Disclaimer: Katekyo Hitman Reborn (c) Amano Akira.

Notes: AU. OOC. Kata baku dan non-baku dicampur jadi satu. =))


"Jadi..." Collonelo berdiri, tangannya dilipat di depan dadanya. Matanya memperhatikan anak-anak yang sedang duduk di ruang keluarganya. "kalian mau ngapain disini?" tanyanya, mengangkat sebelah alisnya.

"Hari ini kita cuma mau ngecek keadaan om Collonelo sama Lal-san. Iyakan, bos?" balas Gokudera semangat kemudian menoleh ke bosnya, Tsuna.

"A-apa sih jangan panggil aku bos, bos V.K kan belum ditentuin." wajah Tsuna langsung memerah.

"Umm, bagaimana ya. Sebenarnya ini idenya Uni." yang disebut malah pasang tampang innocent.

"Memangnya aku dan Lal kenapa?" Collonelo mengangkat sebelah alisnya.

"Kufufufu, habis saat main kemarin. Kita mendengar suara tembakan dan itu berasal dari rumah ini," Mukuro menjelaskan.

"Terus?"

"Terus kita mikir kalau ada kemungkinan om Collonelo mati. Hahaha," sambung Yamamoto lalu tertawa kecil.

Collonelo tersentak. "What! Mana mungkin aku mati? Aku ini immortal!" kemudian dia tertawa dengan bangganya.

"Immortal apaan?" tanya Ryohei.

Gokudera tiba-tiba saja menggunakan kacamata, rambutnya diiket ke belakang, ada papan tulis yang entah dari mana muculnya, dia pun memberi penjelasan. "Immortal itu artinya nggak bisa mati. Bisa dibilang om Collonelo hidup abadi. Walaupun dibunuh dia nggak akan mati. Penjelasan selesai."

Semuanya—minus Tsuna, mengangguk.

Lal masuk ke ruangan itu. Dia membawakan sepiring cookies, piring putih yang lumayan besar dan beberapa susu buat anak-anak imut yang agak sialan itu.

"Lal, buatku mana, c'mon now (?)?" tanya Collonelo sambil nyengir-nyengir.

"Bikin sendiri sana!" sembur Lal ketus.

Lal meletakkan cookies dan susu itu di atas meja. Dan para anak-anak imut yang sialan yang menyebut diri mereka Vongola Kid a.k.a V.K, langsung mengambil satu-satu cookies dan susu itu.

"Lal-san, cookiesnya enak seperti biasa ya," seru Uni.

"Cookiesnya enak to the extreme!" Ryohei teriak disela-sela kunyahannya dan anehnya dia nggak tersedak.

"Kok ini kayak cookies yang sering dibuat Mama Elena ya, Chrome?" Mukuro menoleh ke adiknya. Chrome mengangguk.

"Tante Lal, nggak ada cookies marshmallow apa?" tanya Byakuran tapi dia tetap memakan cookiesnya.

"Pffft, tante, tante, TANTE!" ledek Collonelo.

DUAK

Dijedotkanlah Collonelo ke dinding oleh Lal. Collonelo terkulai lemas di lantai, (sedikit) darah mengalir dari keningnya. Sungguh kejam memang. Cookies yang ada di tangan Tsuna, Gokudera, Uni, Chrome sama Ryohei jatuh. Mulut mereka terbuka lebar.

"Penyiksaan!" seru Enma. Dia itu paling semangat kalau ada hal-hal kayak begini. Tapi Mukuro lah yang sebenarnya paling semangat.

"Kok yang dijedotin om Collonelo sih? Kan Byakuran yang manggil 'tante' duluan." Mukuro menoleh ke Byakuran. Byakuran mengedikan bahunya.

"Haha, Lal-san keren!" Yamamoto ketawa terus lanjut ngabisin susunya.

"Chrome, jangan dilihat!" Mukuro menutupi matanya Chrome dengan kedua tangan mungilnya.

Tangan Chrome mencoba untuk melepaskan tangan Mukuro. "Mukuro-nii, aku udah terlanjur ngeliat."

"Oh yaudah." Mukuro melepaskan tangannya.

"Uoh, senpai kalah sama Lal-san! Senpai payah to the extreme!" Ryohei kecewa sama senpainya a.k.a Collonelo. Lal melihat ke anak-anak imut itu dan memberikan senyuman.

"Om Collonelo mati ya?" tanya Tsuna dengan polosnya.

"Sepertinya begitu," balas Lal. Jelas-jelas dia tau kalo suaminya cuma pingsan doang.

"Kok bisa? Kan Collonelo-ossan, immortal!" Uni bertanya pada Lal dan kemudian mendebatkannya dengan Byakuran dan Ryohei.

"Mending kita ke masjid aja yuk~ (?)" ujar Mukuro.

"Ngapain?" Byakuran bertanya.

"Ngumumin kalo Collonelo-ossan udah mati." Chrome mengerti apa yang kakaknya ingin lakukan.

"Oh. Kita bilang ke om Squalo aja! Kan dia yang biasa ngumumin berita orang meninggal," ujar Gokudera. Semuanya mengangguk setuju.

"Extreme! Aku bakal kasih tau om Knuckle!" Ryohei bangkit dari tempatnya duduk.

"Buat apaan?" tanya yang lain.

"Nanti dia yang jadi imam sholat jenazahnya! (?)" Ryohei berapi-api.

"Ooooh~" yang lain ber-oh ria.

"Yosh! Kalo begitu, semuanya ayo kita ke toko dagingnya om Xanxus, terus kita cari om Squalo!" Tsuna memberikan perintah.

"Siap bos!" sahut Gokudera.

Dan satu komando anak-anak imut itu pun pergi meninggalkan rumahnya Lal dan Collonelo. Lal mengikuti mereka, dan berhenti di ambang pintu masuk rumahnya.

"Kami permisi, Lal-san!" Uni membungkukkan badannya sementara teman-temannya udah pergi duluan.

"Hati-hati ya anak-anak! Jangan sampai ada yang kena lemparan botol tequila-nya Xanxus~" Lal melambaikan tangannya.

Setelah rombongan anak-anak imut yang agak sialan itu meninggalkan rumah Lal dan Collonelo. Collonelo bangun dan menghampiri Lal yang sedang menutup pintu. Dia jalan agak sempoyongan, tangannya mengelus jidatnya yang kesakitan.

"Kemana bocah-bocah itu?"

"Ke toko dagingnya Xanxus."

"Ngapain?"

"Mau cari Squalo."

"Buat?"

"Mau nyuruh Squalo ngasih pengumuman."

"Pengmuman apaan?"

"Katanya mau nyuruh Squallo ngumumin kematiannya Collonelo."

"Oh." Setelah ber-oh, Collonelo baru tersadar. "WHAA— COLLONELO? Aku belum mati c'mon now!"

Collonelo langsung keluar dari rumahnya. Lari secepat-cepatnya menyusul Tsuna dkk, ke toko dagingnya Xanxus. Berharap dia bisa sampai di sana tepat waktu, sebelum anak-anak imut yang sialan yang menyebut diri mereka V.K memberitahukan berita kematiannya—yang jelas-jelas nggak benar—ke Squalo.


Toko Daging Xanxus.

Xanxus yang lagi enak-enak tidur siang di kursi yang ada di balik meja kasir, tiba-tiba terbangun. Itu semua karena mendengar suara anak-anak imut yang sialan yang menyebut diri mereka V.K. Tapi dia tak peduli dan mengabaikan mereka, berusaha untuk melanjutkan tidur siangnya.

Anak-anak V.K serentak menggunakan puppy eyes mereka agar Xanxus berhenti mengabaikan mereka dan menanyakan apa yang mereka perlukan. Xanxus tetap mengabaikan puppy eyes maut mereka tapi beberapa menit kemudian dia nyerah dan bertanya,

"Anak-anak scum, kalian ada perlu apa ke sini?"

"Om Squalonya ada?" tanya Tsuna masih nunjukkin puppy eyes mautnya.

"Mau ngapain cari-cari Squalo?"

"Mau nyuruh om Squalo ke masjid (?)," balas Gokudera yang juga masang puppy eyes mautnya.

"Buat?"

"Ngumumin kematiannya om Collonelo," balas Mukuro.

"Hm, Collonelo mati?"

"Iya, tadi dia dijedotin ke dinding sama tante Lal," sahut Byakuran yang lagi makananin marshmallownya.

"BWAHAHAHA. Dasar payah, dijedotin sama istrinya langsung mati. Si Squalo sialan itu ada dibelakang, ngasih makan ikannya."

"Oke, makasih, om Xanxus!" anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka sebagai V.K pun berjalan ke tempat Squalo berada.

Sesampainya di belakang toko. Anak-anak itu melihat Squalo sedang ada di pinggir kolam ikan. Dia sedang fokus memberi makan ikan-ikan hiunya (?). Mereka juga mendengar Squalo bernyanyi-nyanyi kecil sambil tersenyum-senyum.

"Om Squalo~~~"

Dua kata di atas itu, membuat Squalo berhenti memberi makan ikan hiunya (?), dia berbalik menghadap anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka sebagai V.K itu.

"VOIII! KALIAN MAU NGAPAIN DI SINI?!" tanyanya, empat siku langsung muncul di ujung keningnya.

"Om Squalo, tolong umumin sesuatu dong," pinta Tsuna dengan puppy eyes mautnya.

"Pengumuman apaan?"

"Om Collonelo mati," sahut Mukuro.

"DIA MATI?! Pasti gara-gara ribut sama istrinya! KAPAN DIA MATINYA?" Squalo tertawa terbahak-bahak. Untung anak-anak V.K pada nutupin telinga mereka, jadi kemungkinan gendang telinga mereka rusak cuma sedikit.

Gokudera mengeluarkan buku catatannya. "Sekitar dua puluh menit yang lalu."

"Mati karena?"

"Dijedotin ke dinding."

"Oke sip. Omong-omong kayaknya ada yang kurang dari kelompok kalian, mana si Dino, Hibari, Fran sama si Ryohei?"

"Dino-san lagi di rumah, dia kemarin abis main pukul-pukulan sama Hibari. Hibari dihukum sama Alaude-san, gara-gara main pukul-pukulan sama Dino-san. Kalo Fran..." ada jeda sebentar, Tsuna menoleh ke Mukuro, "Mukuro Fran kemana?"

"Di rumah~"

"Kemarin Fran abis dihajar habis-habisan sama kakak. Gara-gara dia bilang rambut kakak mirip nanas," sela Chrome. Tsuna sweatdrop.

"Kalo nii-san (?) balik ke rumahnya, mau nyuruh om Knuckle buat jadi imam sholat jenazah," lanjut Tsuna.

"Oh." Squalo ber-oh ria.

"Kalo begitu, om Squalo kita pamit ya! Mau pulang dulu!" dan anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka sebagai V.K pun keluar dari tokonya Xanxus.

Squallo menghelas nafas berat. Meletakkan makanan hiunya di tempat yang benar (?). Berjalan keluar toko dan ke masjid (?).

Nggak lama setelah Squalo jalan ke masjid. Collonelo sampai di tokonya Xanxus. Bajunya basah karena keringatnya. Jarak rumahnya ke toko Xanxus nggak begitu jauh sih, tapi karena tadi dia lari, bajunya jadi basah.

"Eh, Xanxus! Tadi gerombolan anak-anak imut yang agak sialan pada ke sini nggak?" tanyanya, nafasnya terengah-engah.

Merasa tidurnya terganggu, Xanxus membuka matanya sedikit, melihat siapa yang mengganggu tidurnya dan ternyata, "Scum! Kenapa kau ada di sini?! Ku kira kau sudah ada di neraka!"

"Apaan? Aku masih hidup tau!" bantah Collonelo.

"Tapi anak-anak scum itu bilang, kau sudah ke neraka!"

"Nggak! Mereka salah paham! Tadi aku cuma pingsan!" Collonelo ngegebrak meja kasir. 'Ah yang penting sekarang dimana Squalo,' pikirnya.

"Squalo mana?"

"Ke masjid (?)."

"WHA— SERIUS? SIAL!" Collonelo langsung stress. Dia pun keluar dari tokonya Xanxus. Berlari secepat mungkin ke masjid, dengan tujuan untuk mencegah Squalo biar nggak kasih pengumuman ke seantero RT (?) tentang berita kematiannya—yang jelas-jelas itu nggak benar—.


Ruang makan; Rumahnya Tsuna.

Giotto yang lagi asik-asik makan, makan siangnya tiba-tiba tersedak setelah mendengar berita dari adiknya, Tsuna. "UHUK— benar nih?" Tsuna mengangguk. Nana menuangkan segelas air putih untuk anaknya. "Makasih, ma." Giotto tersenyum, Nana pun juga tersenyum.

"Aku ngeliat sendiri kok," balas Tsuna disela-sela kunyahannya.

"Wah, kasihan sekali Collonelo-san," gumam Nana sedih.

"Ma, kita ngelayat ke rumahnya Collonelo yuk," ajak Giotto. Nana mengangguk.


Ruang keluarga; Rumahnya Gokudera.

"Yang benar nih? Collonelo mati?" G. bertanya pada keponakannya, Gokudera. Seraya membersihkan koleksi hand gunnya.

"Benar. Nih, aku ada catatan waktu kematiannya," Gokudera menyodorkan buku catatannya.

"Kalau begitu aku akan membuatkan makanan untuk para pelayat." Bianchi berlalu ke dapur.

"JANGAN BIANCHI JANGAN!" G. dan Gokudera teriak dengan horrornya.


Ruang makan; Rumahnya Mukuro dan Chrome.

"Mama," panggil Mukuro.

"Ada apa?" tanya Elena dengan lembutnya.

"Om Collonelo mati, ma."

Daemon menyembur air putih yang sedang diminumnya. "HAH? SERIUS?" Elena menatapnya, dan itu terlihat sangat menakutkan.

"Daemon sayang~ dihabiskan dulu air minumnya, baru bertanya~"

"Iya sayang~"

"Iya pa, om Collonelo meninggal," sahut Chrome, mengembalikan pembicaraan ke topik utama.

"Gara-gara kenapa sayang?" tanya Elena sedih.

"Dijedotin ke dinding sama Lal-san," Mukuro memberi penjelasan.

"Kufufufu, untung Papa nggak pernah mati setiap dijedotin ke dinding sama Mama." Perempatan muncul di sisi keningnya Daemon.

"Nufufufu, itu karena aku ganteng."

"Kufufufu, Papa ngaur."

"Nufufufu, aku serius."

"Cepat abisin makanannya!" aura ungu ke hitam-hitaman muncul di sekeliling Elena. Mukuro dan Daemon berhenti berargumen dan melanjutkan makan mereka.


Ruang keluarga; Rumahnya Uni dan Byakuran.

Sepira, Luce dan Aria terlihat begitu shock setelah mendengar berita kematian Collonelo dari Uni. Luce sama Aria nangis. Sepira berusaha menabahkan mereka.

"Kita ngelayat aja yuk (?)," ajak Sepira. Luce dan Aria mengangguk dan terus menangis.

"Collonelo~ kenapa kau mati begitu cepat?" Luce membacakan puisi ditengah-tengah isakan tangisnya. "Kenapa? Kau itu terlalu ganteng untuk mati sekarang (?)."

Sepira sweatdrop.

"Collonelo~ kalau kau mati. Nanti siapa yang ngasih uang arisan buat Lal?" Aria ikut membacakan puisi sambil mengingat-ingat kalau Lal belum bayar uang arisan untuk bulan ini.

Sepira sweatdrop lagi.

"Uni-chan! Liat marshmallowku nggak?" Byakuran teriak dari dapur. Menghentikan suasana kesedihan di ruang keluarga (?). Dia lagi mengobrak-abrik lemari tempat penyimpanan cemilan.

"Byakuran! Kamu jangan kebanyakan makan marshmallow, nanti obesitas!" Aria berhenti nangis, dan langsung marah-marahin keponakannya itu. "Nanti kamu jadi nggak ganteng lagi…" dia pun kembali nangis lagi. Membayangkan wajah ganteng keponakannya berubah jadi ke cubby.

Sepira sweatdrop untuk ketiga kalinya.

Byakuran menghampiri Aria dan bertanya. "Obesitas itu jadi kegendutankan?" Aria mengangguk. "Kalo aku gendut, nanti aku jadi keliatan lebih imut kan?"

Sebelum keadaan makin absurd dan Sepira takut Uni ketularan nggak bener kayak Mama dan Neneknya, Aria dan Luce. Sepira mengembalikan arah pembicaraan ke topik utama.

"Bagaimana kalau sekarang kita melayat ke rumahnya Collonelo?" ujarnya. Ada keheningan yang cukup panjang di ruang keluarganya. Keheningan yang panjang, karena terlalu panjang, mari kita lihat keadaan Collonelo saja.


Squalo baru saja selesai mengumumkan berita kematian Collonelo ke seantero RT (?), dengan suaranya sendiri. Hal itu dia lakukan karena mic masjid rusak, toaknya juga agak-agak error. Untung dia diberkahi suara yang sangat keras oleh Amano Akira dan Tuhan Yang Maha Kuasa, jadi mic rusak sama toak rusak nggak jadi masalah buat dia. Tapi itu jadi masalah untuk Collonelo.

Ketika Squalo sudah ada di pagar masjid, Collonelo datang. Lagi-lagi Collonelo datang diwaktu yang nggak tepat.

"VOIIII! BUKANNYA KAU UDAH MATI?!" Squalo bertanya-tanya pada Collonelo yang berdiri di hadapannya. "ATAU JANGAN-JANGA—" Collonelo langsung memotong kalimatnya.

"BUKAN! AKU BUKAN HANTU! RALAT PENGUMUMANNYA, C'MON NOW!"

"NGGAK BISA!"

"KENAPA?!"

"UDAH TERLANJUR DIUMUMIN."

"YAUDAH DIRALAT, C'MON NOW!"

"MENDING KITA RALAT DI RUMAHMU AJA DEH (?)!"

"YAUDAH, C'MON NOW!"

"MEMANGNYA KALAU RALAT DI SINI KENAPA?!"

"PERCUMA BODOH! WARGA UDAH ADA DI RUMAHMU (?)!"

Ada hening sejenak.

"YAUDAH! AYO KE RUMAHKU SEKARANG C'MON NOW (?)"

Pertarungan teriak-teriakan di masjid (?) yang nggak pantas dicontoh itu pun berakhir. Collonelo pun ke rumahnya ditemani Squallo. Di jalan, Collonelo terus-terusan memarahi Squalo; seperti, "LAGIAN KOK KAU BISA PERCAYA SAMA BOCAH-BOCAH ITU!?" dsb dan Squalo hanya bisa diam, membiarkan urat-urat di keningnya beradu satu sama lain. Sebenarnya ia ingin menghunuskan pedangnya, tapi pedangnya ada di toko, dipake Bel buat motong daging (?).

Sesampainya di rumahnya. Collonelo shock, karena warga se-RT pada ngumpul di rumahnya dengan tujuan untuk melayatnya yang jelas-jelas masih sehat dan hidup itu.

Di depan pintu rumahnya, Collonelo melihat sosok-sosok anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka V.K sedang duduk, ada juga yang berdiri bersandar di dinding, sanbil meratapi kepergiannya –yang jelas-jelas masih ada di dunia.

"Kok, om Collonelo matinya cepet banget sih?" tanya Dino sedih.

"Yang sabar, Dino-san." Tsuna menepuk-nepuk punggung Dino.

"Falco pasti kesepian. Nanti aku mau izin sama tante Lal buat melihara Falco ah."

"Nanti kalo Falco ribut sama Enzo gimana?" tanya Yamamoto.

"Nggak akan, kan Falco nanti tinggalnya sama Hibird, iya kan Kyoya?" Dino menoleh ke Hibari dan Hibird yang ada di kepala Hibari.

"Nggak akan, nanti akan kusuruh Hibird ngegigit Falco," Balas Hibari dingin. Dino bergidik ketakutan.

Mendengar apa yang dikatakan Dino, Collonelo mengepalkan tangan kanannya, bersiap untuk meninju anak-anak imut yang polos itu. Urat-urat di keningnya membentuk perempatan. Dia jalan menghampiri anak-anak V.K yang imut dan sialan itu.

"HEI KALIAN! BOCAH-BOCAH!"

Serentak anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka sebagai itu, mengangkat kepala mereka dan melihat siapa yang menyebut mereka "bocah-bocah".

Semua anak-anak V.K diam sejenak.

"Mirip om Collonelo." Yamamoto senyum, nunjuk-nunjuk Collonelo. Yang lainnya saling bertatapan, lalu…

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Haru, Kyoko, dan Uni teriak dengan ke horror-an.

"HIIEEEE OM COLLONELO!" karena ketakutan Tsuna dan Dino meluk Enma yang kebetulan duduk di antara mereka.

Gokudera yang sedari tadi bediri, tiba-tiba saja kakinya lemas dan dia jatuh. "Ha-HANTU! HANTUNYA OM COLLONELO!"

"Hantu pergi sana PERGI! PERGI!" Byakuran—dengan tidak ikhlasnya melempari Collonelo dengan marshmallownya, berharap itu bisa mengusir Collonelo kembali ke alam baka.

"Chrome jangan dilihat (?)!" Chrome bersembunyi di balik Mukuro.

"Master aku takut. Izinkan aku bersembunyi di kepala nanasmu." Mukuro menjitak Fran. Tapi dia ngizinin Fran buat ngumpet dibelakangnya.

"INI BENER-BENER HANTUNYA SENPAI TO THE EXTREME!" Ryohei lemas, tapi teriakkannya tetap terdengar kencang. Dia mundur dan mundur, sampai akhirnya dia duduk sampingan sama Gokudera.

Di saat yang lain ketakutan. Yamamoto dan Hibari malah biasa-biasa aja. Hibari justru mau menghajar Collonelo.

"Biar kupukul hantunya."

"Hahaha! Itu hantunya om Collonelo, Hibari. Mana bisa dipukul?"

"HANTUNYA OM COLLONELO MAU NGAPAIN DI SINI?" Gokudera teriak ketakutan. Byakuran masih tetap ngelemparin Collonelo pake marshmallownya.

"Jangan-jangan, hantunya om Collonelo mau balas dendam sama kita…HIIIII." Enma memberi hipotesa dengan muka horror.

Satu lagi perempatan muncul di keningnya Collonelo. Dia benar-benar kehilangan kesabaran. "BOCAH! AKU MASIH HIDUP!"

Mendengar keributan di luar. Para pelayat keluar dari ruang keluarganya Collonelo, berjalan ke tempat anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka sebagai V.K berada.

"Lal, kok suamimu masih hidup?" tanya Luce seraya menunjuk Collonelo.

"Emang masih hidup," Balas Lal lalu menyeringai.

"Muh, kenapa dia nggak mati aja sih?" Mammon kecewa.

"Aku baru saja membuat ramuan baru, Collonelo kau mau mencobanya? Kemarin saat ku tes pada tikus, tikus itu langsung mati," ujar Verde yang jelas-jelas omongannya melenceng dari topik utama.

"Betul dugaanku. Collonelo nggak mungkin mati karena kepalanya di jedotin ke dinding." Fon tersenyum.

"Che. Masih hidup." Reborn mengarahkan pistolnya ke Collonelo. "Padahal aku senang, kalau tidak ada kau, aku jadi tidak punya saingan untuk jadi ketua RT tahun-tahun berikutnya."

Giotto langsung mendekati adiknya yang masih ketakutan dan meluk Enma. Begitu juga dengan Cozart. "Tsuna, kamu bilang Collonelo meninggal."

"Enma jelasin," Sambung Cozart. Enma Cuma bisa menatap kakaknya dengan tatapan se-innocent mungkin.

Dino ngelepasin pelukannya dari Enma terus dia ngedeketin Hibari.

"Apa?" tanya Hibari dingin.

"Untung Alaude-san nggak ada ya. Kalo ada pasti om Collonelo udah diborgol terus dijadiin tahanan gara-gara disangka melakukan penipuan warga," bisiknya. Hibari mengangguk pelan, setuju dengan Dino.

"Oi! Oi! AKU NGGAK MATI! Lal kamu sialan! Kamu tau suamimu nggak mati, tapi kenapa nggak ngejelasin ke mereka?!" empat siku muncul di ujung kening Lal. Dia langsung ngedeketin Collonelo dan menarik kerah bajunya dan ngegoyang-goyangin suaminya itu, ke kanan –kiri kanan kiri. Ada spiral yang muter-muter di kedua matanya Collonelo.

"Penyiksaan!" seru Enma.

Giotto langsung nutupin matanya Enma, Cozart nutupin matanya Tsuna, kok terbalik gitu? Entahlah. Mukuro nyuruh Fran sama Chrome buat nutup mata mereka, terus jangan sesekali coba ngintip apa yang dilakuin Lal sama Collonelo sementara dia nggak nutupin matanya. Elena mendekatinya dan menutupi mata merah dan birunya.

"Mama, aku kan sering liat yang beginian." Mukuro protes.

"Sssst— pokoknya nggak boleh di lihat!"

Knuckle nyeramahin Kyoko sama Ryohei, ngasih tau mereka nggak boleh meniru apa yang Lal lakukan. G. membiarkan kedua keponakannya, Gokudera dan Bianchi. Melihat scene penyiksaan itu.

"Aku juga mau mukulin om Collonelo," Gerutu Hibari.

"Kyoya Hibari, sudah berapa kali aku bilang? Jangan main pukul orang lain, kalau mereka nggak salah," Fon menasihati keponakannya. Hibari mendengus kesal.

Lal akhirnya melepaskan Collonelo. Collonelo mengatur nafasnya, lalu berdeham.

"Ehem! Semuanya, tolong dengerin." Semua orang menoleh ke Collonelo. "Jadi sebenarnya aku nggak mati. Anak-anak itu mikir kalau aku mati, gara-gara waktu aku pingsan, jidatku ada darahnya." Collonelo mendeath glare Tsuna dkk. "Makanya jangan kebanyakan nonton sinetron (?)."

"Kenapa nggak mati beneran aja sih?" Mammon protes.

JLEB. Collonelo langsung membeku.

"Hei, Mammon, sepertinya kau ingin sekali tentara konyol itu mati ya?" tanya Verde yang sebenarnya juga pengen Collonelo mati beneran.

"Ah, sayang sekali ya. Collonelo, padahal aku sudah memesan batu nisan untukmu." Reborn juga sedih karena saingannya disetiap pemilihan ketua RT nggak jadi mati.

"OI OI, KOK KALIAN BERTIGA PENGEN AKU MATI BENERAN—" belum selesai bicara, Lal melayangkan tinjunya ke wajah Collonelo.

"Sudah-sudah, karena Collonelo nggak jadi mati. Sekarang kalian semua bisa pulang, maaf mengecewakan kalian." Lal membungkukkan badannya. "Oi oi! Lal! Kok bahasanya begitu sih?!" Lal mengabaikan pertanyaan suaminya.

Semua pelayat pun kembali ke rumah mereka masing-masing. Beberapa dari mereka kecewa karena Collonelo nggak jadi mati. Tapi yah, mau bagaimana lagi? Tuhan dan author sudah menakdirkan Collonelo untuk tidak mati sekarang, mati di fanfic ini.

Hari berikutnya.

Hari berikutnya, anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka sebagai V.K berkunjung lagi ke rumah Collonelo dan Lal. Mereka ke sana karena paginya, setelah Lal pulang belanja dan kebetulan lewat taman dan kebetulannya lagi dia ngeliat anak-anak V.K lagi main, jadi dia mengundang anak-anak itu ke rumahnya untuk menyicipi kue tart yang dia buat. Anak-anak V.K menunggu dengan manis di ruang keluarga. Karena nggak mau kejadian kemarin terulang lagi, Collonelo menghampiri Lal yang ada di dapur, dan seperti biasa, dia merayu dan meledek Lal. Sampai tiba-tiba…

DUAK

Satu kata yang terdiri dari empat huruf dan diketik dengan huruf kapital yang ditebalkan itu, membuat anak-anak imut yang agak sialan yang menyebut diri mereka sebagai V.K itu langsung berlari-lari kecil ke dapur.

"Penyiksaan!" seru Enma.

Yang lainnya—minus Yamamoto yang lagi kebingungan dan Hibari yang lagi ngegerutu karena iri dengan Lal; ia juga mau menghajar Collonelo. Menatap Collonelo yang sedang mimisan dan terkulai di lantai, dengan horror.

"OM COLLONELO MATI!"


Edited on Nov, 08th 2012