Hanya ide absurd dan ga jelas yang mampir di pikiran. Tulis saja daripada hanya tersimpan :D


Axis Power Hetalia © Hidekaz Himaruya

I just own the plot of the story and I don't make money from it.

Warning: AU, Human Name, High School, OC, OoC yang mendewa, (highly possible) crack pairs, totally absurd.

Ini murni dari pemikiran saya. Maaf jika kebetulan ada kesamaan ide karena setting gakuen sangat banyak di FHI. Itu tidak disengaja :D

Maju FHI!

Happy reading


Bersama puluhan kaki lainnya, dia berjalan agak tergesa menuju lapangan yang kini tengah separuh terisi oleh barisan manusia. Suara grasak-grusuk khas orang terburu terdengar di sana-sini, sekalipun mulut mereka terbungkam kecuali untuk kata 'aduh' jika tersandung atau saling tabrak, atau sekedar helaan nafas karena terburu-buru. Sedangkan satu-satunya mulut yang masih berbicara adalah mulut dari kepala Ketua Komite Disiplin Sekolah Internasional Hetalia ini. Ia berteriak-teriak dengan kencangnya di depan lapangan sana –semakin kencang ketika suara itu terteriakkan tepat di depan semacam mikropon yang biasa dipakai untuk orasi pendemo.

Ya, seperti yang mungkin bisa kalian tebak, mereka sedang menjalani Masa Orientasi Siswa yang akan berlangsung selama dua hari lagi ke depan. Masa yang menurutnya cukup merepotkan karena selain disuruh ini itu yang kebanyakan adalah hal yang tak masuk akal, tetapi juga penuh dengan bentakan-bentakan yang super dari para senior yang 'mendewa'.

Ck.

Sabar saja.

"CEPETAN! LELET APA EMANG LEMOT, SIH?" teriak Ketua Komite Disiplin yang dimaksud, membuat gadis berkuncis kuda itu sedikit mempercepat langkahnya dan secara tak sengaja, menginjak ujung belakang sepatu murid depannya dan–

GUBRAK!

"Aduh!"

Anak itu terjatuh tertelungkup dengan tidak elitnya.

.

.

Dan semua hening.

Panik segera menyergap perasaan si gadis yang kini tampak bingung sekaligus gugup. Rasa malu akibat bertindak ceroboh sehingga menyebabkan orang lain kena imbasnya tidak cukup kuat mengalahkan rasa malunya saat menyadari bahwa kini semua pandangan mata tertuju padanya. O, bahkan ia tak lagi mendengar koar-koar si Ketua Komite Disiplin berambut blonde tersebut.

Gadis itu segera berjongkok dan mengucapkan kata penyesalan alias 'maaf, aku tak sengaja' berulang kali pada murid yang wajahnya masih mencium lantai lapangan tersebut. Si gadis langsung menarik sebelah lengan siswa itu untuk membantunya berdiri dan menanyakan apakah ia terluka atau apa; berusaha sebisa mungkin untuk menyangkal kenyataan bahwa hampir seluruh manusia di lapangan ini memfokuskan perhatian pada mereka berdua.

Namun itu hanya sebentar sebelum suara menggelegar khas Ketua Komite Disiplin kembali mengudara.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN? NONTON OPERA? DASAR GA FOKUS! OTAK LAMBAN!"

Dan teriakan itu sukses membuat tak hanya para siswa baru, namun anggota Komite Disiplin lainnya nyaris kena serangan jantung dan menyumpahi si Ketua dalam hati mereka.

Begitulah, semua kembali ke rutinitas sebelumnya. Suasana tenang kembali lagi menjadi hiruk pikuk dan terjadi saling dorong dan saling tabrak di sana-sini ketika para murid baru bergegas untuk berbaris pada posisi yang tepat. Untuk murid baru yang notabene tidak memiliki kekuatan apa-apa sih, lebih baik menurut saja daripada kena labrak. Dalam hati, si gadis berterimakasih pada Ketua Komite Disiplin yang secara langsung mampu membuat perhatian yang lain kepadanya buyar.

Karena simple saja, malu sekali. Coba kau bayangkan demikian.

"Kau benar tidak apa-apa, kan?"

Si gadis, bersama dengan pemuda yang tadi 'dijatuhkannya', kembali bergegas berjalan mencari barisan. Rupanya si gadis merasa belum yakin jika pemuda di sampingnya fisiknya baik-baik saja jatuh ndelosor seperti itu. Ah, jika fisiknya memang baik, setidaknya mungkin mentalnya yang terluka akibat harga diri yang tercabik karena jatuh di depan umum pada hari pertama masuk sekolah.

Anggap saja ini kenangan.

Tetapi tampaknya si gadis musti berlega diri dan mengucap syukur ketika sebuah senyuman lebar dan hangat merekah di bibir tersebut. Belum lagi dengan wajah putih kecoklatannya yang tampak segar dan ceria di tengah hawa menyengat musim panas ini.

"CEPETAN! KALIAN INI BERJALAN SAJA LAMBAT, APALAGI UNTUK BERPIKIR?" suara sang Ketua Komite masih terdengar menghardik para murid baru yang masih sibuk untuk bergerak lebih cepat di lapangan yang sudah penuh sesak ini.

"Ah, tidak apa-apa. Tidak sakit, kok," setelah sempat terdiam beberapa saat untuk menormalkan telinga yang mendadak berdenging –terimakasih pada sang Ketua Komite–, pemuda itu menjawab pertanyaan si gadis sebelumnya sembari meringis, menunjukkan deretan giginya yang rapi dan putih yang jika diramatisirkan, maka akan berkilau dan menimbulkan bunyi 'cling' layaknya di iklan pasta gigi.

"Begitu…," ujar si gadis lirih. Entah ia sadar atau tidak, tetapi ia telah memerhatikan senyuman pemuda itu lebih lama dari yang seharusnya.

Dan itu fatal ketika kedua mata coklatnya tidak ia gunakan untuk melihat ke arah mana ia melangkah.

BRUKH!

"Aw!" lirih sang gadis sembari mengelus kepalanya dan sedikit terjajar ke belakang. Pemuda berambut coklat yang sedari tadi berjalan di sampingnya, refleks ikut berhenti dan memegangi kedua lengan si gadis sebelum gadis itu jatuh terduduk di lantai lapangan.

"Kau tidak apa-apa?" Kini giliran si pemuda yang bertanya cemas.

"U-uh, aku tidak apa-apa. Terimakasih," ujar si gadis sembari tersenyum, belum sadar sama sekali akan apa yang baru saja terjadi –atau lebih tepatnya, apa yang barusan ia tabrak dan kini tengah melototi mereka berdua dengan berang.

"Ck! Bukannya minta maaf, malah asyik-asyikan bermesraan begitu."

Dan barulah mereka sadar.

Si gadis menolehkan kepalanya ke depan dan saat itu pula, dua manik hitam kecoklatannya bertemu dengan sepasang bola emerald yang memandangnya dengan tatapan sinis bercampur angkuh.

Di depannya berdiri tegak seorang pemuda yang bersedekap dan sedikit mengangkat dagunya. Dalam hati, si gadis merutuki hari baiknya sekarang ketika menyadari dari seragam pemuda itu, bahwa ia adalah salah satu dari anggota Komite Disiplin sekolah ini.

Betapa mujurnya hidupnya.

Betapa me-nyinetron-nya hidupnya!

"Annesia Saraswati," emerald itu sekilas mengarah pada name tag di atas bagian dada jas si gadis, lalu beralih ke benda yang sama yang terpasang di jas si pemuda, "Dan Antonio F. Carriedo…," kini pandangan pemuda yang memakai seragam seperti anggota Komite Disiplin itu mengarah pada kedua mata Nesia dan Antonio secara bergantian, "Aku tahu tempat yang paling asyik bagi pasangan macam kalian untuk bermesraan. Bagaimana?"

Hari pertama SMA yang konyol dan memalukan.

Penuh dengan keabsurdan dan kesalahpahaman.

Tetapi, justru dari sanalah cerita ambigu dan membingungkan ini berawalkan.

Ya, lebih baik kisah ini diceritakan dari point of view si gadis berambut hitam dan bermata coklat tersebut saja.

Annesia Saraswati.

"Ka-kami tidak pacaran!"

Ah, jika Komite Disiplin bisa ditentang, MOS mana mungkin menakutkan untuk sebagian besar murid baru.


Bersambung

Note:

Maaf pendek, ini hanya prolog saja ^^ Saya janji, jika ada yang berminat untuk membaca lebih lanjut, akan saya update secepatnya. Dan maaf jika idenya terkesan pasaran; high school. Tetapi ini baru prolog, saya berjanji jika Anda memberi kesempatan, akan mengemasnya sedemikian rupa hingga memberi kesan yang berbeda *kampanye ala calon gubernur*

Dan maklum juga jika kebetulan ada kesamaan ide ke depannya

Bagaimana tanggapan Anda? Siapa menurut Anda anggota Komite Disiplin yang salah paham pada Nesia dan Antonio?

Saran pairings? Boleh :D

Review/konkrit/saran/dukungan/pujian *plak* sangat dibutuhkan. I'll delete it if this story is not worth your time :/

Terimakasih.

-d.i.s.-