Dikoridor rumah sakit yang sedang ramai diisi pasien yang berkunjung maupun pembesuk yang sedang mengunjungi kerabat atau sahabat mereka, disinilah sekarang Hinata berada bersama Naruto dan Ino sahabatnya, juga Itachi yang baru saja datang karena telah diberi kabar oleh Naruto.

Mereka telah menunggu seorang dokter yang telah memeriksa Sakura diruang gawat darurat, Hinata yang sejak tadi hanya mondar-mandir ditmani oleh Naruto diserang perasaan khawatir yang luar biasa. Ia benar-benar menyalahkan dirinya sekarang ini, air matanya hamper tumpah kalau saja tidak ada orang-orang yang berlalu lalang dikoridor tersebut.

Itachi sedikit menghela napasnya melihat tingkah Hinata yang sedari tadi tidak pernah diam dan juga Naruto yang terus mondar-mandir seperti Hinata. Ino yang juga memperhatikan mereka ikut menghela napas seperti Itachi. Ia sedikit melirik Itachi yang sepertinya sedari tadi telah diacuhkan oleh Hinata, batinnya meringis pilu melihat kesabaran Itachi terhadap Hinata.

"Hinata-chan!" Panggil Ino dengan suara yang pelan namun masih bisa didengar oleh seng empunya nama.

Hinata menghentikan langkahnya ketika Ino memanggilnya, wajahnya mengkerut menandakan ia merespon panggilan Ino.

"Duduklah dengan tenang, kau hanya akan menyiksa dirimu jika kau tidak bisa tenang." Ino mencoba membujuk Hinata yang sepertinya akan tetap pada pendiriannya. Tapi sebelum ia memprotes ucapan Ino sepasang mat Onyx milik Itachi mengintimidasi Hinata hingga membuatnya menuruti perkataan Ino.

Melihat hal tersebut Ino sedikit mengembangkan senyumnya 'Itachi memang bisa diandalkan' batinnya. "Naruto! Kau juga duduklah, hal yang kau lakukan itu tidak akan membuat Sakura cepat sembuh!" Kini Ino mencoba membujuk Naruto agar lebih tenang.

Melihat tidak ada respon yang diberikan Naruto padanya, Ino kembali menghela napasnya lelah. Ia branjak berdiri dari duduknya dan mencoba menghampiri Naruto. Tangan lembut milik Ino menepuk pelan pundak Naruto, "Naruto!" Panggilnya lirih.

Naruto akhirnya menolehkan kepalanya kepada Ino, sungguh sekarang ia benar-benar menghawatirkan Sakura. Kalau saja ia tidak berbuat gegabah, semua ini pasti tidak akan terjadi.

"Tenanglah! Sakura pasti akan baik-baik saja," Ino mencoba membujuk Naruto agar lebih tenang.

"Tapi Ino-chan—"

"Duduk!" Dengan cepat Ino membentak Naruto yang memang sangat keras kepala.

Dengan rasa frustasi akhirnya Naruto mendudukkan dirinya pada salah satu kursi yang terdapat diruang tunggu.

Ino menghela napas lega akhirnya Naruto mendengarnya, ia 'pun mengikuti langkah Naruto untuk menduduki kursi yang telah dia tempati sejak tadi.

Tidak berapa lama setelah mereka kembali dalam suasana yang hening, terdengar suara pintu disamping mereka digeser—ruangan Sakura dirawat—sontak semua yang berada disana berdiri dan menghampiri dokter yang keluar dibalik pintu trsebut.

"Bagaimana keadaan Sakura!" Naruto dengan cepat menanyakan keadaan Sakura seraya mengguncangkan bahu sang dokter.

Dokter tersebut hanya tersenyum tipis mendapati kekhawatiran Naruto. "Sebaiknya andan ikut saya keruang saya…" Ucap sang dokter palan namun ada nada sedikit tegas dalam ucapannya.

.

.

.

.

.

NARUTO©MASAHI KISHIMOTO

NIGHTMARE©SHIROI NO TSUKI

GENRE: ROMANCE/DRAMA

WARNING: AU, OOC, TYPO'S, DON'T LIKE? DON'T READ!, DLL

PAIRING: ITAHINA

.

.

.

.

.

Gadis yang sekarang terbaring lemah diatas kasur paien sedang memandang kosong kearah jendela disampingnya, kepalanya yang sekarang terbalut perban masih terasa sedikit berdenyut sakit. Gadis itu—Sakura—memandang hampa pemandangan yang berada pada layar jendela yang menampakkan pemandangan langit yang memerah jingga manandakan bahwa hari sudah menjelang malam.

Matanya sedikit berkaca-kaca ketika kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, sakura memang tidak pernah menyangka bahwa nantinya akan terjadi juga hal yang selama ini ditakutinya. Yah Naruto akan kembali pada cinta pertamanya Hinata.

Setetes cairan bening meluncur hingga mengenai bantal yang ditidurinya, Sakura sangat takut jika setelah ini Naruto akan mengatkan perpisahan padanya.

Sibuk dengan pemikirannya sendiri, tanpa Sakura sadari Naruto memasuki kamarnya diikuti dengan Hinata dan Ino dibelakangnya, "Sakura-chan!" panggil Naruto membuat lamunan Sakura buyar seketika ketika Naruto menghampirinya dan langsung memeluk tubuh mungil tersebut.

Sakura memberontak ketika pemuda pirang itu memeluknya dengan erat, "Lepas!" Bentaknya.

Sontak Naruto melepeskan pelukannya, Hinata terkejut mendengar pembentakan dari Sakura "sakura-chan…" Lirihnya.

"Untuk apa kau datang kesini Naruto…" Sakura menatap tajam naruto dan beralih pada Hinata, "Dan… Hinata…" Lanjutnya.

Ino yang merasa ini bukan lah urusan yang menyangkut dirinya, perlahan ia menghela naoas dan kembali berlalu berbalik menuju pintu untuk keluar.

Perlahan Sakura bangkit duduk dari kasurnya, melihat keadaan Sakura yang sangat lemah Naruto berusaha untuk membantunya dan dengan seketika tangan itu ditepis lagi oleh Sakura.

"Sakura-chan, ini tidak se—"

"Aku tau Naruto!" Dengan cepat Sakura memotong ucapan Naruto, air matanya sekarang terlihat jelas oleh kedua pasang mata yang berbeda warna tersebut.

"Pergilah! Aku tau kau akhirnya akan kembali pada Hinata…" Ucap sakura lirih, ia sekarang benar-benar tidak bisa melihat keduanya.

Hinata yang melihat Naruto diam saja mencoba untuk menjelaskan hal yang sebenarnya, "Sa-Sakura-chan, se-sebenarnya k-kau—"

"Aku tau Hinata! Kalian akan kembali bersama 'kan? Iya'kan?" sakura dengan cepat memotong ucapan Hinata, ia sangat takut jika mendengar hal yang sebenarnya yang akan dilontarkan Hinata padanya, ia takut pada akhirnya ia tidak bisa meraih orang yang dicintainya.

"Ti-Tidak, kumohon dengarkan aku dulu Sakura!" Hinata mulai sedikit terisak melihat keadaan sakura saat ini, hal ini memang salahnya semua memang salahnya. Hinata berlutut didepan ranjang Sakura hingga membuat Naruto membelalakkan matanya, "Hinata-chan! Apa yang kau lakukan!"

Cepat Hinata menepis tangan naruto yang akan menyuruhnya untuk kembali berdiri. Melihat pemandangan tersebut rasa sakit didada Sakura semakin berambah bahkan sekarang melebihi rasa sakit yang dia rasakan dikepalanya.

"Go-Gomen…" Hinata menundukkan kepalanya, "Kau boleh ma-marah padaku tapi jangan sa-salahkan Naruto-kun, ini semua sa-salahku." Tangan Hinata terkepal erat pada sisi tubuhnya.

"Kau sa-salah paham, ini se-semua tidak seperti yang kau lihat Sakura-chan…" Air mata Hinata menetes mengenai lantai dibawahnya, ia tidak sanggup meneruskan kata-katanya ketika isak tangisnya mulai keluar.

"Aku tahu, kau tidak perlu menjelaskannya Hinata…" Sakura mencoba untuk menyela ucapan Hinata walupun air matanya dan isakannya tidak bisa ditahan.

Naruto ingin menyela ucapan Sakura namun hal itu diurungkannya ketika Hinata memegang ujung baju seragam sekolah Naruto, menandakan ia akan meneruskan penjelasannya.

"Se-Sebenarnya…" Tidak! Sakura sudah tidak ingin mendengar penjelasan Hinata yang nantinya akan menyakitinya, dengan cepat ia menggelangakan kepalanya agar Hinata tidak meneruskan penjelasannya.

"A-Aku yang pada saat itu benar-benar membutuhkan se-seorang yang menjadi penopangku melihat Naruto yang be-berada diatas atap, da-dan aku menghampirinya…" Hinata mengusap air mata yang masih saja setia keluar dari mata beningnya, "Sa-Saat itu aku mengeluarkan semua beban pikiranku padanaya dan ta-tanpa sadar aku me-meluk N-Naruto-kun…" Sakura menolehkan kepalanya kepada Hinata dan memandangnya dengan tatapan kosong.

"Dan pada saat itu pula kau me-melihatnya, i-ini semua tentang I-Itachi-san…" Hinata mulai menengadahkan kepalanya dan melihat Sakura yang memandangnya dengan sedikit kerutan pada alisnya. "A-Aku menceritakan pe-pertunanganku dengan Itachi-san pa-pada Naruto-kun, ak-aku akan bertunangan Sa-Sakura-chan," mendengarnya sontak mata Sakura membelalak kaget.

"Kau t-tidak perlu khawatir Naruto a-akan meninggalkanmu…"

.

.

.

.

.

Ino barusaja keluar dari ruangan rawat Sakura, matanya memandang kearah pemuda yang sekarang duduk dengan gelisah. Langkahnya kemudian menghampiri Itachi—pemuda tersebut—

"Itachi-san!" Panggilnya, Itachi yang mendapat panggilan dari Ino menolehkan kepalanya kepada Ino yang berdiri disampingnya. "sepertinya ini akan rumit," lanjut Ino seraya menghela napasnya lelah. "Hinata mungkin memerlukan bantuanmu."

Itachi berdiri dari duduknya, "Hn, aku tahu." Jawabnya sembari melangkahkan kakinya menuju ruang rawat Sakura, kembali Ino menghela napasnya dan mendudukkan dirinya dikursi. Jujur ia sedikit iri pada para sahabatnya yang sudah mempunyai kekasih, sedangkan dirinya? Ia selalu sendiri saat-saat masa sekolahnya, tanpa disadarinya ia berdoa dalam hatinya untuk mendapatkan kekasih seperti mereka.

.

.

.

.

.

"Bagaimana aku bisa percaya dengan ucapanmu Hinata…" Sakura sedikit menatap tajam pada Hinata dan Naruto, ia tahu mungkin yang diucapkan Hinata hanyalah kebohongan.

Mungkin saja itu hanya sekedar untuk membujuk dirinya agar tidak lagi menghindari mereka berdua.

"Hinata benar!" Sontak semua yang berada diruangan tersebut mengalihkan pandangan mereka pada sosok yang menginterupsi pembicaraan Sakura. Mata Emerald Sakura menatap pemuda yang telah menginterupsi pembicaraannya, " Itachi-Nii!" panggilnya kaget tidak menyadari kehadiran itachi yang sedari tadi telah mendengarkan perbincangan mereka.

"Hinata tidak berbohong," Lanjutnya menatap Sakura

Sakura hanya bungkam mencerna perkataan yang diucapkan Itachi, benarkah Hinata tidak berbohong padanya? Kembali ia menatap Hinata yang kini telah berdiri dibantu oleh Itachi yang sedang memeluknya. Kapan Hinata menjadi kekasih Itachi-nii? Dan kenapa Hinata tidak pernah bilang padanya?

"Kenapa tidak bilang?" Sakura bertanya pada Hinata, Hinata hanya menundukkan kepalanya dipelukan Itachi. "kenapa tidak bilang kalau kalian akan bertunangan? Jika kau bilang…" Sakura tidak bisa menahan air matanya yang akan keluar lagi, "Aku tidak akan salah paham, Hinata. Jika kau bialng, aku tidak akan marah padamu!" Sakura berusaha bangkit untuk menggapai Hinata.

Naruto yang melihat tindakan Sakura segera mencegahnya untuk beranjak dari kasur, "hentikan Sakura! Kau masih sakit."

Hinata sonak melapaskan pelukan Itachi padanya dan segera menghampiri Sakura yang berusaha untuk beranjank dari kasur, "Sa-Sakura-chan!"

"Hiks… Go-Gomen Hinata-chan…Hiks…" Sakura memeluk Hinata dengan erat berada tepat berada dihadapannya, Naruto yang melihat pemandangan tersebut tersenyum lega seraya menolehkan kepalanya kepada Itachi yang berada dibelakangnya, "Arigatou, Itachi-nii" Ucapnya tersenyum.

Itachi hanya menganggukkan kepalanya sekali pada Naruto, kemudian fokus keduanya kembali pada kedua gadis yang sedang berpelaukan itu.

Hinata dan Sakura perlahan mengembangkan senyumnya sejurus kemudian terkikik geli membuat kedua pemuda yang sedang memperhatikan meraka bertatapan bingung, "Perembuan memang tidak bisa ditebak," Komentar Naruto pada akhirnya.

.

.

.

.

.

Malam telah menjelang, kota Tokyo lagi-lagi diguyur hujan yang deras. Saat ini sepasang mata Emerald telah menatap pemandangan langit yang kini telah menurunkan hujannya terlihat tersenyum tulus, tidak seperti beberapa jam yang lalu. Wajahnya yang menampakkan kesedihan.

Sakura masih tetap memandang langit itu hingga tanpa disadarinya sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang, sejenak keduanya terdiam merasakan perasaan hangat yang ditimbulkan dari palukan kekasihnya—Naruto—

"Sakura-chan…" lirih Naruto pada akhirnya.

"Hm? Ada apa Naruto-kun?" Sakura memegang perhelangan tangan naruto yang berada dipinggangnya.

"Iie…" Sakura hanya tsenyum menanggapi ucapan Naruto pada akhirnya, ia tahu Narutonya sekarang tidak akan meninggalkannya, sekarang ia sudah percaya pada kekasihnya ini tanpa dihantui rasa ketakutannya akan Naruto yang meninggalkannya.

Perlahan tubuhnya berbalih kearah Naruto yang berada dibelakangnya, memandangnya penuh sayang. Dan dengan pasti tubuh keduanya semakin merapat memperpendek jarak diantara mereka, kini yang terdengar hanyalah suara hujan yang melatar belakangi kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya.

.

.

.

.

.

Hinata dengan perlahan menapaki langkahnya menuju kamar yang ditempati Otou-sannya, setelah sampai didepan pintu yang telah ia tuju. Tangan mungilnya mengetuk perlahan daun pintu yang ada dihadapannya. Hingga mengeluarkan bunyi ketukan pintu yang khas.

Mendapat tidak ada jawaban dari kamar Tou-sannya, Hinata mencoba lagi mengetuk pintu tersebut, hingga akhirnya terdengar suara yang menyuruhnya masuk dari dalam kamar. Perlahan tangannya memutar kenop pintu dan mulai melangkahkan kakinya masuk, disana ia melihat Tou-sannya sedang duduk tenang diatas kursi yang berada dalam kamar itu sembari membaca sebuah buku yang sangat tebal yang Hinata sendiripun tidak tahu buku apa itu.

"Tou-san!" Panggil Hinata pelan seraya menghampiri Tou-sannya.

Hiashi mengalihkan pandangannya pada buku yang sedang dibacanya dan mulai mengalihkan perhatiannya pada putri keduanya ini. "Ada apa Hinata?" Hiashi mulai bertanya ketika Hinata sudah menduduki dirinya tepat disamping ayahnya.

"A-Ano… Bo-Bolah aku bertanya se-sesuatu?" Hinata dengan ragu menanyakan apa yang sejak tadi telah dipikirkannya, ia pun merasa gugup ketika akan menanyakan hal tersebut. tapi karena rasa penasaran yang terus mengganggu pikirannya, akhirnya Hinata memberanikan diri keruang ayahnya untuk menanyakan perihal hal tersebut.

Hiashi mengembangkan senyum tipisnya pada Hinata sembari membalai kepala Hinata dengan lembut, "Tentu, Hime?"

Sedikit malu, Hinata menundukkan kepalanya dalam. "I-Ini tentang Itachi-san—"

Hiashi hanya diam mendengarkan penuturan putrinya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ba-Bagaimana Itachi-san dan A-Aku bisa di-dijodohkan?" Ucap Hinata mendongakkan wajahnya yang dihiasi sengan rona merah tipis dipipinya, melihat tingkah putrinya itu Hiashi tidak bisa menahan senyumannya kepada Hinata. Pria paruh baya itu berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Hinata.

"Sebenarnya kalian tidak dijodohkan, Hime," Hiashi memandang putrinya yang kini tersentak kaget, lalu kenapa ia akan ditunangkan pada Itachi?

"Itachilah yang memohon kepada Tou-san untuk melamarmu…"

Mata almethys milik Hinata memancarkan keterkejutan akan hal itu, bagaimana mungkin Itachi yang melamarnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Itachi melamarnya hanya karena pesan yang dituliskan Sasuke padanya. Mengingat hal itu ada perasaan yang menggigit sakit dihatinya.

Mendapat tidak ada jawaban dari Hinata akhirnya Hiashi melanjutkan ucapannya, "kau tahu Hime, sebenarnya Tou-san tidak ingin menerima lamaran Itachi."

Wajah Hinata kini dirundung rasa penasaan yang berat. "La-Lalu kenapa sekarang… uh…" ucapan Hinata terpotong karena ia tidak sanggup mengatakan apa yang ingin ia ucapkan, ia terlalu malu untuk mengungkapkannya.

Hiashi kembali melanjutkan ucapannya yang terpotong. "Memang pada awalnya Tou-san ingin menolak lamarannya. Tapi, setelah melihat keseriusan pada pemuda itu akhirnya Tou-san menerima lamaran itu, karena Tou-san yakin. Kau' pun akan sependapat dengan Tou-san. Benarkan Hime?"

Hinata hanya menundukkan kepalanya kembali setelah mendapat pertanyaan dari ayahnya, ia sangat malu denagn jawabannya sendiri. "Sebaiknya kau aselesaikan masalahmu dangan Itachi-kun!"

Hiashi berdiri dari duduknya yang diiringi oleh Hinata, sosntak Hinata memeluk Tou-sannya dengan erat sembari menganggukkan kepalanya kuat. "Ha'i!"

.

.

.

.

.

Malam sudah hampir semakin larut, setelah acara makan malam bersama keluarga yang telah selesai. Kini Itachi dan HInata sedang berdiri di balkon utama mansion Uchiha. Tidak ada yang memulai pembucaraan dari keduanya, mereka sama-sama diam meresapi pemandangan yang disuguhkan oleh alam yang cerah malam ini.

Merasa sedikit prustasi akan keheningan itu, akhirnya Itachi mendesah keras hingga membuyarkan lamunan Hinata. Mata almethys itu melirik sekilas pada Itachi kemudian kembali menatap suguhan pemandangan langit yang sempat terabaikan untuk sesaat.

Merasa ada hal yang aneh, pemilik mata almethys itu kini kembali mengarahkan tatapannya pada pemuda yang berada disampingnya, sedikit mengerutkan alis, Hinata merasa bingung melihat Itachi tersenyum kearahnya dan terdengar kikikan halus yang terlontar dari bibir tipis tersebut.

"Ada yang lucu Itachi-san?" Sungguh Hinata tidak suka jika dirinya ditertawakan oleh Itachi tanpa sebab.

Pemuda itu menghentikan kikikannya namun senyuman yang jarang ditunjukkannya itu masih tersungging dibibirnya. "Tidak, aku hanya berpikir…"

Berpikir? Apa yang sedang dipikirkan pemuda ini hingga membuat pemuda dingin ini mengeluarkan kikikan yang aneh menurut Hinata.

"Berpikir?" Itachi mengangguk meng'iya'kan.

"Ah… tidak, mungkin sedang mengingat sesuatu—" Itachi memandang Hinata lekat, pandangan Itachi itu memnbuat Hinata menjadi gugup dan salah tingkah, untuk menghilangkan perasaan tersebut akhirnya Hinata memalingkan wajahnya ke objek lain. Apapun itu asalkan jangan mata onyx milik Itachi.

"A-Apa?" Tanya Hinata gugup.

"Kejadian dirumah sakit tadi sore, " ucap Itachi sembari merapatkan tubuhnya Hinata.

Sungguh Hinata sedikit merasa risih akan kedekatan ia dan Itachi, selama ini yang selalu dekat dengannya hanyalah segelintir orang-orang yang dianggapnya orang terdekat. Tanpa terkecuali orang seperti Itachi, memang mereka dikatakan dekat. Tapi Hinata sendiri pun tidak tahu kenapa ia selalu merasa sedikit tidak nyaman dengan kedekatan dirinya dengan Itachi.

Ia berusaha mengingat-ingat kejadian dirumah sakit saat terjadi kesalahpahaman antara Naruto dan Sakura. Dan tanpa diperintah oleh otaknya, wajah Hinata memerah mengingat kejadian yang mungkin dimaksud oleh Itachi.

"A-Aku lu-lupa—" Suara Hinata kini sangat kecil bahkan jika Itachi tidak berada sedekat ini dengan Hinata ia pasti tidak akan mendengar ucapan Hinata. Pemuda itu semakin merapatkan tubunya pada tubuh mungil Hinata, bahkan sekarang lengan kekar itu melingkari bahu Hinata.

"Kau bohong, Hinata-chan…" Ucapnya tidak mempercayai peerkataan Hinata, ia sangat yakin kalau Hinata berbohong padanya. Mengingat sekarang rona wajah Hinata semakin memerah ketika ia mengatakan hal tersebut. "Aku senang, kau akhirnya menerima lamaranku."

Hinata semakin menundukkan kepalanya, "Kapan A-AKu me-menerimanya? Aku ti-tidak bilang apapun—"

"Dengan menanggapku sebagai tunanganmu itu sudah cukup." Itachi menjawab dengan tegas pertannyaan dari Hinata sehinnga Hinata tidak bisa memberikan alasan apapun lagi.

Rona merah itu tidak bisa lagi disembunyikannya, Hinata memandang Itachi tidak percaya. Keduanya saling bertatapan lekat hingga Hinata tidak menyadari kalau wajah Itachi semakin mendekat padanya. Hinata terlalu terfokus akan bola mata onyx milik Itachi, sampai pada akhirnya bibir tipis milk pemuda itu menyentuh lembut bibir HInata.

Untuk pertama kalinya, HInata benar-benar membiarkan Itachi menyentuhnya tanpa mengingat Sasuke. Dan untuk pertama kalinya juga, Hinata membalas ciuman Itachi yang lembut.

Tangan kokoh Itachi semakin memperrdalam pelukannya pada Hinata ketika gadis itu mulai mengalungkan kedua lengannya pada leher Itachi, akhirnya dia yakin mungkin sekarang dia bisa membuat perasaan Hinata berubah terhadapnya,

Mungkin setelah ini tidak ada lagi air mata akan kehilangan Sasuke, tidak ada lagi mimpi buruk yang hampir setiap malam selalu ada untuk menghantuii rasa bersalah HInata pada Sasuke.

Dan malam ini umtuk kesekian kalinya, HInata memimpikan Sasuke dan melihat pemuda itu tersenyum tulus padanya. Senyum yang selama ini selalu terlihat samar dalam mimpi itu, kini berubah dengan jelas di mata almethys HInata. bibir tipis Sasuke dengan jelas mengucapkan kata 'Arigatou' yang ditujukan padanya, apakah ini maksud dari yang Sasuke inginkan padanya? Sekarang Hinata mengerti bahwa Sasuke memercayakan dirinya pada Itachi. Mempercayainya untuk bisa bersanding dengan Itachi tanpa membebani Itachi akan perasaannya pada Sasuke.

.

.

.

.

.

Dedaunan momiji yang berwarna merah kekuningan berjatuhan disekitar komplek pemakaman Uchiha, disana berdiri seorang gadis yang sedikit menggigil kedinginan akibat angin musim gugur yang baru saja menerpanya. Hingga membuat rambut panjang milik gadis itu ikut berkibar diiringi daun momiji yang berada disekitarnya.

Hinata—gadis itu—sekarang mungkin bukanlah seorang gadis yang dulu akan menangis jika dia berada dihadapan gundukan makam Uchiha Sasuke. Sekarang dia adalah seorang wanita dewasa yang telah benar-benar merelakan Sasuke pergi dari sisinya. Dan akan melangkah mas depan bersama seseorang yang sekarang telah berada disisinya.

Ia kesini memang berniat untuk mengunjungi makam Sasuke, tapi ia bukanlah ingin memperingati hari Sasuke pergi disetiap tahunnya. Hinata kesini untuk memberi kabar untuk Sasukenya, bahwa mulai dari malam ini ia akan dimiliki oleh kakanya Sasuke seutuhmya.

Yah tepat malam ini ia akan menikah dengan Uchiha Itachi. Ia akan menjadi seutuhnya milik Itachi, tidak seperti yang dibayangkannya dulu. Ketika Hinata masih bersama Sasuke, ia memimpikan akan menjadi milik Sasuke selamanya, namun nyatanya takdir Hinata berkata lain, bukan?

Gadis itu meletakkan rangkaina bunga lavender yang disukai Sasuke diatas gundukan tersebut, matanya terpejam sembari menagkupkan kedua tangannya untuk member doa kepada Sasuke.

Selesai dengan aktivitasnya, Hinata menjongkokkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum tulus, senyum kebahagiaan, "Sasuke!" Hinata memanggil nama Sasuke tidak dengan nada yang bergetar yang dulu pernah ia ucapkan. Tapi dengan nada bahagia yang ia miliki.

"Sesuai pasanmu, Itachi telah menjagaku dengan baik. Ia telah menepati janjimu untuk mempercayainya, Sasuke-kun."

"Dan kau tahu? Malam ini adalah malam pesta pernikahan kami, apa kau senang?" lanjut Hinata, ia mengelus pelan batu nisan Sasuke, "sudah waktunya aku pulang, Itachi-kun akan menghawatirkanku jika aku pulang terlalu sore," kembali Hinata tesenyum pada makam Sasuke.

Beberapa tahun memang sudah berlalu, tapi perasaan Hinata pada Sasuke memang belum Hilang. Tapi ia sudah bisa merelakan Sasuke kesisi-nya dan menerima Itachi.

Sudah cukup Hinata berada dalam kesedihan yang larut, kini waktunya ia mendapatkan kebahagiaan yang memang telah ia miliki.

.

.

.

.

.

Pesta penikahan yang diadakan di mansion uchiha begitu ramai dengan para tamu undangan yang memeriahkannya, walaupun acara resepsi sudah selesai dilakukan kedua mempelai beberapa jam yang lalu. Tapi para undangan masih enggan untuk pulang kerumah mereka masing-masing hanya untuk memberi ucapan selamat pada Itachi dan HInata.

Hinata yang mengenakan gaun pengantin putih yang sedikit menjuntai ke bawah kakinya sangat serasi jika disandingkan oleh Itachi yang memakai tuxedo berwarna putih, yah sesuai dengan tema yang mereka rencanakan. Mereka memakai pakaian warna putih sesuai dengan tema musim gugur kali ini dan dengan dekorasi ruangan mansion yang berwarna sama seperti gaun yang dikenakan Hinata, ditambah bunga-bunga mawar putih juga bunga lavender menghiasi sudut ruangan.

Setelah lelah akibat para tamu yang begitu banyak menghampiri mereka berdua, Itachi dan Hinata sekarang duduk disudut ruangan yang tidak begitu ramai sekedar melapas penat yang mereka lakukan selama berjam-jam yaitu menerima ucapan selamat dari para tamu.

"Kau lelah, Hinata?" Kata Itachi mengelus pipi HInata.

Hinata hanya mengganggukkan kepalanya tanda ia sekarang benar-benar lelah.

"HINATA-CHAN!" Teriakan itu mengagetkan kedaua pasang pengantin baru itu. Siapa lagi kalau bukan suara dari Ino.

"Ino-chan, kau mengagetkan ku!" Hinata sedikit merutuki Ino yang memang selalu mengagetkannya.

Disebelah Ino Hinata melihat seorang pemuda yang memang tidak asing bagi Hinata, pemuda itu Sai sepupu dari Itachi. Bagaimana bisa dia tidak tahu kalau Ino mengenal pemuda itu?

"Hai, Hyuuga," Sapa Sai pada Hinata, Itachi mendelik tajam pada Sai ketika pemuda itu mengucapkan marga Hinata, "Uchiha!" tegas Itachi pada Sai.

"Oh, maaf. Uchiha~" Dengan sedikit mempermainkan kata-katanya ia sengaja memncing kemarahan Itachi yang tidak suka Hinatanya disebut sebagai Hyuuga lagi, kini Hinata sudah menjadi miliknya. Uchiha Itachi.

Ino menyikut perut Sai sembari menginjak kaki tak berdosa milik Sai hingga membuat sang empunya meringis sakit. "Ino~" Ucapnya memelas.

Melihat tingkah mereka berdua Hinata akhirnya menyimpulakan ada sesuatu yang terjadi pada mereka, "Apa kalian pacaran?" Ucap Hinata penasaran setengah mati. Bahkan ia berjalan mendekati Ino dengan susah payah karena gaun pengantinnya yang panjang itu.

Ino hanya memerah padam akan pernyataan Hinata, "Ti-Tidak, i-ini—"

"Kami memang pacaran!" ucapan Ino terpotong ketika Sai menginterupsinya.

Ino hanya tersenyum canggung pada Hinata. "Benarkah?" Kini Itachi yang menimpali.

"Kami tidak pacaran!" Sergah Ino cepat. "Sejak kapan?" Lanjutnya.

"Mulai sekarang, kita pacaran Ino…" mendengar pernyataan itu Ino hanya melongo ditempat, tidak dapat mengucapkan sepatah katapun dari mulutnya. Bibirnya hanya mangap-mangap ingin mengucapkan sesuatu yang tidak bisa ia ucapkan.

Hinata merona, sunngguh hal itu membuatnya juga menjadi malu, terang saja bagaimana tidak, secara tidak langsung Sai mengyatakan cintanya pada Ino 'kan?

Dan Itachi hanya tersenyum tipis melihat tingkah laku sepupunya itu, tapi ada sedikit rasa cemburu padanya ketika melihat Hinata merona akibat adegan didepannya. Dengan cepat ia menarik tangan Hinata dan memalingkan wajah Hinata padanya. "Jangan dilihat!" Ucapnya bermaksud melindungi Hinata dari adegan Sai-Ino yang sedang kasmaran.

"Hei, sepertinya kami tertinggal kabar yang baru!" lagi-lagi kegiatan mereka diinterupsi oleh kedua sahabat HInata yang lain Naruto dan Sakura.

Kali ini Itachi menghela napas prustasi, sebenarnya sedari tadi ia ingin sekali mengajak Hinata kekamarnya dan berlalu dari tempat yang semakin larut semakin sepi ini. Tapi nyatanya saat ia kan menarik Hinata lagi-lagi sahabat Hinata menggenggunya.

"Naruto… Sakura-chan…" Sapa Hinata melambaikan tangannya.

"Yo, Hinata!" Ucap Naruto dengan antusias." Pesta kalian meriah ya! Aku jadi iri…" Lanjutnya sembari melihat sekeliling ruangan yang luas itu dengan mata yang berbinar.

Hinata hanya tersenyum menahan tawanya, "Bukankah kalian juga akan mengadakan pesta pernikahan? Pasti akan lebih meriah lagi." Komentar Hinata

Sakura hanya tersenyum malu pada Hinata, jari manisnya memang tersemat cincin pertunangan mereka. Yang sebentar lagi mereka juga akan merayakan pesta pernikahan saat musim dingin.

Sedang Naruto, dia hanya nyengir mendapat perkataan Hinata yang memang benar itu.

"Selamat Hinata-chan!" Ucap Sakura memeluk Hinata.

Hinata membalas pelukan itu dan mengganguk berterimakasih atas ucapan selamatnya.

Tidak ketinggalan Ino pun juga melakuakn hal yang sama pada Hinata.

"Baiklah! Hinata-chan, selamat bersenag-senang dengan suamimu" Ucapan Ino membuat Itachi sedikit menyeringai, ia sudah berpikir sedari tadi apa yang akan dilakukannya pada hInata malam ini. Sedang Hinata kembali wajahnya merona akan ucapan Sahabatnya tersebut.

"Kami pamit dulu" Sambung Sakura mengerling pada Itachi seraya menarik tangan Naruto menjauh dari pasangan pengantin baru itu,

Tidak ketinggalan, Ino juga melakukan hal yang sama pada Sai.

"Hei, Sakura-chan! Akukan masih ingin berbicara dengan Itachi-nii" Protes Naruto pada Sakura ketika ia menarik lengan Naruto.

"ck! Kau tidak lihat? Bagaimana wajah Itachi-nii saat kita menemui mereka?" Bisik Sakura pelan pada Naruto.

Naruto kembali menengok kearah Itachi, "Dia menyeringai…" Gumam Naruto.

"Kau mengertikan Naruto!" Naruto hanya manggut-manggut paham.

Sedangkan Ino wajahnya sedari tadi bertambah merah ketika ia menarik Sai, pemuda tersebut malah menampik lengannya dan memeluk pundak gadis itu mesra.

.

.

.

.

.

"Kau ingin istirahat, Hinata?" Itachi mengucapkannya dengan nada yang sedikit menggoda pada HInata.

Hinata hanya menggangguk pada Itachi sambil memasang wajah memalasnya pada pemuda itu, "Baiklah, kita kekamar," Ucap Itachi menyeringai senang yang tentu saja tidak dikitahui oleh Hinata.

Setelah mereka menaiki anak tangga terakhir Itachi mendekatkan wajahnya pada HInata, "Sepertinya malam ini kau tidak bisa istirahat, HInata. karena kau akan lebih kelelahan setelah ini." Ucapnya menghembuskan napas hangat miliknya tepat ditelinga Hinata.

Hinata yang masih belum mengerti akan ucapan Itachi hanya mengerutkan kening. "A-Apa maksudmu—" Lagi, ucapan Hinata terpotong ketika pemuda itu mengangkat tubuh Hinata dan membawanya kedalam kamar pengantin mereka. Dengan cepat Itachi meletakkan sebuah papan tanda didepan kamar mereka agar kegiatan yang akan Itachi lakukan tidak diganggu oleh siapapun.

.

.

.

Jauh ditempat bersebrangan yang memperhatikan mereka sejak naik tangga, Neji. Kakak dari Hinata itu hanya bisa mengurut dadanya karena imutou tercintanya sudah dimiliki oleh orang lain. Kini ia tidak bisa lagi mengganggu Itachi yang akan melakukan apapun pada HInata. dan disamping Neji terlihat orang tua dari keduanya hanya tersenyum penuh arti ketika Itachi mengengkat tubuh Hinata. "Anak muda sekarang memang tidak sabaran, ya!" komentar Mikoto sedikit terkikik palan yang disambut dengan senyuman Fugaku dan Hiashi.

Akhirnya mereka akan segera mendapatkan cucu dan Neji akan mendapat keponakan yang baru.

.

.

.

.

.

Fin

.

.

.

.

.

A/N: Akhrnya bisa namatin ni fic, bagi yang meriview chap sebelumnya Tsuki ucapin terimakasih banyak ^^ dan juga yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca fic ini. Arigatou….

Salam…

Shiroi ni Tsuki