WARNING! : fic ini mengandung typo dan miss typo yang masih berkeliaran dan juga terdapat BL (boys love) dengan para karakter yang (agak) OOC, menganut aliran ini mengandung unsur "lemon" yang tidak terlalu vulgar, dengan rating M untuk tema dewasa. Jika anda tidak menyukai fic ini silahkan segera anda tinggalkan dan tentu anda cukup pintar untuk membaca warning ini 'kan….? terima kasih.


.

.

Sudah hampir memasuki tahun ke 2 usia pernikahanku dengan seorang pria yang kucintai . Pasti kalian pikir itu belum terlalu lama. Memang usia pernikahan kami baru mau mencapai tahun ke dua, tetapi usia pacaran kami hampir mencapai 6 tahun.


Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke


Saat ini, aku Uzumaki Naruto atau namaku sekarang menjadi Uchiha Naruto. Telah menjadi seorang istri / suami dari Uchiha Sasuke. Heran? Kenapa aku menikahi seorang pria? Karena aku mengalami pelencengan seksual dan suamiku juga.

Orang tua kami tak menentang hubungan ini. Karena hubungan sesama jenis bukan lagi hal tabu untuk masyarakat negri HI, Pikiran kami sudah luas. Toh namanya juga cinta, tak mengenal gender.

Mungkin sekilas saja mengenai diriku dan suamiku itu, karena sebuah tepukan tangan di pundak membuyarkan lamunanku.


Disclaimer : Masashi Kishimoto


"Kau sudah siap, dobe?" Suamiku Sasuke berdiri di belakangku dengan tatapan heran.

"Ah, iya aku sudah siap. Bagaimana penampilaku, Teme?" Tanyaku sambil merapihkan tuxedo hitam ini dan merapikan rambutku agar tak terlihat berdiri.

"Hn," hanya komentar singkat itu membuatku kecewa. Kalau saja dulu saat kita masih pacaran walaupun dia memang irit kata tetapi ia selalu mengacak-ngacak rambutku dan membuatku kesal tetapi setelah itu dia mengatakan hal yang bisa membuat pipiku merona. Tapi sekarang rasanya dia mulai agak,

Berubah…


Kanon1010 proudly present….

-Another-


have a nice read

dozo….


FILE 1 :

Sampailah kami di Balai Kota Konoha. Tempat dimana berlangsungnya sebuah acara yang di selenggarakan oleh salah seorang kerabat Sasuke, dan tumben-tumbennya dia mau datang ke acara pesta. Padahal yang namanya Uchiha Sasuke sangat anti dengan keramaian.

Begitu melangkahkan kaki menuju ruang utama. Sepanjang jalan terbentang karpet merah yang sengaja dipasang untuk para tamu undangan. Terlihat berbagai macam orang dengan pakaian mewahnya berjalan bak artis hollywood yang sedang datang ke acara penghargaan oscar.

Beberapa pasang mata tertuju padaku dan Sasuke begitu kami berdua berjalan bersama menuju hall utama. Beberapa wanita berbisik-bisik membicarakan kami dan tak jarang juga para pria bertipe seme melirikku dengan penuh nafsu. Jika dulu hal ini terjadi, Sasuke akan segera mengenggam tanganku untuk membuktikan bahwa diriku sudah ada yang punya tapi sekarang, dia seakan-akan tak perduli dan tetap berjalan mengacuhkan semuanya.

"Aku kesana sebentar," ujarnya menunjuk sekumpulan orang yang sedang bercengkrama dan aku hanya menganggukan kepala mengiyakan.

Ku lihat Sasuke mulai berbaur dengar sekumpulan itu dan tampak dekat dengan salah seorang dari mereka. Seorang pemuda tampan dengan rambut coklat panjang, memiliki mata tak berpupil tetapi tak mengurangi ketampanan di wajahnya. Dan tak lama kemudian saat aku sedang mengambil minuman ringan, Sasuke dan pemuda itu menghampiriku.

"Dia rekan kerjaku, namanya Hyuuga Neji." Sasuke mengenalkan pemuda bernama Neji itu padaku.

"Hyuuga Neji, tapi kamu bisa panggil saya Neji saja," pemuda itu mengulurkan tangannya dan kubalas dengan cengiran khasku.

"Naruto, Uchiha Naruto."

"Ehm..ehm..." suara dehaman Sasuke membuyarkan acara perkenalan kita. 'Apa Sasuke cemburu? Masa sih?'

"Neji akan menjadi rekan kerjaku nanti saat aku akan bertugas di Prancis," jelas Sasuke.

"Owh.. Kalau begitu, aku titip dia ya Neji-san," kataku sambil membungkuk.

"Jangan terlalu formal gitu, panggil Neji saja tak perlu embel-embel dan tenang saja Sasuke akan aman bersamaku." Senyum tipis terpancar dari wajah Neji.

"Heheh.. kalau gitu aku tenang, karena baru kali ini Sasuke punya partner dan cocok." ketawaku tulus dan dibalas senyuman dari Neji.

"Sebaiknya kita pulang, aku belom bersiap-siap untuk besok." Sasuke menyela pembicaraanku dengan Neji. Ada benarnya juga sih, besok dia akan pergi ke Paris untuk menangani pekerjaannya disana dan bersama Neji dia akan berangkat.

"Kau yakin mau kembali sekarang? Baju-bajumu dan lainnya sudah disiapkan oleh Haku."

"Hn, masih ada file-file yang harus ku selesaikan sebelum berangkat. Sampai jumpa besok Neji."

"Neji, kami pulang dulu ya.. Jangan lupa mampir kalau sudah kembali dari Paris."

"Iya, hati-hati di jalan ya," lalu aku dan Sasuke berjalan menuju keluar balai kota. Sempat sekilas berbalik kebelakang melihat Neji, tetapi ada yang aneh darinya. Sebuah senyuman yang tak dapat kuartikan dan sebuah firasat buruk menghampiri.


Normal pov

Keesokan harinya, pagi sekitar jam 8 waktu Konoha. Naruto mengantar kepergian Sasuke cuma sampai di depan pagar rumah. Sasuke bersikeras tidak ingin diantar ke bandara, karena katanya itu sangat merepotkan.

Setelah kepergian Sasuke, Naruto pun pergi kerja ke sebuah percetakan. Karena pekerjaan Naruto adalah seorang editor sebuah majalah remaja ternama di Konoha. Dengan nama palsunya 'Kyuubi'. Naruto terkenal sebagai editor yang bertangan dingin sehingga membuat Konoha Runway, nama majalahnya semakin melejit di pasaran anak muda yang sangat memperhatikan life style.

Hari-hari yang dilalui Naruto tanpa Sasuke nampak biasa saja. Sasuke hanya sekali menelponnya hanya mengabari kalau dia sudah sampai di Paris. Tetapi sudah 3 hari ia tak mengabari Naruto. Naruto yang mencoba menelpon ke hp nya malah tak ada balasan. Naruto berpikir positif kalau suaminya itu sedang sibuk, maklumlah ia adalah seorang arsitek terkenal. Tetapi sebagai seorang pendamping seumur hidupnya Sasuke dan orang yang mencintainya, ada rasa khawatir yang melanda perasaan Naruto dan itu terjadi semenjak Sasuke mendapat tawaran ke paris.

.

Hari pun berganti tanpa terasa. Ini sudah minggu ke 2 kepergian Sasuke. Hari-hari di lalui Naruto sama seperti biasanya. Bangun di pagi hari, menikmati secangkir kopi hangat dengan koran Konoha Post yang menjadi sumber informasinya. Saat siang hari ia mulai menyeleksi isi majalah yang sudah ditagih para redaktur.

Begitu senja tiba, ia mulai membereskan rumah. Makan pun tak teratur jika sang adik ipar Obito tidak mengingatkan ia untuk makan, maka ia tak akan makan. Ditambah lagi Sasuke yang seakan-akan tenggelam dalam dunianya sendiri hingga lupa dengan seseorang yang menunggunya dengan cemas di Konoha.

TING!.. Terdengar sebuah email masuk dari kontak pesan Naruto. Ia pun membuka email tersebut. Alangkah terkejutnya Naruto saat melihat isi email tersebut.

Disana terpampang wajah yang tak asing baginya, wajah yang selalu dikhawatirkannya tiap hari, wajah yang selalu hadir dimana setiap ia berdoa agar orang itu selalu diberi kesehatan. Ya foto itu foto Uchiha Sasuke yang sedang dipelukoleh orang yang baru dia kenal, Hyuuga Neji.

"Ini pasti bohong!" Naruto berteriak tak percaya begitu melihat isi email yang berisikan foto mesra suaminya dan rekan kerjanya itu.

Mulut Naruto tetutup rapat tak kuasa menahan kekagetannya. Terutama salah satu foto yang memperlihatkan Sasuke tengah berciuman dengan Neji. Hal itu membuat kepalanya pusing dan ia menutup email tersebut. Ia melepaskan kacamata minusnya dan menutup matanya mencoba menghilangkan bayangan foto-foto itu, hingga tak terasa airmata mengalir membasahi pipinya.

.


Prancis - paris, jam 21.00

"Enghh...ah...ah..." terdengar suara erangan penuh hasrat dari sebuah kamar aparterment bernomor 1023. "Ahhh...lebih dalamm...engh."

Suara erangan yang berasal dari bibir seorang pemuda berambut raven, mengalun dengar kencang memenuhi kamar tersebut. Membuat sang pelaku yang satu lagi makin bertambah semangat.

"Sabar my honey... Engghh tubuhmu menjepitku dengan erat membuatku ah...sulit melepaskannya," ujar pemuda yang posisinya sekarang berada di atas pemuda berambut raven.

"Hn, cepetaann.. oh man! Besar banget," keluh si pemuda raven itu dengan wajah penuh peluh keringat dan memerah.

"Iya, iya tahan ya..."

"Ahh... Ah ah ah... Cepetan."

"Ahhhhhh~...enghhh sampai juga, Nice game sayang," pemuda berambut coklat itu mengecup bibir si raven sekilas dan membiarkannya beristirahat "Bagaimana rasanya menjadi uke?"

"Hn, not bad," jawabnya singkat.

"Hahahha... Jika kau pilih mendingan jadi seme atau uke?" Tanya si pemuda berambut coklat sambil memakai bajunya kembali.

"Hn."

"Ayolah jangan gunakan dua kata kebangganmu itu."

"Kalau bersama mu milih jadi uke, Kalau bersamanya aku pilih menjadi seme," jelas si pemuda raven sambil meminum segelas air putih, karena suaranya hampir habis karena kegiatan tadi.

"Jadi yang kamu pilih siapa?" Pertanyaan yang sempat membuat si raven terdiam hingga ia menjawab.

"Entahlah," jawaban yang membuat pemuda tak berpupil di sebelahnya tersenyum tanpa arti.


Sebulan kemudian

"Tadaima," ujar Sasuke begitu membuka pintu rumah yang ditempatinya bersama Naruto.

Hari ini tepat sebulan ia telah menyelesaikan pekerjaannya di Prancis dan tanpa basa basi lagi, Sasuke langsung pulang kerumah. Entah mengapa ia merasa sedikit rindu dengan istri / suaminya tersebut. Tetapi yang di dapatinya begitu membuka pintu hanya sunyi yang menyambutnya. Tak ada tanda-tanda keberadaan Naruto.

Ia melangkah masuk ke dalam ruang kerja Naruto dan mendapatinya sedang tertidur dengan posisi kepala di atas meja dan laptop yang masih menyala. Segera Sasuke mengambil selimut untuk menyelimutkan tubuh Naruto. Ia tak berani membangunkan istrinya tersebut, karena terlihat jelas wajah Naruto yang sangat lelah. Kemudian ia mematikan laptop tak lupa menyimpan data yang sedang dikerjakan Naruto sebelum dimatikan.

.

.

-Naruto POV-

"Enghh..." Erangku begitu terbangun dari tidur. Tak terasa pekerjaan kali ini sangat berat membuatku kurang tidur. Heh? Selimut? Siapa yang menyelimutiku? Apa hantu? Oh man! Jangan sampai itu beneran makhluk tak bernyawa itu. Mana lagi sendirian di rumah.

Tak..tak..tring..prang..

Terdengar suara gaduh berasal dari arah dapur. Ada apa ya disana? Jangan-jangan maling! Dengan segera ku ambil tongkat baseball yang selalu ada diruanganku ini, dan akan kupakai jika saat seperti ini tiba.

Dengan mengendap-ngendap, aku masuk ke dalam dapur dan...

"Kau sudah bangun dobe?" su-su-suara itu, suara yang sudah lama tak kudengar suara dari seseorang yang menghianatiku dan suara yang kurindukan juga.

"Sa-sasuke? Kapan kamu kembali?" aku bingung harus berhadapan dengannya seperti apa. Bahkan hingga sekarang bayang-bayang foto itu masih menjadi mimpi burukku selama ini.

"Hn, sudah dari 3 jam yang lalu," jawabnya singkat dan masih dengan kegiatannya meletakan berbagai makanan di atas meja. "Kau belum makan kan? Makanlah kau tampak seperti kurang gizi."

Tak tau apa yang harus kukatakan aku hanya menuruti apa yang di katakannya. Bagaikan boneka sekarang aku duduk manis dengan sepiring nasi kare buatan suamiku. Tetapi ku tatap makanan tersebut dengan hampa tak ada niatan untuk memakannya, selera makan ku hilang sejak melihatnya lagi.

"Kenapa tak dimakan? Jangan katakan kau mau Ramen. Tidak akan kuberikan." Sasuke menatap ku dengan sebelah alis terangkat.

"Aku tak lapar," jawabku dengan nada bicara yang dingin. Sungguh aku amat sangat enek melihatnya sekarang.

"Hn, kenapa kau jadi dingin begini? Kau marah?"

"Entahlah, aku mau kembali ke ruang kerja. Masih banyak yang harus ku kerjakan," aku pun segera beranjak menjauhi dapur dan kembali ke ruang kerjaku. Tetapi sebuah tangan berkulit pucat dengan cepat mencegatku untuk pergi.

Tangan yang tak lain adalah tangan Sasuke, mengunci kedua tanganku dari belakang dan ia mulai memelukku dan menciumi pipiku.

"Mau kemana dobe? Apa kau tak rindu dengan suamimu ini, hn?" godanya sambil bibirnya berjalan mulai menyusuri leherku yang kebetulan aku memakai baju kaos tipis yang memperlihatkan leher jenjangku. Sayangnya se-mesum apapun dia mencoba menggoda tak akan mempan karena aku tak ada hasrat.

"Hentikan Sasuke, aku sedang tak ingin pekerjaanku numpuk."

"Hn, apa itu tugas seorang istri? Mengacuhkan sang suami?" Suaranya masih terlihat dibuat menggoda dan masih memelukku dari belakang tetapi tangannya mulai menyusup kedalam baju kaos ku dan ia berhasil menemukan apa yang ingin ditemukannya.

"Sekeras apapun kau menggodaku tak akan mempan Sasuke," kutepiskan kedua tangannya dari tubuhku dan berjalan meninggalkannya yang masih terdiam tanpa berkata sepatah apapun.

Sesampainya di ruang kerja, kusandarkan tubuhku di sofa dekat jendela. Sofa berwarna putih ini sengaja kuletakan dekat jendela agak aku bisa melihat pemandangan sekitar yang membuatku relax walaupun hanya sejenak.

Uchiha Sasuke, kuakui aku amat sangat merindukanmu aku rindu sentuhanmu. Tetapi setelah mengetahui apa yang kau lakukan dibelakangku membuatku merasa jijik pada dirimu. Apa kurang cukup dengan kehadiranku seorang? Jika begitu kenapa kau menikahiku Sasuke? Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku, membuat kepala ini menjadi pusing hanya karena dirimu seorang.

-End Naruto POV-

.

BRAKKK!Pintu ruang kerja Naruto dibuka secara kasar oleh Sasuke. Menampakan wajahnya yang menahan amarah.

"Bisakah kau membuka pintu dengan perlahan Sasuke? Kau bisa membuat pintunya rusak," ucap Naruto sambil memijit pelipisnya tanpa memandang langsung ke pelakunya.

Sasuke yang mendapat perlakuan seperti itu menyilangkan kedua tangannya dan menarik sebelah alisnya, memandang Naruto dengan tatapan bingung.

"Ada apa denganmu?" tanyanya langsung ke topik permasalahan yang sedang mereka alami.

"Hah? Ada apa? Tidak ada apa-apa. Apa maumu?" balas Naruto tak kalah dingin dengan Sasuke.

"Kau berubah Naruto, kau marah padaku?"

"Untuk apa?"

"Tatap mataku Uchiha Naruto!" dengan bentakan dan tatapan death glare andalannya, Naruto tanpa ragu membalas tatapan yang tak pernah mempan pada dirinya.

"Sudah, sekarang mau mu apa Uchiha Sasuke?"

"Kau berubah."

"Tidak."

"Hn."

"Perasaanmu saja 'Suke'." Naruto kembali menatap berkas-berkas pekerjaannya.

"Aku mengenalmu dengan baik dobe."

"Terima kasih."

"Itu bukan pujian," Sasuke melempar berkas-berkas itu dari hadapan Naruto yang dibalas tatapan kesal karena pekerjaan yang memakan waktu seminggu tanpa tidur malah dibuang dengan mudahnya oleh Sasuke.

"APA-APAAN KAU TEME!" emosi Naruto tersulut.

"Hn."

"Baik kau mau tau apa yang membuatku seperti ini? Tunggu disini." Naruto bangun dari kursi kerjanya dan menuju ke sebuah laci kayu kecil berwarna coklat tua dan mengambil amplop yang terletak rapih di dalamnya. "Nih! Lihat sendiri UCHIHA." Naruto melempar amplop tersebut di atas meja kerjanya dan menunggu reaksi dari sang suami tercintanya itu.

Dengan tanpa disuruh dua kali, Sasuke segera mengambil amplop panjang berwarna putih itu dan melihat isinya. Setelah membuka isinya tampak jelas rawut wajah tampan itu berubah dengan keterkejutan, Naruto yang melihatnya dari sofa dekat jendela hanya tersenyum sinis melihat reaksi yang di tampilkan Sasuke.

"Da…,"

"Darimana aku dapat ini?" Naruto memotong perkataan Sasuke yang hanya dibalas dengan suara yang tak bisa terucapkan lagi dari bibir Sasuke. "Hanya ada orang yang baik hati mengirimi ini semua ke email ku. Hebat ya kau Uchiha Sasuke." Naruto berdiri dari tempat duduknya dan memberi tepukan yang mengejek.

"Aku bisa jelaskan ini semua Naruto." Sasuke membuang foto-foto itu dari tangannya.

"Apa? Apa yang mau kau jelaskan? Belum cukupkah diriku seorang Sasuke? Apa kau tau rasanya saat aku pertama mendapatkan gambar ini?" Naruto berbicara di hadapan Sasuke. Dapat Sasuke liat wajah Naruto yang menahan tangis dan pancaran mata birunya yang sedikit kelam.

"Sakit Sasuke, Sakit sekali. Tega-teganya kau berkhianat dibelakangku. Tak ada kabar darimu, bahkan kaupun terkesan menjauhiku akhir-akhir ini."

"Naruto."

"Hentikan! Panggil saja kekasihmu itu sepuasnya, jangan panggil namaku!" Naruto keluar dari ruang kerjanya dan meninggalkan Sasuke seorang diri.

"Silahkan saja kau pergi! Aku bosan denganmu!" teriak Sasuke tak kalah kencang, dan tak lama kemudian terdengar bunyi barang-barang yang terjatuh akibat lemparan Sasuke. Pertengkaran tersebut membuat kedua belah pihak tak ada saling bertegur sapa, bahkan mereka saling menghindari.

.

.


...To be Continue…..


.

.

A/n : hwaaa~ ini pertama kalinya kanon buat fic dengan rate M! dengan penuh perjuangan lahir batin membuat ini. karena ada beberapa yang req kanon buat fic M. lagipula M disini bukan hanya adegan lemon saja tapi kanon mengutamakan tema yang dewasa dan berat.

kanon gak janji buat update cepet ya~ maaf banget tapi akan kanon teruskan, jadi apakah fic ini pantas diteruskan atau tidak kanon serahkan saja pada kalian semua …..