Dinary - The 3rd series

Two Shoot

Genre : Romance , Drama.

Rate : Teen

Cast : Lee Donghae as Lee Donghae, Lee Hyukjae as Eunhyuk, etc.

Pairing : Donghae X Eunhyuk

Warning : Lhyn lebih suka menganggap Siwon oppa lahir 10 april 86 jadi dia lebih tua dari Donghae Oppa dan Donghae Oppa memanggilnya hyung. Abal, Gaje, Aneh, Ooc, Typos, Author baru yang ga ngerti banyak hal, dan paket lain yang membuat fic ini jauh dari kata sempurna.

Disclaimer : Super Junior milik SME, Karakter milik diri mereka sendiri, Lhyn hanya pinjem nama untuk fiksi dari imajinasi Lhyn tanpa bermaksud mengambil keuntungan materi dalam bentuk apapun. Not alowed to bashing the cast or other, please! DON'T LIKE DON'T READ!

.

Lee Donghae.

That's my name.

Ya. Benar… aku adalah Lee Donghae yang itu… Lee Donghae yang seorang member Super Junior, Lee Donghae yang memiliki hati para Fishy, Lee Donghae yang mendapat predikat the most childish di SuJu. Ya.. ya… benar, Lee Donghae yang itu adalah AKU.

Meski yang terakhir aku agak meragukannya. Kau tahu, aku masih merasa aku tak se-childish itu. Tapi, ya… aku juga sering kali berpikir bahwa kalian –para Fishy– lebih tahu banyak tentangku lebih dari diriku sendiri.

Uh… apa…?

Sshhh…

Aku mendengar ada yang berbisik… Kau kah itu…? Apa? Kau bilang apa? Bicara lebih keras Fishy… aku menyukai suaramu…

Oh? Kau bertanya tentang… Haehyuk?

Ahhh… bagaimana aku harus menjawabnya… aku sungguh malu.

Seberapa banyak kalian tahu tentang kami eunggg… maksudku Donghae dan Hyuk Jae. Ah! Ah… baiklah-baiklah… anggap saja semua itu benar okey?

Aaa... Jangan berteriak kegirangan seperti itu... aku bisa kena omelan dari si Evil, dia sedang belajar gitar dari Sungmin hyung di ruang sebelah...

Tenang... Oke... kalau kalian tenang, akan kubagi sesuatu...

Aa… Satu part dari kisah kami? Itu adalah salah satu part dalam hidupku dimana aku begitu yakin kepalaku akan segera botak lantaran begitu gilanya.

Jewels… kalian tak keberatankan? Hei! Asal kalian tahu saja… aku juga Jewels! Dan jangan berpikir kalian adalah fans nomor satu yang tahu segalanya tentang si Monyet suju itu. Akulah Fans nomor satu itu dan AKU BERANI MENANTANG KALIAN bahwa tak seorangpun diantara kalian yang lebih tahu 'dia' lebih dari aku!

Dan asal kalian –para jewels– tahu, karena begitu tahunya aku tentang Hyukie-lah aku merasa julukan the most childish itu salah untukku. Memangnya apa yang lebih childish dari pada saat seseorang memukulmu kau harus balas memukulnya dua kali atau kau akan menangis keras-keras?

Ya! Itulah Hyukie. Dia selalu berhasil memberiku pukulan dua kali lipat dari yang aku berikan untuknya. Tentu saja aku tak masalah dengan itu… sungguh… aku tak masalah meski dia memukulku ribuan kali, asalkan dia selalu kembali kesisiku dan bergelung di dadaku saat lelah merebut kesadarannya.

.

Ini terjadi sekitar Juli lalu. Saat Kibum tiba-tiba datang mengetuk pintu dorm kami dengan membawa satu tas penuh pakaiannya. Mengejutkan sekali saat dia bilang akan menghabiskan waktu 'tanpa schedule'nya bersama kami.

.

Siapa yang tak senang mendengar hal itu? Tentu saja aku tidak termasuk di dalamnya. Tak sadar aku melompat-lompat girang demi menahan rasa panas di mataku –Ah! Syndrome 'waterfall' itu sangat merepotkan– lalu memeluk namja Snow White yang terus saja menampilkan killer smilenya melihat kegembiraan yang dia bawa.

"Ayo Bummie, kuantar kau ke kamar Siwon hyung dan Shindong hyung . Siwon Hyung sedang di Mokpo untuk shooting drama terbarunya jadi kau bisa menempati tempat tidurnya."

Aku pun menawarkan diri membantunya membawakan tasnya, sementara yang lain mengikuti langkah kami. Dan semalaman itu, kami semua tidur di kamar Shindong hyung setelah puas berbagi cerita dengan si pemilik Killer Smile itu.

Beruntung kami tak ada schedule pagi itu. Karena aku sendiri baru bisa tidur saat jarum pendek itu menunjuk di angka empat. Aku tertidur di lantai kamar Shindong hyung dengan Hyukie yang telah tertidur jauh sebelumnya di pangkuanku. Aku berniat mengangkat tubuhnya dan memindahkannya kekamar, tapi pening akibat begadang membuatku mengurungkan niat dan memilih menerima selimut yang ditawarkan Kibum untuk menyelimutinya. Kemudian mengecup pelan keningnya sebelum menutup mataku dan terlelap disana.

Karena aku dan Kibum yang tidur paling akhir, saat terbangunpun aku hanya menemukan Kibum di tempat tidur Siwon hyung sementara aku ada di tempat tidur Shindong hyung. Kibum masih tampak menggeliat saat aku membuka mata.

"Kita bangun paling akhir Hyung… pemalas sekali kita," ujar Snow White itu dengan menarik selimutnya hingga ke dagu.

"Ish… biarkan saja Bummie, kita yang tidur paling akhir. Ow! Kau bilang mau melanjutkan ceritanya pagi ini… ayo lanjutkan. Apa saja yang kau dan Han gege lakukan saat di Hongkong! Apa Siwon hyung tidak marah kau diam-diam menemuinya seperti itu? Chulie hyung juga bisa mencekikmu tahu!"

"Hyung… aku itu diam-diam dari para kru bukan dari Wonnie… aku memberitahunya sebelum mengunjungi Han gege kok… Wonnie malah titip satu pukulan untuk Han gege tepat di jidatnya," ujarnya, dengan nada tenang khas Kim Kibum. Kontrol suara yang sering kali membuatku iri karena aku sering kali tak bisa mengendalikan diri.

"Aish… sekarang aku jadi bingung. Aku ingin sekali mendengar ceritamu Bummie, tapi aku takut jadi iri dan..," aku menunjuk mataku. Mata yang memang memiliki debit air berlebihan itu.

Kibum tersenyum tipis dan mengusap pundakku pelan. "Han gege juga sangat merindukan kalian. Kami bicara banyak terutama tentang kalian… kurasa, rasa rindunya pada kalian lebih besar dari rasa rinduku pada kalian."

'Clek'

Pintu kamar terbuka dan kepala Hyukie menyembul dari celah pintu. Sesaat, aku merasa ada raut aneh di wajahnya. Hingga Kibum menurunkan tangannya dari pundakku dan tersenyum kearah namjachinguku itu.

"Wookie akan marah kalau kalian tak segera menghabiskan sarapan kalian. Dan sebentar lagi kurasa dia akan kembali marah kalau kalian tak keluar untuk makan siang," ujar Hyukie-ku. Masih dengan berdiri di depan pintu.

"Nanti kami akan kesana, aku masih mau mendengarkan cerita Bummie," jawabku. Tentu saja aku tak ingin melewatkan ceritanya tentang Han gege yang sangat kurindukan.

Tapi sepertinya… apakah aku melewatkan sesuatu? Kenapa wajah Hyukie jadi terlihat kecewa seperti itu? Apa dia takut Wookie akan memarahinnya karena tak berhasil membawa kami ke ruang makan? Ah! Ayolah… memangnya akan separah apa kemarahan seorang Kim Ryeowook? Terakhirku ingat julukan 'Evil' itu masih di pegang si Magnae.

.

Aku merasa seperti kembali ke masa album ke dua kami. Dimana kami bertiga belas masih berdiri untuk mengisi setiap spasi diantara kami. Tak ada kekhawatiran tentang apapun. Tak ada rasa takut seseorang diantara kami akan pergi.

Setelah tahu bahwa Han gege juga merindukan kami, aku merasa bahwa 'kami masih satu' dan harapan bahwa suatu saat mereka akan kembali mengisi jeda spasi yang mereka tinggalkan itu akan segera datang.

Terutama karena keberadaan Kibum di sampingku. Mendengarnya bicara seakan masa tahun-tahun tanpa dia berdiri di panggung yang sama denganku tak pernah ada.

Saat tak ada schedule, aku dan dia akan duduk di kamar Shindong hyung dan Siwon hyung untuk kembali saling bertukar cerita. Saat ada schedule, dia akan ikut bersama kami dan menonton kami dari belangkang panggung. Yang paling menyenangkan adalah saat dia bisa ikut mendampingi kami menyanyikan S.P.Y menggantikan part Siwon hyung yang masih sibuk shooting dramanya. Dan saat dorm sepi –karena schedule personal– kami akan keluar untuk sekedar mengisi perut di café tepi jalan, mengenang kebersamaan kami dulu.

Sampai akhirnya malam itu… aku menemukan namjachinguku yang menyembunyikan kepalanya di bantal dengan bahu bergetar.

Aku terkejut. Sangat terkejut karena setahuku, Hyukie tak punya masalah apapun yang bisa dia tangisi.

Apa ada sesuatu yang terlewatkan olehku seminggu ini?

Aku berjalan mendekatinya perlahan dan menyentuh bahunya lembut. "Chagiya… gwenchana?"

Dia bangkit. Membalikkan tubuhnya tanpa menatapku dan menepis tanganku kasar. "Bukan urusanmu."

Sekernyit rasa sakit menyapa dadaku. Apa? Ada apa? Apa yang salah? Kenapa dia begitu dingin padaku… bahkan tanpa memandangku?

Dia bangkit, namun dengan cekatan aku mencegahnya saat dia akan keluar dari kamar. "Kau kenapa? Kau marah padaku? Hyuk—"

"Pergi. Bukankah sekarang saatnya kau berbagi cerita dengan 'Dia'?" ujarnya begitu dingin dan –yang masih belum bisa ku percaya sampai saat ini– sinis.

Aku menatapnya. Menatap matanya yang memerah dan –benarkah apa yang kulihat– lingkar hitam di bawah matanya. Tapi, entah mengapa.. penyebutan kata 'Dia' yang terasa jauh lebih menusuk dari kata lainnya membuat pikiranku melayang pada sosok itu.

"Kau marah pada Bummie? Kenapa? Kupikir tak ada perbuatannya yang salah padamu."

"Ya. Memang tak ada yang salah padanya. Yang salah hanya keberadaanku yang begitu mudah dilupakan bahkan oleh namjachinguku sendiri!"

"Apa maksudmu!" bentakku cepat. Begitu terkejut saat mendengar kata-katanya. "Bagaimana bisa kau bicara seperti itu!"

"Memangnya harus diucapkan dengan seperti apa lagi? Sekarang coba katakan, selama seminggu ini apa pernah kau mengucapkan selamat malam dan mengecup keningku sebelum tidur? Pernah kau duduk di meja makan di sampingku? Pernah kau meluangkan waktu sedikit saja untukku? Tidak Hae… tidak pernah semenjak dia datang! Kau melupakanku!"

"Jangan bawa dia dalam masalahmu Hyukie! Mengertilah sedikit, sudah begitu lama kami tak bertemu dan—"

"Dan kau akan mendapatkan kembali cinta lamamu jika saja kau bisa terus melupakan keberadaanku! Lakukan saja Hae! Lakukan!"

Aku menggertakkan gigiku kesal! Bagaimana bisa! Bagaimana mungkin dia mengatakan hal seperti itu setelah sekian tahun aku mencintainya! Benar-benar mencintainya!

"Kau kekanakan! Kibum sahabatku dan kau kekasihku. Tidak bisakah kau membedakannya? Kau kekasihku. Kau memang kekasihku, tapi bukan berarti kehidupanku hanya antara kau dan aku! Jangan bersikap kekanakan karena rasa cemburumu itu. Dan yang terpenting! Jangan buat dia merasa bersalah dengan air matamu!" ucapku keras. Aku merasakan ada kemarahan yang bergelak seakan hendak meledakkan dadaku.

Hyukie menunduk dan terdiam. Kupikir, dia tengah meresapi kata-kataku dan memikirkannya baik-baik sampai tiba-tiba dia menatap lurus kearahku dengan iris dingin yang begitu menusuk. Amarah yang terpancar dari iris kecoklatan itu begitu kuat hingga membuat tubuhnya bergetar dan rahang yang mengeras.

Entah apa yang membisikiku… tapi sesuatu seakan memberi tahuku bahwa aku seharusnya takut. Seharusnya melemah dan berlutut di depannya sebelum sesuatu yang jauh lebih buruk terjadi.

"Fine," hanya itu yang dia ucapkan dengan gigi berderak dan melangkah pergi. Membanting pintu begitu keras sampai bisa kurasakan lantai dibawahku ikut bergetar.

Aku merasakan tubuhku kaku selama bermenit-menit sejak pintu itu tertutup. Merasa gamang untuk bergerak dan jantung yang berdebum-debum ketakutan. Ya! Aku takut. Aku selalu takut setiap kali Hyukie marah. Tapi aku juga kesal. Kesal dengan sikapnya yang kekanakan itu.

.

Aku masih berdiam diri dikamarku bahkan hingga malam menjemput si penguasa siang. Aku masih duduk di atas tempat tidur Hyukie dengan kepala yang berdenyut sakit, saat suara ketukan pintu itu terdengar…

Harapanku bahwa si pemilik Gummy Smile yang mengetuknya segera luntur saat suara Kibum terdengar.

"Hyung… kau baik-baik saja hyung? Aku ingin berpamitan… keluarlah Hae hyung."

Akh! Aku lupa! Aku benar-benar lupa kalau malam ini Kibum akan pergi. Karena kesibukannya untuk drama terbaru akan segera dimulai besok pagi, dia akan berpamitan malam ini. Dengan berat aku bangkit, seakan ada magnet yang menarikku untuk tetap berada di atas tempat tidur itu.

"Kau jadi akan pergi sekarang?" tanyaku pelan saat aku memasuki ruang depan dorm kami dimana para member telah berdiri disana. Mereka semua memutari satu objek. Kim Kibum dengan kopornya.

"Kau tampak kacau sekali hyung… maafkan aku, sungguh… aku akan lebih sering kesini kalau schedule-ku kosong lagi," dia berkata dengan merapikan rambutku yang mungkin memang berantakan.

Aku tersenyum dan mengangguk, lalu memeluknya.

'Brugh!'

Aku dan Kibum sama-sama tersentak saat mendengar suara debum jatuh yang begitu keras dan reflex kami memandang ke sumber kegaduhan. Dan…

Kurasakan rahangku mengeras seketika itu juga. Saat tak jauh dariku aku melihat Hyukie… Lee Hyuk Jae yang jatuh terlentang diatas lantai dengan namja berambut kecoklatan –saat itu hanya rambutnya yang terlihat– tepat diatasnya.

"Aihsss… appo Chang-minnie!" suara itu terdengar merancau dan dengan gerakan kecil Hyukie memukul namja yang tengah berusaha bangkit dari atasnya, sementara tangan yang lain justru mengalung erat di leher namja itu.

"Hyungdeul-ah! Bantu aku! Membawa orang mabuk itu tak semudah membawa karung beras!"

Suara sentakan itu membuatku kembali dan menyadari bahwa aku mengenal namja yang telah lancang menjatuhkan dirinya diatas tubuh namjachinguku. Shim Changmin! Aku berusaha menahan langkahku agar tidak berlari dan menerjangnya.

"Minggir!" bentakku kasar dan meraih belakang lehernya. Membuat namja tinggi itu menyingkir dengan cepat dari Hyukie-ku.

"Ish! Tidak perlu sekeras itu Hyung!"

Aku tak memperdulikan protes dari namja itu dan memilih mengangkat tubuh Hyukie dari lantai. Aroma alcohol segera saja memenuhi indra penciumanku. Membuat keningku berkerut. Dengan menahan amarah dan berbagai spekulasi di otakku, aku membawa Hyukie masuk ke kamar kami dan membaring kannya di atas tempat tidur.

Setelahnya, aku segera mendekati Changmin yang berdiri di ambang pintu bersama yang lain dan segera menarik kerah lehernya.

"Apa yang kau lakukan padanya?" gertakku.

Dia menatapku dingin, sebelum tersenyum meremehkan. "Apa? Aku hanya menawarinya minum."

"DIA TIDAK MINUM!" kesal, kuhempaskan tubuhnya kelantai.

"Hyung!/Hae!" kudengar Kibum dan yang lainnya memekik, tapi sekali ini aku tak ingin memperdulikannya, tak ingin memperdulikan siapapun.

Changmin bangun dengan santai dan merapikan pakaiannya, membuat gigiku bergemlutuk menahan amarah. "Aku hanya menawarinya minum. Dan kupikir, Hyukie hyung tak mungkin minum hanya karena aku menawarinya kan? Dia punya alasan lain dan kukira kau pasti tahu apa itu Donghae Hyung!" sergahnya, membuatku tersentak.

Selanjutnya. Aku hanya menatap gamang sosok tinggi Changmin yang pergi dari hadapanku. Dengan kaku aku masuk kembali kedalam kamarku, melewatkan waktu untuk mengantar kepergian Kibum dari dorm dan tetap duduk di samping tempat tidur Hyukie.

Menatapi wajah kekasihku yang memerah karena alcohol. Aku tak mengerti kenapa Hyukie bisa menganggap masalah ini sebagai masalah besar hingga dia tak menolak tawaran alcohol dari Changmin. Seharusnya dia menolaknya karena jelas sekali bahwa dia bukan peminum, bahkan bukan perokok.

"Mianhe… Mianhe Chagiya, aku tak bermaksud mememberimu sebuah masalah, mianhe."

.

Dia marah padaku dan menghindariku. Aku tak menemukannya di kamar kami pagi ini, dia tak sarapan di kursinya di sampingku dan hanya duduk diam di sudut Van menatapi jendela selama perjalanan ke SM Building. Dia tak menyapaku atau sekedar menatapku sepanjang latihan dance kami padahal saat itu hanya ada aku, dia, Shindong hyung dan Teukie hyung di sana. Dia berada dimanapun selama itu jauh dari jangkauanku. Dan semua itu benar-benar menyiksaku.

Sehari terasa amat panjang, sementara logikaku mengatakan ini takkan berakhir cepat. Mungkin dua minggu atau bila aku beruntung sepuluh hari Hyukie akan mendiamkanku dan menjauhiku.

Aku tahu ini kesalahanku, aku mendiamkannya, mengacuhkannya selama Kibum ada di sampingku. Aku telah menjahatinya dan kupikir ini pantas untuk kuterima.

Kupikir dia akan sedikit melunak bila aku bisa mengambil simpatinya. Membawakannya susu strawberry kesukaannya, bunga, boneka, kaos, CD Dance Michael Jackson atau apapun kesukaannya..

Tapi itu tak terjadi. Yang terparah justru terjadi di hari ke delapan, selasa sore itu.

"Hyung, Hyukie belum masuk!" seruku panik saat Van mulai berjalan sementara kursi di sampingku masih kosong.

Anehnya, semua diam.

"Teukie Hyung, Hyukie—"

"...telat ... tidak pulang...latihan ...Tokyo," suara Teukie hyung terlalu lirih.

"Apa?"

"Dia akan pulang telat atau mungkin tidak pulang ke Dorm karena ada latikan bersama Homin untuk special perform di SMTownTokyo nanti," meski Teukie hyung mengatakannya terlalu cepat, kali ini aku bisa mendengarnya.

"Apa? Lalu dia akan tidur dimana kalau tidak pulang? Kenapa tidak ada yang memberitahuku sebelumnya?"

"Maaf Hae, kami tidak tahu Hyukie tidak memberitahumu sampai kau terlihat terkejut tadi, dia akan tidur di Dorm Homin untuk sementara."

Untuk kesekian kalinya, aku merasakan kepalaku berputar begitu hebat.

_TBC_