Saya membawakan ff baru ^^ dan untuk pertama kalinya saya membuat ff dengan dua pairing utama, jadi ceritanya lumayan padat dan panjang.

Disclaimer

All casts belong to God and themselves but the ff is pure belong to me

Cast

Lee Donghae

Lee Hyukjae

Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Kim Youngwoon as Lee Youngwoon

And all Super Junior member as themselves

Genre

Drama, Family, Friendship, Romance, Hurt/Comfort

Warning

Yaoi, Boys Love, Shonen-ai, Boy x Boy, Alternate Universe, OOC, alur lambat. I had warn you, so, DON'T LIKE DON'T READ! NO BASHING! NO FANWAR! If you want to flame, just flame th

e story and use nice words, I'll take the blame.

Summary

Hyukjae tidak pernah percaya ada seseorang yang dengan tulus memberikan bantuan kepada orang lain. Apalagi orang tersebut orang asing. Semua orang pasti mempunyai kepentingan pribadi dibalik tindakannya. Entah untuk balasan yang sama, uang, nama baik, ataupun pujian.

.

.

.

.

.

Seorang namja terlihat sedang duduk di sebuah halte bus tanpa berniat untuk menaiki salah satupun bus yang berhenti di depannya. Namja tersebut hanya memandang kosong kekeramaian lalu lintas di hadapannya. Pikirannya melayang entah ke mana. Bahkan ketika seorang yeoja paruh baya yang sedang memangku anak kecil bertanya kepadanya mengapa ia belum pulang—setelah melihat seragam sekolah yang dipakainya dan waktu yang sudah menunjukkan jam delapan malam lewat, namja itu bahkan tidak mau repot-repot menjawab. Untuk mencegah hal itu terulang, namja tersebut memasang headset ke telinganya dan berpura-pura seolah dia sedang menikmati alunan lagu yang keluar dari headset tersebut.

Namja tersebut memang sangat suka menghabiskan waktunya di halte bus sepulang sekolah. Di sini dia bisa memperhatikan berbagai jenis manusia. Walaupun baginya manusia semuanya sama—egois—hanya mementingkan diri sendiri. Hyukjae tidak pernah percaya ada seseorang yang dengan tulus memberikan bantuan kepada orang lain. Apalagi orang tersebut orang asing. Semua orang pasti mempunyai kepentingan pribadi dibalik tindakannya. Entah untuk balasan yang sama, uang, nama baik, ataupun pujian. Menunggu di halte bus—meskipun dia sendiri tidak tahu apa yang ditunggunya—seolah memberikan harapan tersendiri buatnya akan hari esok yang lebih baik—mungkin.

Tidak. Kehidupannya baik-baik saja. Mengeluh bukanlah sifatnya. Dia sudah berhenti menyalahkan Tuhan sejak lama. Bahkan jika dia berteriak sekencang apapun menyuarakan protesnya tidak akan ada yang menjawab teriakannya kecuali beberapa orang yang merasa terganggu dan menyuruhnya untuk diam. Lebih baik dia menggunakan tenaganya untuk mencari uang dan bertahan hidup karena dia juga bukan namja yang berpikiran sempit tentang hidup. Orang yang menyedihkan baginya bukan seorang pengemis ataupun orang cacat atau lumpuh. Orang yang paling menyedihkan baginya adalah orang yang hanya bisa menyalahkan Tuhan atas setiap kemalangan yang menimpanya dan memilih untuk bunuh diri.

Dirapatkannya jaket yang dipakainya setelah merasakan hembusan angin malam yang cukup membuat siapapun kedinginan bahkan jika hanya semenit membiarkan tubuhmu tanpa perlindungan mantel atau jaket. Tidak diperdulikannya angin yang juga ikut mengacak-acak rambutnya yang diwarnai pirang. Beberapa namja yang lewat dihadapannya pun menyempatkan diri untuk menatapnya lama karena wajahnya yang terlihat manis untuk ukuran seorang namja sebelum dengan berat hati meninggalkan tempat tersebut karena tatapan tajam dan dingin dari sang namja berambut pirang. Setelah menghembuskan nafasnya untuk yang kesekian kalinya, namja tersebut pun berlalu pergi.

"Annyeonghaseyo…"

Hanya itu kalimat yang dilontarkannya kepada pemilik sebuah café tempatnya bekerja. Namja pirang tersebut segera berlalu ke belakang dan mengganti seragam sekolahnya dengan seragam kerjanya. Dia memang bekerja sebagai salah satu pegawai di sebuah café yang buka hingga jam dua pagi. Setelah itu, namja tersebut bergegas keluar dan berdiri di belakang konter menunggu pelanggan. Sebenarnya namja tersebut sudah terlambat sejam lebih dari waktu bekerjanya, tetapi sang pemilik café cukup maklum mengingat pegawainya tersebut adalah murid sekolahan. Mungkin dia baru saja pulang dari kerja kelompok atau semacamnya, pikirnya.

"Jangan lupa membersihkan dan kunci pintunya baik-baik setelah menutup toko, Hyukjae ssi," kata sang pemilik café mengingatkan.

"Ne, sajangnim," balas namja yang dipanggil Hyukjae sambil menganggukkan kepala sekenanya.

"Kalau begitu saya pulang dulu," kata sang pemilik café, tetapi Hyukjae tidak repot-repot menjawab.

Namja yang bernama Hyukjae tersebut memang bekerja di café tersebut sejak kelas satu SMA untuk membiayai rumah kontrakan dan beberapa keperluan sekolahnya. Beruntung dia berhasil mendapat beasiswa sehingga tidak perlu membayar uang sekolah. Setiap hari sepulang sekolah, dia akan menghabiskan waktunya di halte bus—terkadang di perpustakaan sekolah kalau ada tugas—dan bekerja di café pada malam hari.

Beberapa pelanggan mulai datang. Café tersebut memang terkenal dengan aneka macam rasa kopi ditambah kudapan yang pas, sehingga banyak pegawai yang pulang dari lembur mampir ke situ. Beberapa juga sepertinya mahasiswa atau murid sekolahan yang hanya ingin menghabiskan malam berkumpul bersama. Seorang namja terlihat memasuki café tersebut.

"Annyeonghaseyo, Anda mau pesan apa?"

"American Cappucino satu."

"Harganya seribu lima ratus won."

"…"

"Maaf."

"Ah… eh… ya…" seperti baru tersadar dari khayalannya, namja tersebut tidak tahu harus berkata apa. Dia memandang Hyukjae dengan tatapan tolong-katakan-sekali-lagi.

"Anda harus membayar pesanan Anda terlebih dahulu."

Namja tersebut segera mengambil dompet dan mengeluarkan uang seribu won dua lembar dan menyerahkannya kepada Hyukjae. Hyukjae mengambil dan mengembalikan sisanya.

"Saya akan segera membuatkan pesanan Anda."

.

.

.

.

.

.

Setelah mematikan lampu dan memastikan tidak ada yang terlupa, Hyukjae menutup dan mengunci café tempatnya bekerja dan bergegas pulang. Malam sudah semakin larut dan angin malam semakin tidak bersahabat. Hyukjae melangkahkan kakinya menyusuri malam dengan tergesa-gesa. Dia ingin segera sampai dan bergelung di bawah hangatnya selimut. Rumahnya lumayan dekat dengan café tempatnya bekerja. Jaraknya hanya terpisah tiga blok berjalan kaki. Jalanan pun tampak lenggang, hanya ada satu dua mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di rumah, Hyukjae mengangtung jaketnya dan mengganti seragam sekolahnya dengan piyama. Setelah menggosok gigi dan mencuci wajahnya, dia segera naik ke tempat tidur dan menarik selimutnya hingga hanya kepalanya yang terlihat.

Walaupun disebut rumah kontrakan, tetapi luasnya tidak seberapa. Hanya ada sebuah kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan sebuah ruang tamu yang tidak terpakai. Hyukjae memang tidak pernah menerima tamu selama tinggal di sini. Bahkan rumah kontrakan tersebut terbilang kosong untuk sebuah tempat yang berpenghuni. Selain perabotan standar seperti tempat tidur, lemari, jam dinding, dua buah meja, dan beberapa peralatan memasak dan mandi, tidak ada yang kelihatannya mewah. Hanya satu hal yang kelihatannya mencolok dari beberapa barang yang ada di situ, yaitu sebuah panci yang di dalamnya berisi amplop hasil gaji dari sang pemilik rumah kontrakan yang beberapa menyembul keluar.

Hyukjae memang jarang menggunakan gajinya. Dia hanya menggunakannya untuk membeli ramyun sebagai makanannya selama sebulan, sabun, pasta gigi, selebihnya dia menggunakan gajinya untuk membayar uang kontrakan dan membeli beberapa keperluan sekolah.

.

.

.

.

.

Sinar matahari pagi yang menerobos di celah-celah jendela kamarnya dan suara kendaraan yang berlalu lalang membangunkan Hyukjae dari tidur singkatnya. Ya, setiap hari dia hanya bisa menikmati tidur tiga sampai empat jam sehari. Dia segera beranjak dari tidurnya untuk kembali memulai rutinitas paginya, yaitu ke sekolah.

.

.

.

.

.

To Be Continued

Annyeong yeoreobun ^^ saya datang membawa ff HAEHYUK yang baru. Yup, buat yang sudah pernah menonton drama Korea 49 Days pasti mengenali beberapa deskripsi di atas. Tapi ff HAEHYUK kali ini bukan terinspirasi dari drama tersebut, hanya mengambil beberapa detail dari kehidupan salah satu karakternya untuk kebutuhan cerita.

Mungkin agak ngebosenin ya, mengingat terlalu banyak deskripsi dan kurangnya percakapan, tapi ya, memang harus begitu :p saya kan mau memperkenalkan karakter utama dari ff ini V^^

Eotteoke?

Kota Daeng, 15042012

Mulai sekarang, semua review yang masuk akan saya balas di setiap chapter. Baik itu ff oneshoot ataupun multichapter. Yang review lewat akunnya, saya balas di akun masing-masing ya ^^

sora tuing-tuing : hehhe, cuma pake karakternya sedikit, sudah dilanjutkan ^^ RnR lagi ne! Kamsa ^^

Kaguya : annyeong ^^ Chwyn imnida, bangapseumnida *bow ^^ mian tidak bisa update cepat m(_ _)m

kyukyu : sudah dilanjutkan, mian tidak bisa update cepat m(_ _)m RnR lagi ne! Kamsa ^^

anchofishy : iya-_-)a harusnya café punya banyak pegawai ya.. tapi café kecil kok *nyari alasan* Kamsa^^

boo young : mungkin karena adegan di chapter satu ini memang mengambil setting yang sama dengan drama 49 Days :p

cheonmaneyo^^

lee ikan : hahha, baca terus ya^^

Kota Daeng, 18122013