Summary:
Sasori dan Gaara menerima sebuah misi untuk merebut kembali patung manekin milik Naruto, yang tidak sengaja dipungut oleh otaku tampan yang agak2 aneh bernama Sasuke yang iseng menjalankan ritual seperti di anime favoritenya, membuat manekin dengan rambut merah muda itu hidup layaknya manusia! Akhirnya misi itu terlihat seperti para cowok yang merebutkan Sakura dlm wujud manusia.
Prologue:
Sasuke Uchiha menatap intens kelopak mata yang tertutup itu. Di belainya pipi putih dan lembut tersebut namun terasa… dingin. Hatinya sedikit mencelos, itu hanyalah sebuah patung full-body manekin cantik dengan rambut merah muda dan manik hijau buatan di dalam kelopak dingin yang tertutup tersebut.
Ia membulatkan tekatnya, memasangkan sebuah kalung dengan liontin bening berwarna merah pekat. Bibirnya mencium liontin tersebut, lalu ragu-ragu mendekati wajah manekin cantik itu…
Sambil berbisik mengucapkan mantra… "Aku memberimu kesempatan untuk hidup—bersamaku…"
CUPS...
Ia tak peduli ciuman pertamanya adalah dengan sebuah patung manekin… ia pun mundur beberapa langkah…
Dan… WUSS!
Liontin itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan…
Ia nyaris tak percaya, mengintip dari balik lengan tangan yang menghalau sinar menyilaukan tersebut. Manekin itu berkedip! Dan menoleh ke arahnya.
"Ohayou…" seakan mimpi dan tak percaya… Sasuke mendengar suara lembut keluar dari mulut gadis itu.
Dia… benar-benar menjadi… manusia?
.
.
.
==00==00==00==
Beautiful Target
Disclaimer: Naruto Mashashi Kishimoto | Beautiful Target Kitty Kuromi
Soundtrack and Inspired by: Beautiful Target-nya B1A4 xD
Rated T+ semi M. for little gore.
-Chapter I-
==00==00==00==
.
.
.
Konoha City 2088 – Nara Laboratory [04:24 p.m.]
"Ingat, kulitnya seputih susu, irisnya biru, dan rambutnya merah muda."
"Hah? Merah muda? Rambut macam apa tuh?" protes Shikamaru pada pemuda berambut kuning jabrik di seberang mejanya. Tangannya berhenti menggoreskan tinta pada kertas putih di atas meja kerjanya.
"Sudahlah, jangan banyak protes. Yang penting nanti kubayar!" sahut Naruto memijat pangkal hidungnya lalu menatap kertas yang di pegang Shikamaru. Shikamaru pun hanya menggelengkan kepala dan kembali menulis orderan client-nya.
"Baik, iris biru. Rambut merah muda. Hanya itu?" Shikamaru memastikan sekali lagi orderan client-nya. Dan hanya dijawab dengan anggukan mantap dari Naruto Namikaze.
.
==00==00==00==
.
3 bulan berikutnya…
Seorang cowok berambut raven dengan gaya rambut emo berjalan menyusuri koridor Konoha Cyber School. Tidak memperdulikan teriakan banyak cewek-cewek yang meneriakinya dengan pujian dan tatapan kagum. Meski begitu tidak ada yang berani mengejar lebih dekat, karena kurang dua langkah saja menuju tubuh yang tegap itu, pasti mereka akan pingsan! (Lebay banget sih menurut author, tapi emang pernah liat xD orang macem gitu)
Sasuke Uchiha—terus berjalan dengan cueknya bak robot tanpa radar, membawa gulungan poster yang belum di ketahui isinya. Sesampainya di depan mading sekolah, ia membuka lebar gulungan yang sedari tadi ia bawa, dan menempelnya di mading tersebut.
PENGUMUMAN
Dibuka pendaftaran untuk CLUB OTAKU. Oleh Sasuke Uchiha. Berminat, silakan isi biodata diri ke sasuke[at]uchiha[dot]co[dot]jp. Pendaftaran di tutup tepat jam 00.00 a.m besok.
Pendiri, Sasuke Uchiha.
Singkat. Padat. Jelas.
Itulah yang ada di pikiran setiap orang yang membacanya. Benar-benar Uchiha.
.
==00==00==00==
.
Konoha City 2088 [07:09 p.m.]
Gemerlap langit malam yang di hiasi cahaya lampu kota metropolitan. Dekorasi pencahayaan lampu yang indah menyapa ramah setiap orang yang melihatnya.
Seorang cowok berambut hitam kebiruan dengan oniks yang bersembunyi di balik kacamata hitamnya, sedang duduk bersantai, kepalanya menyender di kursi kendali mobil beralaskan kedua tangannya sendiri. Membiarkan mobil silver berkapasitas dua orang itu berjalan tenang dengan auto mode-nya.
Mobil silver itu berhenti tepat di dalam parkiran sebuah pent house mewah dengan dominasi putih-abu-abu-hitam. Cowok dengan casual style-nya itu melangkahkan kaki keluar mobil dan melangkah menuju pintu utama, sambil mengarahkan kotak persegi-panjang mini ke arah mobilnya—tanpa menoleh.
LOCKED. Tulisan yang berada di kaca depan mobil berwarna hijau itu pun tak di lihat oleh cowok tadi. Ia hanya masuk pintu utama melalui—retina-scanner untuk memasukinya—dengan cuek.
.
Sebuah ruangan yang di dominasi dengan cat putih-biru tua itu terdapat banyak barang yang tak akan di temui pada era 2000-2020. Semua perabotan termasuk matras biru tua anti gravitasi, dan lemari terpendam di dinding—nyaris tak terlihat seperti sebuah lemari, juga sebuah warna silver gelap membantu persegi panjang dan besar menempel di salah satu dinding tersebut—itu adalah multi-screen.
Cowok tampan yang sedang menutupi updown-door-nya dengan remot kecil itu kini melepas sepatunya dan melemparkan diri ke atas matras anti gravitasi-nya. Ia tidak mengganti baju kaos putih dan celana levis biru tuanya, lalu menyalakan multi-screen yang tersuguh di depannya yang menyuguhkan sebuah serial anime kesukaannya.
.
.
"Orochimaru! Apa yang kau lakukan padaku!" ucap seorang boneka kayu bernyawa yang kini mengerang kesakitan merasakan seluruh tubuh kayunya terbakar dan panas, kalung dengan bandul kaca berwarna merah pekat bersinar di lehernya, lututnya menumpu tubuhnya sendiri, jari-jari kayunya menyusup ke helaian rambut hitamnya dan memegangi kepalanya sendiri "Aaaaarrrgggh!"
"Bertahanlah, Rock-Lee… kau akan menjadi manusia dengan kalung itu! Kalung dengan liontin yang berisi darah dan juga spremaku!"
.
.
"Hn? Sperma?" gumam Sasuke sedikit tidak percaya. Namun mata oniksnya masih melanjutkannya untuk menonton…
.
.
"Kakek Orochimaru, aku ingin patung prajurit itu di hidupkan. Apa bisa?" tanya seorang pria pada Orochimaru yang kini tersenyum puas melihat boneka kayu bernama Rock-Lee itu tengah menjadi manusia dengan sempurna.
Orochimaru dan cucunya segera pergi meninggalkan ruangan tersebut dan beralih ke sebuah kamar tua khas jepang kuno.
"Tobi, umur kakek tidaklah lama lagi, maka aku akan mengajarkan bagaimana teknik Jelishlaif."
"Jelishlaif?"
"Ya, itu untuk menghidupkan sekaligus mengubah fisik suatu patung atau boneka ke wujud manusia. Kau bisa gunakan itu saat kau tak memiliki orang yang tidak kau percaya. Kau bisa membuat teman hidupmu sendiri."
"Jelaskan padaku, bagaimana caranya?"
Orochimaru pun menjelaskan secara detail pada Tobi.
.
.
FLIP!
.
.
"Konyol!" Sasuke langsung mematikan layar multi-screen-nya. Ia memang sangat menyukai anime magis, tapi ia juga tidak habis fikir cerita macam apa barusan! Sungguh di luar nalar dan terlampau konyol. Darah dan sperma? Baru kali ini Sasuke ilfil dengan anime favorite-nya sendiri.
.
==00==00==00==
.
Jam digital menunjukan pukul lima sore, seorang cowok berambut kuning jabrik sedang berjalan menuju Nara's Laboratory. Ia berjalan masih mengenakan seragam sekolahnya.
Sebuah layar transparan yang menempel di dinding menyala ketika cowok itu menempelkan telapak tangannya. Seolah mendeteksi telapak tangan itu, segaris cahaya horizontal naik-turun men-scan-nya.
Pintu pun terbuka… nampak seorang pemuda berambut nanas berjas putih yang sedang sibuk dengan layar-layar bening di hadapannya. Sambil bersandar pada kursi malasnya dan bebas menggeser layar-layar tersebut sesuka hatinya.
"Yo, pekerjaanmu cukup menyenangkan, ya. Cukup bersandar dan menjamah tuch-screen. Tidak pegal di depan komputer!" seru cowok blonde yang barusan masuk sambil menyunggingkan senyuman lebarnya.
Dengan gerakan malas, Shikamaru Nara menggeser layar-layar yang seolah melayang tersebut ke samping. Menumpuknya seperti papan-papan transparan file besar di sampingnya. Telapak tangannya mengarah ke sofa. "Silakan duduk, Namikaze-sama."
"Jangan terlalu formal, ayolah kita sudah lama berteman." Sahut Naruto dengan cengiran khasnya sambil duduk di sofa, di susul oleh Shikamaru yang duduk di sebrangnya.
"Jadi, apa pesananku sudah siap?" tanya Naruko to the point.
"Tentu." Shikamaru menyeringai tipis, jari telunjuk kanannya menekan salah satu dari tombol ganda yang terletak di gelang silvernya di pergelangan tangan kiri. Segaris sinar pun keluar dari satu titik pada gelang tersebut, membentuk garis vertical panjang dan bertransformasi menjadi selembar tipis layar bening kebiruan. Menampilkan teks menu options yang salah satu di sentuhnya, memasukan beberapa perintah dan melakukan retina-scanner untuk langkah terakhir.
Sebuah sinar tipis muncul di lantai samping sofa yang Naruto, membuat sepasang iris biru laut itu melirik dan mendapatkan sinar horizontal itu membuka lantai persegi, menarik ke atas sebuah peti kaca vertical perlahan…
Seakan waktu berjalan lambat, sepasang bola mata Naruto menatap lekat-lekat siluet di dalam peti kaca tersebut. Pertama-tama terlihat helaian rambut berwatna soft-pink. Hmm, sesuai keinginanku. Gumam Naruto dalam hati. Lalu sepasang kelopak mata tertutup, hidung mancung yang agak kecil, bibir tipis, badan langsing dan tidak terlalu tinggi terbalut sebuah dress baby doll selutut berwarna senada dengan rambut yang ternyata panjang sepunggung itu. Kaki yang terlihat jenjang itu terbalut lady-boots berwarna merah muda pudar.
"Ka-kawaii!" seru Naruto.
Setelah peti kaca itu keluar sempurna dari lantai, petak lantai yang terbuka itu pun kini menutupi.
"Cantik sekali!" gumam Naruto berkomentar pada manekin itu. Perlahan peti kaca itu terbuka, siluet yang berdiri itu pun bergerak, kelopak mata itu perlahan terbuka…
"Hah? HIJAU?" Naruto menoleh protes pada Shikamaru yang sedang mengangkat bahu.
"Aku sudah suntikan warna biru. Entah mengapa jadinya hijau. Ku kira kau tidak akan terlalu keberatan, lihatlah, itu bukan sembarang hijau. Itu hijau emerald. Indah, bukan?"
Naruto kembali mengamati sosok yang kini membungkuk hormat. "Ohayou. Perkenalkan, aku Sakura…" suara halus itu terdengar seperti rekaman.
"Cantik kan? Hampir mirip manusia." Ujar Shikamaru bangga sambil tertap bersender di sofanya.
Tapi matanya hijau… Naruto mendesah dalam hati. Apa masalahnya kalau hijau?
.
==00==00==00==
.
Pemuda dengan rambut kelam itu sedang berlari santai dengan kaus tipis yang membentuk tubuh bidangnya, celana pendek selutut, juga sepatu olah raga. Ia nampak keren dengan peluh di wajah putih porselennya, juga membasahi anak rambut emonya.
Ia tengah menjadi pusat perhatian sekitarnya. Kenapa? Oke, dia memang tampan, pasti katarak yang tidak mengakui hal tersebut. Namun yang membuatnya benar-benar jadi pusat perhatian adalah… dia jogging di bawah sinar rembulan?
Sementara itu…
.
.
Natuto berkali-kali mengumpat kesal dan sesekali melirik manekin tak berdaya di sebelahnya, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan agak tinggi.
"Baka-Shikamaru! Apa susahnya buat mata biru sepertiku. Tidak bec—"
NGIIIK…
Decitan rem mobil menggema di lorong jalan raya bawah tanah itu, mata Naruto mengerjap berkali-kali melihat siapa yang berani-beraninya menyebrang di jalan raya bawah tanah seperti ini? Kepalanya pun melongok ke luar jendela kaca mobil.
"HEY, KAU MAU MATI, HA? PEJALAN KAKI TIDAK BOLEH MELEWATI JALAN INI, APA LAGI MENYEBRANG!" teriak Naruto penuh emosi. Tambah satu lagi alasan untuk putra tunggal wali kota Konoha—Minato Namikaze—tersulut emosinya.
Sementara pemuda yang ternyata baru Naruto sadari sedang jogging malam—terlihat dari pakaiannya—hanya menggendikan bahu dan kembali melanjutkan lari santainya di pinggir jalan.
"SINTING!" dengus Naruto kasar sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan yang semakin meninggi. Beberapa menit kemudian ia menemukan sebuah taman setelah tanjakan keluar lorong bawah tanah.
Seringai tipis lalu mengembang di wajahnya, ia menghentikan mobil kuning cerahnya tepat di depan bangku halte depan taman itu. Naruto melangkah keluar dan kesisi lain mobilnya, mengambil manekin cantik itu melewati pintu satunya.
Ia mengenal baik daerah ini, di sini hampir tidak ada orang yang akan lewat saat jam seperti ini. Hanya ada mobil yang berlalu-lalang dengan kecepatan tinggi sehabis dari lorong bawah tanah lagi.
Diangkatnya manekin itu lalu ia taruh di atas bangku halte bus. Manekin itu cukup lentur untuk menekuk sendi-sendi seperti manusia, jadi Naruto membuat posisi manekin menjadi duduk.
Sesaat sebelum ia meninggalkan manekin cantik itu, Naruto menatapnya…
"Maaf ya, kau produk gagal. Semoga kau berakhir di toko butik—bukan di tempat sampah."
.
.
Sasuke Uchiha mulai terengah, namun ia sedikit lega. Setidaknya jalan yang ia pilih dan telusuri untuk olah raga malamnya ini jauh lebih sepi, bahkan sangat sepi. Tidak ada tatapan menganggu yang akan ia dapat.
Langkah kakinya yang berlari santai tak berhenti meski menerjang tanjakan menuju keluar jalan raya lorong bawah tanah yang bercahaya kuning gemerlapan ini. Ia terus berlari sampai beberapa saat kemudian mata hitam pekatnya menemukan sosok seseorang dari kejauhan.
Rambut merah muda? Apa banci ya?
Sasuke—meski dengan was-was yang tak nampak di wajah stoicnya—menambah kecepatan mendekat…
Dress? Lady-boots? Benar-benar banci sepertinya…
Cowok tampan dengan raut datar namun tetap keren dengan peluh-peluh di wajahnya, berlari agak cepat ke arah di mana sosok yang ia curigai adalah banci.
Namun spesikulasinya melebur sudah ketika ia benar-benar dekat dengan sosok itu. Kali ini ia yakin kalau sosok mungil nan cantik itu adalah perempuan tulen. Terlihat dari bentuk wajah gadis tersebut. Cantik.
"Apa yang kau lakukan di sini, nona?" tanya Sasuke sopan sambil sedikit mengatur nafasnya yang tersengal.
Tak ada jawaban…
Eh? Dia tertidur?
Sasuke menangkap kelopak mata yang sedang tertutup itu. Sejenak ia terdiam memikirkan sesuatu, yang tak nampak dari wajah datarnya.
Keadaan pun hening sesaat. Hanya tiupan angin malam seolah membelai rambut merah muda itu…
Entah mengapa…
Rasanya degup jantung Sasuke berdetak lebih cepat. Seolah waktu berputar lamban, ia menikmati pemandangan indah tersuguh di depannya. Ia merasakan kesejukan dalam hatinya. Untuk pertamakali dalam hidupnya… ia merasakan getaran aneh?
Love at the first sight?
Ragu-ragu ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah gadis yang sedang tertidur itu…
Dingin? Dan… kaku?
Sasuke mendekatkan wajahnya dan betapa terkejutnya dia ketika menyadari bahwa itu hanyalah sebuah manekin cantik full-body!
'Poor me.'
.
==00==00==00==
.
"Mana Autos Eve?" tanya Minato saat putra semata wayangnya masuk dari pintu utama ke ruang tamu.
"Tou-san? Au-auto apa?" tanya Naruto sambil melepas sepatu ketsnya dan duduk di sebelah ayahnya yang kini mengkerutkan alis.
"Pesanan manekin buatan professor Nara. Katanya kau bawa pulang hari ini?" Mintao menutupi laptopnya dan menatap lurus ke puteranya.
"Oh, manekin itu, Shikamaru bodoh itu salah memberi warna mata. Harusnya biru, tapi dia buat hijau. Ku anggap produk gagal, jadi kubuang dijalan." Jawab Naruto enteng.
"BAKA!" Minato menepuk belakang kepala anaknya sehingga Naruto hampit terjerembab kedepan.
"Apa-apan Tou-san ini?" sungut Naruko.
"Aku memang memperbolehkan kau menentukan bentuk fisiknya, tapi kau tidak boleh membuangnya sembarangan! Di dalam tubuh manekin itu terdapat chips Autos Eve, ITU BUKAN SEMBARANG MANEKIN! ITU ROBOT YANG SENGAJA KUPESAN UNTUK MEMBANTU ORGANISASI RAHASIA PEMERINTAHAN!" Minato mulai mengamuk.
"APA? Ku fikir itu manekin biasa untuk butik Kaa-san…"
"MANA MUNGKIN AKU MEMESAN MANEKIN UNTUK BUTIK KAA-SAN MU PADA PROFESOR NARA!"
Pemuda berambut blonde itu mengacak rambutnya sendiri mendengar amukan tou-sannya. Iya juga… mengapa baru kepikiran hal itu… bodoh sekali dirinya.
"Sudahlah, tou-san. Kita bisa memesan lagi pada Shikamaru." Bujuknya pelan.
"Hah! Aku tidak mau tahu! Paling lama tiga bulan lagi Autos Eve harus sudah ada di hadapanku. Bagaimana pun itu bentuk fisiknya! Asalkan seperti manusia, bukan rubah!"
.
==00==00==00==
.
Sepasang iris oniks masih menerawang jauh menatap langit-langit kamarnya. Sasuke Uchia, masih dengan baju jogging malam-nya telentang di atas matras anti gravitasinya. Irisnya kini melirik sesosok cantik di sudut ruangannya.
"Cih!" ia mendecih sekali lagi menyadari kalau gadis yang membuatnya jatuh cinta hanyalah sebuah patung manekin. Perlahan hatinya mencelos, mengasihani dirinya sendiri. Selama ini, dirinya belum pernah sama sekali memiliki perasaan pada satu orang gadis pun. Sekalinya hal penting dalam hidupnya terjadi, kenapa harus pada manekin yang notabene adalah benda mati?
"Cih!" untuk sekian kalinya ia mendecih disusul dengan dengusan kasarnya. Ia sadar betul, dirinya yang popular itu dapat dengan mudah memilih salah satu dari fans-girl-nya untuk menjadi kekasihnya. Tapi rasanya ia belum menemukan titik kepercayaan pada siapa pun. Semua yang mengaguminya hanya tertarik pada penampilan dan statusnya sebagai cucu tunggal Madara Uchiha, pemilik Uchiha Inc—perusahan yang tengah merambah ke ladang bisnis international.
Tak sengaja iris matanya melirik kearah jendela. Bulan purnama?
Ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan terduduk di pinggir matras anti-gravitasinya. Membiarkan kaki panjangnya terjuntai ke bawah. Sesaat ia teringat serial anime yang ia tonton.
'Teknik Jelishlaif. Rendam sebuah kalung dengan liontin perak dalam genangan darahmu dan juga sprema saat tepat tengah malam di bulan purnama. Angkat ketika matahari telah terbit sempurna keesokan harinya. Pakaikan pada objekmu, dan ucapkan mantra!'
Sasuke sedikit mengernyit mengingat bahan ramuannya. Darah bukan masalah besar, tapi kalau sperma? Perlahan seringai tipis muncul di wajah datarnya. Jangan sebut aku Uchiha kalau tak berani mencobanya.
Ia pun bangkit dari duduknya, meraih gelas kecil kosong yang berada di mejanya, membuka laci untuk mengambil silet, sekilas ia melirik sosok kaku di sudut ruangan tersebut sambil tersenyum aneh.
ZRASH…
Darah segar mengalir ke gelas kosong, membuat mata obsidian itu menyipit sekilas—meringis menahan perih yang teramat sangat di telapak tangannya yang dengan sengaja ia lukai. Sesaat ia tersentil sebuah keraguan. Dia tau ini hanya ritual konyol yang ia tiru di anime kesukaannya. Tapi entah mengapa ia ingin sekali melakukannya.
Tidak sampai setinggi satu mili juga darah dalam gelas itu, kini ia menggores satu persatu jari kirinya. Membuat kelima jari tersebut mengeluarkan cairan merah. Ya, dia harus bisa membuat genangan di dalam gelas kecil tersebut dengan darahnya.
Masih belum cukup untuk genangan, ia menggoreskan lagi silet tersebut di tangan kiri bagian dalamnya—dekat siku. Entah mengapa ia tidak terlalu memikirkan rasa perih di sekujur tangan kirinya. Pandangannya agak mengabur seiring darah mengalir ke gelas tersebut.
Di pandangnya sekilas jam digital yang menunjukan tepat sepuluh malam. Lalu sekilas lagi ke sosok kaku di ujung ruangan dengan kelopak mata tertutup itu.
Keseimbangannya hampir limbung, namun dengan segera ia pejamkan mata kuat-kuat menahan kepeningan yang tiba-tiba menyerang. "Ssh…" ia menggeleng kepala sekilas. Membawa gelas berisi genangan kecil darah tersebut ke kamar mandi.
Tentu saja selain membersihkan lengannya, ia juga akan mencampurkan bahan kedua—errr… sperma.
.
==00==00==00==
.
Sasuke melirik lagi ke arah jam digital yang menemel di dindingnya. 11.58 p.m.
Kini ia menatap gelas berwarna merah pekat karena campuran err… you know lah. Lalu beralih ke liontin membentuk kelopak bunga Sakura yang menggantung manis di kalung dalam genggaman tangannya. Liontin tersebut sebenarnya adalah gantungan kunci perak. Yang ia modif dalam waktu singkat menjadi liontin.
00.00 a.m.
PLUK!
Liontin itu terjatuh dengan mudah ke dalam genangan air berwarna merah pekat. Senyuman aneh tersungging di wajah datar Sasuke, sejenak mata oniksnya melirik sosok kaku itu sekali lagi.
Sasuke membanting tubuhnya di atas matras melayang anti gravitasinya, membuat matras itu sedikit berguncang hampir menyentuh lantai—tapi segera kembali melayang ketempat semula.
Matanya menatap lurus langit-langit kamar, pandangannya menerawang jauh. Sebagian dari dirinya saat kini sedang menertawakan dirinya yang dengan bodoh melakukan ritual itu—meski ia mengakali dirinya sendiri dengan alasan 'iseng'. Tapi sebagian dari dirinya seolah berbisik akan ada seseoang dalam hidup sepinya.
Perasaan sejuk berdesir dalam diri cowok berkulit putih porselen itu. ia memejamkan matanya, tak sabar menunggu matahari terbit esok.
.
==00==00==00==
.
"Moshi-moshi… hoahmm" Shikamaru malas mengangkat teleponnya.
"Shikamaru! Ini aku, Naruto!" suara melengking itu membuat dahinya mengkerut.
"Ada apa kau mengganggu tidurku! Bahkan matahari belum terbit, ini masih pagi-pagi buta!" Shikamaru meracau dengan mata tertutup dan masih tertidur miring di ranjang empuknya. Ia me-loudspeaker telepon tersebut dan menaruhnya di samping bantal.
"Aku ingin pesan Autos Eve lagi."
"Mana bisa, chips Autos Eve limited edition. Salah satu komponennya adalah tanah asing yang di tinggalkan makhluk luar angkasa sepuluh tahun yang lalu di daerah Oto City. Tanah itu sudah tidak ada di bumi." Ucap Shikamaru setengah tidak sadar karena masih mengantuk.
"Yah, jadi tidak bisa di buat lagi ya?" tanya Naruto polos di seberang sana.
"Hn, lagian Autos Eve pada Sakura sudah lebih dari cukup untuk menjalani selusin misi sekaligus. Agen rahasia pemerintahan tidak akan membutuhkan yang lainnya." Shikamaru masih menutupi mata sambil mengoceh, tanpa ia sadari kalau ia sudah jadi cerewet dalam keadaan setengah tidak sadar.
"Itu dia masalahnya, karena tidak tahu kalau manekin Sakura itu penting, dan karena aku kesal matanya tidak biru seperti keinginanku, aku membuangnya di jalan…"
Mata Shikamaru kini melebar dan bulat sempurna, tubuhnya langsung duduk tegap sambil memegangi ponselnya. "APA!"
.
==00==00==00==
.
Kelopak mata itu terbuka ketika cahaya matahari yang menyilaukan menerpa wajahnya. Ia memang sengaja tidak menutupi selambu jendela untuk mendeteksi cahaya matahari terbit langsung ke wajahnya.
Sepasang iris hitam legam itu kini berusaha melebar, kepala yang dilapisi helaian sekelam langit malam itu pun bangkit, menyeret tubuhnya paksa untuk berdiri. Menghampiri meja di sudut ruangan, mengambil segelas cairan merah pekat tersebut. Menarik tali kalung yang terjuntai keluar, mengeluarkan liontin perak itu dari genangan merah.
Mata oniksnya melebar ketika mendapati liontin yang tadinya perak pekat, kini berubah menjadi kaca, liontin kaca yang di dalamnya terdapat cairan berwarna merah pekat. Ini…?
Ia masih terpaku menatap liontin itu dengan tatapan tak percaya. Alisnya bertaut, pikirannya masih menerka-nerka… apa ritualnya benar berhasil? Itu kan hanya cerita anime…
Tapi raut bingung yang tidak begitu terlihat dari wajahnya kini berubah menjadi seringai puas. Ia tak peduli, kalau dirinya sudah gila. Mungkin saja, ini hanya imajinasi, khayalan, atau mimpi, tapi ia tak kan berdiam diri begitu saja. Ia akan meneruskan hingga tuntas. Ia pun segera menghampiri sosok cantik nan kaku di sudur sana.
Sasuke Uchiha menatap intens kelopak mata yang tertutup itu. Di belainya pipi putih dan lembut tersebut namun terasa… dingin. Hatinya sedikit mencelos, itu hanyalah sebuah patung full-body manekin cantik dengan rambut merah muda dan anic hijau buatan di dalam kelopak dingin yang tertutup tersebut.
Ia membulatkan tekatnya, memasangkan sebuah kalung dengan liontin bening berwarna merah pekat. Bibirnya mencium liontin tersebut, lalu ragu-ragu mendekati wajah manekin cantik itu…
Sambil berbisik mengucapkan mantra… "Aku memberimu kesempatan untuk hidup—bersamaku…"
CUPS…
Ia tak peduli ciuman pertamanya adalah dengan sebuah patung manekin… ia pun mundur beberapa langkah…
Dan… WUSS!
Liontin itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan…
Ia nyaris tak percaya, mengintip dari balik lengan tangan yang menghalau sinar menyilaukan tersebut. Manekin itu berkedip! Dan menoleh ke arahnya.
"Ohayou…" seakan mimpi dan tak percaya… Sasuke mendengar suara lembut keluar dari mulut gadis itu.
Dia… benar-benar menjadi… manusia?
.
==00==00==00==
.
.
.
.
.
.
-TBC-
Kuromi's Note:
-multi-screen adalah layar tipis transparan yang menempel di dinding. Layar tersebut berfungsi untuk televisi, komputer, juga lainnya.
-updown-door adalah pintu model futuristic yang terbukanya pintu itu tertarik otomatis ke atas, dan kalau tertutup terterik otomatis ke bawah.
-Jelishlaif merupakan teknik black-magic untuk menghidupkan, memberi nyawa, juga merubah suatu patung/boneka (yang penting menyerupai manusia) ke dalam wujud manusia normal secara fisik.
-Autos Eve adalah nama jenis chip atau 'otak' robot yang di ciptakan Shikamaru khusus untuk robot dengan fisik 'perempuan'.
Dan istilah-istilah di atas adalah KARANGAN KUROMI SEMATA. Fufufufu… keren nggak?
.
.
Bagaimana minna-san? KEEP or DELETE?
Karena Kuromi sangat tidak pede, masih agak pundung karena Fic Servant and His Princess nggak laku :'(
Masukan pendapatmu di sini… kolom review…
V
V