Re-publish

Naruto © Masashi Kishimoto

Cinderella © Disney

Cinderella Story © Thia Nokoru

Rate : Teen (Remaja)

Pairing : Naruto – Sakura

* CINDERELLA STORY*

Chapter 1,

Di sebuah perpustakaan tua yang gelap dan besar, tampak dua orang yang sedang mengelilingi perpustakaan tua ini.

"Hei, Sakura… Sudah belum mencari bukunya?"

Seorang laki-laki berambut kuning, terlihat sedang mengikuti seorang gadis berambut merah muda lembut. Gadis yang dipanggil dengan nama 'Sakura' itu, terlihat sedang menelusuri rak-rak buku di perpustakaan yang sudah tua ini.

"Sebentar lagi, Naruto…" jawab Sakura kepada laki-laki berambut kuning yang dipanggil dengan nama Naruto.

"Perpustakaan ini sudah tua sekali, ya…" gumam Naruto sambil memperhatikan ruangan perpustakaan. "Rasanya… seram sekali kalau malam hari…" lanjut gumam Naruto sendirian.

"Sakura! Hei, Sakura! Kau dimana?"

Naruto kehilangan Sakura, padahal Naruto hanya mengamati ruangan perpustakaan tua ini sebentar. Tapi… Sakura yang berada di depannya sudah tidak ada.

"SAKURAAA…!"

Naruto berteriak memanggil Sakura sambil berlari menelusuri lorong-lorong rak buku yang ada di perpustakaan. Naruto terus mencari Sakura. Rasanya, Naruto sudah berputar-putar di lorong rak-rak buku ini, tapi Sakura tidak juga ketemu.

"Aneh sekali. Kok, rasanya aku hanya berputar-putar saja, ya?" Naruto sadar, rasanya ia hanya berputar-putar saja di lorong-lorong rak buku.

"Sakura… Sakura… Kau dimana? Ayolah… jangan membuatku takut seperti ini, Sakura!"

Naruto terus memanggil-manggil Sakura sambil berlari menelusuri seluruh perpustakaan tua yang luas ini.

.

T_N

.

Saat Naruto dan Sakura masuk ke perpustakaan tua ini, hanya ada seorang pria yang berjaga di perpustakaan tua ini. Wajahnya putih pucat, rambutnya hitam panjang, dan matanya setajam mata ular. Naruto dan Sakura yang memang baru pertama kali masuk ke perpustakaan ini, merinding melihat penjaga perpustakaan ini.

Sakura sedang membutuhkan sebuah buku untuk tugas sejarahnya. Jadi, Sakura memberanikan diri untuk masuk ke perpustakaan tua ini yang katanya di dalamnya adalah tempat yang sangat anker.

"Kalian berdua adalah orang yang beruntung tahun ini. Jadi… selamat bersenang-senang dengan keajaiban perpustakaan tua ini…" ucap penjaga perpustakaan ini kepada Naruto dan Sakura dengan nada suara yang terdengar menyeramkan.

Naruto sama sekali tidak mengerti dengan ucapan orang itu. Sedangkan Sakura menangkap maksudnya adalah mereka bersenang-senang untuk membaca buku di perpustakaan ini, karena perpustakaan inilah yang paling lengkap data bukunya.

"Maaf, kalau boleh tahu, siapa nama anda?" Sakura bertanya kepada penjaga itu.

"Hn, untuk yang pertama dan terakhir kalinya kita bertemu, namaku adalah Orochimaru." jawab penjaga perpustakaan yang bernama Orochimaru itu dengan senyumnya yang menyeramkan.

Sakura sedikit menyesal karena telah bertanya kepadanya, "Ka-kalau begitu, aku permisi… Aku mau pinjam buku sejarah dulu…" ucap Sakura yang langsung menarik Naruto untuk segera mencari buku sejarah untuk tugasnya.

.

T_N

.

Sakura tanpa sadar mengikuti sebuah cahaya kecil berwarna merah. Awalnya Sakura pikir itu adalah kunang-kunang. Saat cahaya itu mendekat kepada Sakura dan menempel pada keningnya, Sakura rasanya seperti terhipnotis oleh cahaya itu. Sakura berjalan mengikuti kemana arah cahaya berwarna merah itu membawanya. Meninggalkan Naruto yang masih mengamati perpustakaan tua ini.

Sakura berhenti di sebuah rak-rak buku yang sudah tua, memang semuanya sudah tua, tapi… rak-rak buku di tempat Sakura saat ini, kelihatannya paling tua dan buku-bukunya pun sudah banyak yang rusak dan sepertinya sudah lama sekali tidak disentuh.

Sakura tersadar kembali, heran… dia kini sudah berpindah tempat.

"Narutooo…"

Sakura memanggil Naruto, tapi tidak ada jawaban dari Naruto.

"NARUTOOO…!"

Sakura berteriak memanggil Naruto, tapi tidak ada jawaban juga dari Naruto.

Naruto yang masih berlari-larian di lorong-lorong, berhenti ketika Naruto melihat sebuah cahaya kecil berwarna merah.

"Kunang-kunang? Di tempat seperti ini?" gumam Naruto pelan.

Naruto heran melihat cahaya kecil berwarna merah yang seperti kunang-kunang. Cahaya itu, kini mendekat pada Naruto. Sama seperti Sakura, cahaya merah itu membawa Naruto ke tempat yang sama dengan Sakura.

Naruto tersadar dan kini di depannya, Naruto bisa melihat Sakura yang sedang membelakanginya.

"Sakura! Akhirnya ketemu juga!" seru Naruto senang.

Naruto langsung memeluk Sakura dari belakang. Sakura masih terdiam di tempat ketika Naruto memeluknya dari belakang. Biasanya, kalau Naruto menyentuhnya, Sakura pasti akan langsung memberikan tinju maut kepada Naruto. Tapi… kali ini tidak, karena Sakura sedang terkejut dengan apa yang ada di depannya.

"Na-Narutoo…" Sakura bergumam pelan memanggil Naruto.

"Apa, Sakura?" Naruto masih memeluk Sakura dari belakang dan menenggelamkan kepalanya di bahu Sakura.

"Lihatlah… kedepan…" ucap Sakura pelan.

Naruto melepaskan pelukannya pada Sakura dan melihat ke depan. Mereka berdua terpana oleh keajaiban yang sedang dilihatnya.

Di depannya kini, banyak cahaya kecil berwarna-warni sedang berterbangan mengelilingi sebuah buku yang melayang-layang di depan mereka. Sakura dan Naruto penasaran dan mengambil buku yang melayang itu dengan dikelilingi cahaya berwarna-warni.

Sakura membaca judul buku tua itu. "Cinderella Story," ucap Sakura pelan.

"Ternyata perpustakaan ini menyimpan cerita dongeng anak-anak juga, ya!" kata Naruto.

"Hn," Sakura hanya mengangguk.

"Ini benar-benar ajaib, seperti sebuah sihir… cahaya itu masih mengelilingi buku itu. Ayo coba buka bukunya Sakura!" Naruto menyuruh Sakura untuk membuka buku itu karena penasaran dengan isi yang ada di dalamnya.

Dengan perlahan Sakura membuka halaman pertama buku itu, cahaya kecil yang berterbangan di sekitar buku terlihat menjauh ketika buku itu Sakura buka. Sebuah sinar warna putih terang keluar dari dalam buku dan tiba-tiba saja Sakura dan Naruto terhisap masuk kedalam buku itu.

"…." Hening.

Sekarang di ruangan perpustakaan ini kosong. Hanya ada sebuah buku yang tergeletak di lantai dengan judul Cinderella Story. Cover depan buku itu menampakkan seorang gadis berambut warna merah muda dengan seorang laki-laki yang berambut warna kuning.

"KYAAAA…! NARUTOOO…!" Sakura berteriak memanggil Naruto.

"SAKURAAA…! APA YANG SEDANG TERJADI…?" Naruto juga berteriak pada Sakura.

Setelah mereka terhisap ke dalam buku tua itu, sekarang mereka berdua melayang-layang di ruang hampa yang sekelilingnya berwarna putih. Seperti tersedot oleh cahaya putih yang menerangi mereka, akhirnya mereka berdua menghilang ditelan cahaya itu dan menghilang di ruang hampa ini.

.

T_N

.

Bruk, bruk, bruk, bruk…

Terlihat tiga orang gadis sedang melempari baju-baju kotor kepada seorang perempuan yang sedang berdiri dengan kepala dan badannya yang sudah tertimbun oleh tumpukan baju-baju kotor yang bau dan sepertinya sudah sebulan tidak dicuci.

"Eh… Kok, gelap, ya?"

Kenapa pandangan mataku gelap sekali?

"Ughh… Bau banget, sih!"

Kok, aku tidak bisa bergerak? Apa ini?

Aku berusaha menyingkirkan benda yang menimbun tubuhku ini sampai ke kepalaku. Sepertinya ini adalah tumpukan sebuah baju. Aku menarik tumpukan baju yang menutupi kepalaku, dan kini kulihat di depanku ada tiga orang gadis yang sedang mengaduk-ngaduk lemari pakaian yang sangat besar.

Siapa mereka? Seenaknya melempariku dengan baju-baju kotor ini! Menyebalkan!

"Hei! Apa yang kalian lakukan, hah!" bentakku kepada tiga gadis itu.

Kini, mereka bertiga menoleh kepadaku dengan tatapan yang sangat menyeramkan. Aku tahu mereka bertiga, mereka adalah Tsunade, Ino dan Tenten. Tsunade adalah kepala sekolah di sekolahku, dan terkenal dengan kekejamannya. Sedangkan Ino dan Tenten adalah sahabat baikku.

"Hei… Ino, Tenten, sedang apa kalian? Kenapa kalian memakai pakaian seperti itu? Oh ya, bisakah kalian membantuku keluar dari tumpukan baju-baju yang bau ini?" Sakura meminta tolong kepada dua sahabatnya itu.

"Kau pikir kau itu siapa, hah? Jangan seenaknya memanggil kami dengan nama saja! Panggil kami Nona Ino dan Nona Tenten! Mengerti?"

Seorang gadis berambut pirang dan dikuncir ekor kuda yang bernama Ino membentak Sakura dengan kencang.

"He? Kenapa kau membentakku, Ino? Kau sedang latihan drama, ya?" Sakura yang dibentak agak sedikit kesal juga.

"Sakura! Jangan banyak bicara! Sebaiknya kau cepat cuci baju-baju itu sekarang juga!" Tsunade dengan membentak Sakura, menyuruh Sakura untuk mencuci seluruh baju kotor yang menimbun dirinya itu.

"Cepat kau cuci Cinderella Sakura! Cuci sampai bersih dan wangi baju kami bertiga itu!" Perempuan dengan dua buah konde di kepalanya yang bernama Tenten, berteriak kepada Sakura.

"Apa? Cinderella Sakura? Maksudmu apa, Tenten?" Sakura bingung, dia dipanggil Cinderella Sakura?

"Jangan banyak tanya Sakura! Sebaiknya kau cepat cuci baju-baju itu sampai bersih!" Tsunade berteriak lagi kepada Sakura. Sakura sedikit merinding dengan teriakkan Tsunade itu.

Sakura memasukan tumpukan baju-baju itu ke sebuah keranjang yang sedang dipegangnya. Sakura masih belum mengerti dengan situasinya ini. Tapi Sakura tahu, dia yang memegang sebuah keranjang pasti memang untuk mencuci baju-baju ini.

"Oh ya… di mana aku bisa mencuci baju ini?" Sakura bertanya pelan, dan sedikit takut juga.

"Kau ini habis terkena amnesia? Atau habis kejedot kepala merah mudamu itu, Sakura? TENTU SAJA DI SUNGAI!" Ino menjawab dengan galak sekali kepada Sakura.

"Huh! Kalian ini kenapa, sih?" tanya Sakura bingung.

Sakura masih bingung. Tapi sedetik kemudian, setelah bertanya dengan kesal kepada mereka, Sakura langsung berlari menuju pintu keluar karena ditatap tajam oleh tiga perempuan yang terlihat seperti iblis itu.

"Kenapa sih dengan mereka? Lagipula di mana ini?"

Aku memperhatikan sebuah rumah dua lantai yang sederhana, dan rumah ini tidak ada unsur jepangnya sama sekali. Lalu, di depan rumah ada sebuah pagar kecil dari kayu yang mengelilingi rumah ini. Halaman depannya lumayan luas juga. Di pinggir halaman ini ditanami berbagai macam bunga yang warna-warni. Dan aku melihat kesekitar, ini bukan di Konoha tempatku tinggal! Dimana ini, ya?

Aku melihat keranjang yang kubawa, sepertinya memang harus kucuci baju ini.

"Eh, tunggu… rasanya aku ingat sesuatu! Bukannya tadi aku sedang berada di perpustakaan bersama Naruto? Lalu… lalu… tiba-tiba pas aku sadar, aku sudah berada dalam tumpukan baju itu."

Hmm… sepertinya kalau tidak salah, apa benar aku masuk ke dalam cerita dongeng barat itu? Tadi mereka bilang aku ini Cinderella? Aku melihat pantulan diriku di kaca jendela rumah yang besar. Aku memakai baju terusan selutut dengan lengan panjang berwarna biru muda, lalu ada celemek warna putih di luarnya. Aku menggunakan ikat kepala warna putih, benar-benar penampilan seorang Cinderella yang ada di buku cerita.

TUK!

"Aduuhh…"

Seseorang dari jendela atas menimpukku dengan buah apel. Aku meringis sakit sambil melihat siapa yang menimpukku.

"Hei! Kau! Sedang apa di sana? Cepat cuci baju itu! Jangan kembali kalau kau belum mencuci semua baju-baju itu, mengerti?" Ino berteriak dari jendela atas lantai dua kepadaku yang berada di bawah.

"Dasar! Orang-orang kejam!" gerutuku kesal.

Aku segera keluar dari halaman rumah ini dan mencari sungai tempat aku akan mencuci baju. Aku berjalan menuju sebuah tempat yang bisa dibilang seperti sebuah hutan kecil. Aku masuk ke dalam hutan itu dan benar saja… di dalam hutan kecil terdapat sebuah sungai kecil yang airnya jernih. Aku menaruh keranjang baju itu di pinggir sungai dan duduk di sebuah batu yang besar yang ada di pinggir sungai ini.

"Masa aku harus mencuci baju sih?" gerutuku sebal.

"Hmm… Kalau aku masuk ke cerita Cinderella dan menjadi Cinderella-nya, berarti Tsunade tadi adalah ibu tiriku, dan… Ino dan Tenten adalah kakak tiriku, begitu?" pikirku.

"Bukannya di cerita Cinderella, kalau Cinderella itu selalu disiksa oleh ibu dan kakak tirinya, ya? Berarti aku akan disiksa oleh mereka, dong?" pikirku lagi.

"KYAAAA… AKU TIDAK MAU DISIKSA OLEH MEREKA! SESEORANG TOLONG KEMBALIKAN AKU KE DUNIAKU SEKARANG JUGA…! AKU MAU PULAANGGG…!"

Aku berteriak sekeras-kerasnya, berharap siapa saja penyihir atau dukun sekalian bisa membawaku pulang ke duniaku sekarang juga.

Srak… srak… srak…

DEG

Aku menoleh ke belakangku, aku mendengar ada suara-suara yang bergerak menuju kemari dari balik semak-semak yang ada di belakangku.

Srak… srak…

Suaranya semakin dekat. Aku berdiri dari dudukku di batu. Memperhatikan siapa yang sedang menuju kemari. Duh… rasanya jantungku mau copot, saking takutnya sampai berdebar dengan cepat sekali.

DEG

Aku menelan ludah ketika ada sebuah tangan yang keluar dari semak-semak itu. Aku bersiap memegang keranjang baju untuk menghajar orang itu kalau-kalau orang itu adalah orang jahat.

"Eh? I-itu bukannya…"

"Sakura?"

Yang keluar dari semak-semak ternyata adalah Naruto.

"Narutooo…"

Aku memanggilnya, dan masih tidak percaya karena ternyata sekarang di depanku ada Naruto yang bersamaku tadi di perpustakaan.

"SAKURAAA…!"

Naruto berlari kearahku dan memelukku dengan erat, sangat erat sekali.

"Naruto..." gumamku pelan.

Rasanya aku ingin menangis. Ternyata aku tidak sendiri terjebak di dunia buku ini. Aku membalas pelukan Naruto, ternyata dipeluk oleh Naruto membuatku sangat nyaman dan hangat.

"Sakuraa… Aku senang bertemu denganmu lagi…!" Naruto berkata lirih padaku.

"Hei, kita terjebak di buku Cinderella Story itu!" Aku melepas pelukan Naruto dan menatapnya.

"Aku tahu! Bagaimana kita bisa keluar dari sini, ya?" Naruto bertanya sambil berpikir.

"Hebat sekali kau sudah menyadarinya, Bodoh!" ucapku.

"Hei, selalu bilang aku bodoh. Aku ini sebenarnya pintar!" ucap Naruto sambil membanggakan dirinya.

"Huh! Terserah kau saja!" Aku mendengus mendengarnya.

"Sedang apa kau di sini, Sakura?" Naruto menatapku heran, dan aku sepertinya mengerti dengan keheranannya itu.

"Aku jadi Cinderella! Kau tahu? Yang jadi Ibu tiriku adalah Tsunade, dan yang jadi Kakak tiriku adalah Ino dan Tenten, sahabatku! Mereka sepertinya akan menyiksaku nanti! Lihat saja… aku disuruh mencuci tumpukan baju-baju itu!" kataku kesal. Naruto hanya mengangguk.

Aku melihat ke pakaian yang Naruto kenakan… seperti pakaian orang-orang yang tinggal di istana.

"Kau jadi apa?" tanyaku padanya. Sekilas aku bisa melihat Naruto menyeringai kecil padaku.

"Aku jadi… Ah, aku jadi pengawal di istana kerajaan!" kata Naruto dengan cengiran lebarnya.

"Benar, 'kah? Lalu kenapa kau bisa ada di sini Naruto?" Aku bertanya lagi.

"Tiba-tiba saja aku dikejar-kejar oleh orang yang ada di istana, lalu aku kabur kemari, dan mendengar kau berteriak dan aku langsung kesini," Naruto mengucapkannya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang terlihat tidak gatal.

"Begitu,"

Tidak Naruto dan Sakura sadari, ada beberapa orang pengawal istana yang mengintai mereka berdua dari balik semak-semak. Dengan perlahan mereka yang berjumlah sekitar 7 orang keluar dari semak-semak dan langsung menangkap Naruto yang sedang berbicara dengan Sakura.

"Kyyaaa… Narutooo…! Siapa kalian? Lepaskan Narutooo…!" Sakura berteriak pada orang-orang yang tiba-tiba menangkap Naruto.

"Diam kau, orang luar!" Salah satu pengawal itu membentak Sakura.

"Tenanglah Sakura… Aku tidak apa-apa, aku akan menunggumu datang nanti. Kita akan bertemu lagi." ucap Naruto.

Naruto tersenyum lembut pada Sakura, dan Naruto berjalan pergi bersama pengawal istana itu.

"Aku sendirian lagi… Ughh… Kenapa aku harus mencuci baju-baju ini? Menyebalkan!" Sakura akhirnya melakukan kerjaannya mencuci baju itu sambil menggerutu kesal. Yang dibawanya hanya 10 potong baju, sisanya masih menumpuk di rumah.

.

T_N

.

Di kediaman kerajaan,

"Kenapa kau kabur seperti ini? Ayah hanya ingin kau segera menikah, umurmu sudah 17 tahun, dan kau sebentar lagi akan menggantikan posisi Ayah!"

"Terserah Ayah!"

"Naruto, jangan seperti anak kecil. Besok lusa acaranya, Ayah sudah menyuruh pengawal untuk menyebarkan undangan kepada rakyat, khususnya untuk para putri yang ada di negri ini. Pasti salah satu dari mereka ada yang akan menarik hatimu." kata sang Raja.

"Hn," Naruto hanya mengangguk-angguk mendengar ayahnya berbicara.

Ternyata Naruto adalah seorang Pangeran.

"Maaf mengganggu Raja dan Pangeran, aku sudah menyebarkan undangan ke seluruh negri ini." Seorang pria bermasker dan mempunyai warna bola mata yang berbeda mengahadap sang Raja.

"Bagus, Kakashi! Bagaimana respon dari para putri?" sang Raja bertanya.

"Semua putri yang ada di negri ini sangat senang. Mereka sepertinya sangat ingin menjadi pasangan dari Pangeran, Raja." ucap sang pengawal yang bernama Kakashi.

"Bagus! Kau boleh pergi,"

"Baik," Sang pengawal pergi dari hadapan Raja.

"Persiapkan dirimu Naruto… Sebentar lagi acara pestanya. Ayah ingin saat itu juga kau mendapatkan seorang pendamping hidupmu." ucap sang Raja, Ayah Naruto.

"Baik, Ayah! Lagi pula aku sudah menemukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupku! Semoga saja dia datang ke acara pesta nanti!" ucap Naruto senang.

"Baguslah kalau begitu. Kenalkan pada Ayah, ya…" sang Raja langsung beranjak keluar dari tempatnya duduk di kamar Naruto.

"Apa Sakura akan datang, ya?" gumam Naruto.

.

T_N

.

Malam hari di kediaman Sakura. Setelah Sakura mencuci baju, Sakura disuruh membersihkan rumah, berbelanja di pasar, lalu memasak untuk mereka semua. Sekarang karena sangat lelah, Sakura berbaring di kamarnya yang ada di dekat dapur—dekat pintu belakang rumahnya.

"Lelah sekali…" keluh Sakura.

Nyaman sekali rasanya tiduran di kasur, walau tidak seempuk kasurnya yang ada di rumahnya.

"Baru kali ini aku merasakan yang namanya nyaman tidur di kasur…" gerutu Sakura.

Rasanya semua badan Sakura mati rasa. Makanya saat mengistirahatkan tubuhnya di kasur, Sakura benar-benar merasakan nyamannya tidur di kasur karena dia sangat lelah. Saat Sakura mau menutup kedua matanya dan berniat untuk tidur,

BRAKK

Ino dan Tenten mendobrak pintu kamar Sakura. Sakura sangat kaget dan langsung bangun dari tidurnya.

"Kalian ini bisa tidak sih, mengetuk pintu dulu kalau mau masuk ke kamar orang!" Sakura marah kepada mereka berdua.

Bruukk

Ino dan Tenten melemparkan dua buah gaun pesta kepada Sakura.

"Besok tolong kau cuci sampai bersih dan wangi, setrika yang rapi, jangan sampai masih ada bagian yang kusut! Karena lusa, kami mau pergi ke acara pesta dansanya Pangeran!" Ino menunjukkan kesombongannya kepada Sakura.

"Cih, sombong sekali…" gerutu Sakura pelan.

"Jaga baik-baik gaun kami itu, ya! Awas kalau sampai terjadi apa-apa pada gaun kami! Ibu pasti akan menghukummu!" Tenten mengancam Sakura.

"Iya… Iya… Sudah sana kalian keluar dari kamarku!" Sakura mengusir mereka berdua dari kamarnya. Ino dan Tenten sepertinya tidak suka dengan pengusiran Sakura.

"Ibuuu… Sakura mengusir kamiii…!" Ino berteriak memanggil Ibunya.

Tsunade pun datang dengan wajah yang mengerikan, "Ada apa ini?" tanyanya galak.

"Sakura mengusir kami, Ibu…" Tenten merengek pada Ibunya.

Tsunade memandang Sakura tajam dan, "Saat kami pergi ke acara pesta dansa nanti, kau dilarang keluar dari rumah! Mengerti? Awas kalau sampai ketahuan, Tonton akan mengawasimu di rumah ini!" Tsunade membentak Sakura. Sakura hanya mengangguk pelan, untungnya yang diterimanya hanya sebuah bentakan, bukan perlakuan fisik.

Kini, ketiga orang itu pun sudah keluar dari kamar Sakura.

"Haahh… Menyebalkan! Lagipula, siapa juga yang mau kesana? Naruto pasti akan mencariku di sini, karena ia seorang pengawal istana. Dia tahu kalau aku ini Cinderella, tapi… kalau aku datang ke istana, pasti lebih mudah untuk bertemu dengan Naruto. Tapi… bagaimana kalau pangeran nanti memilihku? Dan Naruto pasti akan cemburu padaku! Aku tidak mau membuat Naruto sakit hati! Eh… apa kataku?" Sakura menggumam sendirian. Tiba-tiba wajahnya memerah setelah kata-kata akhirnya.

"Kenapa denganku? Apa aku menyukai Naruto…? Kenapa aku bilang tidak mau melihat Naruto sakit hati, ya?" Sakura mengingat masa-masanya bersama Naruto di dunia nyata.

Sakura dan Naruto adalah teman sejak kecil. Naruto menyukai Sakura sejak Naruto kelas 6 sekolah dasar. Sakura tahu kalau Naruto sangat tulus mencintainya, sekarang mereka berdua sudah menginjak kelas 3 SMA di Konoha. Selama ini Naruto selalu menyatakan perasaannya kepada Sakura, bahkan hampir setiap hari. Sakura awalnya hanya menganggap Naruto hanya sebagai sahabat, tapi sepertinya hatinya sedikit-sedikit luluh oleh perjuangan Naruto selama ini yang selalu setia kepadanya. Naruto juga selalu menolak para cewek yang menyatakan cinta padanya.

"Narutoo… Aku kangen padamu… Kau di mana Narutoo…?"

Tidak terasa… setetes air mata mengalir di pipi Sakura, dan Sakura langsung tertidur.

Naruto yang sedang memandang bulan dari jendela besar yang ada di kamarnya, tiba-tiba merasakan sakit dalam dadanya, Naruto khawatir dengan keadaan Sakura.

"Sakura, sepertinya aku mendengar kau memanggilku…" gumam Naruto sedih.

.

B E R S A M B U N G

.

Re-Publish

17-05-2012

.