Alright, here comes the second part of the drabbles

Special for the broken home challenge submission

I actually wanted to publish it two days ago

But my internet connection has some trouble, and..here it is now~


Disclaimer: Hunter x Hunter and all of its characters respectively belongs to Yoshihiro Togashi sensei

Genre: Drama, Family, Angst, Hurt/Comfort, etc

Rate: K+, well, just for safety even this chapter could also be read by younger children,

Pairing(s): KurofemKura, etc

Warning: Female IC, OC, OOC-ness, typo(s), perhaps, Gloomy scenery, AU, etc

I accept no silent reader, you read, you review


Behind a Girl's Favorite Song

Story 2: Nobody's Home

H. Kaoru

2012


"Ahaha, Alluka, kamu jadi ibunya", ujar Illumi sambil tertawa keras, ia kemudian menunjuk dirinya sendiri sebagai anak dari adiknya itu bersama Kalluto, dan sepupu mereka, Kurapika, menjadi seorang penculik, yang menculik Kalluto, dan menelpon Alluka,

"Hallo, ini kediaman Zoldyck kah?", sapa Kurapika setengah serius, ia memegang gagang telepon mainan itu sambil menyeringai,

"Oh, hallo, anda kedai bakso kah?", tanya Alluka polos, ia baru ingat bahwa hari itu ceritanya ia sedang akan menyiapkan makan siang untuk kedua anaknya,

"Enak saja! Saya ini penculik, dan saya telah menculik anak anda yang bernama Kalluto", balas Kurapika sambil menahan tawa,

"Hah! OH MY GOD! Kalluto!", pekik Alluka kaget, ia panik mengetahui salah satu anaknya diculik.


Alluka tersenyum, ia sepertinya baru saja berkhayal soal masa lalunya yang manis, ketika ia, ketiga saudaranya, dan sepupu mereka, Kurapika, masih sama-sama kecil, ya, itu adalah masa-masa yang indah, dan penuh dengan kenangan,

"Alluka Zoldyck!", seru sebuah suara wanita yang sangat dikenalnya, Alluka membulatkan matanya kaget, kemudian ia menggeser bola matanya pelan-pelan kearah sumber suara yang diketahui adalah guru matematikanya yang galak, Takamine Sensei,

"I-iya sensei?", jawab Alluka dengan nada takut, Takamine sensei hanya menghela nafas berat,

"Untung saja nilai-nilaimu bagus, kalau tidak, aku akan menyuruhmu mengerjakan 200 soal sepulang sekolah nanti!", bentak wanita itu, Alluka tersenyum tipis,

Yah, untungnya aku masih bisa mengejar pelajaran matematika, ia mengingatkan dirinya sendiri sambil tertunduk.


"Kau ini, ada-ada saja Alluka!", ujar Kisa sambil menepuk punggung gadis itu keras, Alluka meringis sedikit sambil memegangi bekas tepukan Kisa,

"Aww, itu kan sakit", keluhnya kesal, sambil mengelus punggungnya yang masih terasa nyeri,

"Wah, bohong, adik Killua Zoldyck yang ketua klub sepak bola itu mana mungkin kesakitan cuma karena tepukan pelan begitu", cibir gadis berambut coklat itu, Alluka menghela nafas sebal,

"Tepukan pelan? Enak saja, tadi itu keras sekali, Kisa!", protes Alluka, lalu ia menghela nafas pelan dan mencoba menurunkan nada suaranya,

"Dan lagi, berhenti menyama-nyamakan aku dengan kakakku, dia dan aku kan individu yang berbeda, wajar kan?", ia kembali berkeluh kesah, yah, sudah terlalu banyak orang yang memandangnya sebagai Alluka, adik Killua si ketua klub sepak bola yang ternama, dan jujur saja, hal ini membuat gadis berambut hitam itu jenuh bukan main, meski sebenarnya itu hanya panggilan menyebalkan kedua buatnya, yang nomor satu..,

"Hei, ini dia, kakak si jenius yang baru saja memenangkan olimpiade sains!", terdengar suara nyaring dari arah barat, Alluka menghela nafas berat, ini adalah panggilan paling menyebalkan nomor satu, kakak si jenius, Kalluto yang memenangkan olimpiade, dan sebagai gadis yang terbilang sangat 'standar' Alluka tahu benar kalau panggilan-panggilan itu bermaksud mengejeknya.


"Aku pulang!", seru gadis itu begitu ia sampai didepan pintu rumah, ia membuka pintu rumahnya dengan mood yang benar-benar jelek, dan wajahnya masih menampakkan kekesalan itu.

Tapi ketika gadis itu hendak mengganti sepatunya dengan sandal rumah, ia melihat sepatu yang jarang ada dirumah, tapi ia tahu jelas siapa pemilik sepatu itu,

"Selamat datang", sahut sebuah suara dari dalam, Alluka tersenyum, ia segera melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah, lalu bergegas menuju ruang keluarga,

"Kak Kurapika?", ujarnya ketika melihat sosok gadis berambut pirang itu, ia terlihat sangat cantik sekarang, namun, Alluka dapat melihat ada yang tidak beres dalam sorot matanya yang terlihat sedikit jenuh,

"Hai", Kurapika balik menyapa gadis itu,

"Apa kabar, Kak?", tanya Alluka sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan Kurapika,

"Hn, baik, kau sendiri?", jawab gadis itu datar, sambil tersenyum tipis,

"Sama", ia berujar dengan nada yang terdengar kasual.

"Alluka sayang, Kurapika akan menginap dirumah kita selama beberapa hari", tiba-tiba suara Kikyo terdengar dari lantai atas,

"Kakak mau menginap?", tanya Alluka dengan nada senang terdengar disuaranya,

"Ya, begitulah", sahut Kurapika singkat.

Sepanjang makan malam, Alluka masih saja memperhatikan kakak sepupunya yang berusia 2 tahun lebih tua darinya itu, ia benar-benar telah dewasa, dengan tubuh semampai dan rambut pirangnya yang indah, ditambah wajahnya yang tampak begitu cantik, ia berani bertaruh kalau kakak sepupunya ini pasti sudah beberapa kali berpacaran.


"Kak, besok aku libur, kakak bukannya akan ujian akhir?", tanya Alluka pada suatu malam, saat itu ia, Kurapika, dan Kalluto, sedang berada di kamar, Illumi..yah, begitulah, mungkin sedang bersama teman-teman atau malah pacarnya disekolah,

"Hn, iya sih", jawab Kurapika singkat, ia hanya tidur-tiduran dengan santai sambil memainkan ponselnya, Alluka menaikkan sebelah alisnya dengan pandangan bertanya-tanya, sementara Kalluto sedang melantai sambil mengerjakan tugas sekolahnya,

"Aku main diatas ya", kata Kurapika tak lama kemudian, ia segera beranjak dari tempat tidur sepupunya itu dan keluar dari kamar.

Sepeninggal Kurapika, Alluka mengarahkan pandangannya pada Kalluto,

"Apa lagi yang tidak kuketahui sekarang?", tanya gadis itu dengan nada gusar, entah ia yang terlalu polos atau apa, tapi sejak dulu ia selalu jadi yang terakhir tahu untuk masalah apapun, bahkan masalah pertengkaran orangtuanya beberapa tahun yang lalu, Kalluto pun menoleh pada kakak perempuannya yang ia juga tidak mengerti kenapa bisa selalu jadi yang terakhir tahu itu, lalu ia meletakkan pensilnya dan naik keatas kasur,

"Hn, aku juga tidak begitu mengerti kenapanya, tapi setidaknya aku pernah mendengar beberapa hal", ujar Kalluto memulai narasinya, Alluka yang tadi sempat beralih ke meja rias dan sedikit merapikan rambut panjangnya pun turut bergabung,

"Okay, aku mendengarkannya", sahut gadis itu ketika ia mencapai tempat tidur itu,

"Kau ingat saat kita diminta datang ke rumah Kak Kurapika, Oktober lalu?", tanya Kalluto, hendak memulai semua masalah dari kejadian itu,

"Ya, waktu itu kita diminta mengajaknya bicara karena Kak Kurapika tidak mau kesekolah sama sekali kan?", balas Alluka bingung, ia masih sedikit meraba-raba arah cerita ini,

"Benar, kemarin aku mendengar dari mama, kalau waktu itu kak Kurapika tidak mau sekolah, karena papa-mamanya bertengkar", ujar Kalluto lagi, ia mulai terdengar serius, Alluka pun semakin memasang telinganya,

"Lalu?", ia merespon singkat, sekadar untuk memberi isyarat kalau ia mengerti sampai disitu,

"Yah, kau tahu kan kalau papanya kak Kurapika bekerja diluar kota?", Kalluto bertanya lagi, Alluka mengernyitkan alisnya, ia mulai mencium ketidakberesan,

"Ya, ada apa dengan itu?", ia berujar penasaran, cerita ini semakin menarik,

"Papanya kak Kurapika tidak hanya kerja diluar kota itu, dia juga menikah lagi", Kalluto melanjutkan ceritanya, Alluka membulatkan kedua mata hitamnya,

"Kau bercanda kan?", tanya gadis berambut hitam itu,

"Sayangnya...tidak", jawab Kalluto agak datar, dengan sedikit nada sendu,

"Terus?", tanya Alluka lagi, Kalluto pun menghela nafas,

"Yah, orangtua kak Kurapika pun bercerai, papanya menetap di kota itu, dan mamanya tetap bekerja", ujar anak itu dengan nada yang mulai terdengar sedih,

"Kak Kurapika bilang dia sudah lelah sekolah, dan kedua orangtuanya sepakat membiayainya sekolah modeling", sambung anak berambut pendek itu,

"Sesuai kesepakatan, orangtuanya patungan membayar sekolah itu, tapi..mamanya,..masih menahan uangnya, dan sekolah itu belum bisa memulai pelajarannya, sampai uangnya lunas", Kalluto berujar pelan, ia terdengar agak lirih sekarang,

"Kak Kurapika tahu hal ini, dan dia marah, jadilah, dia kesini", ujar Kalluto mengakhiri ceritanya,

"Hn..berat ya..", Alluka berujar prihatin, ia tidak menyangka, kalau takdir yang harus diterima kakak sepupunya yang cantik itu harus seperti ini, dahulu saja, waktu orangtuanya nyaris bercerai, rasa sakit yang ia rasakan terasa begitu pedih, bagaimana dengan Kurapika, ditambah lagi kenyataan bahwa dia adalah anak tunggal, ia tidak sanggup membayangkan bagaimana rasanya.


I couldn't tell you, why she felt that way,

She felt it everyday

And I couldn't help her,

I just watched her make the same mistakes again


Hari ini Alluka masih libur, dan untuk itu ia menemani Kurapika seharian, dan rasanya begitu menyenangkan, bermain bersama seperti ini, seperti dulu, ah, rasanya waktu terlalu cepat berlalu, dan ia lebih ingin menghentikan waktu saat mereka masih kecil dulu, ketika semua belum serumit ini, ketika mereka masih begitu bahagia, ketika kakek masih hidup.

Yah, kakek yang dulu menentang papa karena ia begitu menyayangi mama sebagai putrinya, tapi sepertinya, sejak kakek meninggal, putra-putrinya menjadi sedikit berantakan, yah, setidaknya dua dari mereka, ibu dari kak Kurapika, dan adik mamanya yang bungsu.

Hn...rasanya pamannya yang itu tidak terlalu rusuh, baiklah, kalau begitu ibu dari kak Kurapika saja, sejak kematian ayahnya, sepertinya hidupnya tidak menjadi baik, bahkan meskipun nenek tinggal bersamanya, sebab, jika hidupnya baik, kak Kurapika pasti tidak sampai pergi ke rumah ini, pasti dia masih baik-baik saja dirumahnya, bersiap-siap menghadapi ujian akhir, dan sebagainya, selayaknya anak kelas 3 SMA lainnya.


"Alluka, Kalluto, coba kalian lihat keatas, di depan, ada pacarnya Kurapika, nanti kalian foto dan mama akan mengirimkan fotonya pada bibi kalian", Kikyo berkata pelan, ia memasuki kamar putri-putrinya,

"Hn..oke, mama", jawab kedua gadis itu serempak.

Mereka pun naik ke lantai atas dan menuju ke beranda dengan mengendap-ngendap, tapi entah kenapa rasanya mereka seperti membodohi diri sendiri saja, memata-matai pacar orang seperti ini, tapi apa boleh buat, ini adalah permintaan dari mama mereka, dan tidak ada jalan lain kecuali mematuhi dan melakukannya.

"Lihat..Alluka, itu orangnya..", kata Kalluto yang duduk di balik tiang yang berada di sebelah kanan Alluka, Alluka pun ikut-ikutan melirik-lirik pemuda itu, sebenarnya sih, selera kakak sepupu mereka itu boleh juga, seorang pemuda berambut hitam dengan tinggi yang kemungkinan berbeda 5-10 centi dari kak Kurapika, dan ia terlihat cukup keren, apalagi dengan motornya, hn...jangan-jangan mereka berniat pergi bersama, tapi...yah, bukannya tidak mungkin sih, ditambah lagi, pasti kak Kurapika sendiri yang memberikan alamat rumah ini pada pemuda disana, wah, benar-benar, rasa kecewa kak Kurapika pada kedua orangtuanya pastilah yang memotivasi kakak sepupu mereka itu untuk bertindak sejauh ini, tapi...apa sebenarnya hal ini dibolehkan?

Entahlah, dan tidak satupun dari keduanya yang mampu memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu.


"Tante apa-apaan sih?", pekik gadis berambut pirang itu,

"Kurapika, tante hanya ingin menjagamu, itu saja", jawab Kikyo pelan, ia mengulurkan tangannya hendak memeluk gadis itu, tapi sang gadis menepisnya, wajahnya terlihat kesal,

"Menjagaku? Seperti yang diminta mama kan?-", gadis itu berseru penuh kekesalan,

"Sudahlah, tante tidak mengerti", kemudian Kurapika berujar sambil terisak tanpa memberi Kikyo kesempatan untuk bicara, lalu gadis itu berbalik dan melangkah menuju kamarnya dengan setengah berlari sambil terisak-isak.

Sepanjang malam, gadis berambut pirang itu tidak keluar dari kamarnya, sepertinya ia sibuk menangis, dan terus-terus seperti itu sampai pagi tiba.

Gadis itu keluar dari kamarnya saat rumah sudah sepi, hanya ada Alluka dan pelayan keluarga yang bekerja, Kikyo sedang pergi mengantar Killua dan Kalluto, katanya mereka ada acara hari ini, Illumi dan Milluki memang sudah sibuk dan jarang ada dirumah, Silva sedang pergi bekerja, ya, benar-benar rumah yang sepi.

Alluka memperhatikan kakak sepupunya itu, ia terlihat begitu sedih, dan terpuruk dalam kesedihannya sendiri, ingin sekali rasanya mengajaknya bicara, tapi..mungkin karena perbedaan usia, yang sebenarnya tidak terlalu jauh, gadis itu tetap menganggapnya anak kecil, dan sepertinya itu adalah satu tanggapan yang sulit diubah.


Sore ini, pacar kak Kurapika yang kemarin datang lagi, tapi, kali ini, Silva sedang ada dirumah, hingga ialah yang turun dan mengajak pemuda itu bicara, Alluka, Kalluto, dan Kurapika sedang berada di kamar gadis-gadis kecil itu, membicarakan banyak hal yang sebenarnya agak sulit juga untuk ditelusuri topik awalnya.

"Papa kalian sedang apa sih?", tanya Kurapika dengan nada kesal yang tersirat di dalam nada bicara kasualnya,

"Entah", jawab Kalluto datar, Alluka hanya menghela nafas dan berjalan keluar kamar sebentar untuk mengambil minuman.

Ketika ia sampai diluar, ia melihat papanya dan pemuda itu sedang bicara, sepertinya mereka serius, dan ia tidak berniat mengganggunya,

"Baiklah, terima kasih atas waktunya, Paman, sampai nanti", tiba-tiba suara yang terdengar oleh gadis itu adalah ucapan demikian dari pemuda itu, nampaknya sang papa berhasil membuat ia pergi, dan tanpa bisa membawa Kurapika serta.

Malam itu, saat makan malam, Kurapika tiba-tiba saja berujar,

"Tante, kurasa aku ingin pulang ke rumah mama", dan membuat yang lainnya merasa agak heran, tapi biasa saja sih, mengingat mereka merasa lega gadis itu sudah ingin berbaikan dengan ibunya.


Ini adalah hari senin, hari sekolah, seperti sebelumnya, semuanya akan berangkat sekolah, tapi sekarang Alluka masih libur, ia hanya duduk didepan komputernya, mencari-cari permainan di dunia maya yang terlihat menyenangkan, mamanya berserta kedua saudaranya, dan Kurapika, sedang bersiap-siap pergi,

"Baiklah kami berangkat dahulu", kata Kikyo pagi itu,

"Ya, selamat jalan, hati-hati ya", sahut Alluka hangat, namun ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya, hari itu mobil biasa mereka sedang digunakan oleh Silva, sehingga mereka menggunakan bus, dan tiba-tiba saja Alluka terpikirkan sesuatu,

Kenapa tidak menunggu sampai ada mobil ya?, pikir gadis muda berambut hitam itu.

Waktu pun berlalu, dan saat sang mama kembali, wajahnya terlihat kesal,

"Bisa-bisanya, ya, gadis itu setega ini?", gerutunya, Alluka tersentak, ia segera merangkul ibunya dan bertanya perlahan,

"Mama, kenapa?", tanya gadis itu dengan nada khawatir,

"Itu, kakak sepupumu, tadi saat di halte besar, tiba-tiba dia minta izin ke toilet, dan ternyata lama sekali, saat mama periksa, ternyata dia tidak ada, pasti dia kabur bersama pacarnya itu", Kikyo berkata dengan nada kesal, sepertinya ia sakit hati sekali ditipu oleh keponakannya itu,

"Sudahlah Ma, mau bagaimana lagi?", jawab gadis itu berusaha menenangkan sang mama,

"Yah, tapi dia tega sekali", jawab sang mama lagi, Alluka tak membalasnya, hanya memeluk wanita itu lembut, ia sedikitnya merasa sedih, tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi.


Setelah itu, ia mencoba membuka arsip-arsip di komputernya, dan menemukan foto pemuda itu, bersama Kak Kurapika, keduanya terlihat mesra, dan saat foto itu diperlihatkan pada ibunya Kurapika, wanita itu mengenali pemuda itu sebagai Kuroro, pemuda yang dikenal Kurapika dari dunia maya, dan sepertinya keluarga pemuda itu kurang baik, sehingga, yang bisa dilakukan oleh wanita itu hanya menangis dan menyesali kepergian putrinya.

Suatu hari, wanita itu bercerita pada Alluka dan Kalluto, bahwa ini adalah kali kedua Kurapika kabur bersama pemuda itu, yang pertama, mereka berhasil ditemukan di daerah Yorkshin, dan dibantu oleh kakaknya, ibu kak Kurapika berhasil membawa gadis itu pulang, meskipun sang gadis marah sekali.

Sampai hari ini, kabar terakhir yang terdengar adalah bahwa gadis itu telah menikah dengan pemuda itu, dan itu atas restu dari ayahnya, yang kelihatannya tidak peduli, hn...beberapa waktu kemudian, ada kabar bahwa gadis itu sudah hamil dan kemudian memiliki seorang putri, entahlah, yang jelas semoga saja jalan yang dipilihnya adalah yang terbaik, dan ia bisa berbahagia.


If only I could choose

I would really like to held on those times

When we were young

There, I saw happiness in innocence


A/N: Well, you see, dear readers,

There's a lot of parents out there who thought

That divorce would put an end to their problems,

And then, they thought that their child would be better

But hey, this story tells otherwise

A child could also knows pain, suffer, and disappointment

And a broken home, would always be the best pain

Nothing can erase it, and the children of a broken home family

Would be easily had one broken home too

Because they thought

It's just some pain, but somehow they could fix it

Just like, what happened on them

When they were young.

.

I remember when I saw a movie, one psychiatrist said this to an almost divorced parents,

"If there's something that should be sacrificed, I hope your child's wasn't the answer"

Cause in all of the broken home case, the victim, was always the child.

.

.

Thank you for reading this, and don't forget to review

~Happy Thursday~