Family

Disclaimer:

Kuroshitsuji © Yana Toboso

Pairing:

Sebas x Ciel

Warning:

Yaoi, No lemon, OOC, OC, Kissu scene

Chapter 1:

=Just Married=

Disebuah rumah yang cukup besar di pinggir jalan kota London hiduplah sebuah keluarga. Rumah beratap merah maroon dengan dinding putih serta halaman yang tidak terlalu luas itu menjadi rumah yang nyaman untuk ditinggali pasangan yang baru menikah 2 minggu lalu. Bisa disebut pengantin baru. Pasangan yang bahagia. Mereka bahagia karena kini mereka bisa bersatu meski berbagai konflik mengikuti perjalanan cinta mereka. Pagi ini, seorang pemuda berambut hitam dengan mata semerah darah sedang memainkan peggorengan di tangan kanannya. Sedangkan pemuda berambut kelabu yang jauh lebih muda dari pemuda tadi sedang tertidur pulas di kamar yang ada di lantai dua rumah itu. Tempat tidur itu terlihat berantakan, entah karena apa. Entah karena anak itu tidak bisa diam saat tidur atau karena 'kegiatan' mereka semalam.

"Nah, selesai!" kata Sebastian Michaelis, pemuda berambut hitam yang tadi sambil meletakkan 2 buah pancake di atas meja.

"Sekarang waktunya membangunkan Uke-ku tercinta." Kata Sebastian lagi sambil melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar mereka berdua. Saat membuka pintu, dilihatnya Ciel Phantomhive, pemuda berambut kelabu tadi sedang berada di tepi tempat tidur.

"Hmm... Sebasiknya aku biarkan saja" gumam Sebastian.

BRUUK! Terdengar suara benda jatuh. Ciel sukses terjatuh dari tempat tidurnya dan tentu saja dia langsung terbangun.

"Dengan begini aku tidak perlu susah untuk membangunkannya" kata Sebastian dalam hati.

"Aduuhh... sakit sekali..." Ciel meringis kesakitan.

"Kenapa kamu tidak membangunkanku, Sebastian?" gerutu Ciel kepada Sebastian yang sedang membantunya untuk bangun.

"Kenapa kamu sendiri tidak pernah bisa diam saat tertidur?" tanya Sebastian. Bukannya menjawab pertanyaan Ciel, Sebastian malah balik bertanya. Ciel hanya memandang Sebastian dengan deathglare terbaiknya.

"Bukan urusanmu. Kan aku yang tidur" gerutu Ciel lagi.

"Tapi kalau terjatuh terus, kan kamu juga yang sakit.." ucap Sebastian sambil menyeringai.

"Lagipula aku jadi tidak perlu susah payah membangunkanmu..." tambah Sebastian sambil tersenyum kecil.

"Apa kau mau aku mati gara-gara kepalaku sering terbentur?" ucap Ciel sambil menuju kamar mandinya.

"Sorry, dear. Mulai besok aku akan membangunkanmu." Ucap Sebastian sambil membereskan tempat tidurnya.

"Baguslah kalau begitu..." ucap Ciel dari balik pintu kamar mandi.

=*=F=*=

Kedua pasangan itu kini sedang sarapan. Mereka berdua duduk berhadapan di meha makan tersebut.

"Hah..." Ciel menghela nafasnya sebagai tanda bahwa dia memiliki beban berat di pikirannya.

"Ada apa, Ciel?" tanya Sebastian sambil memotong pancake-nya.

"Hari ini aku ada meeting dengan ..." ucap Ciel dengan nada yang sangat sangat sangat malas. Ciel sangat malas mengucapkan nama perusahaan itu karena...

"Bertemu dengan Lizzie lagi ya?" tebak Sebastian.

"Ya begitulah... Mau tak mau..." ucap Ciel sambil melahap pancakenya.

"Bersabarlah.." ucap Sebastian sambil menuju ke tempat cuci piring. Ciel mengangguk mendengar ucapan Sebastian yang berusaha membuatnya tegar.

"Oh iya! Biar aku saja yang mencuci piringnya." Ucap Ciel sambil menuju Sebastian.

"Tumben sekali?" ucap Sebastian sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Hari ini kan kamu ada deadline, jadi biar kamu tidak terlalu capek biar aku sa..." Ucapan Ciel dipotong oleh sebuah ciuman manis dari Sebastian yang mendarat di bibir Ciel.

"Thank's ya." Ucap Sebastian sambil tersenyum. Sebastian pun langsung melaju menggunakan BMW hitam kesayangannya meninggalkan Ciel.

Flashback (8 bulan yang lalu)

Ciel sedang membawa Lamborghini silvernya menuju rumah Elizabeth Middleford, tunangannya. Hari ini Ciel ingin mengajak Lizzie berkencan.

"Semoga saja dia tidak marah..." gumam Ciel sambil memarkirkan mobilnya di halam depan kediaman Middleford. Namun, setelah menaruh mobilnya di halaman depan, Ciel menautkan kedua alisnya. Ada sebuah mobil Ferarri yang terparkir tepat di sebelah pintu utama rumah itu.

"Mobil Edward yang baru? Tapi setahuku selera Edward itu Porsche, dan bukan Ferarri... Apa milik ayah Lizzie?" pikir Ciel dalam hatinya. Dia pun memasuki rumah itu setelah mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada balasan.

"Lizzie! Apa kau ada didalam?" panggil Ciel sambil terus menelusuri rumah itu. Pencarian Ciel berakhir di dapur kediaman Lizzie. Seorang pemuda berambut pirang sedang berciuman dengan gadis berambut pirang juga. Ciel hanya membeku di tempat hingga dia berkata...

"Lizzie..." Namun sepertinya gadis itu tidak mendengarnya.

"LIZZIE!" teriak Ciel dan itu berhasil membuat gadis itu menghentikan ciumannya. Gadis bermata emerald itu memandang Ciel dengan agak ketakutan.

"Ci...Ciel..." ucap gadis itu dengan mata yang penuh ketakutan.

Hening beberapa saat hingga Ciel berkata, "Elizabeth Ethel Cordelia Middleford, kurasa aku tidak bisa melanjutkan pertunangan kita lagi."

"Tapi Ciel, aku bisa menjelas..." ucap Lizzie, namun perkataannya di potong oleh Ciel yang sudah terlihat marah.

"Tidak ada yang perlu di jelaskan lagi." Ucap Ciel dingin sambil meninggalkan rumah itu. Dan Phantomhive muda itu pun pulang kembali ke kediamannnya. Disana ada seseorang yang sedang berdiri di depan rumahnya.

"Siapa lagi sih?" pikir Ciel. Entah kenapa Ciel jadi malas bertemu dengan orang-orang karena hal yang baru saja di alaminya. Padahal itu semua tidak ada hubungannya. Inilah pertemuan pertama Ciel dengan Sebastian, pemuda yang berhasil merebut hatinya.

"Hai! Aku orang baru disini. Ini, aku mau memberikan hadiah perkenalan. Terimalah." Kata Sebastian sambil menyerahkan sebuah kotak berisi cake. Ciel menerimanya dengan tatapan biasa saja.

"Terima kasih." Ucap Ciel. Sebastian tersenyum pada Ciel dan entah kenapa Ciel jadi agak sedikit blushing dibuatnya. Mungkin karena ketampanan wajah Sebastian? Atau karena... ada rasa lain yang membuat jantungnya kini berdebar-debar? Mulai saat itu, Sebastian yang ternyata seorang gay berusaha membuat Ciel jatuh kedalam pelukannya dan itu berhasil membawa hubungan mereka ke pernikahan saat ini.

End Of Flashback

"Baiklah, terima kasih atas kehadiran dari direktur utama Midford Company. Semoga kita bisa menjadi partner bisnis yang baik. Sekian meeting hari ini. Selamat pagi." ucap Ciel sambil berdiri dari tempat duduknya dan membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda penghormatan. Meeting kali ini berakhir dengan damai karena Ciel sama sekali tidak mempedulikan Lizzie yang dari tadi memanggilnya setelah selesai meeting. Black Berry Gemini Ciel berdering sehingga membuat Phantomhive muda itu mengambilnya dari saku kanan celananya. Sebuah amplop kecil muncul di layar BB tersebut.

"Bagaimana meetingnya? Kamu nanti tidur duluan saja ya, karena hari ini aku ada deadline. Uuh... banyak sekali laporan yang harus diurus. OK then, have a nice day. I love u, dear"

Begitulah isi SMS dari Sebastian. Ciel hanya tersenyum kecil membacanya dan kemudian jari-jarinya menekan tombol-tombol untuk membalas pesan singkat tersebut.

"Meetingnya lancar kok. Sepertinya Lizzie sudah kehabisan suara karena memanggilku dari tadi. Baiklah, aku tidur duluan nanti. Hm... jangan sampai tumpukan laporan itu membuatmu stress. Nanti Sebastian Michaelis yang cool jadi Sebastian Michaelis yang stress. JANGAN LUPA UNTUK MAKAN! Habisnya kamu itu orang yang workaholic sampai-sampai lupa makan. Well, have a nice day too. I love u too, darling."

Demikianlah SMS Ciel untuk Sebastian. Sepertinya sekarang Ciel sudah mulai menikmati hidupnya bersama Sebastian. Karena pada awalnya, Ciel adalah seorang straight yang di bawa masuk kedunia Sebastian yang adalah seorang gay. Sesudah membalas SMS Sebastian, Ciel pun melangkahkan kakinya menuju tempat yang bisa untuk mengisi perutnya yang sudah mulai berbunyi. Di kantin, dia duduk dekat jendela dan memesan segelas lemon tea serta sebuah Cheese Burger. Sambil menikmati makanan itu, Ciel termenung.

=*=F=*=

Tidak pernah terbayangkan oleh Ciel untuk menjadi dirinya yang sekarang. Kalau orangtuanya masih hidup, jelas mereka akan menentang jalan yang diambil oleh Ciel.

"Ini jalanku" ucap Ciel dalam hatinya.

Ciel sendiri masih tidak percaya bahwa akan menikahi seorang pria, pria yang mengubah seluruh hidupnya menjadi seperti ini.

"Lizzie mengkhianatiku." Itulah yang di ucapkan Ciel di dalam hatinya lagi.

Kalau misalnya Lizzie tetap menjadi tunangannya, apakah Ciel tetap menjadi seorang straight?

"Mm... itu... Pesona Sebastian sulit untuk ditolak.." ucap Ciel dalam hatinya lagi.

Wajahnya terlihat sedikit memerah. Memang, jika dibandingkan dengan Lizzie, Sebastian jauh lebih perhatian daripada gadis bermata emerald itu. Lgipula, pemuda beriris ruby itu sering memberikan kejutan-kejutan kecil untuk Ciel dan juga membuat Ciel merasa nyaman berada didekatnya. Sebastian dewasa sedangkan Lizzie kekanak-kanakan dan juga manja. Untuk hali ini jelas saja berbeda. Lizzie adalah seorang gadis yang manja dan hanya tua 1 tahun dari Ciel. Meskipun begitu, dia tetap saja manja pada Ciel. Sementara Sebastian, pemuda itu lebih tua 3 tahun dari Ciel. Jelas saja kalau dia lebih dewasa dari Ciel maupun Lizzie.

"Saya bersedia menerima Ciel Phantomhive sebagai pasangan saya, baik dalam keadaan suka maupun duka"

Itulah kata-kata yang terlintas di pikiran Ciel dan membuatnya tersenyum tipis. Janji suci yang diucapkan Sebastian saat pesta pernikahan mereka. Sebastian benar-benar sudah merebut hati seorang Ciel Phantomhive.

=*=F=*=

Semua karyawan dan staff di sama sekali tidak mengetahui bahwa direktur utama mereka adalah seorang gay. Entah apa jadinya bila perusahaan yang memproduksi mainan dan makanan manis itu diketahui publik bahwa pemimpinnya adalah seorang gay, mungkin pendapatan perusahaan itu bsa langsung drop, bahkan yang lebih parah bisa bangkrut dan langsung tutup. Ciel merinding membayangkan hal itu. Berbeda dengan Ciel, justru semua karyawan dari sudah mengetahui bahwa peminpin mereka adalah seorang gay yakni, Sebastian Michaelis. Hal itu tidak berdampak besar pada perusahaan yang meproduksi kendaraan dan juga elektronik itu. Mungkin karena Sebastian yang berwajah tampan dan juga kemampuan manjerialnya yang baik, sehingga perusahaan itu tetap bisa bertahan hingga sekarang.

"Hah... Banyak sekali dokumen dan laporan yang harus di cek. Padahal aku mau jalan bareng Ciel malam ini... uhh..." keluh Sebastian sambil sedikit mengacak rambutnya.

Sebenarnya, Sebastian menjadi seorang gay sejak dia tinggal di dekat rumah Ciel. 'Lelaki yang menarik' Begitulah yang terlintas di pikiran Sebastian saat pertama kali bertemu Ciel. Sebastian dulu adalah seorang straight sama seperti Ciel. Bahkan dia adalah seorang playboy yang bisa di bilang naughty, karena dia sering meniduri gadis-gadis yang ia kencani. Masa pacaran Sebastian yang paling cepat adalah satu malam sedangkan masa yang paling lama adalah 1 minggu. Itupun hanya beberapa gadis yang beruntung.

"Berpacaran dengan Ciel jauh lebih menarik daripada meniduri gadis-gadis itu.." ucap Sebastian dalam hatinya. Dan hanya masa pacaran dengan Ciel saja yang paling lama, yakni 7 bulan. Setelah itu, Sebastian mengajak Ciel menikah dan jadilah mereka yang sekarang.

"Aku menikahinya agar aku bisa memiliki Ciel seutuhnya." Setelah meminum capucinno yang di pesannya, Sebastian pun kembali melanjutkan pekerjaannya.

=*=F=*=

Jam tangan silver Ciel menunjukkan pukul 15.08.

"Aku mau belanja dulu saja. Hari ini kan jadwalku memasak, lagipula hari ini Sebastian pulang malam.." batin Ciel sambil menuju parkiran untuk mengambil Lamborghini-nya yang setia menunggu di sana. Kini Ciel menuju supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan yang di perlukannya. Dia mengambil troli dan mulai 'memburu' belanjaannya. Tangannya mengambil sayur bayam, brokoli, wortel, tomat, telur, selada, bawang, dan daging ayam.

"Sebastian pasti marah kalau aku tidak memasak sayuran... Geezz... Dia seperti vegetarian saja." Batin Ciel.

Setelah melewati stand pasar, Ciel dengan semangat mendorong troli nya menuju tempat snack. Berbagai jenis permen, cokelat, keripik, biscuit, lollipop, dan macam-mmacam snack kini memenuhi troli Ciel. Hampir 75% dari isi troli Ciel adalah snack nya.

"Hm... segini saja deh." Ucap ciel sambil mendorong trolinya yang lumayan berat itu kearah kasir. Total belanjaan yang dibeli Ciel adalah £ 95 (baca: 95 poundsterling kalau di-rupiahkan sekitar Rp 1.425.000 karena 1 poundsterling = 15.000 rupiah. #menurut Google.) harga itu hanya untuk membeli snack nya yang mendominasi dan bahan makanannya. Setelah belanja, Ciel pun pulang pada pukul 16.25. Ciel pun langsung mandi dan sesudahnya memasak untuk dirinya dan juga Sebastian.

=*=F=*=

BMW hitam milik Sebastian memasuki garasi kediaman Phantom-Michaelis itu. Pemuda tampan berambut hitam itu memasuki rumahnya dan melihat bahwa ruang tamu mereka sudah gelap.

"Ciel sudah tetidur" gumamnya sambil meletakkan tas dan jasnya di stas sofa.

Mengunci pintu depan dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan sedikt dirinya karena seharian dia berhadapan dengan tumpukan kertas yang harus di periksa. Setelah selesai mandi, Sebastian menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang kosong. Ada sebuah memo kecil disana.

" Selamat Datang! Ini aku membuatkan sup untukmu. Kalau sudah dingin, di hangatkan saja. Selamat menikmati! ^^ By: Ciel Phantomhive" Begitulah isi memo tersebut.

Sebastian hanya tersenyum kecil membaca memo itu dan kemudian dia memakan masakan Ciel.

"Hmm... lumayan juga rasanya. Dia jadi semakin mahir memasak ya" gumam Sebastian. Setelah selesai makan, Sebastian mencuci piring itu dan menuju ke kamarnya. Disana dia melihat Ciel yang sudah terlelap dan di sebelah Ciel, sebuah piyama hitam sudah terlipat rapi.

"Ya ampun... Bahkan piyamaku juga betul-betul disiapkannya. Benar-benar 'istri' yang baik." Ucap Sebastian dalam hati sambil mengganti pakaiannya. Pemuda bermata ruby itu pun menaiki tempat tidurnya dan membungkus tubuhnya dengan selimut yang tadi hanya membungkus Ciel. Sebastian mencium pipi Ciel sebelum tidur dan berbisik padanya, "Thank's for all, Ciel. Good night, dear." Setelah itu, lampu pun dipadamkan dan Sebastian mulai memejamkan matanya.

To Be Continue...

A/N: Hm... sepertinya pada akhirnya saya pusing sendiri, bagaiman Ciel bisa jatuh kepelukan Sebastian. Hah (-o-) tapi ini pertama kalinya saya membuat fanfic yang Yaoi. Senangnya~~~ #kebetulan saya juga Fujoshi! Hihihihi! Semoga para readers suka dengan fanfic ini. Pada akhirnya, saya sangat bahagia bila ada dari para readers sekalian yang mau me-Review fanfic saya ini. So, see you later ^u^/