" Dia mungkin hanya berhalusinasi karena shock."Ujar Kangin songsaenim menanggapi. Aku mendelik kesal.

" Tapi songsaenim, saya…"

" Kamu terlihat sangat shock, Sungmin-sshi." Kalimat bantahanku dipotong oleh namja berwajah malaikat yang menjaga perpustakaan ini. Ia memamerkan senyum dengan memperlihatkan kedua lesung pipinya yang entah kenapa membuatku ragu untuk membantah lagi. " Sebaiknya sekarang kamu beristirahat saja di UKS. Biar Heechul-sshi yang menemani dan menenangkanmu."Sambungnya terdengar bijaksana.

liciousnam

Present~

.

.

.

.

The Ring

Genre : Romance, Fantasi, Horror

Rating : T

Cast : Lee Sungmin, Cho Kyuhyun, Lee Soonkyu, Kim Heechul, Park Leeteuk, Kim Kangin dan akan terus bertambah.

Pairing : Kyumin and other

Length : Series

Disclaimer : All cast in my fic are belong to God and themselves. This fic absolutely mine.

Warning : Abal| OOC| EYD yang tidak sesuai| Typo| Boys Love| YAOI| GAJE | Membosankan

Summary : Gara-gara hampir tertimpa rak buku di perpustakaan sekolah Sungmin jadi berurusan dengan dewa egois yang menyebalkan…

a/n : Terinspirasi dari komik punya noona saya yang iseng saya baca dulu tapi sekarang saya udah lupa sama judulnya. Kkk~

Don't Like Don't Read!

.

.

Enjoy~

.

.

.

.

.

Chapter 1 : Accident in the library

Sungmin POV

Seperti biasa waktu istirahat ku habiskan dengan menyendiri di perpustakaan bersama tumpukan buku-buku favoriteku. Berhubung kacamataku sudah bisa aku gunakan kembali, aku jadi sangat bernapsu untuk membaca. Ya, membaca. Terkesan kutu buku, eoh? Ani, aku ini Lee Sungmin. Namja yang kata orang sangat manis dan suka membaca namun berpenampilan yang lumayan keren. Jadi, lupakan predikat cupu yang hampir kalian lekatkan padaku. Oke, kembali ke tujuan awal.

Aku bergegas berjalan mendekati salah satu rak buku besar yang berdiri kokoh. Ku sentuh sub demi sub rak buku tersebut. Tanganku berhenti tepat di sebuah buku yang menurutku lumayan bagus untuk di baca.

Setelah membuka beberapa lembarnya secara beracakan, akupun mantap dengan buku pilihanku dan mengambil tempat duduk yang tak jauh dari rak. Saking tertariknya dengan buku yang ada di tanganku aku sampai malas berjalan ke tempat favoriteku yang berada dekat jendela perpustakaan.

Sedang asik-asiknya membaca, entah kenapa tiba-tiba aku menjadi gelisah dan mendapat firasat yang tak enak. Mataku secara otomatis bergerak untuk memperhatikan keadaan di sekelilingku. Sunyi. Hanya ada aku, beberapa siswa yang tidak begitu ku kenal dan seorang penjaga perpustakaan yang tengah tertidur lelap di mejanya. Semua normal seperti biasanya. Tak ada hal aneh yang bisa dijadikan alasan untuk firasat tak enak yang ku rasakan cukup kuat saat ini.

Aku menghela napas berat. Detak jantungku mulai terasa cepat dan tak normal. Iramanya seperti berlomba dengan irama detak jarum jam di dinding perpustakaan. Aku terdiam seraya memejamkan mata sejenak untuk meresapi kemelut pikiran dengan firasat buruk yang tidak jelas ini.

Akhirnya aku putuskan untuk tidak menghiraukan apa yang tengah kurasakan. Aku kembali berkonsentrasi untuk membaca tapi lagi-lagi jantungku terus berpacu cepat dan semakin cepat membuyarkan konsentrasiku sampai tiba-tiba…

.

.

.

BRAKKKK!

.

.

.

Dalam hitungan detik tubuhku terasa terdorong kuat ke belakang membuatku terhempas begitu saja menjauhi kursi yang ku duduki. Aku yang dalam keadaan kaget masih bisa melihat dengan jelas rak besar dan kokoh yang tadi di dekatku kini sudah berjarak jauh dan jatuh ke tempat dimana aku tadi duduk.

Meskipun kaget mataku masih bisa menangkap seorang namja berperawakan tinggi

-yang tadi tiba-tiba mendorongku dari depan kini tengah menahan rak tersebut. Ketika aku bergerak untuk segera menolongnya, pertahanan namja berambut ikal itu langsung roboh. Dalam sekejap tubuhnya tenggelam di timpa rak laknat itu. Buku-buku berjatuhan menutupinya dan menciptakan gundukan buku yang cukup besar. Aku menghentikan gerakanku. Kaget? Tentu saja.

Kejadian tersebut menarik perhatian penghuni perpustakaan yang jumlahnya bisa dihitung jari. Penjaga perpustakaan 'pun mendekatiku. Wajahnya terlihat cemas dengan insiden kecil tadi. Seorang siswa yeoja terlihat prihatin lantas menyodorkan air mineral kepadaku. Aku yang memang sedang shock tanpa ragu meminum air tersebut.

" Gwenchanayo, Sungmin-sshi?"Tanya Leeteuk songsaenim, penjaga perpustakaan yang terlihat paling cemas dengan keadaanku. Aku menghabiskan air mineral dalam botol tersebut lalu mengangguk lemah.

" Gwenchana, songsaenim. Hanya saja kita harus mengangkat rak itu sekarang karena ada namja yang tertimpa di bawahnya."Jelasku dengan napas yang agak memburu karena ikut merasa khawatir dan bersalah.

" OMO!"Seru Leeteuk songsaenim kaget, sampai-sampai ia menutup mulutnya dengan mata yang membelalak. Yeoja yang berada di sekitar TKP juga ikut terkejut mendengar pernyataanku dan memberikan respon yang sama seperti Leeteuk songsaenim.

" Kalian bertiga angkat rak itu bersama-sama. Kajja! Namja yang tertimpa rak besar itu pasti dalam keadaan gawat. Sunny, coba kamu panggilkan Kangin-sshi dan perawat di ruang UKS."Perintah Leeteuk songsaenim dengan tanggap. Yeoja yang tadi memberikanku minum langsung bergegas mengikuti perintah Leeteuk songsaenim. Ia melangkah keluar meninggalkan kami. Sedangkan ketiga namja yang ada di TKP bergerak mendekati rak yang besar tersebut. Mereka bersama-sama mencoba menegakkan kembali rak kokoh itu.

Leeteuk songsaenim mengusap pelan punggungku." Apa kau ingin ke UKS, Sungmin-sshi?"Tanyanya lembut.

Aku menggeleng tanpa mengalihkan tatapan dari rak yang terus-terusan berusaha ditegakkan namun terasa susah dan sulit bagi ketiga namja itu. Jujur saja, aku hanya ingin melihat namja yang sudah menolongku tadi. Memastikan apakah dia baik-baik saja setelah menolongku dari kecelakaan yang mungkin bisa membuatku masuk ke rumah sakit atau mungkin lebih parah dari itu.

Ketiga namja itu mulai putus asa. Rak besar yang terbuat dari besi tersebut sangat sulit untuk mereka tegakkan kembali. Untunglah tak berapa lama yeoja yang ku ketahui bernama Sunny akhirnya datang dengan Kangin songsaenim yang bertubuh tegap dan seorang perawat yang biasa nongkrong di UKS.

Kangin songsaenim mengecek kaki rak yang ternyata rusak sehingga tumbang begitu saja. Bukan hanya itu, ia juga mendapati ganjalan yang membuat rak besar tersebut sukar di tegakkan kembali. Setelah dicoba lagi bersama tiga namja tadi akhirnya Kangin songsaenim berhasil menegakkan rak tanpa buku tersebut.

Sekarang tinggalah tumpukan buku yang terlihat menggunung. Kangin songsaenim dan Leeteuk songsaenim dengan cekatan menyusun buku-buku yang menggunung tersebut sekaligus mencoba mencari namja yang tadi menolongku.

Buku demi buku 'pun tersingkir dan tumpukan buku tersebut kini tersusun rapi di rak-nya. Tinggalah beberapa buku yang bertebaran di lantai perpustakaan. Menyadari ada yang ganjil membuatku kaget sekaligus heran.

Namja yang tadi ku lihat dengan jelas tertimpa rak buku kini hilang dari tumpukan buku yang berjatuhan tadi. Dia menghilang begitu saja. Aneh. Ini sangat aneh.

" Ta-tapi tadi saya melihat dia dengan jelas, songsaenim. Namja itu sedikit lebih tinggi dari saya, mengenakan kemeja putih polos dan celana panjang berwarna hitam, rambutnya ikal berwarna coklat gelap dan tangannya jelas sekali mendorong tangan saya sehingga saya terdorong menjauhi rak. Tanpa pertolongan dia mungkin saya sudah cidera parah."Jelasku dengan nada ngotot begitu mendapat tatapan apa-tadi-kau-bercanda-sungmin-? dari Leeteuk songsaenim. Bukannya percaya penjaga perpustakaan itu justru menggeleng pelan dan mengusap punggungku lagi dengan perlahan.

" Dia mungkin hanya berhalusinasi karena shock."Ujar Kangin songsaenim menanggapi. Aku mendelik kesal.

" Tapi songsaenim, saya…"

" Kamu terlihat sangat shock, Sungmin-sshi." Kalimat bantahanku dipotong oleh namja berwajah malaikat yang menjaga perpustakaan ini. Ia memamerkan senyum dengan memperlihatkan kedua lesung pipinya yang entah kenapa membuatku ragu untuk membantah lagi. " Sebaiknya sekarang kamu beristirahat saja di UKS. Biar Heechul-sshi yang menemani dan menenangkanmu."Sambungnya terdengar bijaksana.

Kemudian namja berpakaian perawat dengan name tag Heechul berjalan mendekatiku dan mengajakku ke ruang UKS. Aku 'pun hanya bisa pasrah dan mengikutinya.

Selama perjalanan ke UKS aku juga sama sekali tidak menanggapi kata-kata Heechul ahjussi –sepertinya ia terlalu muda untuk disebut ahjussi-.

Aku diam seribu bahasa. Masih tak percaya kalau ternyata namja yang menolongku tadi cuma halusinasiku belaka. Dia terlihat nyata bahkan sentuhan tangannya di jemariku masih begitu terasa. Heechul ahjussi menghela napas dan terlihat berusaha memaklumi keadaanku.

-o00o-

" Dia mengenakan kemeja polos berwarna putih? Bukan seragam yang sama seperti siswa di sekolah ini kenakan?"Tanya Heechul ahjussi lembut seraya menyodorkan segelas teh hangat kepadaku. Aku mengangguk pelan sebelum akhirnya menyeduh teh tersebut.

Namja cantik nan berbakat ini mencoba menenangkanku dengan menarik perhatianku agar mau bercerita tentang apa saja. Raut wajahnya kini terlihat sedikit lega.

Heechul ahjussi seperti tak ingin aku sibuk dengan pemikiranku sendiri. Tak sedetikpun aku dibiarkannya melamun. Makanya ia lebih memilih membahas namja yang telah menolongku tadi daripada membiarkanku sibuk melamun sendiri yang mungkin tak akan bagus untukku.

Aku pun tidak keberatan untuk membahas namja penolongku itu. Justru aku ingin Heechul ahjussi percaya kalau dia memang nyata. Bukanlah halusinasiku semata.

" Berarti namja itu bukan siswa di sekolah ini."Heechul ahjussi mulai menyimpulkan. Aku kembali mengangguk dan meletakkan gelas berisi teh -yang telah kuminum setengah ke nakas.

" Kau ingat raut wajahnya?"tanyanya lagi. Seolah-olah ia percaya dan benar-benar ingin tahu. Aku kembali mengangguk yakin.

" Ne, wajahnya juga asing dan bukan seperti wajah penduduk asli sini -err maksudku aku baru pertama kali melihatnya."Ujarku menerawang dan kembali mengingat wajah namja itu. Satu kata tentang wajahnya. Dia tampan. Sangat tampan. Heechul ahjussi manggut-manggut menanggapi kalimatku.

Aku kembali bersemangat untuk menceritakan sosok penolongku itu. " ..dia juga melipat lengan bajunya sampai ke siku. Bahkan sebelum tertimpa rak dia terlihat berusaha keras menahan rak itu tapi…."Kalimatku tercekat begitu saja seolah ditelan oleh rasa bersalahku yang begitu dalam. Aku menyesal. Ya, aku menyesal tidak bergerak cepat untuk menolong sosok yang ku yakini sangat nyata itu.

" Saya rasa itu cuma halusinasi kamu, Sungmin-sshi. Kamu memang sangat tanggap dengan kejadian tadi dan menggeser tubuhmu dengan cepat untuk menjauhi rak yang akan jatuh. Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau sebelumnya kamu mendapat firasat buruk yang membuatmu jadi sangat gelisah? Lagipula saya juga sudah lihat buku yang kamu baca di perpustakaan tadi. Buku tentang hero 'kan? Mungkin kamu hanya terbawa alur cerita buku tersebut sehingga berhalusinasi seperti itu. Sebaiknya sekarang kamu istirahat dan menenangkan diri biar saya saja yang mempermisikan kamu dengan guru mata pelajaran kamu nanti. Uljima~"Ujar Heechul ahjussi panjang lebar membantah semua pemikiranku tanpa sisa. Ia tetap tak percaya. Ia masih mengira kalau aku hanya berhalusinasi. Aku benar-benar kesal sekarang.

Perlahan jemari tangan Heechul ahjussi mengelus rambutku dengan lembut. Senyum teduhnya membuatku sedikit melupakan kekesalanku. Sedikit. Hanya sedikit. Aku tetap kesal padanya. Sia-sia saja aku menjelaskan kronologi kecelakaan juga namja yang menolongku tadi kalau ternyata Heechul ahjussi masih tak percaya juga.

Namja yang biasanya berkata pedas saat menasehati pasiennya yang nakal itu kini menyelimutiku dengan selimut polos dan tipis yang terletak di ranjang tempat aku berbaring. Dengan cekatan ia memperlakukanku seperti orang sakit yang tidak bisa melakukan apa-apa. Aku jadi merasa risih.

" Gwenchana, Heechul ahjussi."Ujarku membetulkan sendiri selimut tersebut. " Bahkan aku bisa mengikuti pelajaran seperti biasanya sekarang."Kataku meyakinkannya.

" Andwae! Kau pasti sangat shock sehingga berhalusinasi yang bukan-bukan. Sebaiknya kau tidur saja karena saya masih ada keperluan dan tidak bisa terus-terusan menemanimu disini."Cegahnya seraya kembali tersenyum hangat.

Aku hanya mengangguk pelan dan memejam mataku dengan paksa. Untuk sekejap aku berpura-pura tidur dan membiarkan Heechul ahjussi pergi meninggalkan ruangan UKS. Setelah derap langkahnya mulai menghilang bersamaan dengan ditutupnya pintu UKS, aku 'pun kembali membuka mataku.

Tanganku bergerak menjauhkan selimut yang membuatku gerah. Aku juga membuka beberapa kancing baju seragamku. Di ruangan ini tidak ada AC sehingga sebentar saja terkurung disini serasa terpanggang hidup-hidup. Benar-benar panas. Panas sekali.

Aku mengibas tanganku ke area sekitar leherku. Panasnya membuatku gerah dan berkeringat.

Saat tengah asik mengibaskan tangan layaknya kipas tiba-tiba mataku menangkap suatu benda asing di jari manisku. Tanganku berhenti mengipas.

Ku perhatikan cincin perak dengan ukiran cantik di sekelilingnya itu. Cincin itu terpasang manis di jemari tanganku. Bahkan mengkilat indah seperti bukan cincin biasa. Entah cincin milik siapa ini. Yang pasti sejak masuk ruangan perpustakaan tadi aku sama sekali tidak mengenakan cincin. Apalagi cincin sebagus ini.

" Mau menukar cincin itu dengan ini?"Sebuah suara mengagetkanku. Menginterupsi kegiatan mari-perhatikan-cincin-bagus-ini.

Aku terlonjak kaget. Namja dengan kemeja putih polos yang tadi menolongku kini berdiri di sisi ranjang dan menyodorkan kacamata milikku yang –mungkin- terjatuh saat aku terdorong di perpustakaan tadi.

Entah sejak kapan dan darimana namja berkulit pucat itu masuk. Tiba-tiba saja ia sudah berdiri dihadapanku dengan seringai yang agak menakutkan.

Aku langsung duduk tegak dan mengusap-usap kedua mataku dengan cepat. Namja itu masih berdiri dengan mengernyitkan dahinya menatap tingkahku. Aku membelalakkan mataku tak percaya. Ku sentuh lengannya yang membuatku yakin kalau dia memang nyata bukanlah halusinasiku semata.

" Kau nyata?"Tanyaku masih ragu. padahal tadi aku sudah memutuskan untuk menganggapnya halusinasi saja.

" Tentu saja. Kajja! Tukar cincin yang kau kenakan itu dengan ini."Pintanya kembali menyodorkan kacamataku yang tengah dipegangnya.

" Cincin? Maksudmu cincin ini? Ini cincin milikmu?"Tanyaku seraya mengangkat tangan kanan dimana jari manisku mengenakan cincin perak yang sangat menawan. Ia mengangguk mantap dan kembali menyodorkan kacamata milikku. Ku ambil kacamata tersebut lalu meletakannya di meja sisi kanan ranjang.

Kemudian dengan perlahan ku tarik cincin tersebut dari jari manisku tapi entah mengapa cincin tersebut agak susah di lepas berhubung ukurannya pas-pasan di jariku. Namja yang berdiri di depanku terlihat mulai tidak sabar. Di rampasnya tanganku dengan kasar lalu di tariknya cincin tersebut dengan paksa. Mendapat pemaksaan yang tak berkepri-jari-an itu jariku langsung perih dan memerah. Aku meringis kesakitan.

" Aissh…kenapa susah di lepas sih?"Dengusnya kesal sambil terus-terusan berusaha tanpa memperdulikan rintihan kesakitanku. Sedangkan aku berusaha melupakan perih di jariku dengan memperhatikan wajah tampannya.

" Ka-kau yang menolongku tadi 'kan?"Aku tak bisa mencegah pertanyaan tolol itu keluar dari mulutku. Namja tampan itu mendadak menghentikan aksi memaksa cincin perak itu lepas. Ia menatapku lekat-lekat kemudian menghela napas panjang.

" Ne, namaku Kyuhyun…"

" Sungmin imnida."Potongku tersenyum lebar dan ikut memperkenalkan diri. Ia kembali melemparkan deathglare yang ku balas senyum polos dan cengiran tak berdosa. Ia menghela napas, melepas tanganku dan berjalan mendekati jendela UKS. Pandangannya menerawang keluar sana.

" Aku merupakan keturunan dari dewa pencabut nyawa."Sambungnya tetap dengan pandangan menerawang. Aku mencoba menajamkan pendengaranku. Yang ada aku justru geli mendengar kata-kata namja yang mengaku bernama Kyuhyun ini. Ternyata halusinasinya jauh lebih konyol dariku.

Mendengar tawa yang keluar dari mulutku, namja dengan mata obsidian itu mulai mengalihkan pandangannya. Dengan senang hati ia menghadiahkanku deathglare yang menyeramkan. Perlahan ia berjalan mendekatiku.

" Aku tidak sedang bercanda! Kau pikir manusia macam apa aku, eoh? Aku bisa menahan rak yang sangat besar dan menghilang dalam sekejap. Aku bahkan tidak luka sedikitpun!"Bentak Kyuhyun dengan nada kesal yang tidak di buat-buat. Aku terdiam lalu menunduk dalam. Bagaimanapun juga Kyuhyun adalah orang yang telah menolongku dari kecelakaan di perpustakaan tadi.

Ia kembali mengintimidasiku dengan tatapan tajamnya. " Aku juga bukan halusinasimu! Hanya saja cuma kau yang bisa melihatku sekarang karena kau mengenakan cincin perak milikku itu!"Suara merdunya terdengar menyakitkan telingaku.

" Arraseo, Kyuhyun-sshi. Aku mempercayai kata-katamu. Lalu ada keperluan apa kau sampai nyasar di perpustakaan? Membaca buku, ne?"Tanyaku tak bisa menahan tawa karena kalimat yang ku ucapkan malah persis lelucon ledekan yang membuat namja di depanku kembali kesal. Padahal tadinya aku bermaksud minta maaf dengan sungguh-sungguh.

" Aku punya tugas untuk mencabut nyawa yeoja yang bernama Sunny. Yeoja pendek yang saat itu berada di perpustakaan. Tapi tiba-tiba kau merusak ritualku! Aku terpaksa menolongmu karena hari ini bukan hari kematianmu. Asal kau tahu saja, jika kau tertimpa rak tadi kau sudah pasti mati di tempat!"Jelasnya membuatku bergidik ngeri. Bulu kudukku meremang.

" Sekarang kembalikan cincin yang kau kenakan itu karena tugasku akan terganggu tanpa cincin itu. Sebentar lagi adalah waktu dimana aku harus 'mencabut' nyawa yeoja penyakitan itu dan aku tidak punya wewenang untuk menundanya sekalipun itu karena bocah idiot sepertimu!"Lagi-lagi namja kasar ini berujar dengan setengah berteriak. Kata-katanya tajam sekali.

Aku yang mulai mempercayainya berusaha keras melepas cincin tersebut tapi tetap saja cincin tersebut tidak bisa lepas dari jariku. Yang ada tanganku semakin memerah dan bengkak. Kyuhyun melirik jam yang ada di dinding UKS. Dia mendengus dan mengumpat kesal.

" Aku tidak bisa menunggumu lagi! Ketika aku kembali lagi kesini, cincin itu harus sudah lepas dari jarimu!"Ancamnya seraya menarik kerah bajuku dengan kasar. Ia mengeluarkan gunting berwarna emas dari saku celananya kemudian melangkah pergi.

Aku terhenyak, sadar akan satu hal. " Ya! tunggu dulu! Bagaimana aku bisa melepasnya bahkan aku tidak tau kapan kau memasangkannya padaku. Ini bukan kesalahanku!"Aku menyusul Kyuhyun dan mengejarnya dengan setengah berteriak. Ia menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya dan menghampiriku dengan wajah yang sangat dingin. Aku jadi gugup dan gelagapan sendiri.

Jari telunjuk Kyuhyun mengarah tepat ke hidungku. " Aku tidak memasangkannya padamu, pabbo! Cincin itu terlepas dan terpasang saat aku menolongmu tadi. Me-no-long-mu! Dan sampai detik ini kau tidak mengucapkan kata 'gomawo' sedikitpun padaku! Dasar manusia!"Ujar Kyuhyun mendorong pelan dadaku hingga aku termundur beberapa langkah. Aku melongo.

" Go-gomawo, Kyuhyun-sshi."Ujarku persis gumaman. Wajahku memerah menahan malu dan kecewa. Aku kecewa pada diriku sendiri yang tak tahu diri ini.

" Ucapkan terima kasih dengan mengembalikan cincin itu padaku langsung, arra?"ujar Kyuhyun kembali membentak dan memutar badannya membelakangiku. Namun langkah panjangnya mendadak terhenti saat tiba-tiba Sunny -yeoja di perpustakaan tadi- lewat bersama Kangin songsaenim dan beberapa siswa lainnya. Mereka bahkan menyempatkan diri untuk berhenti.

Aku melangkahkan kakiku sehingga berdiri tepat di samping Kyuhyun. Aku bisa melihat seringai mengerikannya persis srigala yang baru saja mendapatkan domba buruannya. Mata obsidian itu mengkilat tajam.

" Kau sudah merasa baikan, Sungmin-sshi?"Tanya Kangin songsaenim. Aku tersenyum tipis seraya mengangguk cepat. Perhatianku tertuju pada Sunny yang terlihat baik-baik saja namun sedikit pucat saat ini. Aku kembali menatap Kyuhyun. Dia melihat Sunny begitu lekat dan penuh antusias. Aku mulai mencium aroma kematian disini.

Sementara itu ketiga namja juga Kangin songsaenim pamit dan meninggalkanku bersama Sunny dan kedua temannya.

" Kau sendirian, Sungmin oppa?"Tanya Sunny mengedarkan pandangannya ke sekelilingku. Aku mengernyit lalu tertawa kecil.

" Aniyo. Aku bersama dia."Ujarku seraya menepuk bahu Kyuhyun, Kyuhyun melirikku tajam dan tersenyum meremehkan.

" Dia siapa? Aku tak liat siapa-siapa selain oppa."Tanya Sunny mengernyitkan dahinya membuatnya terlihat lebih imut. Tawa mengejek Kyuhyun langsung pecah.

" A-ani! Maksudku..aku memang sendiri, Sunny-sshi"Ujarku terlanjur malu. Ternyata namja kasar yang ada di sebelahku ini benar, hanya aku yang bisa melihatnya sekarang.

" Lalu kemana Heechul ahjussi? Aku ada perlu dengannya, oppa."Tanya yeoja yang menjadi hoobae-ku ini. Kedua temannya sibuk memperhatikanku dan memamerkan senyum termanis mereka. Entah apa maksud kedua yeoja tak jelas ini. Entahlah.

" Heechul ahjussi bilang ia ada keperluan sebentar tapi aku tidak tau kemana."Jawabku apa adanya yang langsung di balas anggukan oleh Sunny.

" Gomawo, oppa. Kalau begitu aku balik ke kelas dulu, ne?"Pamit yeoja imut berperawakan pendek itu disambut anggukan sekedarnya dariku yang kemudian membiarkannya melangkah berlalu bersama teman-temannya.

Aku kembali menatap Kyuhyun, tangan kanannya terangkat keatas.

Pertama tangannya terangkat dengan merentangkan seluruh lima jarinya…

Lalu menjadi empat jari..

Tiga jari..

Dua jari..

Kemudian satu jari..

Aku menatapnya tak mengerti tapi selanjutnya terdengar suara seseorang jatuh ke lantai juga terdengar teriakan yeoja yang ternyata kedua teman Sunny tadi.

Kyuhyun berlari mendekati mereka. Aku mengikuti langkah Kyuhyun. Bulu kudukku meremang mendapati Sunny tengah tergeletak di lantai koridor dengan hidung berlumuran darah.

Salah satu teman Sunny berlari meninggalkan kami sementara Kyuhyun memilih berjongkok di depan tubuh yeoja malang itu. Entah apa yang akan dilakukan namja yang mengaku dewa pencabut nyawa ini. Enggan bertanya akhirnya ku putuskan untuk ikut-ikutan berjongkok.

" Sudah waktunya."Gumam Kyuhyun memejamkan matanya sejenak. Entah apa maksud kalimat yang terlontar dari mulut tajamnya itu. Aku memutuskan untuk diam dan memperhatikannya. Ketika Kyuhyun kembali membuka kelopak matanya, bola mata indah itu telah berubah warna menjadi warna merah seutuhnya. Saat itu juga aku melihat roh –bayang putih dan tak berbentuk- melayang hendak memisahkan diri dari raga Sunny. Itu roh Sunny. Yeoja imut ini akan segera mati.

Namun entah karena apa ujung roh tersebut masih menyangkut pada puncak kepala raga Sunny. Disinilah tugas Kyuhyun. Ia mengeluarkan sebuah gunting berwarna emas miliknya dan memotong roh tersebut sehingga lepas dengan sempurna dari raga Sunny. Roh -yang kuyakini sebagai roh Sunny- kemudian terbang bebas naik ke atas dan menghilang begitu saja. Tapi tunggu dulu! kenapa aku bisa melihat roh?

Sunny yang tadinya masih bisa bernapas dengan tersengal-sengal dan sedikit kejang-kejang kini tak bernapas sama sekali. Tubuhnya terkulai lemah tanpa roh. Dia baru saja meninggal, meniupkan napas terakhirnya dengan bantuan sang dewa pencabut nyawa, Kyuhyun.

Teman Sunny yang masih setia berada di dekat Sunny segera menyadari ketidakhidupan Sunny. Ia menangis dan berteriak memanggil nama Sunny serta berulang kali mengguncang kuat tubuh yeoja yang sudah tak bernyawa itu.

Tak berapa lama Heechul ahjussi muncul dengan teman Sunny yang tadi meninggalkan kami. Dengan raut wajah yang begitu cemas Heechul ahjussi bergegas mendekati Sunny. Perawat -yang menemaniku selama di UKS itu mengecek urat nadi di pergelangan tangan Sunny. Wajahnya mendadak sendu begitu menyadari tak ada denyutan kehidupan lagi pada nadi yeoja imut itu.

" Sunny sudah meninggal! Umumkan hal ini, kajja!"Teriak Heechul ahjussi dengan raut wajah sedih yang sudah tak dapat di tutupi lagi.

Aku berinisiatif menjalankan kehendak perawat muda itu berhubung kedua teman Sunny tengah berduka dan menangis tersedu-sedu. Kulihat Heechul ahjussi ikut mengeluarkan air mata bahkan aku yang baru saja mengenal Sunny ikut merasakan pilu tersebut.

Aku bergegas menuju ruang guru. Membiarkan sosok Kyuhyun tersenyum puas dengan hasil kerjanya yang membuatnya terlihat sebagai makhluk yang mengerikan di mataku. Detik ini juga aku mulai merasa takut padanya.

.

.

.

TBC

Author's area :

Gomawo ne buat para readers yang udah mau baca ff nista punya saya ini hehe. Tapi alangkah baiknya readers menjadi readers yang lebih berguna dengan menyempatkan diri mengisi kotak review demi kelangsungan hidup (?) ff ini. kalau review-nya banyak atau sesuai target saya janji bakal update asap *nyiapin kipas dan bara* #plak hehe

Intinya REVIEW please~~~~