Holla… Tsuki kembali… sudah lama Tsuki sudah tidak mempublish cerita. Itu semua karena Tsuki sibuuuukkk… sekali. Hehehehehe, dan Tsuki lagi nyoba untuk buat cerita yang bergenre crime nih, tapi ga tau nanti bisa ga buat ceritanya menjadi menegangkan dan kerasa banget. Tsuki ga bisa janji untuk segera publish chapter duanya. Soalnya lagi mau melanjutkan nulis cerita tentang perselingkuhan Sasuke, hahahahhahaha… xixixixixixixi. Sudahlah, Tsuki ngomong yang ga jelas nih.

Happy reading!

DON'T LIKE? DON'T READ!

Naruto punya Masashi Kishimoto. Bukan punyaku. Tapi kalo dikasih boleh juga. hahahahaha.*di amaterasu Itachi*

Pairing : Sasuke, FemNaru

Warning : TYPO, OOC, pokoknya kesalahan ada dipenulis.

Antara Aku dan Tou-san

"Naruto! berhentilah bermain- main! Cepat bunuh dia sekarang." seorang pria berumur enam puluh lima tahun berambut putih bermata Onyx mengepalkan tangannya melihat seorang wanita berumur dua puluh tahun berambut kuning panjang yang sedang membuka permen lollipopnya dengan santai.

"Otou-san, berhenti membentakku. Aku akan melakukannya." Naruto memasukan permen lollipop kedalam mulutnya.

CKLAK!

Disiapkannya sebuah pistol untuk membunuh seseorang yang berada kira- kira 200 meter dari dirinya. dia sedang berada di sebuah kamar salah satu hotel yang ada dipusat kota. Naruto mengambil pulpen laser dari tasnya dan membuat lubang kecil dikaca tersebut.

CLOP!

Naruto mengambil kaca tersebut, lalu dimasukannya pistol itu kedalam lubang sehingga separuh pistol ada diluar. Naruto membidik orang yang akan dibunuhnya.

"Orang berambut coklat bukan?" Naruto bertanya kepada Tou-sannya.

"Hn." Tou-san Naruto berkata dengan sangat malas. Menyadari bahwa putri satu- satunya ini sulit sekali diajak cepat.

"OK. target terkunci." Naruto berkata sambil tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai.

CKLEK! DUAR!

Sebuah peluru meluncur menuju seorang pria berambut coklat.

BRUK!

Dan dalam hitungan detik dengan kesuksesan 99,99% pria itu jatuh dengan tidak bernyawa lagi.

"Misi selesai." Naruto tersenyum kearah layar laptop yang hanya terdiri dari sebuah kaca bening yang dibawanya lalu memberi hormat kepada Tou-sannya.

"Kerja bagus! Cepat pulang!" pria yang ada dilayar itu memberi komando kepada Naruto untuk segera pulang. Tapi Naruto tampak berpikir sejenak.

"Hmmm… aku akan pergi membeli kebutuhanku dulu sebentar." Naruto mengambil permen lolipop dari mulutnya, lalu menjilatnya sebentar sebelum dimasukan kembali kedalam mulutnya.

"Hn." jawab pria itu.

Naruto membereskan setiap peralatan yang dibutuhkannya untuk membunuh target tadi. Dimasukan kaca bening itu kedalam tas yang berukuran lebih kecil dari ukuran kaca tersebut. Tas tak terbatas, itulah nama tas itu, dan bentuknya adalah seperti tas pinggang. Lalu dipasangnya headset ke telinganya. Hari ini pembunuhan yang dilakukannya tidak terlalu sulit sehingga dia tidak membutuhkan banyak tenaga.

Naruto keluar dari hotel dengan gaya seperti biasa. Menggunakan baju yang memang sering dipakai di zaman itu, sebuah baju berwarna putih selutut yang didesain memang untuk kenyamanan penggunanya, dipadukan dengan bleezer berwarna coklat selutut dan sepatu boots berwarna coklat. Kaca mata dengan frame berwarna coklatpun turut menghiasi matanya yang berwarna safir.

Naruto berjalan dengan sangat santai seperti tidak terjadi apa- apa. Sedangkan disebrang jalan dia dapat melihat dan mendengar orang yang berkerumun. Orang- orang itu mengerumuni targetnya yang sudah tewas. Naruto berhenti sejenak lalu menatap kerumunan itu.

KRAUK KRAUK KRAUK

Naruto menggigit permen lolipopnya.

"Menyedihkan sekali." kata Naruto sebelum benar- benar pergi dari sana.

Naruto mengeluarkan kartu dari kantong celananya dimasukan kartu itu kedalam mobil terbang yang terparkir didepannya.

"Selamat datang, Nona." Mobil itu menyapa Naruto dan membuka pintunya.

"Aku ingin membeli sesuatu. Bisakah kau mengantarku ke super market terdekat." Naruto masuk kedalam mobilnya dan setelah itu pintu mobil tertutup.

"Baik, Nona. Saya akan mengantar anda kesana." jawab mobil itu dan mobil berjalan tanpa Naruto kemudikan karena mobil itu berjalan secara otomatis.

~(^0^~) ~(^0^)~ (~^0^)~

Naruto melihat tomat yang ada didepannya. Menentukan apakah tomat itu layak untuk dimakan oleh dirinya dan Tou-sannya. Karena dia ingin yang terbaik bagi Tou-sannya.

"Tomat 1 kg." kata Naruto sambil mengelus dagunya. Kemudian dimasukannya uang kedalam mesin itu.

BRUK! CRING!

Seplastik tomat jatuh beserta dengan kembaliannya, Naruto memasukan tangannya kedalam lubang yang ada dibawah box tomat itu. dan seplastik tomat dengan beberapa uang receh ada ditangannya. Lalu Naruto melanjutkan perjalanannya ke tempat selajutnya, tetapi pada saat memilih bahan makanan yang akan dibelinya Naruto merasakan sesuatu yang menggelitik dikantong celananya menandakan ada sebuah panggilan masuk. Naruto menyentuh pinggiran headsetnya dan panggilanpun terjawab.

"Hallo?" Naruto bertanya sambil melihat- lihat daging segar.

"Uchiha Naruto!" terdengar suara dari sebrang.

"Tou-san! Berhenti mengkhawatirkanku. Aku sedang ada di super market untuk membeli bahan makan malam kita." Naruto sedikit memajukan bibirnya karena kesal dengan Tou-sannya yang selalu menanyakan dimanapun dia berada.

"Kau harus segera pulang!" ada nada paksaan dalam suara itu.

"Iya… aku sedang melihat daging. Hari ini kita makan sup tomat dan steak tomat. Itu makanan kesukaan Tou-san bukan?" Naruto tersenyum lalu menyentuh kaca yang ada didepannya, dia sedang memilih daging yang telah dipilihnya. Setelah muncul harga dari daging yang dipilihnya, Naruto memasukan uang pas ke dalam mesin itu.

BRUK!

Plastik isi dagingpun jatuh. Naruto memasukan tangannya kedalam box yang ada di bawah dan mengambil plastik isi daging.

"Baiklah! Tou-san tunggu kau di rumah 30 menit lagi." Tou-san Naruto memberitahu.

"Bukankah itu Uchiha Naruto anak dari Uchiha Sasuke." tiba- tiba dua orang ibu- ibu berbisik- bisik dan bodohnya suara mereka cukup didengar oleh Naruto dan Sasuke yang belum memutuskan telfonnya.

"Aku dengar dia tidak mempunyai ibu. Dua puluh tahun yang lalu, Profesor itu datang dengan bayi perempuan ditangannya. Mungkin Ibunya tidak ingin mengasuhnya dan menyerahkannya kepada Profesor." Ibu- ibu itu berbicara lagi. Membuat Naruto sedikit kehilangan keseimbangan dan membutuhkan tembok untuk membuatnya tetap berdiri.

"Dia itu memang tidak diharapkan dimana- mana. Untung saja anakku tidak pernah bermain dengannya. Aku dengar dia tidak mempunyai teman satu orangpun. Dia itu anak yang aneh. Ya… tidak heran dia lahir tanpa Ibu. Kasihan Profesor, dia harus menjaga anak yang tidak diharapkan hadir oleh Ibunya." Ibu- ibu itu menatap rendah Naruto.

"Naruto! pulang sekarang! aku tidak ingin kau tercemari dengan mulut busuk mereka. Jangan dengarkan perkataan mereka! Tapi jika kau ingin sedikit main- main, Tou-san juga akan ikut menikmatinya." Sasuke merasa tidak terima anaknya diperlakukan semena- mena oleh ibu- ibu itu. Dan Suara Tou-sannya itu membuat Naruto sadar dari lamunanya.

"Ah… aku tidak akan mendengar perkataan konyol itu. Aku sudah mendengarnya sejak umurku lima tahun, Tou-san. Tou-san tidak perlu khawatir kepadaku." Naruto tersenyum lalu memutuskan telfonnya. Apapun yang dikatakan oleh ibu- ibu tadi, Naruto akan mengacuhkan. Hatinya sudah menjadi batu sejak dulu. Dia tidak akan mendengarkan apapun yang dikatakan oleh ibu- ibu tadi karena menurutnya mereka itu adalah sampah yang harus dimusnahkan. 'Baiklah, aku berubah pikiran. Aku akan sedikit bermain- main.' batin Naruto sambil memasukan tangannya kedalam saku celananya.

BRAK!

Naruto menabrak ibu- ibu itu dan semua belanjaan ibu- ibu itu jatuh.

"Maafkan aku." Naruto membungkukan badannya dan mengambil semua makanan yang berjatuhan.

"Tidak apa- apa." Ibu- ibu itu terdengar sangat manis membuat Naruto muak mendengarnya.

"Sekali lagi maaf." Naruto membungkukan badan lalu pergi dari sana. Naruto membalikkan badan dan tersenyum lalu lama kelamaan senyumnya menjadi seringai.

"Sepertinya besok aku akan membaca di surat kabar tentang kematian dua keluarga sekaligus. Menyenangkan sekali. YOSH! Aku menyukainya. Kalian telah salah memilih orang untuk bermacam- macam." Naruto menyeringai lagi lalu tertawa kecil mengingat apa yang akan terjadi besok. Dia juga yakin Tou-sannya akan sama senangnya melihat apa yang ada disurat kabar besok. Naruto mengeluarkan sebuah cairan dari kantongnya dan tertawa lagi. Lalu dimasukannya lagi cairan itu ke kantong. Kemudian dikeluarkan sebuah alat seperti pulpen dari tasnya diarahkan sinar yang berwarna hijau itu ke seluruh tangannya sampai cahaya disana berwarna merah. Jika berwarna merah berarti racun yang ada disana telah hilang dengan sempurna tanpa tersisa.

"Aku harus segera pulang, sebelum Tou-san benar- benar marah kepadaku." kata Naruto sambil membawa belanjaannya menuju tempat parkir.

~(^0^~) ~(^0^)~ (~^0^)~

Naruto masuk ke dalam rumah dan segera menuju dapur untuk segera memasak. Dia tidak ingin waktu makan malamnya terlambat. Tou-sannya sudah tidak muda lagi dan itu menyebabkan dia harus memperhatikannya lebih serius. Walaupun dia tahu Tou-sannya bukanlah seseorang yang cepat sakit karena dia itu sangat kuat. Tapi bagaimanapun Naruto masih tidak bisa mengabaikan makanan yang dimakan oleh Tou-sannya. Bahkan setiap Tou-sannya bekerja, Naruto selalu membawakannya bento.

"Naruto… kau sudah pulang?" Sasuke turun dari tangga. Memastikan bahwa Naruto sudah benar- benar pulang.

"Ya, Tou-san. Aku ada di dapur." teriak Naruto. Sasuke tersenyum lalu berjalan menuju meja makan.

Naruto memasukan tomat kedalam mangkuk yang sedikit besar dan memasukannya kedalam sebuah kotak. Dan memencet tombol berwarna biru.

TING

Benda itu berbunyi menandakan tomat sudah hancur dengan sempurna. Mesin itu adalah mesin yang memiliki kegunaan sama seperti blender. Tapi bukan untuk blender saja tetapi untuk memotongpun bisa. Karena disana terdapat banyak tombol dengan kegunaan yang berbeda.

TIT

Naruto menyalakan kompor dan menaruh mangkuk itu diatasnya. Tapi tidak perlu dikhawatirkan, kompor itu adalah kompor ramah lingkungan dan tidak membutuhkan listrik. Karena sumber tenaga yang ada disana semuanya menggunakan tenaga matahari, angin dan air.

Menunggu sup tomat yang akan sedang dibuatnya, Naruto mengambil daging yang tadi dibelinya. Dia akan membuat steak saus tomat sekarang.

"Kau harus menunggu lama, Tou-san." Naruto berteriak dari dapur.

"Kau ini selalu begitu. Jika kau masak sendiri, lalu apa yang dilakukan oleh robo koki? Kau membuang pekerjaannya." Sasuke membuka map yang ada ditangannya lalu membacanya.

"Sudah ku bilang tidak perlu membeli sesuatu hal yang tidak berguna, Tou-san. Aku bisa memasak sendiri. Hanya boleh masakan tangan yang dimakan oleh Tou-san. Aku tidak akan membiarkan orang lain yang memasak untuk Tou-san." Naruto berkomentar lagi.

"Biasanya wanita zaman sekarang tidak ingin disuruh masak dan menginginkan sesuatu yang praktis. Mengapa kau tidak bersenang- senang saja dari pada memasak." Sasuke masih belum mau mengalah kepada putrinya yang sama keras kepalanya.

"Ya sudah. Biarkan saja robo koki memasak jika ada tamu." Naruto mencoba sup tomat yang ada dimangkuknya setelah menambahkan bumbu- bumbu lain untuk menambah kelezatan sup tomat tersebut. Setelah merasa cukup. Dibawanya mangkuk itu menuju meja makan dimana Tou-sannya berada.

BRUK

Naruto menaruh mangkuk di meja makan. Dibukanya mangkuk yang ada didepan Sasuke lalu Naruto mengambil beberapa sendok besar sup tomat ke mangkuk Sasuke. Naruto membersihkankan sendok, garpu dan pisau yang akan digunakan oleh Tou-san dan dirinya. Lalu menaruhnya dengan tempat yang benar disebelah mangkuk yang sudah berisikan sup tomat itu.

"Tou-san harus sadar bahwa Tou-san itu sudah tua." Naruto meninggalkan Sasuke dan kembali menuju dapur untuk membalik daging yang sedang dipanggangnya.

Sasuke menutup mapnya dan menaruhnya dibawah lantai. Karena Naruto sangat tidak suka dengan benda- benda seperti itu ada diatas meja saat acara makan terjadi. Yang boleh ada dimeja hanya makanan, minuman dan perlengkapan makanan tidak boleh ada yang lain. Sasuke mengambil sendok lalu memakan sup yang disiapkan Naruto tadi. Dan matanya berubah cerah setelah memakannya.

"Kau selalu meremehkan, Tou-san. Tapi sup tomatmu yang terbaik." Sasuke memakan kembali sup tomatnya.

Naruto hanya tersenyum di dapur. Dia sedang membuat saus yang akan ditaruh diatas steaknya. Dan steakpun jadi setelah Sasuke menghabiskan supnya. Naruto menaruh steak yang baru dimasaknya diatas meja.

"Tou-san selalu meninggalkanku makan, jika menunya sup tomat." Naruto menarik kursinya dan menggembungkan pipinya sebelum duduk.

"Kau tahukan. Tou-san tidak bisa menahan sup buatanmu." Sasuke menatap Naruto , berharap putrinya itu akan berhenti marah.

"Sudahlah, aku anggap itu adalah pujian. Tou-san makan steaknya." Naruto memotong- motong steaknya dan menukarnya dengan steak yang ada didepan Tou-sannya.

"Sebenarnya apa Tou-san setua itu sehingga memotong steak saja tidak bisa." Sasuke sedikit berkata manja kepada Naruto.

"Xixixixixixi… setua apa ya Tou-sanku ini? Ups! Sepertinya Tou-sanku masih bisa hidup 1000 tahun lagi, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkannya." Naruto menutup mulutnya dan tawapun keluar dari mulut mereka berdua. Acara mengobrolpun menghiasi makan malam itu.

"Naruto, apa kau memikirkan apa yang dikatakan oleh ibu- ibu itu." Sasuke mengelap mulutnya. Menandakan dirinya selesai makan.

"Aku tidak ingin membahasnya. Untuk apa membahas sesuatu yang tidak penting." Naruto menghentikan acara makannya. Nafsu makannya hilang setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Tou-sannya itu.

"Apa kau tidak pernah berfikir tetang Kaa-sanmu? Tou-san tidak pernah mendengar kau menanyakannya lagi sejak umurmu 7 tahun." Sasuke menaruh kedua tangannya dimeja menandakan bahwa dia serius sekarang. Naruto mengelap mulutnya dan menatap Tou-sannya.

"Untuk apa aku menanyakan seseorang yang tidak peduli denganku. Aku baru menyadarinya pada saat 7 tahun. Aku sadar bahwa Kaa-san itu tidak berguna. Dan hal yang membuang- buang waktu menanyakan hal konyol seperti itu." Naruto berdiri dan menatap tajam Tou-sannya. Dia tidak ingin membicarakan hal yang seminggu ini sering menjadi topik sehabis makan mereka.

Naruto berjalan menuju kamarnya tetapi kemudian berhenti dan menghadap Tou-sannya yang masih ada dimeja dengan pandangan lurus kedepan.

"Yang aku butuhkan di dunia ini hanya Tou-san. Tou-san adalah orang terpenting bagiku, tidak ada orang lain. Aku hanya menginginkan Tou-san walaupun aku bertemu dengan Kaa-san. Hanya satu hal yang aku butuhkan jika aku senang maupun susah, itu adalah Tou-san. Aku tidak akan mengharapkan sesuatu hal yang bahkan sesuatu itu tidak mengharapkanku ada."

Naruto melanjutkan perjalannya menuju kamarnya yang berada dilantai tiga. Dia memang lebih senang naik tangga daripada naik kapsul yang akan membawanya lebih cepat ke kamar.

Sasuke menaruh kepalanya diantara tangannya.

"Maafkan aku. Maafkan aku telah membuat Naruto membencimu." Sasuke berkata dengan sangat pelan dan menyesal.

Di tempat Naruto

Naruto berjalan menuju pintu kamarnya dan meletakan tangannya disebuah gambar tangan. Pintupun terbuka saat pendeteksi tangan itu bekerja, memeriksa bahwa yang akan masuk itu pemilik kamar.

Naruto masuk dan melihat kasurnya. Dia segera membuka jendela kamarnya dan setelah jendela dibuka Naruto melihat banyak mobil yang berterbangan. Ya, transportasi disana tidak dijalan lagi, tapi diudara. Melihat banyak sekali kendaraan yang lewat membuat Naruto memutar matanya. Membuka jendela membuatnya bertambah kesal.

Naruto menuju salah satu pintu yang ada dikamarnya. Dan berbisik sesuatu sebagai kata sandi. Pintupun terbuka dan menampilkan laboratorium ilmiah Naruto. Naruto akan lebih berkonsentrasi membuat racun jika dirinya dalam keadaan kesal. Naruto memakai baju penetralannya dan segera berkelut dengan bahan- bahan kimia.

Di kamar Naruto terdapat banyak pintu semua hal bisa dikerjakannya di kamar. Ada pintu berwarna orange menuju tempat yang ditujukan untuk hiburan seperti game, nonton film dan alat musik. Pintu berwarna hijau adalah tempat Naruto menaruh senjatanya. Pintu berwarna merah tempat Naruto latihan fisik maupun menembak. Pintu berwarna coklat sebagai kantornya, pintu berwarna biru adalah kamar mandinya yang sangat lengkap dengan segala hal. Seperti spa, lulur ataupun mandi uap. Dan pintu putih adalah pintu laboratoriumnya. Kamar Naruto lebih dari cukup dipanggil rumah pribadinya dibandingkan kamar. Itu semua memang diberikan oleh Sasuke sebagai tanda kasih sayangnya.

~(^0^~) ~(^0^)~ (~^0^)~

"Tou-san, hari ini apakah memang tidak ada Misi? Aku benar- benar tidak menyukainya." Naruto berputar- putar di kursi putarnya menghadap Tou-sannya yang sedang menyentuh- nyentuh kaca yang ada didepan mejanya. Itu adalah komputer model touch screen yang sudah keluar sejak dirinya dilahirkan atau mungkin lebih tua dari umurnya sendiri, Tou-sannya yang menciptakan benda itu.

Naruto mengambil permen lollipop dari kantongnya dan segera membukanya. Dia dibuat bosan oleh Tou-sannya yang satu ini. Naruto loncat dari kursinya dan tidur di sofa yang ada disana dan mengeluarkan sebuah tepak pensil dari tas yang ada dipinggangnya. Naruto memilih- milih pulpen kecil yang ada disana. Lalu setelah yakin akan pilihannya Naruto mengambil salah satu pulpen.

CKLAK!

Naruto memencet tombol yang ada disana, kemudian pulpen itu melayang dan menampilkan sebuah gambar. Naruto menyentuh gambar itu dan gambar berubah menjadi sebuah album foto. Naruto hanya butuh menggeser- geser angin untuk membuat gambar itu bergeser.

"Ah… Tou-san, aku ingat gambar ini! ini pada saat aku pertama kali bisa menembak sasaran dengan tepat. Kira- kira umurku 6 tahun pada saat itu." Naruto melihat kembali fotonya lalu tersenyum. digesernya beberapa kali foto yang ada disana, sampai akhirnya Naruto menemukan foto muda Tou-sannya bersama dengan teman- temannya.

"Tou-san… kau sangat tampan. Lihat foto ini! Tou-san menggunakan jeans dengan baju berwarna abu- abu. ah… Tou-san bertambah tampan dengan topi, kaca mata dan sepatu sport Tou-san. Tapi gaya ini adalah gaya tertua yang pernah aku lihat. Apakah dimasa Tou-san gaya ini sangat terkenal? Aku tidak akan pernah nyaman dengan celana jeans yang dipakai oleh wanita disebelah Tou-san. celana jeansnya terlalu ketat. bagaimana nanti jika aliran darah yang ada dikakiku terhambat? Bagaimana dengan bahannya? Dan apa manfaat menggunakan celana itu bagi kesehatan? Tapi bisa dipertimbangkan untuk bajunya. Tapi untuk celana jeansnya, Naru rasa sangat tidak bisa ditolerasi" Naruto berkomentar lalu melirik Tou-sannya. Ya, karena cara berpenampilan orang- orang dizamannya rata- rata sejenis, tidak berbeda satu dengan lainnya hanya ada beberapa model yang berbeda. Itu semua karena cara penampilan mereka sungguh diperhatikan dampaknya bagi kesehatan dan aktivitas mereka.

"Ya, gaya itu cukup terkenal, itu terjadi 45 tahun yang lalu. Dulu tidak ada yang berfikiran seperti itu Naru-chan. Dan…. Apakah kau jatuh cinta kepada, Tou-san?" Sasuke melirik Naruto juga. meninggalkan sejenak hal yang sedang dikerjakannya.

"Hahahahahaha… aku jatuh cinta kepada Tou-san sejak aku masih kecil. Aku bahkan tidak bisa hidup tanpa Tou-san. Tou-san tidak perlu meragukan ketulusan cintaku kepada Tou-san." Naruto berkata dengan manja kemudian kembali melihat foto Tou-sannya.

Sasuke menghela nafas sebentar lalu berdiri dari kursinya dan menghampiri Naruto. Diacaknya dengan sayang rambut Naruto.

"Ayo kita jalan- jalan." Sasuke menatap Naruto yang langsung disambut dengan pelukan hangat oleh Naruto.

~(^0^~) ~(^0^)~ (~^0^)~

Naruto berjalan dengan senyum yang lebar di bibirnya. Tou-sannya memang sangat jarang membawanya jalan- jalan. Bahkan dia bisa menghitung dengan jari berapa kali dia pergi jalan- jalan dengan Tou-sannya sejak dirinya kecil hingga sekarang. Tapi Naruto tidak terlalu memperhitungkannya, karena dia yakin Tou-sannya itu adalah orang yang sangat baik di dunia ini.

"Dimana pikiran putri Tou-san sekarang?" Sasuke menatap lembut Naruto.

"Hehehehehe, aku masih disini, Tou-san." Naruto menunjukan tawa terbaiknya dan menggenggam tangan Tou-sannya.

"Tou-san, aku ingin membeli banyak baju hari ini." Naruto menarik tangan Tou-sannya dan berlari menuju butik terdekat.

Naruto melihat berbagai macam baju disana dan memilih beberapa yang menurutnya bisa diperhitungkan kualitas dan kegunaannya. Sedangkan Tou-sannya hanya duduk didepan ruang ganti menunggu Naruto selesai dengan pemilihan bajunya.

"Aku akan membuatmu lelah, Tou-san." kata Naruto menunjukan setumpuk baju yang melayang mengikutinya dari belakang. Sasuke hanya melihat tumpukan baju itu malas. Sebenarnya tanpa dicobapun Sasuke tahu bahwa semua baju itu pasti pas dengan Naruto dan Sasukepun pasti mampu untuk membeli semua baju yang telah dipilih Naruto.

Setelah berhasil membeli banyak baju dari butik itu Naruto tertawa- tawa dan menggandeng erat tangan Tou-sannya. Sasuke hanya bisa tersenyum kepada putri yang sangat disayanginya. Tapi mengingat apa yang akan terjadi besok. Sasuke memegang dadanya yang merasa sesak. 'Maafkan Tou-san.' batin Sasuke sambil menatap sayang Naruto.

"Nee…. Tou-san, ayo kita membeli es krim dan pergi ke taman." Naruto tersenyum lagi kearah Tou-sannya.

"Besok kau akan mendapatkan Misi yang sangat penting, Naruto." Sasuke berkata kepada Naruto

"Baiklah." Naruto mengangguk, karena sehari tanpa misi itu menurutnya sangat menyebalkan.

~(^0^~) ~(^0^)~ (~^0^)~

"Tou-san, mengapa aku duduk dikursi ini." Naruto merasa heran dengan apa yang dilakukan Tou-sannya dibalik komputer touch screennya.

"Hanya sebentar, Naruto. ini masalah Misi yang akan kau jalankan. Kita akan membunuh seseorang yang akan menyebabkan kejahatan dimasa depan. Jika dia tidak dihentikan sejak masih muda. Akan sangat membahayakan. Dia sangat menyesal melakukan segala kejahatan yang pernah dilakukannya sehingga kau harus membunuhnya. Kau harus membunuhnya." Sasuke menjelaskan. Sasuke mengucapkan sesuatu kepada komputernya tanpa sepengetahuan Naruto. Mengucapkan sebuah kata sandi. Sasuke mengangkat jempolnya kearah Naruto dan Naruto mengangkat jempolnya sambil tersenyum. Sasuke tersenyum lalu dipencetnya sebuah tombol berwarna merah.

NGING…..

Telinga Naruto berdenging hebat beberapa saat dan saat Naruto bangun dia tidak mengerti apa yang dilakukan oleh Tou-sannya tadi.

"Apa yang Tou-san lakukan? Telingaku hanya berdenging hebat." Naruto menatap Tou-sannya. Sasuke menghampiri Naruto dan membantunya bangkit dari kursi tersebut.

"Misimu adalah pergi ke masa lalu. tepatnya empat puluh tahun yang lalu dan bunuh sekelompok ilmuwan." Sasuke membelai rambut Naruto.

"Pekerjaan yang mudah." Naruto menjentikan tangannya.

Sasuke menggenggam tangan Naruto dan masuk kedalam sebuah tabung kaca. Sasuke mengecup kening Naruto dan menatap Naruto.

"Kau harus berhasil."

"YOSH. Tou-san!" Naruto berkata dengan semangat.

Sasuke memberi Naruto sebuah figura yang berisi orang- orang yang menggunakan jas berwarna putih.

"Kau harus membunuh seluruh ilmuwan itu, kacuali dua orang ini." Sasuke menunjuk perempuan berambut merah marun panjang dan seorang pria berambut kuning. Naruto mengelus dagunya dan mengangguk.

"Tou-san kau lupa satu hal. Orang ini juga tidak boleh dibunuh. Ini Tou-san disaat muda, bukan?" Naruto menatap Tou-sannya.

"Hn." Sasuke hanya menjawabnya dengan kata minim itu. tapi dirinya bersyukur bahwa Naruto lebih peka daripada dirinya.

"Pertaruhkan seluruh nyawamu untuk membunuh orang itu. Kau hidup untuk membunuh. Dan kau tidak boleh gagal untuk membunuhnya. Jangan sampai gagal. Masa depan tidak akan berubah dan akan seperti ini jika kau gagal, masa depan ada tanganmu. Walaupun kau mati dalam misi itu kau akan tetap hidup. Kau memang ditakdirkan untuk membunuhnya, Naruto. dan Tou-san percaya kepadamu. Jangan mengecewakan Tou-san!" Sasuke menatap tajam Naruto. Naruto mengangguk dan Sasuke keluar dari tabung itu siap mengirim Naruto ke masa lalu.

"Misi adalah perintah. Aku akan membunuhnya untuk Tou-san." Naruto tersenyum kepada Sasuke tanpa ada perasaan apapun. Matanya menyiratkan kesungguhan yang sangat besar membuat Sasuke merasakan bahwa dia harus cepat mengirim Naruto.

"Jaga kesehatanmu dan makan teratur. Jangan terlalu bermain- main dengan target. Makan pil yang ada ada di tasmu setiap pagi karena udara disana tidak sebersih disini." Sasuke menyampaikan pesan terakhirnya sebelum menekan tombol on disana. Dan dalam sekejap Naruto menghilang. Dengan Naruto menghilang, hilang juga sebuah senyum yang pasti akan sangat dirindukan Sasuke.

"Kau harus membunuhnya, Naruto." Sasuke berbalik dan segera menuju komputernya. Sasuke duduk dikursinya dan melihat figura yang berisi foto dirinya dan Naruto.

"Saat kau kembali kau akan hidup dengan kedua orang tua aslimu. Minato… Kushina… Maafkan aku. Aku telah membiarkan anak kalian membunuh terlalu banyak orang. Maafkan aku, tapi aku akan menyerahkan Naruto kepada kalian kembali. Jaga dia dengan baik." Sasuke melihat foto itu dan kenangan dirinya bersama Naruto muncul. Menyebabkan perasaan yang sangat rumit dihatinya. Entah mengapa dirinya sedikit enggan menyerahkan Naruto.

BRAK!

Sasuke memukul mejanya. Dan air mata jatuh dari pipinya yang terlihat keriput sekarang.

"NARUTO…. yang harus kau tahu adalah bahwa Tou-san sangat menyayangimu." Sasuke mengambil figura dirinya dengan Naruto yang ada di meja kerjanya lalu memeluknya dengan erat.

To be continued

Xixixixixixixi untuk crimenya memang belum terasa, tapi di chapter depan akan dimulai. Karena pembunuhan akan dimulai di chapter depan. Hahahahahahaha…. Tanpa banyak kata lagi… Tsuki tunggu reviewnya… ~(^0^~) ~(^0^)~ (~^0^)~