sampai mendongak pasrah.

Tapi genggamannya tak mengendur sedikitpun, meski tangannya kecil dan tubuhnya terbilang lebih mungil dari bocah perempuan didepannya. Dia yakin yang namanya pria itu yang akan menang, yang jadi 'jagoan', Spiderman saja pria, Power Rangers juga pria, Batman, bahkan robot Kantamnya juga pria Setidaknya robot yang ia banggakan itu tidak memakai rok.

Jangan bertanya bagaimana tentang Cat Women, Sailormoon atau Ibu Kita Kartini, dia tak akan peduli.

"Jangan tarik rambutnya!"

"Sepelti nih?" seperti disuruh seringaian terbentuk diwajah mungil nan tampan itu, tak bisa dibayangkan anak 4 tahun pandai menyeringai.

PLUKK..BRUK

Sekarang tersisalah barbie tanpa kepala di tangan si bocah perempuan dan si bocah satunya jatuh duduk terjungkal karena terlalu bersemangat menarik, bocah itu mengoceh kesal saat disadari yang ia dapat hanya kepala sebesar jeruk nipis dan rambut gimbal sebagai bonusnya.

"Uhhh." Ia bangkit berdiri lalu dilemparnya kepala itu jauh-jauh sebelumnya dengan ayunan penuh esmosi.

Si bocah perempuan tambah melotot.

"Yak! Apa maksudmu! Cepat ambil"

"Ndakk!" bocah laki-laki berteriak lantang

"Pulang sana, pulang kerumahmu. Aku tak pernah suka kau ada disini! Sana pergi!" Si bocah perempuan terus mendorong-dorong punggung bocah yang harusnya bisa ia anggap adik hingga bocah itu kembali jatuh terduduk, tapi kali ini ditanah bukan ditikar. mata bocah laki-laki mulai berkaca-kaca, bibirnya mulai bergetar.

Ohoho.. Alamat buruk untuk si jagoan wanita setelah ini.

"Hu..hu huwaaaa..huwaaa..huwaaa!"

Si bocah perempuan menutup kedua telinganya dan berlari setelah mengambil kepala 'Bika' yang rambutnya sedikit terkotori pasir lalu meninggalkan halaman rumahnya.. tapi..

"Heyoo, apa yang kau lakukan pada Kyuhyun?"

"Aku tak tahu apa-apa, biarkan aku pergi eonni."

Si bocah perempuan terus berontak saat sang kakak mengangkat kedua tangannya layaknya mengangkat panci dari atas kompor hingga ia ada dalam posisi menggandul.

"Huwaaa..huwaaa..hhuhhu!"

"Kyunniee!" suara pekikan dari dalam rumah membuat tangisan bocah laki-laki itu berjeda, sedikit ia angkat sudut bibirnya saat melirik si bocah perempuan yang tak berdaya dalam cengkraman kakaknya.

"Huwaaaa..huwaaa!"

Semakin dikencangkan suara tangisannya itu sembari mengucek kedua matanya agar air asin yang keluar dari sana bertambah banyak. "Kyunnie!" Pekikkan itu terdengar lagi, masih dengan orang yang sama. Yeoja yang menginjak umur kepala 3 lari berhambur ke arah si bocah laki-laki, dipeluknya anak itu dengan menepuk-nepuk punggung kecilnya lalu ia menggendong anak yang kini masih sedikit terisak itu.

"Wookie, apa yang kau lakukan pada Kyunnie. Apa umma pernah mengajarimu berbuat nakal?" Yeoja itu beralih menatap dan melotot pada si bocah perempuan, ia berjalan mendekati anak bungsunya masih dalam posisi menggendong.

Puk..Puk..

Dipukulnya keras pantat anak perempuan itu dan teotan kecil namun menimbulkan bekas kebiru-biruan juga ia tinggalkan di pantat empuk itu.

Mata si bocah perempuan mulai berkaca-kaca, ia berusaha untuk tak menangis. Ia bisa melihat wajah musuhnya saat sang umma berbalik. Bocah cadel itu menutupi mulutnya dengan telapak tangan mungilnya ishh tahu saja bocah itu sedang tertawa.

Srett..

"Wookie kenapa tak pernah bisa akur sih dengan Kyuhyun? Dia anak yang baik loh!"

Satu lagi orang yang menyalahkannya, kakak perempuannya itu juga tak beda jauh dengan ummanya. Selalu dan selalu ia yang disalahkan, selalu dan selalu di bagian akhir ia yang mendapat pukulan dan teotan dipantat. Dikeluarga itu tak ada yang memperdulikan perasaannya. Meski ia masih berumur lima tahun tapi ia bisa merasakan sakit hati, terlebih sang umma yang lebih menyayangi bocah setan itu daripada dia. Hey, anak lima tahun! Kau akan melupakan kejadian ini. Kau tak akan menyimpan kenangan ini terlalu lama dimemorimu yang masih terbilang sempit jadi berhentilah berfikiran iri.

Bocah perempuan itu mendongak menatap wajah kakaknya yang berselisih umur 4 tahun dengannya, "Tapi bocah setan itu yang nakal, dia menyakiti 'Bika'," ucapnya seraya menunjukkan bagian kepala dan badan bonekanya yang ia genggam.

Kakaknya tersenyum lalu menyentil hidungnya "Namanya itu Kyuhyun, jangan panggil dengan sebutan itu lagi. Aigo, boneka ini kan bisa dibetulkan. Nah bereskan?"

Mata si bocah perempuan berbinar saat melihat 'Bika'nya dalam keadaan utuh lagi, ia memeluk perut kakaknya erat "Heechul eonni memang pintar. Kalau sudah besar eonni jadi tukang memperbaiki barang rusak saja," ucapan polos itu terlontar dari bibir merah mungilnya. Sebuah usul yang membuat eonninya itu mengerucutkan bibirnya. Jadi tukang memperbaiki barang? Ia bercita-cita menjadi dokter tahu. Yah cita-cita kebanyakan anak SD.

"Shtt, Chullie."

"Eh, Hankyung sini."

Si bocah perempuan menekuk wajahnya melihat seorang pemuda seumuran kakaknya tengah memanggil kakaknya dengan bahasa isyarat. Bukannya bisu, cuma ia tak mau terkena damprat ibu dari temannya itu.

"Ah, ne ne. Aku kesitu."

"Ya, eonni mau kemana?" bocah itu menarik ujung kaos denim kakaknya yang akan beranjak berbalik. "Wookie. Shhhhtt"

.

Bocah itu berjalan dengan muka yang masih ditekuk, ia memasuki rumahnya sendirian. Selalu saja begitu, ditinggal bermain dengan sang kakak, tapi ia tak terlalu tega untuk melaporkan pada ummanya ketika kakaknya pergi bersama pemuda bernama Hangeng itu, pasalnya saat pulang kerumah pakaian kakaknya pasti kotor belepotan dan sang umma akan berkoar seperti biasa, dan hal itu selalu berulang-ulang terjadi.

Saat sampai diruang tengah emosi bocah perempuan kembali bangkit. Dilihatnya disofa sang umma memangku si bocah setan. Bocah setan? Apa salahnya kau memanggilnya Kyuhyun?

Salah, dia memang tak pernah sekalipun memanggil nama pada bocah yang dianggapnya musuh abadi dalam mencari perhatian keluarganya. Apa semua anak asuhan itu selalu lebih diutamakan daripada anak sendiri? Dia hanya sedang cemburu.

"Umma yang ini atit."

"Benarkah? aigo sini umma obati."

Rasa irinya makin bertambah melihat sang umma meniup lutut bocah laki-laki itu.

Huh licik

Yang jatuh tadikan pantatnya bukan lututnya.

"Wookie? kenapa berdiri dipintu. Duduk sini! Kau belum minta maaf pada Kyu." Ummanya menepuk sofa sebelah yang kosong.

Apa minta maaf? Demi apa ia harus minta maaf atas kesalahan yang tak dilakukannya. Minta maaf pada bocah setan itu? Lebih baik ia terkurung dikamar mandi seharian.

"Hey.. Wookie~ya! Dasar anak nakal! Maafkan dia ne Kyu." Yeoja yang sering dipanggil umma menggeleng atas kelakuan putri bungsunya yang malah berlari masuk. Dasar pembuat onar dan keras kepala.

Yeoja itu beralih menatap lekat anak didepannya. pandangannya melembut seraya menciumi pucuk kepala anak lak-laki dipangkuannya dan memeluknya erat, ia terlalu menyayangi anak itu.

"Teukki eonni!"

"Eh? Kibummie?"

"Aku ingin bicara."

.

-()()()()()-

.

"Huwaa, Kyu gamau pelgi, Kyu mau ama Teukki umma aja," bocah itu mengerang lagi, saat akan dimasukkan kemobil ada-ada saja usaha yang dilakukannya untuk bisa lolos.

"Kyuhyun!" Lolos lagi, yeoja yang berdiri didepan mobil menatap kecewa pada bocah yang kini memeluk seorang yeoja yang lebih tua darinya. Harusnya ia yang mendapat pelukan dari aegyanya.

"Sabar Bummie!" Sang suami menepuk pelan punggungnya dan mendekati anak yang dipanggil Kyu. Bocah itu mengeratkan pelukannya dileher yeoja yang dianggapnya umma kedua saat melihat appanya mendekat dan berjongkok didepannya.

"Kyuhyun, sayang umma kan?" tanya si appa. Bocah itu mendongak menatap umma pertamanya yang mencoba tersenyum lembut meski perasaannya sakit. Bocah itu mengangguk kemudian.

"Kalau begitu Kyuhyun mau kan ikut umma dan appa?"

Bocah itu menaikkan alisnya lalu beralih menatap umma yang dirangkulnya, tangan kecilnya mengusap airmata yang membasahi wajah ibu asuhnya "Tapi Kyu maunya Teukki umma ikut!"

Hiks.. Yeoja didepan mobil terisak mendengar penuturan anaknya. Rasanya sakit. Suaminya menoleh seolah mengatakan 'Jangan menangis. Percaya padaku semua akan berjalan lancar!'

Semua yang ada disitu ikut tak kuasa menahan tangis. Kecuali satu bocah berumur lima tahun yang memperhatikan kejadian itu dari teras rumahnya sambil melipat kedua tangan didepan dada seperti nenek-nenek. Dalam hati ia bersorak girang 'Anak setan, pergilah secepatnya. Pergi! Pergi!'

Kenapa juga umma dan appanya ikut menangis disana? Kakaknya juga ikut menggigit jari menahan isak. Saat ia pergi piknik TK kemarin saja tak ada yang menangisinya. Dasar bocah setan anak emas!

"Kibummie, apa salahnya kalian tinggal lebih lama lagi. Aku..aku hiks." Air mata itu semakin deras Dipeluknya tubuh kecil itu, berkali-kali pula ciuman didaratkan dipipi mungil nan mulus milik anak itu. Meski tak menangis ia tahu anak itu juga tak ingin pisah darinya. Dia benar-benar belum siap. Ia tahu hari ini pasti akan tiba, melepas anak asuhannya. Ia menatap iba pada appa Kyuhyun seolah memohon. Dari belakang Kangin mencengkeram bahunya dan menggeleng perlahan.

Dahi si bocah laki-laki berkerut saat peluk yang diterimanya melonggar.

"Kyuhyun, lihat appa!" Bocah itu berganti menatap sang appa yang menangkupkan telapak tangan mereka.

Pria berdasi itu tampak memutar otak "Emm, apa yang paling Kyu inginkan saat ini?"

"Kyuhyun mau malkasnya(markasnya) lobot(robot) Kantam yang buesaaalll appa.!" bocah itu merentangkan tangannya menggambarkan sesuatu yang ia katakan besar.

Si appa mengacak rambut ikalnya "Kalau Kyuhyun ikut appa, setelah ini appa akan berikan markas yang buesaaarr. Tidak cuma itu, kita juga akan beli kereta. Katanya Kyu mau kereta?"

Bocah itu mengangguk "Keleta(kereta) eksples(ekspress) ne!"

"Pasti dong untuk jagoan appa! Jadi ikut appa kan?"

Bocah itu menghambur kepelukan appanya "Ne, Kyu ikut appa."

Bukankah anak kecil itu bebas memilih? dan saat pilihannya bukan padamu lagi kau tak perlu menangis seperti itu JungSoo. Waktu terus berputar, kenyataan akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Sampai suatu saat mereka memberi waktu padamu untuk mengadukan sakit yang menimpamu.

"Eonni, mianhae hiks. Aku hanya ingin ia menganggapku sebagai ummanya."

"Gwaenchana Bummie, aku mengerti. Kau memang ummanya. Kau lebih berhak, jaga dia baik-baik." Dua yeoja itu saling berpelukan, saling menumpahkan airmata. Kyuhyun. Betapa beruntungnya ia mempunyai dua orang ibu yang sangat mencintainya.

"Umma, pat cepat!" panggil si bocah laki-laki yang melongokkan kepalanya melalui kaca mobil dijok paling belakang. Rupanya ia tak sabar untuk menagih janji si appa.

Yeoja cantik itu menghapus jejak airmatanya cepat dan menoleh "Ne chagi!"

"Eonni, kita pasti bisa bertemu lagi. Aku janji untuk mengirim surat. Chullie, shhh jangan menangis lagi ne. Semuanya terimakasih atas kebaikan kalian selama ini." Yeoja itu membungkuk dalam dihadapan keluarga Kim sebelum menyusul masuk ke mobil dan duduk disamping anaknya.

"Teukki umma dadahh. Umma minta oleh-oleh apa nanti?" ucapan polos bocah laki-laki itu membuat Leeteuk menggeleng lemah, mati-matian ia menahan airmatanya. Ia tak boleh menangis lagi.

"Chullie noona jadilah pelmaisuliku saat besal nanti." ucapan polos tanpa otak kembali ia lontarkan, ishh terlalu banyak menonton sinetron memang tak baik untuk anak.

Brrmmmmm. Mobil berderum dan mulai bergerak pelan.

"Wookiee. Jangan lindu(rindu) padaku ya," teriak bocah itu sebelum kaca mobil tertutup. Ucapan terakhirnya, bukan terakhir! Kupastikan ini bukan yang terakhir saat perasaan rumit akan tumbuh dihati kedua bocah itu nantinya.

"Lindu padaku? huh jangan harap bocah setan.!" Si bungsu keluarga Kim masih mendumel sendiri di teras rumah menirukan gaya musuhnya saat bicara. Hey, kau akan merasakan lebih dari sekedar rindu nantinya. Lebih dan lebih.

.

-()()()()()-

.

12 Tahun Kemudian

.

"Kim Ryeowook, siswi dari SMU 1 Seoul, anak terakhir dari 2 bersaudara. Orang tua Kim YoungWoon dan Kim JungSoo benar?"

"Ne, benar."

"Baiklah, selamat kau sudah resmi menjadi murid SMU Sunchi. Seragam bisa langsung diambil di ruang Tata Usaha. Dan besok akan saya tunjukkan ruangan kelas yang akan kau tempati!"

"Baik! Terimakasih bantuannya, permisi."

Cklek

Fuhh..

Gadis itu menghela nafas panjang setelah menutup pintu ruangan ber-AC itu. Suasana makin panas saat ia keluar, tapi untunglah ia bisa mengatasi ketegangan tadi.

Ryeowook mulai berjalan menyusuri lantai koridor sepi itu. Bukannya tak ada penghuni, tapi ini masih jam pelajaran jadi masih terlihat sepi.

Mata karamel Ryeowook yang terlatih membaca sekilas papan demi papan yang terpasang di setiap pintu yang ia lewati, ruang olahraga lalu ruang osis selanjutnya ruang guru dan.. nah itu ruang TU.

"Kau Kim Ryeowook? Mau ambil seragam ya, kepala sekolah sudah berpesan tadi. Ambil saja dipojok ruangan dekat lemari." Seseorang mengejutkan Ryeowook dari belakang karena melihatnya yang hanya mengintip ruangan itu dari jendela.

"Ah, ne gomawo." Ryeowook berbalik cepat dan yeoja berpakaian coklat itu sudah berjalan menjauh. Dengan sungkan Ryeowook membuka ruangan yang dari tadi hanya bisa ia intip. Hmm tak ada siapapun didalam ruangan sempit dan gelap itu. Tapi saat ia membuka pintu lebar, cahaya ikut masuk kedalam.

Uggh

Berat sih tidak! Tapi plastik besar ini susah ia angkat mengingat plastik hitam setinggi perutnya itu terlihat penuh. Apa saja isinya? Tentu saja seragam. Sekolah yang bagus seperti ini punya banyak official seragam jadi tak perlu mengeluh.

Gadis itu susah payah berjalan menyeret plastik setelah berhasil menggendongnya sebentar dan keluar dari ruangan itu. Dan kenapa ia harus melakukannya sendiri? Bahkan kepindahan sekolah yang tak ia inginkan ini harus ia jalani. Itupun sendiri, sendiri dan sendiri, ia bahkan terlalu naif untuk sekedar minta pertolongan satpam membawakan kresek besar itu. Appanya hanya memberi ucapan semangat dan uang saku untuk naik taksi kesini. Aigo ia lupa! Supir taksi itu pasti sudah menunggu lama. Bergegaslah.

Bruk!

"Ah mian..mian,"

"Kau ini bagaimana sih!" Gadis itu menabrak pria tinggi saat sampai digerbang. Pria itu masih mengenakan seragam olahraganya, sepertinya memang habis olahraga diluar kelas. Pria itu ikut berjongkok memungut barang-barang yang jatuh dari plastik besar yang tadi ditabraknya.

"Kyu kau kalah!" Suara namja yang juga mengenakan seragam olahraga membuat pria itu menoleh. Namja itu terus berlari sembari tersenyum remeh pada pria yang masih dalam kegiatan mari-memungut-bersama.

"Aish, sialan!" rutuk pria itu setelah memasukkan barang terakhir kedalam plastik, Ryeowook sedikit bergidik membayangkan kemungkinan namja tampan dihadapannya akan marah.

"Itu taksimu? Sini kubawakan," ucap si pria dan mengambil alih plastik yang dipeluk yeoja itu karena terlalu besar. Jangan salahkan dirinya dengan postur pendeknya itu, tapi salahkan supir taksi yang ternyata sedang tidur dan tak membantunya.

"Gomawo, gomawo. Mian merepotkan, emm, namaku..eh?"

Ryeowook mengatupkan bibirnya rapat saat melihat punggung lebar itu mulai menjauh darinya. Padahal mereka belum sempat berkenalan. Tapi aku tahu namanya kok. Namanya Kyu? Benarkan. Telingaku ini masih normal, batin Ryeowook

Srett

"Eh?"

Ryeowook mengambil sebuah benda yang ada didekat kakinya. Hampir saja ia menginjak benda itu. Sebuah gelang karet warna hitam, gelang itu sudah putus.

Ryeowook memutar bola mata tanda ia sedang berfikir, sedetik kemudian ia menciumi gelang pungutannya.

"Kyaa, ini gelang namja tadi." pekik Ryeowook tertahan sambil melompat-lompat layaknya anak kecil yang dapat mainan baru.

Ini awal dari semuanya, Ryeowook bahkan tak ingat siapa namja yang namanya terus ia sebut berkali-kali saat perjalanan pulang. Bagai mantra ia terus menggumamkan nama itu, bahkan dulu memanggil nama itu ia tak mau. Keterbalikan yang drastis. Ia merasa hanya perlu berterimakasih dengan yang namanya 'Kyu' itu. Oke! Kesan Ryeowook pertama kali bertemu dengannya adalah, dia namja yang baik. Tapi tidak lebih dari itu mengingat Ryeowook sudah mempunyai namjachingu yang ia tinggal di Seoul sana.

Drrrttt.. Drrttt..

Ryeowook buru-buru mengambil posel yang bergetar di kantung celana jeans nya, gadis itu melengkungkan senyum tipis kala membaca deret kalimat yang terpampang di layar ponsel. Pesan dari namjachingu yang sangat ia sayangi.

Dengan cekatan Ryeowook membalas pesan masih juga dengan memperhatikan jalanan di depan untuk menginstruksi si supir taksi agar mereka tak nyasar nanti.

Terkirim!

"'Aku baik-baik saja oppa, eonni juga baik-baik saja, appa dan umma juga. Semua kepindahan ku disekolah juga lancar. Aku sangat merindukanmu Hangeng oppa! chu~'"

.

-()()()()()-

.

"Wook, besok kau berangkat sekolah tak perlu naik taksi, akan boros nanti." seorang yeoja paruh baya menatap Ryeowook sekilas lalu kembali lagi pada kesibukannya memanggang daging. Ibu anak itu sedang memasak untuk makan malam.

Hampir Ryeowook memotong jarinya sendiri dengan pisau yang ia pegang karena terlalu kaget. Ia memandang ummanya heran dari samping. Apa ia harus jalan kaki dari rumah sampai sekolah mengingat jarak yang terlalu jauh. Ia memang tak bisa bicara banyak jika Leeteuk sang umma sudah memberi pengarahan yang mutlak harus dipenuhi.

Leeteuk yang merasa ditatap menoleh. "Mulai besok kau akan berangkat dengan tetangga sebelah kita, dia juga satu sekolah denganmu!"

"Tapi umma," Baru saja Ryeowook ingin mengelak, Leeteuk sudah menggeleng tegas.

Bagus sekali. Aku harus menumpang saat kesekolah dengan orang yang tak kukenal. Apalagi kudengar tetanggaku itu namja. Aishh, rutuk Ryeowook tertahan.

.

.

.

TBC

.

A/N

Annyeong!

KyuWook ff disini.

Nggak jelas kan ff ini?

Readers : emang!

Tolong beri aku pendapat kalian tentang ff ini, untuk kelanjutannya jika berminat.

Riview please