Neverland

By Rei Iwasaki

DN isn't mine. It belongs to TO2

Warning: Everything can be warn, about the typo, the weird story, the OOCnes and other more.

Summary: Ini adalah sebuah obesei dalam teater keegoisan yang telah diciptakannya dalam hati dan juga angan-angan miliknya. Orang mengatakan bahwa niat jahat tidak akan pernah mendapat sebuah dukungan untuk menjadi terwujud. Tapi kenapa dia bisa?

Genre: Crime/ Suspense

Rate: T

Chapter 5: Piece to Peace please? (Series 1)

.

.

.

(Part 3) Suddenly Change

.

.

.

(I)

Light terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara teriakan dan bau amis yang sangat pekat. Anak itu bangkit dari tempat tidurnya dan berlari keluar, membuka pintu kamarnya dengan keras. Matanya terbelak melihat orang-orang yang biasa melayaninya kini sudah tidak bernyawa. Mereka dibunuh dengan sangat tidak manusiawi.

Ada beberapa yang hanya ditusuk satu kali, tapi ada beberapa yang sampai dimutilasi hingga berbentuk. Dari berbedanya cara pembunuhan itu, Light bisa memperkirakan bahwa pelaku pembunuhan ini bukan hanya satu orang saja, tetapi berkelompok.

Dirinya terkaget ketika ada sebuah tangan yang membekapnya. Rupanya dari tadi para penjahat itu bersembunyi di tembok bagian atas dari koridor di depan kamarnya itu.

Light masih tampak tenang ketika ada sebuah pisau yang mengarah ke arah lehernya dan mengoresnya menyebabkan luka kecil yang mengalirkan darah. Matanya langsung terbuka dengan tatapan membunuh. Dengan cepat dia menyiku perut penjahat itu dengan keras. Sontak saja penjahat itu oleng dan pisau yang dipegangnya. Jatuh. Light mengambilnya dan segera menusuk ke jantung penjahat itu.

Light meninggalkan pisau itu begitu saja di badan sang penjahat tanpa mengambil kembali. Matanya menatap tajam pada tiga penjahat yang kini berada di pegian pegangan tangga mewah miliknya. Mereka sedang berjongkong dan ikut membalas tatapan tajam ke arahnya. Lalu mereka berdua loncat menuju lantai satu.

Tak jauh darinya, ada sebuah pedang yang menacap di salah satu badan pelayan miliknya. Dia mencabutnya dengan sangat tidak manusiawai. Darah yang yang masih ada di dalam pelayan itu muncrat bersamaan dengan pedang yang tertarik itu dan membasahi pakaian dan juga celananya miliknya. Tanpa mempedulikan semua itu, dia meletakkan kaki kanannya di pegangan kayu yang ikut loncat ke bawah.

Arah jatuhnya cukup bagus karena di bawahnya langsung ada seorang pembunuh yang sedang mendongkakkan kepala miliknya sambi l meluncurkan peluru ke arahnya. Light menepisnya dengan pedang miliknya dan kemudian ketika cukup dekat, Light menancapkan pedang miliknya tepat dipuncak kepala penjahat itu.

kedua penjahat yang lainnya berlari mendekati dirinya. Light membuat dirinya berputar dan menendangi wajah keduanya dengant elak hingga mereka terlempar jatuh ke lantai yang cukup jauh dari Light.

Light melepaskan genggamannya dari pedang tadi dan dia mendarat di lantai. Sedangkan penjahat pertama tumbang dengan tidak bernyawa.

Ketika dia sadar dia sudah membunuh ketiga pembunuh itu dengan sangat cepat, dia sadar juga bahwa disekelilingnya sekarang ada benang-benang tipis nan tajam dan juga sama sekali tidak bisa bergerak atau benang itu akan mengores kulitnya dan menjepitnya hingga badannya termutilasi.

Light berusaha untuk tetap tenang. Dia menutup matanya kemudian menarik napas dan menghembuskannya. Ketika dirasanya dia sudah cukup tenang, Light membuka matanya. Bola matanya dengan seksama melirik keseliling, mengamati apapun yang bisa membantunya. Tak puas dengan hanya sekeliling saja, Dia sedikit mengangkat kepalanya ketika dia merasa masih bisa melakukannya.

Mata Light menangkap ada lampu gantung yang berada tak jauh di atas kepalanya. Dia memperkirakan kemungkinan dia bisa melompatinya, tapi cela-cela benang yang ada di atas tidak memungkinkan dirinya untuk melakukan loncatan itu. dia harus memotong salah satu benang, membuatnya menjadi kacau dan langsung melompat sebelum terlalu banyak benang yang bergerak luar yang akan melukainya.

Ketika merasa yakin dengan rencananya akan berhasil. Light melakukannya. Dengan cepa dia memotong salah satu benang yang ada disekitarnya lalu meloncat. beberapa pakiannya tersobek dan kulitnya tergores serta mengeluarkan darah, tapi yang pasti nyawanya masih ada di sana.

Cukup lama menunggu sampai benag itu berhenti bergerak dan terkulai lemah di atas lantai marmer rumah miliknya. Baru saja Light menghelah napas ketika dia merasakan tempatnya bertumpu bergerak. Light mengalihkan pandangannya dari lantai menuju tali penopang lampu. Matanya terbulatkan melihat tali itu seperti tidak tahan menahan berat badannya dan mulai putus perlahan-lahan.

Tak sampai tiga detik tali itu putus. Light dan lampu tempatnya bergelantung terjun menuju lantai. Ketika hampir menabrak lantai, lantai itu terbuka seperti sebuah pintu otomatis, menyebabkan Light terjatuh sampai mungkin ke bawah tanah dari rumah itu.

Light masih saja menutup matanya karena kencangnya terpaan angin saat dirinya melawan gravitasi, dia baru berani membuka matanya ketika lampu yang dipegangnya tadi tampak mengnyangkut disesuatu yang menyebabkan dia berhenti.

Light perlahan membuka matanya dan betapa kaget dirinya ketika dia mendapati di bawahnya itu sduah tersedia mesin pembunuh lainnya berupa btu-batu yang berbentuk seperti duri yang membentuk lembah dan juga bukit kecil.

Anak kecil itu langsung berkeringat dingin dan berusaha untuk membuat dirinya tetap bergelantungan dan tidak jatuh. Dia bisa langsung mati terkoyak oleh tanan keras berbentuk duri yang bisa menjelma setajam pisau.

Ini gila. Sejak kapan rumahnya menjadi kotak permainan berbahaya bagi dirinya? Atau sejak kapan dan siapa yang merubahnya menjadi seperti ini?

/Jangan percaya dengan semua itu. Semuanya hanyalah ilusi. /

Light terperanjat. Sebuah suara tiba-tiba saja bergaung di dalam otak kecil miliknya. Light tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi sepertinya suara entah siapa itu akan bisa membebaskannya dari mesin pembunuh mengerikan itu. Light mencoba membalas dengan membatin.

Mana mungkin semua ini adalah ilusi! Baru saja seluruh tubuhku merasakan sakit yang sangat sakit! Luka dimana-mana! Jika seharusnya ini ilusi, seharusnya semuanya sudah hilang dari tadi.

/Aku akan mengubah sistemnya dan mengeluarkanmu dari sana. Kumohon kau tetap menahan berat badanmu sehingga kau tidak jatuh ke tanah-tanah berduri itu. walaupun ini hanyalah sejenis ilusi atau virtual game, jika kau mati dalam ilusi ini, maka otomatis di dunia nyata kau juga mati karena mereka akan langsung memotong urat saraf otakmu./

Akan kucoba, tapi cepatlah! Tanganku yang masih baik hanya tinggal satu!

Light semakin panik dan juga bergetar ketika besi-besi yang tergentung pada dinding jurang mulai terusak dan akan patah. Apa yang dipikirkannya menjadi kenyataan. Tak perlu menunggu lebih sampai semenit, lampu itu tusak dan dia terjatuh dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dirinya sangat ketakutan dan juga merasa sakit saat melawan gaya grafitas. Saking takutnya bahkan untuk menangis dan berteriakpun dia tidak sanggup. Yang bisa dilakukannya hanya bisa pasrah dan menutup matanya.

Ketika dirinya kembali membuka mata, betapa kagetnya ketika dia mendapati matanya memandang plafon kamar miliknya. Light segera bangkit dari tidurnya, meraba-raba seluruh tubuhnya memastikan tidak ada satupun yang terluka atau bahkan hilang. Light lalu menghembuskan napas legah mengetahui semua masih berada di tempatnya. Lalu kemudian dia menyadari sesuatu. Pasti L yang mengeluarkannya dari dunia ilusi itu, lalu sekarang anak itu ada dimana.

"Selamat datang kembali, Kira," ucap seseorang dari arah meja belajar miliknya. Light mendongkakkan kepala ketika dia merasa familiar dengan suara itu dan juga panggilan khusus untuknya yang hanya diketahui oleh L.

"Kau perlu menjelaskan semuanya. Kenapa aku bisa sampai terkena ilusi aneh dan juga ganjil. Pasti ada sesuatu dibalik semua itu," ucap Light menatap L dengan tatapan ingin tahu dan juga memaksa.

L menghelah napas sejenak lalu dia mulai membuka mulutnya. "Kau tahu kenapa aku selalu ada di kamarmu? Kenapa aku selalu datang ke rumahmu? Aku selalu mengawasimu karena aku sudah tahu bahwa kakek gila itu ingin menjadikanmu sebagai inang untuk teknologi percobaan miliknya. Aku tidak ingin kau menjadi sama denganku."

"K-kau menjadi bahan percobaan?" Light membulatkan mata.

"Ya kau benar. Sebuah chip diimplantkan ke dalam otakku. Chip itu entah kenapa hanya bisa beroperasi ketika inangnya adalah orang yang emosional. Maksudnya orang yang memiliki tekad kuat dalam hal yang kebanyakan negatif. Kebencian dan itu sangat cocok denganmu yang sangat membenci semua penjahat di dunia sebagai Kira," jelas L.

"Lalu kebencian yang membuatmu bisa mengoperasikannya?" tanya Light.

"Kau pikir menjadi deketif dalam usia yang muda itu tidak memiliki beban pikiran, hah? Aku sungguh benci akan semua itu. karena hal itu tidak ada seorangpun, teman yang sebaya denganku yang mau menjadi temanku. Apalagi ketika mengetahui kenyataan bahwa orang tuamu sendiri sama sekali tidak menginginkanmu. Memangnya semua itu bisa diterima dengan mudah oleh anak remaja sepertiku yang masih labil?" ucap L panjang lebar. Ini pertama kalinya Light melihat anak berambut jabrik di depannya berkata segitu panjangnya seperti sekarang.

Light memandang L dengan tatapan tidak percaya. Dia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Apa yang dikatakan L benar dan dirinya juga mengalami hal itu. Mereka adalah remaja jenius nan labil yang dimanfaatkan oleh kepicikan orang dewasa yang sangat egois. Light juga sangat benci ketika dirinya lahir di keluarga yakuza yang berdarah dingin dan suka membunuh tanpa alasan jelas.

"Apa efek sampingnya? Setiap percobaan jarang ada yang sempurna? Dan kenapa sebuah chip diimplantkan ke dalam otak kita? Sejak kapan mereka melakukannya padaku?" tanya Light bertubi-tubi.

"Itu…" belum juga L menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba saja dia merasa tubuhnya tersengat listrik dan kepalanya menjadi sangat pening. Sepertinya hal itu tidak jauh bedanya dengan Light. Tiba-tiba saja dia merasakan hal yang sama. Sangat menyekitkan seperti disetrum ribuan volt listrik.

"AKHH!" teriak mereka berdua dan langsung pingsan seketika, tapi ada yang aneh pada diri L. Tak sampai sementi dia sadarkan diri, hanya saja tatapan matanya tidak sedingin yang biasanya. Bukan berarti sekarang hangat, tapi lebih parah lagi. Tatapan matanya penuh dengan ambisi dan juga keegoisan, mungkin kekejaman termasuk juga di dalamnya.

L -atau mungkin orang lain dengan wujud L- berjalan menuju tempat tidur Light Yagami. Dia duduk dipinggiran kasur Light, memandang wajah Light yang sedang tertidur. "Kau harus menunjukkan dirimu yang asli sayang. Aku sudah lama menunggunya," ucapnya seraya mengelus-ngelus kepala milik L.

/Apa yang kau lakukan L! Kenapa kau membiarkan dirinya lepas dan mengambil alih tubuhmu? Dunia ini akan kacau jika dia muncul kembali!/

Sebuah suara bergema dalam kepala orang itu. Dia mengucapkan nama L, tapi kalimat itu bukan ditujukan pada orang yang sudah mengambil alih tubuh L, tapi kepada L yang sedang tertidur bersama diri orang yang berkata itu jauh di dalam dunia alam sadar.

"Diam! Dia milikku! Tidak akan kubiarkan kau mengambil alih tubuh ini lagi dan memisahkanku dengan Kira! Aku mencintainya dan siapapun yang menjadi penghalangnya akan kusingkirkan bahkan kau kepribadianku yang asli," ucap orang itu dengan nada yang kasar.

(II)

Watari tersenyum melihat bahan percobaannya yang kali ini sangat berhasil. Dia sudah menemukan seluk beluk dari semuanya. Kini L anak angkatnya dan juga Light Yagami, Kira yang jenius sudah berada di sisinya menjadi kaki tangannya.

Dengan begini dia akan membuat para ilmuan yang dulu menghinanya menjadi malu, bahkan akan menghancurkan mereka tanpa tersisa. Semuanya akan dia sapu hingga akarnya. Hingga dialah sebagai yang akan disebut sebagai raja teknologi baru yang akan berjaya. Yang akan sangat dihormati. Namanya akan dikenang seumur hidup. Dia hormati! Dia akan mendapatkan semua yang direbut darinya dulu.

Watari kemudian pergi dari ruang pemantauan untuk memantau L dan juga Light untuk menghadiri rapat yang akan mengabulkan semua cita-cita yang sudah dikatakannya sejak tadi.

Di sisi lain, L dan Light yang sedang dipantau tadi itu sedang asyik berada di ruang tamu rumah mewah milik Watari. Keduanya sedang menonton salah satu siaran berita yang memberitakan segala sesuatu yang kasat mata di masyarakat. Korupsi. Pembunuhan. Pemerkosaan. Ada juga beberapa bencana alam yang diberitakan.

"Aku benci mereka semua."Light mengertakkan giginya ketika mendengar salah satu berita yang memuat bahwa sekelompok kriminal yang melakukan tindakan kejahatan diseluruh belahan dunia.

L menatap Light dengan tatapan bingung. "Kenapa?"

"Karena mereka menodai mimpiku yang indah."Keduanya terdiam sejenak. Cukup lama bisa dibilang. Sampai L kembali menanyakan hal yag sama.

"Kenapa?"

"Karena mereka hanyalah sampah masyarakat yang seharusnya dimusnahkan! Mereka melakukan apapun semau mereka tanpa melihat ada orang yang bersedih, menangis dan berduka karena perbuatan mereka!" Light mengucapkannya dengan penuh emosi kemarahan.

"Kalau begitu kau mau aku membersihkan kembali mimpimu bahkan mengabulkannya?" L tersenyum saat mengatakan itu. Kini Light mengerutkan keningnya. Dia sama sekali tidak mengerti pemikiran orang freak yang ada disampingnya ini. Tapi Light memilih untuk mengikuti percakapan yang semacam permainan ini.

"Kau bisa?" Light bertanya balik.

"Tentu saja. Itu sebuah janji mati untukmu. Aku akan menepatinya dengan bagaimanapun caranya."

(IV)

L kembali membuka kedua matanya. Akh, sebetulnya saat ini, bukan L yang ada di sana, tapi Ryuzaki yang sedang teringat kembali oleh kejadian masa lalunya. Bagaimana dia bisa terbentuk sampai membuat pulau Neverland menjadi nyata.

Di tubuh itu bersemayam tiga kepribadian yang sama-sama merepotkannya. L, nama tubuh dan pemegang asli. Lalu Ryuzaki, yang kini menjadi pemegang kendali tubuh tersebut dan B yang muncul disaat dirinya dibutuhkan oleh Ryuzaki.

Ryuzaki menyamankan posisi duduknya dan memandang ratusan monitor yang ada di depannya. Tidak ada seorang manusiapun yang berkeliaran disetiap sudut dari pulau ini. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Pulau ini seperti pulau mati saja.

/Ke mana mereka semua? Pulau ini rasanya mati tanpa para pengacau yang selalu berpesta itu./

Sebuah suara berdengung di dalam pikirannya. Itu suara B. Kini B sedang mengajak Ryuzaki berbicara.

"Aku yang menyuruh mereka untuk bersembunyi," jawab Ryuzaki singkat.

/Kenapa?/

"Karena aku nantinya yang akan susah jika domba yang sudah kukumpulkan nanti akan mati dan juga terluka, maka aku hanya mengeluarkan yang terkuat dari mereka atau bisa dibilang musuh dalam kawan," ucap Ryuzaki sambil menampakkan seringai mengerikan.

/Serigala ganas berkedok domba,hah?/

Mungkin jika kau mendengarnya sekilas, kau akan merasa B menyukai semua itu dan sangat menunggu-nunggunya atau bahkan mungkin sangat berpihak pada Ryuzaki. Tapi tidak. B lebih memilih dirinya mati daripada harus bekerja sama dengan iblis yang memiliki sama tubuh sepertinya ini.

Tentu saja B memanggilnya iblis. Karena kau tahu siapa yang membunuh orang yang sangat dicintai B? Si A yang sangat manis dan baik itu? Jawabannya adalah Ryuzaki keparat itu.

Akh, B betul-betul berharap L bisa cepat muncul dan membinasakan Ryuzaki dengan segala rencana liciknya.

Yang sebetulnya semua ini baru saja permulaan.

.

.

.

(Special)

.

.

.

Disebuah ruangan yang sangat besar itu, hanya ada dua orang. Yang pertama adalah seorang anak laki-laki mudah yang kurang lebih berumur 10 tahun duduk dikursi single yang hanya ada satu-satunya di ruangan itu. Lalu orang yang kedua adalah seorang laki-laki dengan keperawakan wajah 60 tahunan. Mereka sedang berbincang serius, sampai-sampai pemilik bangunan ini memberikan privasi khusus untuk keduanya.

"L tidak bisa mengunjungimu lagi," ucap kakek tua itu.

Anak laki-laki yang berambut merah itu langsung menampakkan raut wajah panik. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Badannya bergetat mendengar ucapan kakek itu. "Kenapa? Apa karena aku tidak layak berteman dengan dirinya yang tersohor? Apa aku tidak pantas untuk bersandang dengannya? Kemampuanku masih kurang lagi? Kalau begitu aku akan menjadi lebih pintar lagi, tapi kumohon aku masih bisa bertemu dengan L. Dia temanku satu-satunya. Dia satu-satunya yang mau berteman denganku."

"Maaf, tapi L betul-betul tidak bisa bertemu dengan dirimu lagi. Semua koneksi akan dirimu terhadapnya sudah diputus. komunikasi kalian berakhir di sini," ucap kakek tua itu dan meninggalkan anak berambut merah yang nyaris mengangis.

"Sssst…. kau harus diam anak muda. Kau tidak akan bisa mengalahkannya jika kemampuanmu masih begini. Kau bahkan tidak bisa mengatur emosimu yang masih labil itu." Suara itu tiba-tiba saja terdengar dari arah depannya.

Anak berambut merah itu dengan cepat mengangkat kepalanya dan dia menemukan seorang laki-laki dengan rambut dan warna mata yang berwarna coklat, laki-laki yang sebetulnya sudah ada bahkan sebelum kakek tua itu datang dan dia bersembunyi sampai dia menemukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan si anak berambut merah ini.

"Siapa kau! Berani sekali kau menghinaku!" seru anak berambut merah itu.

"Hah, itu bukan hinaan. Tapi nasehat! Sudah baik-baik aku memberitahukanmu daripada nanti kau mati konyol." Laki-laki berambut coklat itu memasang senyuman meremehkan.

"Memangnya kau siapa?" Anak itu bertanya masih dengan nada yang keras.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Kau hanya perlu tahu kau adalah orang yang akan dijadikan tumpuan olehnya untuk menyelesaikan semua ini." Laki-laki itu tanpa persetujuan menyentilkan jarinya di dahi anak berambut merah itu. Anak berambut merah itu merasa ada sengatan listrik yang entah kenapa berasal dari jari telunjuk laki-laki berambut coklat itu dan beberapa menit kemudian, anak laki-laki itu hanya bisa melihat warna hitam. Dia dibuat pingsan oleh laki-laki misterius itu.

"Matt, kau akan menjadi senjata terakhir L untuk mengalahkan Ryuzaki nanti. Oleh sebab itu aku harus memastikan kau tetap hidup sampai dengan sendirinya kau tertarik masuk ke pulau Neverland itu," ucap laki-laki berambut coklat itu dan lalu dia menghilang tanpa bekas.

"Kita akan segera bertemu lagi, B."

.

.

.

.

.

TBC

A/N: Mind to give review, an advise, a critic or even a flame?