Do you hate me?
Disclaimer:
Inazuma Eleven © Level-5
Warning:
OOC, hanya sebuah drabble abal berdasarkan kisah nyata
.
.
Sore itu Ryuuji menyenderkan kepalanya di sandaran bangku taman. Ia kelelahan karena terlalu bersemangat menjalani latihan klub sepak bola sekolahnya. Ia ingin tidur, sungguh, lima menit saja sudah cukup baginya. Tapi-
"Ryuu…"
-keinginannya, pupus dan hilang sudah saat Hiroto datang memanggilnya. Dengan terpaksa, pemuda itu menoleh, "ada apa, Kak Hiroto? Aku capek…" ucapnya lemas, tapi tidak membuka matanya.
Mendengus sedikit, Hiroto ambil posisi duduk di sebelah Ryuuji. "Setidaknya tataplah mataku. Sejak kemarin, kuperhatikan kau tak mau menatap mataku…" katanya tanpa menoleh ke arah Ryuuji.
Pemuda berambut hijau menggosok-gosok mata malamnya, "apa itu penting? Aku tak mau memusingkan itu, Kak… Sudahlah, jangan ganggu aku," Ryuuji menguap lebar-lebar, seakan-akan seluruh serangga yang bersemayam di taman itu dapat masuk ke mulutnya kalau tak ditutup.
"Kau benci padaku?" tanya Hiroto, menatap pemuda di sebelahnya lurus. Sedangkan objek yang ditatap hanya menggeleng, sambil menunduk karena tidak suka Hiroto mengatakan bahwa ia benci padanya.
"Tidak, aku tak membenci Kak Hiroto. Malah, aku takut Kak Hirotolah yang membenciku," katanya, membuat kepala jenius Hiroto untuk pertama kalinya dibuat kebingungan.
Mengernyitkan alisnya, Hiroto menyahut, "kenapa aku harus benci padamu?" tanyanya. Bukannya menjawab, Ryuuji menggeleng dan pergi meninggalkan Hiroto sendirian di bangku taman.
Dengan Hiroto, bangku taman, dan angin semilir yang membelai rambut merahnya.
.
.
.
Entah sudah beberapa hari, Ryuuji terlihat menghindari Hiroto. Tidak ada yang tahu kenapa hal itu terjadi. Padahal sebelumnya mereka terlihat sangat akrab seperti kakak dan adik sungguhan.
Hiroto yang sudah tak tahan lagi, membawa Ryuuji ke atap sekolah berdua saja. Ia harus mengetahui alasan Ryuuji menghindarinya selama beberapa hari ini, bahkan jika mereka bicara pun, Ryuuji selalu menunduk seolah tak niat bicara dengan Hiroto.
"Kenapa kau menghindariku?" tanya Hiroto, yang kesabaran hatinya sudah habis. Ryuuji menggeleng perlahan, masih sambil menunduk menatap sepatunya.
Jemari Hiroto mengepal kuat di sisi tubuhnya, tak tahan lagi dengan semuanya. "Jawab aku, Ryuuji…" meski begitu, ia masih memiliki kelembutan agar Ryuuji tak takut padanya.
Sekali lagi, Ryuuji menggeleng singkat. Kepalanya semakin tertunduk dalam-dalam. Sebelah kakinya bergerak-gerak sedikit seperti mengais lantai, entah apa maksud di baliknya.
"Aku tak mengerti dengan perubahan sikapmu belakangan ini. Ada apa sebenarnya? Kau benci padaku? Bosan denganku?" wajah Hiroto semakin mendekat ke wajah Ryuuji. Dari situ ia bisa melihat dengan jelas, betapa pemuda di hadapannya itu sangat gemetaran.
"Aku bukannya benci Kak Hiroto atau sudah bosan. Tapi…" Ryuuji memotong kalimatnya, "hm?" Hiroto menggumam tak mengerti, sekaligus menuntut meminta jawaban.
"J-janji, ya. Jangan benci padaku atau tertawa setelah ini," Hiroto tetap mengangguk dengan permintaan itu, walaupun ia tak mengerti apa-apa dan itu terdengar sangat aneh di telinganya.
Melirik ke atas sedikit, Ryuuji tahu kalau Hiroto sudah menyetujui permintaannya, dan dengan perlahan, ia mendongakkan kepala hijaunya.
Satu.
Dua.
Tiga.
"Eh?" ucap Hiroto, setengah kaget.
"Ternyata kamu sakit mata, ya?"
END.
A/N:
OKE! PERSEMBAHAN ABAL DARI SAYA YANG JUGA ABAL! #plak
Dan silakan diterka, mereka pacaran atau tidak? Keputusan di tangan kalian. Sekian #dirajam.
REVIEW, PLEASE! MESKIPUN ABAL!