Chapter 1: I Love His Eyes

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rating: T

Warning: TYPO(S), abal, AU, OOC, Boys Love, freak, and many more.

DON'T LIKE DON''T READ~

Summary: Sasuke mulai tertarik pada seorang pemuda yang memiliki profesi yang unik, yang selalu mencoba menghibur anak-anak jalanan. Pemuda yang selalu berada di tengah keramaian tanpa sedikit rasa canggungpun. Senyuman itu begitu hangat dan menyentuh hati Sasuke. Namun, pemuda itu mempunyai pekerjaan lain yang tidak Sasuke ketahui.

Sasuke Falling In Love with a Clown

.

.

Suara riuh anak-anak yang sedang gembira terdengar menyapa telinga dengan hangat. Tawa dan canda itu begitu menyejukkan hati orang yang melihatnya. Rasa gundah gulana itu hilang seketika saat menatap senyuman lebar anak-anak jalanan itu. Rasa lapar dan lelah yang mereka rasakan terlupakan dalam sekejap saat melihat seseorang yang sangat mereka kenal. Seorang sosok yang berpakaian penuh warna dan bergerak dengan kikuk. Perut dan bokongnya yang besar menambah kesan lucu sosok tersebut.

Hidung merah dan hiasan bergambar bintang dimata kanannya tampak begitu lucu. Bedak putih pucat yang dikenakannya membuat warna cerah ditubuhnya lebih kelihatan hidup dan meriah. Senyum lebar yang ditampilkannya membuat para anak jalanan itu ikut tersenyum lebar. Sosok itu mulai menghampiri anak-anak itu. Tubuhnya mulai bergoyang kesana kemari dengan lucunya. Sebagian anak-anak itu mulai ikut bergoyang mengikuti gerakan badut itu.

Anak-anak itu mulai berebut mendekati sosok badut yang selalu mereka panggil dengan sebutan badut Biru. Mereka memberikan sebutan itu bukan hanya semata-mata sebagai panggilan. Mereka memanggil badut itu dengan sebutan itu karena badut itu memiliki warna mata sebiru langit yang indah. Hampir semua anak-anak jalanan maupun anak-anak yang pergi mengunjungi taman hari itu melihat badut Biru itu dengan tatapan berbinar-binar. Tapi, ada sebagian anak yang bahkan takut dan menangis saat badut itu mulai mendekatinya.

Semua hal yang ada di bumi ini memiliki dua sisi. Gelap dan terang, baik dan buruk, setuju dan tidak setuju, suka dan benci, berani dan takut. Semua itu berkumpul membentuk suatu aliran yang disebut kehidupan. Hal tersebut yang selalu menjadi pedoman hidup bagi seorang badut muda yang sudah menekuni pekerjaannya semenjak dia lulus sekolah. Rasa gerah, panas, dan lelah yang dirasakannya dapat sirna dengan sempurna saat dia melihat senyuman hangat anak-anak yang selalu menemaninya menjalankan pertunjukkannya.

Setiap sore, badut itu selalu ada di taman tangah kota ini. Menemani anak-anak jalanan yang kesepian. Membantu mereka mencari uang. Ya, badut itu melakukan pertunjukkan di tengah publik sembari mengumpulkan uang dari para penonton maupun pengunjung yang datang. Hasil kerjanya tersebut akan dia berikan pada anak-anak jalanan tersebut. Begitulah pekerjaanya setiap harinya. Dia tak pernah merasakan bosan akan pekerjaannya. Karena dia tahu, bahwa senyuman anak-anak jalanan itu adalah segalanya baginya.

Naruto is a Clown

Seorang pria dengan rambut raven yang mencuat ke belakang tampak menatap langit biru di atasnya dengan bosan. Mata onyx yang tajam itu menatap lurus ke arah langit biru luas yang terhampar bebas di atasnya. Sebuah headphone biru tua bertengger manis di lehernya. Kakinya melangkah dengan perlahan meninggalkan kamarnya yang bernuansa elegan.

"Kau mau kemana, Sasuke? Ini sudah sore." Ucap seorang pria dengan rambut hitam panjang yang diikat kebelakang. Mata hitamnya beralih dari buku yang dibacanya ke pria yang sedang berdiri di ambang pintu, Uchiha Sasuke. Pria berambut panjang yang ternyata Uchiha Itachi itu menatap ke arah adiknya dengan lekat. Buku yang tadi dibacanya kini sudah tergeletak diatas meja di hadapannya.

"Aku hanya ingin keluar sebentar," balas Sasuke sembari menutup pintu rumah itu dengan pelan. Entah kenapa, dia sangat ingin pergi keluar saat ini. Pria yang biasanya menyukai suasan tenang itu malah memilih untuk keluar menyambut suasana sore yang terkenal ramai. Itachi yang melihat gelagat adiknya yang tak seperti biasanya hanya menghembuskan napas lelah. Mungkin adiknya memang butuh suasan baru setelah sebulanan penuh hanya mengurusi tentang saham dan perusahaan milik ayah mereka.

.

.

Sasuke menatap keramaian taman di hadapannya dengan datar. Matanya memperhatikan setiap sudut keramaian yang dapat dilihatnya. Sore seperti ini, taman malah semakin ramai dan padat. Kakinya melangkah menuju sebuah bangku panjang yang tak diduduki oleh siapapun. Sasuke mendudukkan dirinya di kursi itu dan menyenderkan belakangnya pada sandaran kursi tersebut. Sasuke memejamkan matanya, indra pendengarannya menangkap suasana yang tampak begitu ramai dan … hangat. Sasuke mengedarkan pandangannya, matanya memperhatikan keramaian yang berada tak jauh darinya. Alisnya bertaut memperhatikan sosok yang dikerubungi anak-anak kecil itu, "Badut?" gumamnya kecil sembari tetap memperhatikan sosok badut tersebut.

Sasuke merasa bingung terhadap dirinya, kenapa hatinya menyuruhnya untuk pergi ke tempat badut tersebut. Dengan langkah pelan, Sasuke mencoba mendatangi tempat yang penuh dengan canda dan tawa anak-anak tersebut. Sasuke memperhatikan tingkah badut itu dari balik sebuah pohon yang berada tak jauh dari tempat atraksi badut tersebut. Sasuke memperhatikan gerak-gerik badut itu dengan seksama.

"Oh, hup! Waa … bagaimana caranya aku mengambil topi ini ya? Hm, ahh susah sekali." Ucap badut tersebut sembari menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Badut itu dengan sengaja menjatuhkan topinya ke lantai. Dan pada saat dia ingin mengambilnya, dia dengan sengaja tanpa sepengetahuan anak-anak kecil itu menginjak sisi topinya sehingga membuat topi itu menjauh darinya. Perutnya yang besar juga menghalanginya untuk mengambil topi tersebut. Sehingga badut tersebut harus mencoba gerakan-gerakan aneh untuk berusaha mendapatkannya.

Naruto is a Clown

Kesalahan-kesalahan yang sengaja dibuatnya malah membuat anak-anak itu tertawa. Badut tersebut berpura-pura menyerah, sehingga sebagian dari mereka mencoba menyemangati badut tersebut. Dengan senyuman lebar, badut tersebut kembali mencoba mengambil topinya. Kali ini dia melakukannya dengan cara menginjak sisi keras yang melengkung dari topi tersebut dengan kuat sehingga topi tersebut terlempar ke atas. Badut tersebut dengan sigap menangkapnya dan mulai membawanya kepada pengunjung yang ada disana. Sementara anak-anak jalanan itu mengikutinya dari belakang sembari bernyanyi dan menari bersama.

Sasuke yang melihat adegan tadi hanya mendengus. Dia bukan seorang bocah yang dapat dibohongi dengan trik-trik murahan seperti itu. Setelah badut tersebut selesai meminta bayaran sukarela dari pengunjung, dia menyerahkan uang tersebut kepada anak-anak jalanan tersebut. Tentu saja dia membaginya dengan adil. Karena hari sudah semakin larut, badut itu menyuruh anak-anak itu unuk kembali ke tenda tempat tinggal mereka. Anak-anak itu melambaikan tangannya ke arah badut tersebut sembari berlari pulang dan tak lupa mereka mengucapkan terima kasih.

Badut tersebut menghela napas, lelah. Ya, melakukan kesalahan secara sengaja itu lebih sulit dan melelahkan daripada melakukan hal-hal yang alami. Namun, melihat senyuman anak-anak itu membuatnya tetap semangat melakukan pekerjaan sukarelanya. Badut itu membuka topinya dan mendudukkan dirinya di salah satu bangku taman. Badut itu tak sadar jika di sisi lain bangku itu ada seorang pria yang sedang duduk memandanginya.

"Hn, dasar Dobe."

Badut itu mengalihkan pandangannya ke arah orang yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan mengejek, "Maaf, Anda berbicara denganku?" tanyanya sembari mengelap keringat di pelipisnya.

"Trik seperti itu benar-benar trik bodoh." Ucap Sasuke tak berniat menatap badut yang duduk di dekatnya tersebut.

Dahi badut tersebut berkedut kesal. "Heh, Teme! Kau pikir kau siapa hah, berani berkata begitu? Cih! Kau hanya salah satu dari orang yang menganggap kerja keras orang sia-sia. Sombong sekali kau, Teme!" ucapnya marah. Topi yang tadi dia pakai sudah jatuh ke tanah. Betapa kesalnya dia dengan pria ini.

"Hn, tetap Dobe," ucap Sasuke sarkastis sembari menatap ke arah badut yang sudah berkukus kepalanya. mata itu terus memandang badut tersebut dengan seksama. Sasuke sedikit terpaku dengan warna mata yang indah itu. 'Seperti langit yang sering kutatap.' Batin Sasuke.

"Ah! Dasar kau menyebalkan, Teme! Sudahlah aku tidak peduli. Aku mau pulang saja. Aku bisa gila disini—"

Badut itu memandang Sasuke sejenak sebelum melanjutkan omongnnya.

"—oh ya, terima kasih sudah memperhatikan trik-trikku dari balik pohon itu." ucap badut itu tersenyum sembari menunjuk pohon tempat Sasuke mengintip tadi. Sasuke menatap badut itu dengan ragu. Entah kenapa, senyuman dan mata itu terasa begitu hangat saat dilihat.

Badut itu melangkahkan kakinya dengan cepat dan sedikit berlari. Meninggalkan Sasuke yang bingung dengan pikiran dan hatinya sendiri. "Huh! Apa peduliku." Gumam Sasuke sembari pergi meninggalkan taman tersebut.

Naruto is a Clown

"Tadaima." Ucap pria berambut pirang dan bermanik biru cerah saat memasuki rumahnya. Terdengar jawaban 'Okaeri' dari dalam rumah. Sepertinya itu suara ibunya dan kakaknya. Tak lama kemudian, muncullah seorang wanita cantik berambut merah panjang menyambut kedatangannya, "Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Naru-chan?" tanya wanita itu yang ternyata bernama Namikaze Kushina. Kushina adalah ibu dari Namikaze Kyuubi dan Namikaze Naruto.

"Hm, aku bertemu orang yang menarik." Ucap Naruto sembari melepaskan kostum badutnya. Naruto melemaskan otot-ototnya dan mendudukkan dirinya di sofa.

"Menarik bagaimana, Naru?" tanya seorang pemuda dengan rambut merah kejinggaan serta warna mata semerah darah, Namikaze Kyuubi. Kyuubi menyerahka segelas jus jeruk kepada Naruto.

"Dia kelihatan tidak peduli terhadap trik-trikku. Katanya trik yang kugunakan itu bodoh. Tapi … bukankah dia tahu kalau trikku itu bodoh dari pengamatannya. Aku memperhatikannya saat melihat atraksiku. Matanya tak berkedip sedikitpun, hahaha. Pria yang aneh. Ne~ Kyuu-nii, kau harus melihatnya suatu hari. Dia tampan loh. Matanya gelap, begitu juga dengan rambutnya." Ucap Naruto menjelaskan kepada kakakknya. Sementara kakaknya hanya menanggapinya dengan dengusan kecil.

"Aku juga punya teman kuliah dengan ciri-ciri seperti itu, tapi orangnya sangat menyebalkan. Rambutnya hitam pannjang seperti wanita saja. Lalu mata hitamnya itu selalu menatap orang-orang dengan tatapan mengejek. Cih! Pokoknya dia menyebalkan. Aku bahkan tidak ingin menyebutnya teman." Ucap Kyuubi sembari memegangi kedua lengannya seperti orang yang sedang merinding.

"Hm, namanya siapa, Kyuu-nii? Mungkin aku juga kenal."

"Itachi, Uchiha Itachi. Kau pasti akan kenal dengannya. Tak lama lagi."

"Ho, dia ikut bergabung ya? Aku tak sabar ingin bertemu dengannya." Ucap Naruto sembari menegak habis jus jeruk di gelas yang digenggamnya.

"Entahlah, kudengar, yang akan turun tangan adiknya. Tapi, lihatlah saja nanti."

Kyuubi dan Naruto sama-sama mengendikkan bahu. Kyuubi yang tidak ingin mengingat Itachi, sedangkan Naruto semakin penasaran dengan semuanya. Terutama pria di taman tadi, Naruto lupa menanyakan namanya. Aih, betapa bodohnya dirimu Naruto. Sudahlah, kalau memang takdir, pasti suatu saat akan bertemu.

Yah, sebentar lagi kalian akan betemu. Tapi … mungkin pertemuan kalian tidak seperti yang kau harapkan Naruto. Jadi, bersiap-siaplah menghadainya.

To Be Continued

Cerita ini terinspirasi saat aku melihat badut di siaran TV. Entah kenapa,aku jadi ingin membuat cerita seperti in. oh ya, author turut beduka cita atas meninggalnya anggota FFn Indonesia. Semoga amal dan ibadahnya diterima disisi Allah.

Mind to REVIEW Minna-san?