Title : Rhythm of the Heart

Chapter : 1

Author : Daiichi aka Yukishima

Rating : T

Genre : Fluff, Angst, incest, yaoi, crack pair

Fandom : Saga X Uruha, the GazettE, Alice Nine, Sugizo, OC, OOC

Disclaimer : They are mine...*ditabok paha Uru*

Note : Bosen aja ma pairing yang udah umum. Gw lagi pengen pairingin 2 swamiku yang sama2 sekseh, jadi dilarang keras protes :D

Jika ada perubahan nama untuk penyesuaian aja ^^;

=0=

Nama anak lelaki itu Sakamoto Takashi. Ia berusia 3 tahun ketika sang ayah meninggalkan ibu dan dirinya demi perempuan lain. Bahkan pemuda kecil itu tidak pernah tahu bagaimana guratan wajah milik sang ayah. Tapi sepertinya itu tak mengganggunya sedikitpun. Benar, itu karena ia belum mengerti arti pentingnya seorang ayah karena Takashi hanyalah seorang pemuda kecil yang belum mengerti kehidupan. Lagipula, selama ini dirinya telah memiliki sosok ibu yang selalu disisinya. Hari ini ketika Takashi kecil yang beranjak 6 tahun, ibunya memutuskan sesuatu hal yang akan merubah hidupnya.

"Takashi, malam ini kaa-san akan mengajakmu bertemu seseorang. Mungkin dia akan menjadi ayahmu. Bersikaplah sopan padanya. Jangan mengecewakan kaa-san nak!," ucap sang ibu pada Takashi sambil menatapnya tajam seakan itu bukanlah sebuah permohonan tapi adalah perinah yang mutlak harus dilakukan oleh sang anak.

Takashi yang masih berusia 6 tahun belum begitu mengerti apa maksud ibunya. Ia hanya memandang penuh tanda tanya pada perempuan yang telah melahirkannya itu. Sang ibu menggandeng tangannya memasuki sebuah restoran mewah bergaya Eropa. Seorang pelayan beseragam tuxedo rapi menyambut mereka dan mengantar kepada seseorang yang mereka tuju. Ketika sampai di dalam, mereka menuju ke sudut ruangan dimana telah menunggu seorang pria setengah baya yang usianya mungkin tak jauh berbeda dengan ibunya. Pria itu berwajah tampan dan tampak berwibawa. Ia tersenyum ramah pada mereka berdua.

"Sugihara-san, gomen kami membuatmu menunggu!," ucap ibunya dengan nada menyesal.

"Tidak apa-apa. Duduklah! Aku juga baru saja sampai. Jangan memanggilku Sugihara-san. Panggil saja Sugizo. Sebentar lagi kita menikah bukan, Ayumi?," laki2 itu mempersilakan mereka duduk.

"Hai'..Sugizo-kun. Ah..ini putraku, namanya Takashi," Ayumi memperkenalkan putranya. "Takashi, beri salam pada Sugihara-san!", pinta ibunya pada Takashi, tapi Takashi hanya diam saja. Ia memandang ketakutan pada Sugizo sambil mencengkeram erat ujung baju ibunya. Bagaimana pun Takashi tidak terbiasa dengan orang asing.

"Takashi, jangan bersikap tidak sopan!," wanita cantik yang dipanggil ibu oleh Takashi itu berkata dengan nada tinggi.

"Sudahlah. Jangan bersikap keras pada anak kecil. Mungkin dia belum terbiasa saja. Pelan-pelan dia akan mengerti. Lagipula dia belum tahu siapa aku sebenarnya," Sugizo tersenyum sambil menepuk pelan ujung kepala Takashi. "Dia tampan dan manis. Wajahnya mewarisi kesempurnaanmu. Jadi, kau memberinya nama Takashi?," senyum ramah terulas dari bibir Sugizo. Aku Sugizo. Kelak, panggil aku tou-san jika sudah menikah dengan ibumu," Sugizo memandang lembut pada Takashi.

"Putraku, namanya Kouyou. Usianya mungkin tidak terpaut jauh dengan Takashi. Seharusnya dia ikut hari ini, tapi tidak jadi karena sakit. Anak itu tubuhnya lemah sejak lahir sama seperti penyakit ibunya. Dia mempunyai kelainan jantung bawaan. Tapi dia anak yang ceria dan tangguh, tak pernah merasa bahwa dirinya sakit," mata Sugizo menerawang.

"Sayang sekali putramu tak bisa datang. Semoga dia cepat sembuh. Aku ingin sekali berkenalan dengannya. Mungkin lain kali kita dapat berkumpul bersama," ucap Ayumi prihatin.

"hmm...arigato Ayumi"

Tak lama kemudian mereka berdua terlibat percakapan yang tidak begitu dimengerti Takashi. Bocah itu hanya memandangi mereka bergantian. Ia terlalu kecil untuk mengerti urusan orang dewasa.

"Sepertinya dia baik. Semoga dia jadi ayah yang baik untukku. Tidak akan membuat ibu menangis," begitu yang dipikirkannya. Takashi teringat bagaimana ibunya sering diam-diam menangis walau ia tak mengerti apa sebabnya.

=0=

Satu bulan kemudian, Ayumi dan Sugizo menikah. Mereka kini telah menjadi keluarga. Jadi saat ini, Ayumi dan putranya harus pindah ke rumah Sugizo. Untuk pertamakalinya Takashi menginjakkan kaki di rumah Sugizo karena mulai hari ini ia dan ibunya akan tinggal di rumah tersebut. Rumah bergaya tradisional Jepang, karena Sugizo adalah seorang aktor kabuki terkenal. Keluarga Sugihara telah menjadi legenda di dunia seni Kabuki secara turun-temurun.

"Panggil Kouyou kesini!," pinta Sugizo pada seorang pelayan rumahnya. Ia kemudian mempersilakan Ayumi dan Takashi duduk di ruang tamu. Sebuah ruangan berukuran besar dengan nuansa tradisional Jepang yang kental. Bahkan mereka bukan duduk diatas sofa tetapi tatami dengan meja kecil pendek di tengah-tengah mereka.

Tak lama kemudian pelayan perempuan berbaju yukata itu kembali bersama dengan seorang anak kecil yang mungkin usianya tak jauh berbeda dengan Takashi. Sugizo memintanya duduk disampingnya dan memberi salam pada Ayumi.

"Hajimemashite! Watashi wa Kouyou Sugihara. Yoroshiku enegai shimasu, Ayumi-san. Gomen, kemarin saya tidak bisa mengikuti upacara pernikahan Ayah dan Anda," Kouyou memberi salam dengan sopan dan elegan.

"Tidak apa-apa, aku mengerti keadaan kesehatanmu. Semoga kau lebih baik lagi. Senang juga akhirnya bisa bertemu dirimu. Kau boleh memanggilku ibu," Ayumi tersenyum ramah dan lembut.

"Takashi, mulai sekarang ini juga rumahmu. Dan dia putraku Kouyou. Karena usianya lebih tua 2 tahun darimu, maka dia menjadi kakakmu. Semoga kalian berdua bisa rukun sebagai saudara," Sugizo memperkenalkan Kouyou yang mengambil duduk di sampingnya kepada Takashi kecil yang duduk disamping Ayumi. Kedua mata Takashi kecil menatap bingung kepada dua orang di hadapannya.

"Aku Sugihara Kouyou. Mulai sekarang aku menjadi kakakmu!," Kouyou tersenyum dan menatap lembut pada Takashi. Ia merasa geli dengan wajah kebingungan dari adik barunya yang di matanya terlihat manis itu. Entah mengapa Kouyou langsung menyukainya. Sangat tidak membosankan jika menatapnya. Begitu yang terpikir dibenak Kouyou.

Sementara itu Takashi memandang Kouyou tanpa berkedip. Pandangan mata yang teduh dan senyuman yang lembut. Ia belum pernah melihat anak laki-laki yang berwajah cantik seperti itu. Jika Sugizo tidak mengatakan bahwa dia adalah putranya, Takashi pasti berpikir dia adalah perempuan. Kouyou berambut panjang sebahu dan tergerai lembut, bibir mungil berwarna merah muda yang terbentuk sempurna dan terdapat lekukan di bibir bawahnya membuatnya terlihat feminin, kulit seputih porselin dan lebih tinggi beberapa centi daripada Takashi. Ia mengenakan kimono berwarna ungu yang membuatnya kelihatan anggun. Sangat sesuai dengan kecantikannya. Begitu yang dipikirkan Takashi saat itu.

"Rinko, tolong antar Takashi-sama ke kamarnya!",Sugizo menyuruh seorang pelayan mengantarkan Takashi ke kamarnya.

Takashi merasa takjub dengan rumah tersebut saat menuju ke kamarmya. Rumah tersebut sangat tradisional dan besar bagaikan rumah bangsawan jaman dahulu. Mereka melewati lorong-lorong dan banyak ruangan. Beberapa saat kemudian pelayan itu berhenti dan menggeser sebuah pintu lalu mempersilakan Takashi masuk ke dalamnya.

"Douzo, Takashi-sama! Jika membutuhkan sesuatu, bisa memanggil saya atau pelayan yang lain. Permisi," pelayan itu mempersilakan Takashi masuk ke kamarnya lalu meninggalkannya sendiri disana.

Sesaat setelah pelayan itu pergi, Takashi merasa sangat kesepian karena sendirian di dalam kamar sebesar itu untuk tubuhnya yang kecil. Apalagi diluar hujan rintik-rintik mulai turun. Takashi lalu membuka sebuah pintu yang menghadap ke halaman belakang. Sebuah kolam dan beberapa pohon sakura yang tak lagi ditumbuhi bunga karena musim gugur dan beberapa pohon maple yang daunnya mulai berguguran berdiri kokoh di halaman tersebut. Ia melihat Kouyou sedang duduk di tepi kolam sambil memberi makan ikan koi di dalamnya, seakan tak peduli dengan hujan yang mulai membasahi rambutnya yang panjang sebahu.

"Onii-san... Dia sangat cantik," Takashi diam-diam memperhatikannya. Sebenarnya Takashi ingin menyapanya tapi terlalu malu karena mereka baru saja berkenalan beberapa waktu yang lalu.

Takashi masih memperhatikan tingkah polah Kouyou. Senyum manis tak lepas dari wajah cantik Kouyou dan sepertinya pemuda kecil itu sedikit bersenandung. Rintik-rintik hujan yang jatuh sedari tadi berjatuhan diatas permukaan kolam membuat riak-riak kecil yang tak beraturan dan semakin membesar seiring dengan hujan yang mulai turun dengan deras. Bahkan kilat yang menyambar disertai gemuruh suara petir.

Takashi kecil menarik diri dari bibir pintu lalu meringkuk di sudut pintu sambil menutup mata dan telinganya. Ia benci saat hujan karena dirinya takut dengan suara petir. Airmata mulai membasahi pipinya karena ketakutan. "Ibu, aku takut sekali," rintihnya pelan. Saat ini ia benar-benar sangat mengharapkan ibunya yang berada di ruangan lain.

Tiba-tiba seseorang mendekat dan memeluk tubuhnya sambil membelai rambutnya dengan lembut. Takashi tidak segera membuka matanya karena dirinya masih ketakutan. Ia hanya mencengkeram baju orang itu dengan erat.

"Jangan takut, aku akan menjagamu karena aku kakakmu," ucapnya dengan lembut pada Takashi sambil mengusap airmata di pipinya.

Takashi lalu membuka mata dan melihat kepadanya.

"Onii-san..," ucapnya lirih.

Meskipun baju Kouyou basah kuyup, tapi entah mengapa Takashi merasa hangat dalam pelukannya. Ia merasa aman.

Takashi bisa merasakan tubuh Kouyou menggigil kedinginan karena kehujanan tadi. Kouyou memegangi dadanya lalu jatuh pingsan sambil masih memeluk Takashi.

"Nii-san! Nii-san! Kenapa kau tidur disini? Onii-san!"

Takashi mengguncang-guncang tubuh Kouyou yang tak sadarkan diri. Ia tidak mengerti bahwa Kouyou pingsan. Tapi ia menjadi khawatir setelah berkali-kali dirinya berusaha membangunkan Kouyou namun tiada reaksi sedikitpun. Tubuh itu lemas tak berdaya.

"Onii-san!," Ia berteriak kencang sekali lagi.

Tak lama kemudian beberapa pelayan memasuki kamarnya dan membawa keluar tubuh tak sadarkan diri Kouyou. Takashi hanya memandang penuh tanda tanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Kouyou?

=0=

Kouyou terbangun dari tidurnya setelah semalaman dirinya tak sadarkan diri. Lagi-lagi penyakitnya kumat. Ia tak mengerti, kenapa dirinya yang sekecil ini harus selalu menanggung rasa sakit. Kouyou ingin bertubuh sehat dan hidup normal seperti anak yang lainnya. Bermain dan melakukan apapun dengan bebas. Terkadang ia merasa kesepian di rumah sebesar ini.

Selain itu, dirinya adalah anak laki-laki satu-satunya dari keluarga Sugihara yang secara turun-temurun menekuni seni kabuki. Bukan hanya sebagai profesi tetapi telah menjadi jiwa bagi keluarga Sugihara. Sedari usia 5 tahun Kouyou telah diperkenalkan dengan pengetahuan untuk menjadi seniman kabuki. Bahkan ia telah terbiasa berpenampilan perempuan untuk lebih menjiwai lagi. Fisiknya yang lemah terkadang menghambatnya. Ia merasa telah mengecewakan ayahnya meskipun Sugizo tak pernah mengatakannya. Tapi ia mengerti bahwa sang ayah pasti ingin Kouyou menjadi penerus dengan talenta yang sama seperti dimiliki ayahnya.

Kouyou sangat senang saat ayahnya menikah lagi semenjak ibunya meninggal 5 tahun lalu. Apalagi ketika tahu bahwa perempuan yang menjadi ibu barunya tersebut mempunyai anak laki-laki yang usianya tak terpaut jauh darinya. Ia kini memiliki saudara yang bisa menemaninya. Pertamakali melihatnya, Kouyou merasa bahwa Takashi adalah karya Tuhan yang indah, yang membuatnya ingin selalu menjaganya. Ia merasa bahwa Takashi memiliki ketampanan sekaligus kecantikan yang tidak dimilikinya.

"Takashi, kau mau menengok kakakmu? Ayo, masuklah!," Kouyou mendengar suara ayahnya diluar kamar.

Tak lama kemudian ayahnya masuk bersama dengan Takashi yang bersembunyi dibelakangnya.

"Bagaimana keadaanmu nak?," tanya Sugizo.

"Sudah lebih baik, Ayah," jawab Kouyou lemah.

"Yokatta.."

"Gomenasai, Tou-san..," Kouyou tertunduk.

"Kau tidak bersalah, nak...," ujar Sugizo sambil menatap prihatin putra pertamanya itu. "Baiklah, aku tinggalkan kalian..," Sugizo pun melangkah keluar kamar.

"Kau mau terus berdiri disitu? Duduklah didekatku!," Kouyou memberi isyarat pada Takashi untuk duduk di dekat futonnya.

Dengan ragu-ragu, Takashi mendekat padanya.

"Kenapa diam saja? Kau benar-benar tak suka bicara ya?," Kouyou mendekatkan wajahnya. "Apa kau mengkhawatirkanku?"

"Gomen…," ucap Takashi pelan sambil menundukkan wajah.

"Kenapa minta maaf?", Kouyou mengerutkan dahi.

"Karena aku, nii-san jadi sakit"

"Ahahahaha.. bukan salahmu. Aku memang bertubuh lemah sejak lahir. Kau tidak perlu merasa bersalah…," Kouyou mengacak pelan rambut Takashi.

"Demo.."

"Sudahlah! Sekarang aku kakakmu, jadi aku akan selalu menjagamu. Kau membutuhkanku dan aku membutuhkanmu. Kita akan saling membutuhkan satu sama lain," Kouyou tersenyum sambil membelai rambut Takashi.

"Hmmm…," Takashi pun ikut tersenyum.

"Saga.."

"Ha?"

"Sekarang aku akan memanggilmu Saga"

"eh? kenapa Saga?", Takashi keheranan.

"Entahlah... Aku hanya merasa nama itu sesuai denganmu daripada Takashi, karena kau sangat indah Saga," Kouyou memandang lembut pada Takashi.

"Kalau begitu aku akan memanggilmu Uruha," ujar Takashi.

"Uruha?"

"karena nii-san cantik."

"Hahahaha...kau sangat manis Saga... Aku ini laki-laki, kenapa kau bilang cantik. Baiklah, aku juga suka dengan nama itu... Arigato ne!", Kouyou mendaratkan sebuah kecupan di kening Takashi yang membuat wajahnya bersemu merah.

TBC