Bisikkan aku.

By: Kitty Kuromi.

Disclaimer: Sasuke dan Sakura berserta kawan-kawannya bukan milik Kuromi, SUMPAH! *tears* *di getok*

Full Sasuke POV.

.

Hola! Kembali bertemu dengan saya lagi, Kitty Kuromi yang merupakan titisan rengkarnasi dari seorang Sakura Haruno! *di getok*

Ahaha. Kalau fic yang sudah sudah ku baca, menceritakan culunnya Sakura dan kerennya Sasuke. Maka keadaannya akan berbalik di sini!

Enjoy it!

.

==00==00==00==

.

KRIIIINGG…

Deru langkah murid-murid menggema di lorong Konoha Arts Academy. Mereka dengan tak berperasaan terus menerus menabrakku. Hingga tubuhku terjatuh dan buku-buku yang ku peluk berserakan di lantai.

Belum sampai situ, mereka dengan tidak ada rasa kasihannya menginjak-injak buku-buku tersebut, sambil menertawakanku.

"Si bodoh itu, ngapain sih jalannya lelet banget!" mereka memarahi dan mengejekku. Tanpa memperdulikan kaca mataku, yang kini retak karena terinjak salah satu dari mereka. Aku meraihnya dengan gemetar.

Aku sungguh tidak tahan berada di sini.

Keputusan orang tuaku untuk mengirimku ke sini.

Sungguh sudah terlanjur menjadi sebuah kesalahan besar…

"Heh, Uchiha dungu! Minggir dari situ!"

Bukan sekali duakali aku mendapat perlakuan seperti ini.

"Dasar culun."

Hampir satu tahun aku lalui di sekolah yang penuh dengan orang-orang kejam seperti di sini.

Aku hampir putus asa dengan semuanya.

Tak terasa mataku memburam tertunduk, sambil terus aku punguti buku-buku tebalku. Sesekali membenahi letak kacamataku yang sepertinya mulai rusak tangkainya.

Tiba-tiba tangan kecil terlihat ikut memunguti buku-buku ku. Sekejab, aku menghentikan aktifitasku untuk memandangi tangan mungilnya. Ku telusuri sampai ke atas, aku menemukan kepala bersurai merah muda pucat dengan bando putih polos yang menyanggah poninya.

Ia tersenyum menyerahkan beberapa buku yang berhasil ia pungut. Senyuman di bibir merona-nya, sungguh manis. Ku perhatikan wajahnya yang putih dan mulus. Mata itu juga berwarna hijau emerald. Lalu hidung yang mungil tapi mancung bertengger manis di atas bibirnya. Sungguh…

"Hei." Ia melambaikan tangan mungilnya di depan mataku. Aku pun terlonjak kaget.

"Ah… i-iya…" akhirnya kami sama-sama berdiri. Baru ku sadari tingginya tak lebih dari pundakku. Dia juga memakai seragam yang sama persis sepertiku. Hanya beda di celana dan rok saja. Kecil sekali… aku menilai ukuran tubuhnya dalam hati. Ia tersenyum memamerkan sederet gigi putih bersihnya.

"Ini bukumu." Suara lembutnya kembali menyadarkanku. Aku pun hanya diam membisu tidak tahu harus mengatakan apa, yang aku lakukan hanya menyambut beberapa buku yang ia sodorkan.

"Terimakasih kembali, Sasuke-kun…" senyumnya ceria, dan berlalu meninggalkanku terpaku di tempat. Dia tahu namaku? Bahkan aku tidak mengenalnya. Melihatnya pun belum pernah.

Siapa dia? Aku baru melihat sosoknya hari ini.

Baru kali ini.

Seumur hidupku di Konoha Arts Academy, seseorang memanggil ku dengan benar. Bukan 'Culun', 'Bodoh', atau 'Uchiha dungu'.

Selain guru, hanya perempuan kecil tadi yang memanggilku seperti itu… ah. Bahkan aku belum mengetahui siapa namanya.

.

==00==00==00==

.

Aku tersenyum terus menerus sepanjang perjalananku ke kelas. Entah kenapa, melihat senyum gadis tadi membuat aku lupa akan perlakuan-perlakuan buruk yang aku terima di sekolah ini.

"Siapa yang bersedia menghapus papan tulis?" Kakashi sensei masuk, langsung menaruh beberapa buku dan map di atas meja guru. Dengan senang hati aku melangkahkan kaki dan berniat menghapuskan papan tulis untuk sensei-ku ini. Mood-ku jadi baik semenjak di tolong gadis berambut merah muda dan bertubuh kecil tadi.

BRUGG!

"HAHAHAHA!" aku tersungkur di depan kelas, di sambut gelak tawa 'mengejek' dari teman-teman sekelasku.

Lagi.

Dan lagi.

Aku mendapat perlakuan seperti ini…?

Aku mendongak mencari tahu siapa yang dengan berani menyelengkat kaki ku.

"Perhatikan langkahmu, bodoh." Ucap pria bermata hijau dengan rambut merahnya. Ia tersenyum mengejek dan berlalu meninggalkan aku yang berusaha terbangun.

Siapa yang bodoh? Dia kan yang tidak naik kelas. Dialah yang bodoh! Aku menggerutu kesal dalam hatiku. Aku menghapus papan tulis dengan perasaan kesal. Mood-ku hancur lagi gara-gara dia.

Gaara.

Cowok yang paling di puja di Konoha Arts Academy. Hanya karena tampan. Tapi menurutku… Dia itu BODOH!

Harusnya ia kini menjadi siswa kelas dua.

Bukan sekelas denganku, di kelas satu ini!

Aku terus menggurutu kesal sambil menghapus papan tulis.

"Sasuke. Papan tulisnya sudah sangaaaat bersih." Kakashi sensei berkata pelan namun jelas sambil menepuk pundakku. Di sambut gelak tawa anak-anak sekelas. LAGI!

Aku pun kembali ke tempat duduk ku yang berada di depan meja guru dengan perasaan malu. Samar-samar terdengar ejekan anak-anak di belakangku. Kembali menertawakan aku.

Mungkin memang benar.

Aku ini…

Benar-benar memalukan.

Kakashi-sensei menuliskan beberapa rumus fisika di papan tulis yang ku ketahui berada di bab 12. Ya. Aku sudah mempelajarinya lebih dulu. Ku dengar di belakangku beberapa anak mendesah malas dengan teori yang akan di ajari Kakashi-sensei.

"Hei, sudahlah, kalian sebentar lagi naik kelas dua. Pelajaran di kelas dua nanti, tidak akan sepadat ini teorinya. Kalian akan belajar seni dan mempraktekannya secara intens. Jadi untuk bulan-bulan terakhir ini, giatlah belajar." Ujar Kakashi-sensei tanpa menoleh dan menuntaskan karya tulisnya di atas papan tersebut.

Aku tidak mencatatnya, karena buku catatanku malah di pinjam oleh guru yang kadang-kadang terlambat datang itu. Payah. Aku terkekeh pelan.

"Nah." Kakashi-sensei berjalan mengembalikan buku catatanku.

"Kalian catat ini, dan kerjakan latihan evaluasi bab 12." Kakashi-sensei menunjuk papan tulis sambil sebelah tangannya di masukan ke dalam saku celana.

"Aku ada keperluan sebentar." Ia berlalu meninggalkan ruangan kelas begitu saja. Membuat riuh kelas dengan suara-suara obrolan yang diciptakan anak-anak di kelasku.

Aku hanya mencorat-coret ulang buku latihanku dengan soal-soal evaluasi di bab 12. Soal yang tentu saja sudah ku kerjakan, dan aku periksa berkali-kali. Buku latihan ini juga sering di pakai Kaka-sensei untuk di jadikan kunci jawaban dalam mengoreksi latihan anak-anak.

Tentu saja. Aku peringkat pertama di angkatan ku. Nilai ku nyaris sempurna. Tapi semua itu tak mengubah barang secuilpun status sosial ku, yang di pandang rendah hampir semua murid di sekolah ini. Kecuali gadis berambut pink tadi.

Ah, aku tak dapat menahan senyum bila mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Saat emerald-nya menjerat onyx-ku. Saat senyumnya mampu membius tubuhku terpaku di tempat.

Benar-benar…

Magic…

Aku menghela napas, kecewa. Belum mengetahui namanya. Ia mendiami ruang kelas mana.

Konoha Arts Academy di bagi delapan kelas setiap angkatannya. Kelas satu ini masih regular. Di kelas dua nanti kami akan memilih, bidang seni apa yang harus kami geluti. Itu lah yang menentukan di mana dan siapa saja orang-orang yang akan bersama kami selama 2 tahun kedepan –hingga kami lulus.

Seni lukis, tari, musik, tiga dimensi, dan teater. Lima jalan yang harus ku pilih.

Entahlah, sampai sekarang pun aku tidak dapat memastikannya. Sebenarnya aku sangat tertarik dalam teater. Tapi nampaknya, aku dihadang tembok besar nan kokoh yang ku sebut 'malu'.

Trauma yang ku rasakan di ejek banyak orang. Apa lagi membayangkan aku berada di sebuah panggung besar? Pasti mereka semakin jelas menyaksikan aku yang selalu saja konyol ini. Menertawakan ku puas sepuas-puasnya.

Mungkin aku akan mengambil seni tiga dimensi saja.

Derap langkah Kakashi-sensei membuyarkan lamunanku. Juga mengheningkan bisingnya kelasku.

"Anak-anak." Kakashi-sensei membuka mulut sambil berdiri di depan kelas. Di sebelahnya kini berdiri seorang gadis manis dan mungil yang menolongku tadi sore! Aku melenguh senang –tentu saja dalam hatiku.

Di belakangku terdengar berbagai pujian yang dilempar khusus untuk makhluk cantik yang berdiri di depan kelas.

"Hari ini kita kedatangan murid pindahan dari Suna. Suna Arts Academy yang tentu saja cabang dari sekolah ini. Blablabla…" entah apa lagi yang di katakana Sensei, aku tidak terlalu mendengarnya.

Perhatianku ini, tersedot total oleh wajah imut di depan sana. Rambutnya hanya sebatas bahu, berwarna merah muda pucat. Tatapannya lembut namun tegas.

"Namaku Sakura Haruno, mohon bantuannya." Ia tersenyum sambil membungkukan badannya. Suaranya juga terdengar pelan –tidak berteriak- namun jelas.

Benar-benar sosok yang berkharisma…

"Nah, silakan pilih tempat duduk yang kau sukai Sakura." Kakashi-sensei mempersilakan, mata emerald itu pun seolah menyapu seisi kelas, menyihir siswa-siswa di belakangku untuk berisik memanggil namanya, menawarkan tempat duduk untuknya.

Hah. Aku mana berani berteriak seperti itu. Lagi pula, belum pernah ada seseorang yang berani menyentuh bangku kosong di sebelahku. Mana ada yang bersedia duduk denganku. Mungkin gadis canti- ah Sakura juga tidak akan sudi duduk di sebelah cowok culun sepertiku.

Kali ini emerald indahnya menyenter ke arahku. Aku pun gelagapan canggung di lihat seperti itu, terlebih lagi… dia tersenyum. Buru-buru aku membenahi kacamataku, mengatur posisi duduk ku, dan menatap meja kayu polos di hadapanku.

"Sepertinya aku akan duduk dengan Sasuke." Suaranya yang terdengar dengan ritme sedang namun jelas itu sukses membuat jantungku rasanya mau copot.

Deg deg.

"Pilihan yang bagus, Sasuke adalah murid jenius, kebangganku."

Deg deg.

"Kau tak akan rugi bila sebangku dan berteman dekat dengannya." Kakashi terus melontarkan pujian untuk ku dihadapan DIA. SAKURA. Entah semerah dan sepanas apa mukaku sekarang ini. Aku sedikit melirik ke depan sana. Ia tersenyum ke arahku, sontak aku membuang pandangan ku ke meja kayu ini, lagi.

"Benarkah? Menarik…"

Deg deg.

Ia mendekat! Aku tahu itu meski aku tidak menoleh. Pendengaranku agak memburam, tapi aku masih bisa mendengar suara-suara di belakang sana yang tidak terima dengan keputusan Sakura.

Deg deg.

Ia semakin dekat! Bagai mana ini. Aku mencengkram meja kayu dengan sekuat tenaga.

Deg deg.

Entah mengapa meja bodoh ini bergetar!

Deg deg.

Sekarang terdengar keras dan jelas tawa mengejek dari belakangku. Mereka menertawakan aku.

Deg deg.

Ada apa sih dengan meja bodoh ini! Mengapa bergetar semakin keras!

Deg deg.

Dia di sebelahku sekarang! Aku tidak dapat menoleh. Masih mencengkram konyol meja bodoh ini. Menyalurkan kegugupan ku, dan sukses membuat mereka menertawakan aku.

Bodoh!

Bodoh!

Sasuke memang bodoh!

Kali ini wajah itu mencoba mencari-cari mataku. Ia menatapku dengan senyuman lembut.

"Tidak apa, Sasuke-kun." ia mengelus punggungku, sukses membuatku lunglai. Dan terjatuh lemas, tersender di atas meja.

Ya, gelak tawa mereka kini semakin membahana di telingaku. Aku memang konyol.

Aku dengan sejuta perasaan malu, dengan tangan dan kaki ku –ah seluruh tubuhku yang gemetaran. Aku memendam muka ku dalam rengkuhan kedua tanganku yang tersender di meja.

Bel penyelamat itu pun terdengar.

Anak-anak berhamburan keluar kelas meninggalkan aku yang masih bersandar lemas di mejaku.

Beberapa kalimat terlontar dari mulut para siswa untuk makhluk magis di sebelahku. Mereka bilang akan menunggu Sakura di kantin. Ya. Makhluk magis. Sukses merubah aku yang konyol ini menjadi tambah konyol. Benar-benar magis!

Setelah sunyi ku dengar, sepertinya tangan itu menepuk punggungku.

"Sasuke." Ia memanggil namaku, lagi. Ya Tuhan. Aku harus bagaimana? Aku tidak berani mengangkat kepalaku ini. Aku benar-benar malu!

"Apa aku terlalu mengganggumu? A-aku… minta maaf kalau begitu." Bukan! Bukan seperti itu maksudku, Sakura. Aku perlahan mengangkat kepalaku. Ragu-ragu aku menoleh ke arahnya. Ia terlihata tidak nyaman.

"Maaf aku jadi merasa bersalah padamu-"

"Tidak! Ini salahku. A-aku yang konyol." Sergahku sebelum ia berfikir untuk mencari tempat duduk baru, pandanganku ku buang ke arah meja polos di hadapanku. Ini kan kesempatan emas untuk ku. Seumur hidupku di Konoha Arts Academy, baru kali ini aku mendapatkan teman sebangku. Apalagi semungil dan semanis dia.

Rasa-rasanya, aku ingin sekali mencubit pipinya. Ia sangat menggemaskan. Tapi mana mungkin aku berani. Menatap matanya saja sudah membuat ku ingin lari.

Tiba-tiba tangan mungil itu meraih kepalaku… aku menoleh, ia mendekatkan wajahnya padaku.

Deg deg.

Deg deg.

Tidak! Jangan! Kau mau apa! Segala jeritan yang tak bisa keluar dari mulutku sukses membuat aku merasa pusing saking deg-degan-nya.

Deg deg.

.

.

-TBC-

Short Chapter? That's right!

Sengaja agar pembaca tidak bosan. Karena kalau pendek gini, kuromi mudah mengapdetnya.

Untuk pembaca 'I Addicted to You' jangan khawatir.

Kuromi tidak akan menelantarkan fic perdanana kuromi itu.

Hohoho hohoho hohoho!

Bagaimana?

REVIEW NGGAK! ATAU NGGAK MAU APDET NIH!

*ngambek gaje*

*di getok*

xDD

muah muah muah :*