Disclaimer of Bleach: Tite Kubo

Anime: Bleach

Rated: T

Genre: Romance, Friendship and Hurt/Comfort

Pairing: Byakuya Kuchiki x Ichigo Kurosaki (ByakuIchi)

Warnings: OOC, AU, shounen-ai, boys love, male x male, penggunaan bahasa gaul Indonesia, probably typo(s), penggunaan EYD yang tidak benar, gajeness and for the last, u don't like BL? Oh, just click 'back' button and leave no trace

Author by: Kazugami Saichi Hakuraichi

Present:

Scary or Possesive?

Shiro dan Grimmjow yang sudah keluar dari kamar mereka itu hanya bisa duduk terdiam di samping kanan dan kiri Ichigo. Mereka hanya bisa mendengarkan isakan pelan di samping mereka tanpa bisa melakukan apa-apa. Yang sekarang ini hanya bisa mereka lakukan hanya menaruh tangan mereka di pundak sang orang-head dengan harapan sentuhan itu akan membuat sahabat mereka ini lebih tenang.

Malam ini adalah malam yang berat. Mereka berdua yakin bahwa besok mereka harus ijin ke sekolah. Karena nampaknya mereka tidak akan bisa tidur...

*KaSaHa*

"Ichi, bangun!" panggil Grimmjow sambil menggerakkan bahu sang pemuda berambut orange tersebut dengan sangat perlahan.

"Mnghhh..."

Tapi rupanya yang dipanggil masih dengan asyiknya menikmati dunia mimpinya. Mungkin itu mimpi dimana cintanya terhadap a certain person menjadi suatu hal yang indah. Tidak berakhir seperti dengan apa yang tadi malam dirinya alami. Bukti nyata dari kejadian tersebut nampak jelas di wajah cowok berjulukan Berry tersebut. Yaitu matanya yang bengkak dan jejak air mata di kedua pipinya.

"Hoi, Berry wake up!" sahabatnya mencoba untuk membangunkannya lagi, tetapi untuk hasil yang sia-sia.

Tidak ada sama sekali tanda-tanda Ichigo akan kembali untuk menghadapi dunia nyatanya yang tentu saja sangat berbeda dengan dunia yang dia 'nikmati' saat ini. Tetapi hidup harus tetap dijalani, bukan?Dan sangat tidak mungkin sang Berry itu akan terus tertidur! Terpikir saja jangan sampai! Itu sama saja dengan mati. Ah, sudahlah, lupakan deskripsi yang terakhir itu.

"Dia masih belum bangun, Grimm?" tanya Shiro yang baru memasuki kamar tersebut dengan membawa dua cangkir kopi panas. Dia berjalan mendekati kasur tempat sahabatnya yang berambut orange tersebut masih terlelap. Dan kemudian memberikan secangkir kopi tersebut kepada pemuda bermata biru laut.

Semalam Ichigo menangis dalam diam. Yah, walaupun mereka tidak melihatnya—karena Ichigo terus menutupi mukanya dengan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya dengan sangat dalam—tapi mereka tahu kalau pemuda itu sedang menangis. Dan setelah lelah menangis, sang Berry jatuh tertidur dengan posisi kepalanya yang berada di pangkuan Shiro. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi, mereka juga tidak tahu. Karena rasa kantuk yang mendalam membuat mereka tidak terlalu mengingat kejadian semalam dengan jelas. Mungkin efek dari alkohol juga.

"Gue sebenarnya gak tega bangunin dia sekarang. Berry khan kemarin tidur malem banget. Apalagi dengan putusnya dia dengan Byakuya, tentu aja dia tidak hanya lelah secara fisik, tapi juga pikiran dan hatinya," jelas Grimmjow untuk menjawab pertanyaan cowok Albino tersebut.

"Ya gue juga tahu itu. Mungkin kita tunggu aja sampai dia bangun sendiri. Kalau lapar, dia juga pasti bangun, khan?"

"Hmmm..." cowok berambut biru itu hanya dapat menggumam tidak jelas karena pikirannya sudah menerawang jauh. Lagipula sepertinya Shiro juga tidak terlalu mempermasalahkan jika Grimmjow sedang mendengarkannya atau tidak karena dia juga sedang melakukan hal yang sama sambil menatap sahabat mereka dan menyesap kopi panasnya.

*KaSaHa*

4 years later...

"Oi, Berry! Pacar lo udah jemput di ruang tamu tuh!" panggil Shiro sang cowok Albino tersebut di depan kamar Ichigo. Yah, dengan sedikit tambahan menggedor pintu sang cowok berambut orange.

"Iya, iya! Sabar! Gue sedang ganti baju ini!" balas suara yang berada di dalam kamar. Tentu tidak lain dan tidak bukan adalah suara Ichigo Kurosaki.

"Lo tuh lagi berdandan ato lagi ganti baju sih? Lama amat kayak anak cewek!" goda sahabatnya yang berambut biru. Dan langsung disambut dengan kekehan dari kedua sahabatnya tersebut.

"Bawel! Pacar gue aja gak comment!" Ichigo tentu tidak terima dikatakan seperti itu. Dan segera mempercepat dirinya untuk memakai baju dan menata rambutnya. Lalu segera keluar dengan pintu yang sedikit dibanting saking kesalnya dengan kedua sahabatnya yang selalu saja menggodainya.

"Tapi emang peranan lo di ranjang khan sebagai cewek?" Sahabatnya yang bermata emas itu bukannya malah menghentikan, tetapi semakin menimpali lagi dengan candaan yang tentunya sudah melampaui yang namanya pride seorang cowok. Yah, itu sih menurut pandangan Ichigo karena dia memang harus menerima rolenya sebagai uke. Dan harus diakui bahwa dia adalah tipe yang masochist pula. Itu sudah yang terparah baginya.

"Grrr, terserah kalian lah! Gue cabut dulu!" Sang Orange-head tersebut sudah malas menanggapi ocehan kedua cowok gila di depan kamarnya. Daripada nanti malah semakin panjang dan harus membuat kekasihnya menunggu lama. Dia tidak ingin hal itu. Bukan karena dia takut kepada pacarnya yang baru—yah tidak tergolong baru juga sih, mereka sudah berpacaran selama satu tahun—layaknya mantan pacarnya yang sebelum ini. Tapi karena saking baiknya pria yang dia kencani, sang Berry jadi tidak tega untuk melakukan hal-hal yang akan membuat siapa saja akan marah—tidak termasuk pacarnya tentunya.

Grimmjow dan Shiro tetap saja masih tertawa setelah kepergian sang cowok berambut orange tersebut. Lalu menghentikan tawanya ketika mendengar pintu apartemen mereka tertutup. Ya, mereka sekarang telah tinggal bersama dalam satu atap.

"It's been 4 years, huh?" ucap Grimmjow tiba-tiba. Dirinya berjalan ke arah kaca besar yang mengarah ke jalan raya. Pandangannya menerawang jauh.

Shiro mengikuti cowok itu tetapi dia menatap ke bawah. Ke arah jalan raya. "Yeah, 4 years ago, Berry broke up with him. I'm glad he found the right person after 3 years filled with despair from what I see in his eyes everyday," balas sang cowok Albino.

"Sousuke bilang, dia akan memberitahu Berry yang sebenarnya hari ini. Gue masih tidak yakin jika Berry bisa menerima semuanya dengan baik. Gue kadang berpikir jelek, kalau-kalau dia malah terjun dari atas jembatan dan sebagainya."

"Hush, kita mesti berpikir positif. Gue juga yakin Sousuke gak bakalan biarin hal itu terjadi. Walau itu memang sudah tanggung jawabnya untuk menjaga Berry karena janjinya dengan 'dia', tapi gue udah melihat bahwa Sousuke bener-bener udah mencintai Berry sepenuhnya despite what he has be en told to do by—you know who," Shiro memprotes perkataan sahabatnya tersebut. Kemudian dia melihat sebuah mobil Mercedes hitam yang keluar dari area parkir apartemen mereka menuju ke jalan raya. 'May luck be with you, Sousuke Aizen!' Batin cowok Albino tersebut.

"I think so," gumam cowok berambut biru tersebut.

*KaSaHa*

"Hey, Sousuke, kita akan pergi kemana? Kau bilang kalau hari ini akan menjadi hari spesial, bukan?" tanya Ichigo sambil menatap kekasih tampannya yang sedang berkonsentrasi mengendarai mobil Mercedes hitam milik pria bernama Sousuke Aizen tersebut.

"Benar sekali, my love! Because this day is our first annyversary!" jawab Sousuke masih berkonsentrasi dengan jalanan yang ada di depannya.

"Hmm, sudah setahun ya, kita berpacaran. Rasanya seperti baru kemarin saja kau mendekatiku yang sedang melamun di cafe yang sering kudatangi. Aku masih sangat mengingat jelas kejadian waktu itu. Saat itu cafe ramai sekali dan hampir tidak ada tempat duduk. Dengan keadaan hujan deras membuat semua orang di dalam cafe enggan untuk beranjak pulang. Lalu kau datang dalam keadaan sedikit basah kuyub dan memilih untuk duduk bersamaku yang saat itu sedang sendirian. Kau mengingat hari itu, khan?" Sang orange-head tersebut bercerita panjang lebar untuk mengingat kembali hari dimana mereka pertama kali bertemu.

Semenjak hari itu, mereka mulai melakukan pertemuan-pertemuan yang kadang secara sengaja dan tidak disengaja. Dan hari-hari itu berakhir ketika Sosuke memutuskan untuk menembak Ichigo menjadi kekasihnya, tepat setahun yang lalu.

"Bagaimana aku bisa melupakan kejadian itu? Kau waktu itu sudah bersiap mengeluarkan kata-kata mutiara mu kepadaku karena aku terlambat datang bukan? Aku bisa melihat perubahan wajahmu yang sudah merah karena marah dan akhirnya berubah menjadi merah malu setelah membaca sms-ku," ujar pria brunette tersebut panjang lebar.

"Huh, ngapain kamu kirim sms, kalau sedetik berikutnya kamu sudah berdiri di depanku?" tanya sang cowok berambut orange.

"Daripada aku langsung datang dan mendapatkan semburanmu? Lebih baik aku beritahu terlebih dulu maksud dan tujuanku mengajakmu hari itu kencan," jelasnya dengan senyum yang playful.

Ichigo hanya bisa tersenyum mendengarnya. Dan mereka melanjutkan acara ngobrol mereka di dalam mobil dengan bernostalgia tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi selama mereka berpacaran 1 tahun itu. Karena perjalanan yang lama itu pula, mereka juga bisa bercerita dengan lama. Hampir semua memori mereka ingat kembali.

"Hah... that was wonderful! Aku mendapatkan banyak kebahagiaan saat bersamamu. Thanks, Sousuke-my love!" sahut cowok orang-head tersebut sambil memberikan sebuah ciuman singkat di pipi pria yang sedang menyetir.

"You're welcome, my sweet heart!" balas Sousuke sambil menoleh sekilas ke arah Ichigo dan tersenyum.

"Jadi, kita sebenarnya akan kemana? Jalanan ini semakin sepi. Kita mau ke arah pinggiran kota?" tanya sang Berry mulai penasaran dengan jalanan yang beranjak sepi.

"Ya, kita akan menuju sebuah tempat pemakaman. Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu. Tolong kau jangan marah dulu, my love. Aku janji setelah dari sana kita akan ke tempat yang kau inginkan," jelas sang pria brunette tersebut.

"Hmm, baiklah. Aku akan mengikutimu. Memang makamnya siapa sih?" Ichigo masih merasa penasaran. Mengapa di hari anniversary mereka yang pertama, kekasihnya itu malah menginginkan mereka berdua untuk mengunjungi sebuah kuburan? Tidak pernah ada yang namanya sebuah perayaan bahagia itu dirayakan di sebuah kuburan. Belum pernah terjadi. Makam siapa yang ingin sekali Sousuke tunjukkan kepadanya di hari berbahagia untuk mereka berdua?

Sousuke kembali hanya menoleh singkat ke arah cowok di bangku penumpang mobilnya sambil tersenyum penuh arti. Dan dari matanya terpancar sebuah kesedihan serta perasaan guilty? Mungkin itu hanya pemikiran Ichigo saja. "Aku tidak bisa memberitahunya sekarang. Akan lebih baik jika kau mengetahuinya sendiri nanti." Hanya itulah jawaban yang diberikan pria tampan itu kepadanya.

Tentu saja perkataan itu semakin membuat sang orange-head kebingungan. Semakin banyak pula tanda tanya yang ada dalam otaknya. Tapi akhirnya Ichigo menyerah untuk memikirkan makam siapa yang akan ditunjukan oleh Sousuke. Tidak ada bayangan sama sekali. Dia pun memutuskan untuk diam dan melihat pemandangan sekitar yang mulai berubah dari perkotaan dengan gedung-gedung yang tinggi, menuju sebuah pendesaan dengan banyak pohon yang rindang.

Setelah memakan waktu perjalanan selama satu setengah jam, mobil Mercedes hitam milik Sousuke Aizen berhenti pada sebuah tempat pemakaman yang terbilang untuk kalangan elite. Yah, hal itu terlihat dari nampak depan. Anak kecil saja bisa tahu.

"Ayo, Ichi!" panggil pria brunette tersebut membuyarkan lamunan pasangannya. Yah, mungkin karena Ichigo tidak pernah berada di kawasan pemakaman elite seperti ini, makanya dia jadi terpaku ketika baru pertama melihatnya. Siapa saja juga akan terheran-heran mengapa kuburan bisa sampai se-fancy itu.

"E, iya!" Ichigo tersadar dari kekagumannya dan mengikuti Sousuke masuk ke dalam tempat pemakaman tersebut.

Walau terlihat sepi—yah memang kuburan selalu sepi kecuali sedang ada upacara pemakaman seseorang—dari luar, tapi ternyata di dalam juga masih terdapat beberapa orang yang mendoakan saudara, teman atau kerabat mereka yang telah meninggal. Dan memang seperti dugaan Ichigo, orang-orang disana adalah kalangan-kalangan yang sering muncul dalam media-media.

Karena rasa penasarannya yang masih sangat tinggi, cowok berambut orange tersebut mulai melihat nama-nama yang ada di batu nisan. Jika Sousuke membawanya kesini dengan suatu tujuan, kemungkinan besar akan ada nama seseorang yang dia kenal berada di salah satu batu nisan itu. Tapi Ichigo masih belum bisa menebak sejauh ini. Siapa orang kaya yang dia kenal dan sudah meninggal?

"Kita sudah sampai." Sousuke menghentikan langkahnya di depan sebuah makam yang terlihat lebih sederhana dibandingkan makam-makam yang berada di sekitarnya.

Saat sang Berry hendak melihat nama dari batu nisan tersebut, kekasihnya malah menghalangi pandangannya dan sekarang sedang menatap dia dengan tatapan yang, err, sedih? Bingung? Sedikit kalut dan seolah dia merasa bersalah atas sesuatu hal. 'Makam siapa sih?' Batin Ichigo mulai jengkel karena rasa penasarannya yang sudah melebihi batas.

"Sebelum kau membaca nama dari batu nisan itu, aku ingin kau membaca surat ini terlebih dahulu," sahut pria brunette tersebut sambil menyodorkan sebuah amplop putih yang sudah terlihat kusut. Jelas terlihat sudah lama tersimpan. Mungkin 2 tahun?

Ichigo hanya bisa mengernyitkan dahi dan menerima surat tersebut lalu segera membukanya. Wow, ada sekitar 3 lembar kertas di dalamnya. 'Pantas saja tebal.' Pikir Ichigo lalu mulai membacanya dalam hati.

Letter 1

Hi, Ichi. Jika kau sudah membaca surat ini, berarti Sousuke sudah membawamu ke makamku ya? Dan itu juga berarti kau sudah menemukan kebahagiaanmu kembali dengan Sousuke. Syukurlah. Aku dengar dari kedua sahabatmu, setelah kita putus waktu itu, kau berubah menjadi seorang yang sangat pendiam dan tertutup. Kau tidak akan berbicara kecuali ada orang yang mengajakmu berbicara. Ditambah lagi kau sering melamun dan sepanjang waktu selalu terlihat murung.

Jujur saja aku sedikit merasa senang dengan hal itu. Karena itu berarti kau masih mencintaiku.

Terima kasih, Ichi. Tetapi tetap saja hal itu menyakiti hatiku. Karena aku telah merampas seluruh kebahagianmu. Maafkan aku. Karena telah membuatmu menjadi seperti itu. Karena telah menghancurkan hatimu. Kupikir kau akan segera membaik, tapi rupanya hal itu tidak akan berubah dalam sekejap. Maafkan aku. Dan tolong ingatlah, bahwa kau tetaplah yang nomor satu di hatiku. Tiada hari aku jalani tanpa memikirkanmu. Ingatlah itu, Ichi!

Love,

Byakuya Kuchiki

Letter 2

Apakah kau melanjutkan membacanya sampai sini? Thank you, Ichi. Di surat kedua ini, aku ingin menceritakan hal-hal yang belum pernah kau ketahui sebelumnya.

Ichi, aku mengidap penyakit Alzheimer. Tentu kau tahu itu penyakit apa, bukan? Ya, semenjak divonis dokter aku mengidap penyakit itu, aku semakin menjadi overprotective terhadapmu. Karena aku takut sekali suatu saat aku akan melupakanmu. Aku takut meninggal sendirian. Ketakutanku itu akhirnya malah semakin memperparah keadaan antara kita berdua. Membuat hubungan itu tidak lagi menjadi sebuah hubungan sepasang kekasih. Tetapi seperti majikan dan budaknya. Yah, aku mengakui tindakanku terlalu kasar kepadamu.

Dan jika kau juga akan marah karena aku tidak memberitahumu, itu juga karena aku tidak mau kau mengkhawatirkan keadaanku. Aku tidak mau kau menatapku dengan tatapan belas kasihan. Tidak. Aku lebih menyukai sinar matamu yang selalu menunjukkan keberanian dan tidak pernah ragu. Matamu yang berapi-api dan terlihat bahagia.

Aku juga tidak ingin memberitahunya, karena aku tidak ingin jika nanti aku telah meninggalkanmu, kau malah akan ikut menyusulku. Karena aku tahu kau begitu mencintaiku. Apalagi kita juga pernah berjanji. Bahwa jika kita meninggal, kita akan meninggal bersama sehingga tidak akan ada yang ditinggalkan dalam kesedihan.

Maaf, aku tidak ingin menepati janji itu. Setelah mengetahui umurku tidak akan lama, bahwa aku akan segera meninggalkanmu bahkan sebelum kita merasakan namanya menjadi sebuah keluarga, aku tidak ingin kau juga menyusulku nantinya. Aku tidak ingin menghancurkan masa depanmu. Kau masih muda, Ichi. Masih banyak yang bisa kau capai. Dan yang terpenting kau masih bisa untuk mencintai orang lain...

Maka dari itu aku menyuruh Sousuke—sahabat dekatku yang sudah terlalu lama tidak memiliki kekasih karena saking sibuknya dengan perusahaan milik Aizen Corporation—untuk menjadi penggantiku dihati mu. Jika setelah kematianku, kau masih belum bisa membuka hatimu kepada seseorang. Itulah permintaan terakhirku kepadanya. Dan dia juga menerima hal tersebut.

So, Ichi, apa kau sudah menemukan kebahagiaan bersamanya? Kuharap ya. Love you always, Ichigo Kurosaki.

Love,

Byakuya Kuchiki

Letter 3

Ichi, ini akan menjadi surat terakhirku. Aku sudah mulai banyak melupakan orang-orang di sekitarku. Jika mereka tidak mengingatkanku, aku tidak akan mengenali mereka. Untungnya aku masih bisa mengingatmu dengan jelas, Ichi. Maka dari itu, sebelum penyakit ini menggerogoti ingatanku akan dirimu, aku segera menulis surat ke-3 dan yang terakhir ini.

Sekarang aku sudah berada di ranjang rumah sakit. Ugh, aku benci rumah sakit. Kau juga tahu kalau aku tidak menyukai bau rumah sakit, bukan? Dan yang terpenting adalah aku tidak ingin terlihat lemah.

Ichi, aku punya satu permintaan terakhir. Tidak sulit kok. Aku hanya ingin kau bisa hidup bahagia, Jika tidak bersama Sousuke, mungkin dengan orang lain. Tapi aku bisa pastikan kepada dirimu, bahwa Sousuke adalah yang pria yang baik dan setia.

Maaf, jika kau mengira ini adalah sebuah plot yang aku buat. Ya, aku memang sengaja membuatmu membenciku. Sehingga kau tidak akan merasa kehilangan saat aku tidak lagi bersamamu. Makanya aku bersikap seperti itu. Selain karena ketakutanku, membuatmu membenci diriku juga bagian dari 'plot' ku ini. Maafkan aku, Ichi. Dan semoga kau bahagia selalu. Kau harus ingat bahwa aku akan selalu mencintaimu. Goodbye and see you in another life!

With love,

Byakuya Kuchiki

Tes...tes...tes...

Air mata mengalir dengan sangat derasnya di kedua pipi Ichigo. Surat yang dipegangnya sudah menjadi korban tumpahan air mata sang Berry. Kemudian dia menatap Sousuke dan memberikannya sebuah tatapan yang seolah bertanya—apakah surat ini benar? Dia tidak bisa percaya, dia tidak mau percaya. Bahwa orang yang dulu sangat dicintainya sudah tidak lagi berada di dunia ini.

Sousuke hanya menundukkan kepalanya dan menggeser tubuhnya dari makam yang sedari tadi ia sembunyikan nama yang tertera di batu nisan tersebut. Jawabannya tidak perlu diucapkan oleh Sousuke. Nama dibatu nisan tersebut akan menjawab pertanyaan cowok berambut orange tersebut.

Dan benar saja, dibatu nisan tersebut tertera sebuah nama:

Rest in peace

Byakuya Kuchiki

31 Januari 1986 – 27 Oktober 2013

Ichigo membaca dengan seksama tulisan yang ada dibatu nisan tersebut. Dia masih mengira, mungkin dia sedang berhalusinasi atau salah melihat. Bahwa ini mungkin hanyalah sebuah lelucon yang sedang di buat oleh pria berambut hitam panjang tersebut. Tapi berapa kalipun dia membaca tulisan dibatu nisan tersebut, tetap sama lah hasilnya. Nama dibatu nisan tersebut memang Byakuya Kuchiki yang dia kenal. Yang dia cintai sampai detik ini... Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah tanggal disaat dia meninggal merupakan tanggal dimana dirinya dan Sousuke menjadi sepasang kekasih, Yaitu tepat dua tahun yang lalu pada tanggal ini.

"Impossible. He died? Dia meninggal pada saat aku pacaran denganmu? Apakah kau memang merencanakan hal ini, Sousuke?" tanya Ichigo sambil menatap sang kekasih dalam-dalam. Seolah ingin mengorek ke dalam lubuk hati sang pria brunette tersebut.

"Ya, itu juga merupakan salah satu dari permintaan terakhirnya kepadaku. Tapi dia bukan bermaksud jelek dengan membuat hari annyversary kita yang seharusnya berbahagia malah menjadi hari berkabung untuknya. Dia hanya ingin kau bisa tetap mengingatnya walaupun dia telah tiada. Dia hanya ingin disaat kau bahagia, kau tetap mengingat dirinya," jawab Sousuke.

Sang Berry kemudian berlutut di depan makam mantan kekasihnya sambil terus menitikkan air mata. Dia memang membencinya. Tapi walau begitu, jujur saja, sampai sekarang Ichigo tidak bisa melupakan Byakuya. Dan dia selama ini masih tetap berpikir bahwa walau mereka terpisah, Byakuya masih hidup di suatu tempat. Bukannya sudah terbaring diam di dalam liang kubur. Ditambah lagi Byakuya selama ini bukan melupakannya tetapi terus berusaha mengingat dirinya walau penyakit jahat itu menggerogoti ingatan dan hidupnya.

"I'm so sorry Byaku! For accusing you. I'm sorry for not being there in your last moment. I still love you. I will always love you. I can't forget you. Thank you for giving me your love. Thank you for protecting me," Ichigo berhenti dan menoleh ke arah Sousuke yang hanya bisa tersenyum sedih sambil kembali melanjutkan, "Aku bahagia bersama Sousuke. Thank you, my first love!" Dan detik berikutnya, he's breaking into a desperate crying.

Pria brunette tersebut hanya bisa memeluk kekasihnya. Walau hubungannya dengan Ichigo hanya karena permintaan Byakuya, tetapi saat ini dia memang sangat benar-benar mencintai pemuda berambut orange tersebut. Dan tidak akan pernah merasa jealous sedikit pun jika Ichigo masih sangat mencintai Byakuya. Malah dia merasa Byakuya deserve that love.

Setelah Ichigo sedikit tenang, dia kemudian bertanya, "Apa kau mencintaiku, Sousuke?"

"Of course! Despite because of his last wish, I love you from the bottom of my heart, Ichi!" jawab Sousuke dengan penuh percaya diri.

Ichigo hanya tersenyum sambil memeluk Sousuke sebelum dirinya jatuh pingsan dalam pelukan tersebut.

*KaSaHa*

Keesokan harinya di rumah sakit...

"Mnghhh..."

"Ichi! Apa kau sudah sadar?" tanya Sousuke dengan tatapan khawatir ketika dia melihat pergerakan mata dari sang Berry yang terbaring di kasur rumah sakit setelah kemarin jatuh pingsan di pelukannya karena saking shock-nya dengan berita meninggalnya Byakuya Kuchiki.

"Lo bikin kita khawatir aja, Berry!" celutuk Grimmjow dengan nada sedikit bergurau.

"..." Sedangkan Shiro hanya bisa diam sambil menunggu Ichigo benar-benar bangun. Dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dan semua yang ada di ruangan itu juga begitu. They are all feeling anxious.

Mata Ichigo terbuka perlahan dan berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Lalu menatap ke sekeliling dengan tatapan bertanya-tanya. Detik berikutnya, pertanyaan sang pemuda berambut orange tersebut menghancurkan hati ketiga pria di dalam kamar tersebut, "Siapa kalian?"

TH3 END! #evil laugh#

A/N (Auhtor's Notes): So? Do you want to kill me? Gahahaha. I'm sorry but, this is what I want for this story to end. Sebenarnya mau Saichi lanjutin dengan one shot. Tapi liat-liat mood deh. Nih udah nongkrong di lappie berapa tahun ya? Tapi baru bisa mood sekarang untuk di update. Yah sudahlah saya tidak mau banyak omong karena udah malem juga. Review and thank you for being so patient! XDD...

See ya in another story!