A FANFICTION
BY: SHIROI NO TSUKI
TITTLE: NIGHMARE
DICLAIMER: MASASHI KISHIMOTO
GENRE: ROMANCE/DRAMA
WARNING: AU, OOC, TYPO'S, DON'T LIKE? DON'T READ!, DLL
PAIRING: ITAHINA
.
.
.
.
~NIGHMARE~
~CHAPTER 1~
Malam makin larut, tak ada seorangpun yang menginjakkan kaki mereka dalam gelap malam ini. Sudah pasti orang-orang akan memilih untuk meringkuk dalam selimut tebal mereka yang hangat, mana ada yang mau keluar dimalam yang dingin berlatarkan hujan salju ini. Tanpa kecuali seorang gadis berambut panjang dan berponi rata bak sseorang penghuni malam, ia dengan terseok menelusuri jalan beraspal yang dingin menerpa alas kakinya hingga merasuk kedalam telapak kakinya yang halus. Matanya memerah menyiratkan bahwa sang gadis telah menahan perasaan yang mengguruh di hatinya. Ingin ia menumpahkan segala perasaan yang telah menyiksa batinnya terebut.
BRUKKK!
Gadis itu-Hinata-tak sanggup lagi menopang berat tubunya yang gemetar hingga terduduk diatas aspal yang berselimutkan salju. Tak sanggup lagi, kini tumpah sudah perasaan yang sangat ingin ia pendam , air mengalir di atas pipinya yang lembut-air mata-cairan itulah yang sekarang telah mengalir dipipinya.
Hinata berharap bahwa ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang telah dialaminya untuk waktu sekarang dan di suatu ketika ada seseorang yang membangunkannya dari mimpi ini, tapi itu tidak mungkin Karena yang dialaminya saat ini bukanlah mimpi melainkan suatu fakta yang tak bisa indahkan.
~FLASHBACK~
Hinata berjalan dengan semangat menelusuri koridor yang sepi, dengan pasti langkah kakinya menuntunnya untuk menuju kelas musik yang biasa ia kunjungi diwaktu jam itirahat seperti sekarang bersama seseorang yang selama ini menjadi pujaan hatinya-Sasuke-.
"Hinataaa…!" teriak seseorang dari belakang punggungnya
"N Naruto-kun? Ada a apa?" ucap Hinata sambil mengerutkan alisnaya.
Naruto dengan tergagap menghampiri Hinata "hoshhh.. Hi Hina Hinata.." ucap Naruto tergagap karena ia baru saja berlari mencari gadis yang sekarang ingin ditemuinya ini.
Hinata menatap Naruto bingung dengan mengerutkan alisnya tanda bahwa Naruto harus melanjutkan kata-katanya yang sempat terpotong tadi.
"Sa-Sasuke!..." ucapan Naruto terpotong sesaat ketika dia ingin menyampaikan sesuatu kepada Hinata, sesuatu yang mungkin nantinya akan membuat Hinata terkejut dan tidak bias menerima kenyataan yang sekarang telah terjadi.
Hal tersebut malah membuat Hinata semakin penasaran dengan apa yang akan diucapkan oleh Naruto,"A ada apa Naruto-kun? Jangan membuatku penasaran." Ucap Hinata mendesak Naruto untuk cepat melanjutkan kata-katanya.
Naruto menundukkan kepalanya dalam" Sasuke…" tangannya terkepal erat untuk meredam emosinya yang sejak tadi ia tahan."Dia mengalami kecelakaan" Naruto makin menundukkan kepalanya dalam.
DEG!
Jantung Hinata seakan berhenti berdetak saat itu juga mendengar apa yang diucapkan Naruto-Kecelakaan- kata-kata itu terus terngiang diitelinganya meresapi huruf demi huruf yang merangkai kata tersebut. Ia masih tidak percaya. Hnata masih tiidak percaya bahwa yang didengarnya adalah benar, untuk itu ia bertanya sekali kali lagi untuk memastikan ucapan Naruto tersebut.
"A-apa?"
"Sasuke kecelakaan, Hinata.." sekali lagi Naruto mengucapkannya dengan lirih dihadapan Hinata yang kini mulai tidak percaya pada Naruto.
"Itu tidak mungkin Naruto, dia sekarang berada diruang musik menungguku"sanggah Hinata
"Tidak Hinata dia sekarang sedang berada di rumah sakit, kau tau!"ucap Naruto setengah berteriak "Di-dia koma setelah kecelakaan itu terjadi." lanjutnya.
"Ti-tidakk..," Hinata mulai terisak "Mana mungkin dia berada di sekolah.."
"Dia pergi meninggalkan pelajaran karena ingin membeikanmu hadiah untuk hari jadi kalian, dan dia mengalami kecelakaan ketika Sasuke menyebrangi perempatan jala…"
"HENTIKAAAN!" teriak Hinata tidak ingin mendengar ucapan naruto, ia menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya agar tidak mendengar kelanjutan ucapan dari Naruto.
Naruto terdiam dan mulai berinisiatif meraih tangan Hinata untuk membawanya kerumah sakit tempat dimana Sasuke sekarang telah koma, Hinata mengikuti langkah Naruto yang membawanya pada kenyataan yang tidak bisa ia terima, iapun mengikuti langkah Naruto untuk memastikan bahwa apa yang dikatakannya hanyalah kebohongan belaka.
.
.
.
.
Rumah sakit Konaha adalah tempat dimana Hinata dan Naruto berpijak saat ini, keduanya menelusuri lorong yang di dominasi bau khas rumah sakit yang menyengat. Tangan Naruto masih erat menggenggam tangan Hinata untuk membawanya ke ruang dimana Sasuke berada sekarang, jantung Hinata semakin bedetak keras ketika Naruto menghentikan langkahnya didepan sebuah ruangan yang bernuansa serba putih tersebut-ruangan Sasuke berada-.
Dengan perlahan Naruto memengang kenop pintu menariknya perlahan membuka ruangan tersebut, Hinata dengan gugup bersembunyi dibalik punggung Naruto menyembuunyikan dirinya dari sesesorang yang kini terbaring diatas kasur pasien.
Perlahan Naruto membalikkan tubuhnya membiarkan Hinata melihat seseorang tersebut-Sasuke-yang kini terbaring dengan diamnya.
Hinata mendekat, langkah demi langkah ia lewati dengan diam hanya suara detik jarum jam yang mengisi ruangan khas rumah sakit tersebut.
Detik berikutnya ia hanya bisa berdiri mematung didepan ranjang pasien. Mengamati pemilik wajah yang sedang terbaring tersebut-Sasuke-. Perlahan tangan pucatnya menyentuh wajah yang kini sedang tidak sadarkan diri itu, " Sa Sasuke…" Gumamnya perlahan menyentuh wajah sang kekasih. Ibujarinya perlahan menelusuri lekuk wajah Sasuke yang kini lebih pucat dari biasanya, Naruto yang melihat hal tersebut tersenyum penuh arti kepada orang yang sekarang berbaring di atas ranjang pasien itu.
TES…
Tanpa suara isak tangis, air mata perlahan menjatuh dari pelupuk mata Hinata. Mengenai pipi sang kekasih, perlahan alis Sasuke mengernyit menanadakan kesadaran yang saaat ini tanpa Hinata sadari. Perrlahan tangan itu bergerak menyentuh tangan sang gadis yang kini telah bertengger di pipi sang pemilik.
Sontak mata Hinata membelalak kaget tangannya disentuh oleh seseorang yang kini sedang ditangisinya. "H-Hinata…" dengan gemetar Sasuke menyebut nama kekasih.
Dengan cepat Hinata membalas menggenggam kembali tangan Sasuke, ditundukkan kepalanya agar Sasuke dapat melihat wajahnya. Tidak, tapi ia tidak ingin Sasukenya melihatnya dalam keadaan seperti ini. Sontak ia memalingkan wajahnya dan dengan cepat menghapus jejak air matanya yang terlihat jelas dpipi mulusya.
Dengan inisiatif Naruto berusaha membangkitkan keheningan ini menjadi suasana yang lebih cerah."Kau sudah sadar? Biar aku panggilkan dokter," ucapnya cepat kemudian berbalik menuju pintu ruangan tersebut untuk keluar memanggil dokter yang dimaksud Naruto.
"Cepatlah Naruto!" suruh Hinata kepada Naruto.
Tanpa Hinata sadari keduanya –Sasuke dan Naruto- memberikan senyuman penuh arti kepada hinata.
Perlahan Sasuke mencoba menggerakkan tangannya yang gemetar untuk menyentuh pipi Hinata yang sembab akibat tangisan yang disebabkan oleh Sasuke , Hinata kini menggenggam tangan Sasuke yang menyentuh pipinya. "Kenapa? Apa yang kau lakukan hingga seperti ini Sasuke-kun?" tanya Hinata sambil mengusap lembut tangan sasuke yang bertengger dipipinya tersebut.
"A-aku.. uhukk…" Sasuke tidak dapat meneruskan kalimatnya karena batuk yang baru saja dialaminya.
"Ja-jangan diteruskan!" Hinata khawatir jika Sasuke berbicara lebih dari ini dia akan kembali tidak sadarkan diri "Tidak apa-apa, jangan bicara lagi!" lanjutnya sambil terisak.
Hening
Hanya suara nafas Sasuke yang memburu yang mendominasi ruangan tersebut."Hina…"
"Janga…"
"Dengarkan Aku Hinata!" Sasuke sedikit membentak kepada Hinata agar mau mendengarkan perkataannya .
Diam, Hinata hanya diam untuk menyimak perkataan Sasuke selanjutnya.
"D-dengarkan baik-ba baik Hi Hintata" ucap Sasuke kembali tergagap masih dengan nafas yang memburu.
Hinata mendekatkan wajahnya kepada sang kekeasih yang ingin dia mnyimak perkataanya, "Y-ya Sasuke-kun" Hinata berucap sambil menahan tangis yang kini hampir tidak bias ia tahan lagi, tapi Hinata tidak akan mau menunjukkan air matanya kepada Sasuke. Munkin Sasuke akan marah apabila ia tidak bisa menahan air matanya, Sasuke pasti akan menggangapnya gadis cengeng seperti ia beberapa tahun silam sebelum Hinata bertemu dengan Sasuke.
Tapi…
Ada sedikit perasaan takut sekarang ini yang menyerangnya, perasaan kehilangan-kehilangan seseorang yang berharga baginya- ia takut persaan itu menjadi nyata, Hinata-ia akan kehilangan Sasuke-
Untuk Selamanya..
Cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir perasaan buruk tersebut 'Tidak, itu tidak akan terjadi' batinnya menyemangati dirinya sendiri bahwa firasatnya barusan hanyalah rasa ketakutan yang berlebihan karena keadaan Sasuke yang seperti ini.
"Aku ingin k-kau tau Hhh.. A-aku…" tidak sanggup lagi, Hinata sudah tidak tahan lagi untuk menahan air matanya yang telah tumpah mengenai pakaian pasien yang di kenakan oleh Sasuke, kini tangan Sasuke membelai pucuk kepala Hinata yang lembut itu.
"In-ini adalah hadiah dariku Hinata Hhh.." Sasuke tiba-tiba saja bangkit dari ranjang pasien dan mengulurkan sebuah kotak kecil berwarna merah maroon, didalamnya terdapat sebuah cincin berlapiskan white gold sederhana dengan ukiran yang indah mengelilinginya.
Hinata memebelalakkan matanya kaget akan reaksi tiba-tiba dari Sasuke, "Sa-Sasuke k-kau baik-baik saja?"tanya Hinata bingung dengan keadaan Sasuke yang sekarang ini.
Dengan keadaan Sasuke yang duduk diatas ranjang beserta senyuman yang tak luput dari pandangan Hinata dan tangan yang menyodorkan sebuah kotak cincin tersebut.
Bagaimana bisa? Bukankah Sasuke menglami kecelakaan fatal yang membuatnnya hampir koma? Lalu apa yang terjadi sebenarnya?, kenapa sekarang Sasuke bisa tersenyum? Dan yang membuat Hinata makin mengernyitkan alisnya tanda semakin bingung adalah sekarang Sasuke terlihat sehat walafiat tanpa adanya ekspresi kesakitan seperti sebelumnya yang ditunjukkan olehnya.
"Selamat hari jadi kita Hinata…" ucap Sasuke lembut seraya mengelus pipi milik Hinata yang sampai sekarang masih bengong ditempat, Sasuke mengernyitkan alis "Hinata?"panggilnya sekali lagi Hinata tidak merespon panggilannya.
Saat tidak mendapat respon dari Hinata, Sasuke kembali melanjutkan kembali perkataanya "kau jangan ber…."
DUAKKK!
Satu pukulan mentah didapatkan oleh Sasuke tepat mengenai hidungnya yang mancung itu, pelakunya? Siapa lagi kalau bukan orang terkasih—Hinata—tangan mulusnya benar-benar telak mengenai hidung Sasuke hingga menyebabkan keluarnya cairan berwarna merah dari lubang hidung Sasuke. Hal tersebut memebuat Sasuke meringis kecil karena perbuatan Hinata tadi, "apa yang k…."
BRUKK
Lagi-lagi ucapan Sasuke terpotong karena perbuatan gadis yang dikasihinya ini, kini Hinata memeluk sasuke dengan erat. Tidak peduli dengan bagaimana ekspresi Sasuke saat ini, Saauke membalas pelukan Hinata dengan erat. Sasuke merasakan lengannya sedikit basah dan tubuh Hinata yang sedikit bergetar.
"hiks.. Sa-Sasuke~" bisiknya perlahan Hinata melepas pelukannya dari Sasuke. "kau hiks.. bohong hiks.."lanjutnya sembari memukul lemah bahu Sasuke yang tadinya menjadi sandaran Hinata untuk menangis.
Sasuke memegang kedua bahu Hinata "maafkan aku Hinata, aku tidak tau kalau kau sekhawatir itu padaku" ujarnya pelan untuk menenangkan gadis tersebut.
Hinata menengadah menatap wajah sasuke, dia melihat penyesalan dimata itu—mata milik Sasuke yang kini memancarkan penyesalan yang dalam—lalu Hinata kembali menundukkan wajahnya " kalau hal itu tejadi sungguhan bagaiman? Kenapa kau melakukan ini Sasuke?" ucap Hinata sedikit berteriak sembari memegang lengan kemeja sasuke dengan erat, sungguh ia tidak bisa membayangkan kalau hal itu terjadi, bagaimana bisa Sasuke memebohonginya seperti ini, bagaimana bisa Sasuke berpura-pura kecelakaan dan koma hanya untuk memeberi kesan kepaada Hinata yang sudah terlalau mengkhawatirkannya.
Yah Sasuke hanya bermaksud memeberi kejutan pada Hinata untuk merayakan hari jadi mereka yang sudah setahun mereka lalui bersama. Tapi nyatanya Hinata malah marah kepadanya karena kejutannya ini. "maafkan aku Hinata, aku tidak akan mengulanginya lagi" sesal Sasuke pada Hinata yang kini masih menundukkan kepalanya. Dengan perlahan hinata mulai mengangkat kepalanya kembali dan terlihatlah genangan air dipipinya—air mata—itu tidak berhenti mengalir sedari tadi.
Diam
Hinata tidak membalas ucapan Sasuke terhadapnya, ia tidak tau harus berkata apa pada Sasuke. Perlahan ia meremas rok pendeknya untuk meredakan rasa khawatirnya pada Sasauke, namun perasaan tidak enak itu malah semakin menggerogoti hatinya yang semakin memebuatnya sakit, Hinata semakin dirundung perasaan yang memebuatnya tidak nyaman ini.
Tanpa Hinata sadari sejak tadi Sasuke memperhatikan tingkah laku Hinata yang tidak biasanya ini, "Hinata kau mendengarku?" panggilanya khawatir karena Hinata hanya diam tanpa membalas perkataannya.
Sedikit terlonjak Hinata kembali dari alam sadarnya menemukan Sasuke dengan wajah khawatirnya padanya.
"janagn…"
"hn?"
"jangan lakukan lagi hal seperti ini!" lirih Hinata
Sasuke mendorong kepala Hinata dengan lembut kedadanya yang bidang, memeluknya perlahan ia memejamkan matanya, meresapi setiap aroma yang Hinata miliki. Saat seperti ini memang yang paling Sasuke sukai, ia berjanji tidak akan pernah membiarkan sendiri—ia Sasuke sudah membuat tekad untuk menjaga dan melindungi Hinata sampai akhir hidupnya ia tidak akan membiarkan Hinatanya lepas dari pelukannya—
"aku berjanji" ucapnya singkat, tanpa Hinata sadari Sasuke telah memkaikann cincin yang tadi disodorkannya kepada Hinata.
Hinata melepas pelukan Saauke dan tersenyum lembut sembari menganggukkan kepalanya dengan semangat, dengan gemas Sasuke mengacak-acak rambut Hinata. Inilah yang Sasuke sukai dari Hinata, ia akan selalau memaafkan kesalahan orang lain dengan senyum lembutnya.
.
.
.
.
Setelah kejadian dirumah sakit mereka—Hinata, Sasuke, dan Naruto—segera pulang menuju sekolah mereka karena peajaran di sekolah masih berlanjut hingga sekarang, Naruto sengaja izin kepada guru yang mengajar untuk memeberikan izin mereka dan dia untuk keluar dari jam pelajaran, Naruto memang mudah untuk keluar-masuk sekolah sesuka hatinya karena kepala sekolah disekolahnya adalah neneknya yang masih terlihtat lebih muda dari umur yang seharusnya,Tsunade—nama nenek Naruto-yang selalau memanjakan Naruto—karena itulah para guru dengan terpaksa harus mengikuti semua keiginana naruto-.
Tak berapa lama nada dering ponsel Naruto berbunyi menadakan bahwa ada panggilan masuk, buru-buru Naruto merogoh celana seragam sekolahnya meraih ponsel yang terdapat didalamnya. Ia melihat layr ponsel tersebut tertera nama seseorang yang kini telah menjadi kekasihnya –Sakura—dengan pandangan mata Naruto meminta izin kepada Hinata dan Sasuke untuk mengangkat telpon tersebut. Dengan anggukan dari keduanya Naruto mulai berjalan menjauh dari mereka untuk mengangkat telponnya.
"sepertinya Naruto akan lama" ucap Sasuke santai
Hinata hanya menganggukkan kepalanya sebentar kemudian matanya tertuju pada suatu objek yang menarik perhatiannya.
Sasuke mengikuti arah pandangan Hinata, lalu tersenyyum lembut. Ia tahu Hinata sangat menyukai permen kapas karena itulah jika Hinata melihat toko permen matanya langsung tertuju pada toko tersebut tanpa mengalih pandangannya lagi, "kau mau?" tanya Sasuke
Hinata menolehkan pandangannya dari toko tersebut kewajah Sasuke, "ya.." ucapnya setengah berbisik, rona merah muncul dipipi mulusnya, ia malu kepada Sasuke yang mengetahui hal tersebut.
Dengan cepat Sasuke menyebrangi jalan tempat toko tersebut kemudian memasuki toko tersebut untuk membelikan Hinata permen kapaas yang disukainya'
Tak berapa lama Hinata melihat Sasuke keluar dari toko tersebut dengan menenteng sebuah kantong plastik yang berukuran sedang, disana terlihat kalau permen kapas yang diinginkannaya berda dalam kantong tersebut. Hinata tersenyum kecil melihat Sasuke yang membawakan permen kapas yang disukainya.
Kini Sasuke melihat lampu merah untuk pejalan kaki masih berwarna biru menandakan bahwa para pejalan kaki yang ingin meyeberang masih bisa untuk menyeberang, dengan santai Sasuke menyebrangi zebra croos yeng terdapat dijalan tersebut tanpa melihat lampu pejalan kaki tersebut berganti warna menjadi merah menandakan bahwa pejalan kaki harus menunggu lampu itu kembali berwarna hijau. Tanpa Sasuke sadari sebuah truk melaju kencang dari arah perempatan jalan yang kini sedang disebranginaya.
"Sa-SASUKE!" jerit Hinata ketika melihat truk itu melaju kearah sasuke yang kini telah berada di tengah jalan perempatan itu.
Tiba-tiba Sasuke menoleh pada Hinata yang memanggilnya dengan keras dan…
BRUKKK
Hinata membelalakkan matanya melihat tubuh Sasuke yang kini terpental jauh tertabrak truk tersebut dari penyebranagn itu, tanpa dirasanya air mata kembali mengalir dari pipinya.
Sasukepun tak menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya—kejadian yang begitu saja dialaminya—ia hanya merasakan tubuhnya seakan melayang terbawa angin dan terhempas pada aspal. Menghancur remukkan tulang yang berada ditubuhnya.
Hingga ia sadar…
Ia—Sasuke—telah tertabrak mobil truk yang telah melaju kencang dihadapannya, dapat ia rasakan seluruh tubunya mati rasa.
Dengan tenaga yang masih tersisa Sasuke meraih ponselnaya yang juga terpental diatas aspal, perlahan jarinya yang mengalirkan cairan merah—darah—mengetikkan sesuatu pesan kepada orang yang saat ini dipercayainya. Dengan tangan yang gemetar jari-jari Sasuke mengirim pesan kepada seseorang tersebut untuk terakhir kalinya.
Tolong jaga hinataku!
Aku percayakan dia untukmu..
Ini permintaan terakhirku..
Itulah pesan yang dikirimkan Sasuke kepada orang tersebut. untuk peretama dan terakhir kalinya ia meminta bantuan kepada orang yang telah dikiriminya pesan.
Kini pandangan Sasuke mulai mengabur seiring nafasnya yang sudah tak beraturan, ia dengan pandangan buram melihat siluet gadis yang dicintainaya medekat kearahnya berlari dengan derai air mata membasahi pipinya "Hinata…" gumamnya menyebut nama sang kekasih.
Ia juga melihat siluet tubuh Naruto yang mendekat kepadanya beserta orang-orang yang sedang menggerumbunginya saat ini.
Sesaat ia memejamkan matanya merasakan bahwa inikah terakhir kalinya ia melihat orang-orang yang dicintainya—sahabat dan kekasihnya—kemudian ia kambali membuka matanya merasakan tubuhnya sedikit terangkat karena Hinata telah memeluknya erat, Sasuke terbatuk menyemburkan cairan merah pada seragam sekolah yang Hinata kenakan saat ini.
Pelahan tangan kanannya yang berdarah merangkum pipi kiri Hinata, merasakan kelembutan pipi itu sekali lagi untuk terakhir kali. Karena ia tahu bahwa inilah akhir hidupnya, kemudian Sasuke teringat bahwa dia berjanji akan menjaga Hinata sepanjang hidupnya. Inikah akhir dari janji tersebut? secepat inikah? Apakah tidak ada lagi kesempatan untuknya agar bisa bersama orang-orang yang dikasihinya?
Naruto dengan segera memanggil ambulans untuk memebawa Sasuke kerumah sakit terdekat, kemudian perhatiannya kembali teralih pada sosok manusia yang terbaring lemah bersimbah darah dihadapanya—Sasuke—sungguh ia tidak sanggup melihat keadaan Sasuke saat ini, kedua kakinya tak sanggup menopang berat tubuhnaya hingga Naruto jatuh terduduk di samping Hinata yang sekarang telah memeluk erat tubuh rapuh Sasuke.
Dengan perlahan Hinata melepas pelukannya pada Sasuke, air matanya tak berhenti mengalir hingga mengenai tangan kanan Sasuke yang memegang pipinya. Hinata tadak sanggup melihat keadaan Sasuke yang seperti ini, "bertahanlah Sasuke-kun hiks.." bisiknya lirih.
Sasuke hanya menunjukkan senyum lemahnya kepada Hinata, ia sudah tidak sanggup lagi bertahan. Nafasnya memburu untuk mengisi paru-parunya yang hampir tak berfungsi lagi. "Hi-nata, jangan menangis!" pintanya.
Hinata menggelengkan kepalanya cepat kemudian tersenyum lembut pada Sasuke walaupun air matanya masih menggenangi pipinya, ia takut munkinkah firasatnya akan kehilangan Sasuke benar? Apakah ini terakhir kalinya ia melihat Sasuke? Lagi ia tidak bisa menahan tangisannya "ja hiks.. jangan per-gi Sasuke-kun" isak Hinata, ia tidak peduli pada apapun lagi. Yang ia inginkan adalah keberadaan Sasuke disisinya, bahkan jika kami-sama ingin mengambil nyawanya pun ia akan rela asal ia bia hidup berdampingan dengan Sasuke.
"h-hontou hh.. ni s-suki dattanda, Hinata hhh…" bersamaan bunyi ambulans yang datang, kalimat itulah terakhir yang dapat Sasuke ucapkan pada Hinata sebelum ia menutup matanya untuk selamanya. Meninggalkan dunia ini dan berpindah kepelukan Kami-sama.
Bersamaan itu pula jeritan Hinata terdengar dan tangisan Naruto yang memanggil namanya, itu adalah Suara kekasih dan sahabatnya yang dapat ia dengar terakhir kalinya.
.
.
.
.
Seorang pemuda yang telah sibuk mengetikkan jari-jarinya diatas keyboard computer milikknya telah terusik oleh suara dering sms telpon genggam miliknya yang berada tidak jauh dari jangkauannya saat ini. "ck.." ia berdecak kesal karena suara pesan dari handphone tersebut yang telah mengganggu konsetrasinya mengerjakan tugas kuliahnya. Dengan enggan ia membuka sms tersebut dan membacanya, alisnya sedikit terangkat melihat nama pemilik sms tersebut—Sasuke—tidak biasanya ia mengsms pemuda tersebut, biasanya jika ada hal yang penting Sasuke akan selalu menefonnya.
Matanya satu-persatu melihat huruf-huruf yang tertera pada layar handphonenya.
Tolong jaga hinataku!
Aku percayakan dia untukmu..
Ini permintaan terakhirku..
Alisnya tambah mengerut ketika memebaca sms tersebut, apa maksudnya? Hinata? Pemuda itu berpikir Hinata adalah gadis yang disukainya telah lama. Tapi ia enggan untuk menyatakan perasaannya pada gadis tersebut karena Hinata yang tidak mengenalnya dan lagipula Sasuke telah menyukai gadis yang sama, karena itulah ia mengurungkan niatnya untuk mendekati Hinata dan merelakan Sasuke unuk bersama gadis itu. Tapi, kenapa sekarang Sasuke memintanya menjaga Hinata dan memepercayainya untuk menjaganya?
Lamunan pemuda tersebut terhenyak saat telponnya kembali berdering kali ini bukan nada sms seperti tadi melainkan nada telpon, tanpa melihat siapa yang menelponnya. Ia mengangkat telpon tersebut.
Terdengar suara seseorang yang telah dikenalainya sebagai suara Naruto, matanya memebelalak kaget ketika mendengar ucapan yang telah didengarnya, "baiklah aku akan segera kesana" ucapnaya cepat kemudian ia meraih mantel dan kunci mobil yang akan dikendarainya menuju rumah sakit tempat dimana Sasuke sekarang ini berada.
~FLASHBACK END~
Air mata Hinata terus mengalir seiring ia mengingat kejadian dimana kekeasihnya mengalami kecelakaan yang tidak dapat di duganya, Hinata menggengam erat kain dressnya yang berada didadanya. Hatinya begitu sakit ketika mengingat kejadian waktu itu. Seiring berjalannya waktu Hinata merasakan pening dikepalanya yang memebuatnya mencengkram kepalanya kuat, matanya kian mengabur seiring dengan deraSsnya air mata Hinata dan rasa pusing yang dialaminaya. Tidak mampu lagi Hinata akhirnya diatas aspal yang ditumpuki oleh salju.
Dengan kesadaran yang masih tersisa sedikit, Hinata merasakan adanya seseorang yang mengangkat tubuhnya kedalam gendongannya. Ia tidak tau jelas siapa orang itu, matanya asedikit terbuka untuk melihat siapa orang yang menggendongnya, "Sa-Sasuke.." lirihnya sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.
Mungkinkah ia telah berada dialam sana dan bertemu Sasuke kembali?
.
.
.
.
TO BE CONTINUED
.
.
.
.
Akhirnyaaa~ selesai juga gomen buat Sasuke lovers disini Sasukenya saya buat dia mati-.-
Tanpa banyak kata silahkan unuk meriview!
Jadi, lanjut or delete?
Shiroi No Tsuki