Haaaiiiiiii minna-chan…~

Ketemu lagi sama aku #emangpernahketemu? *dor

Saya akan membuat sekuel dari fic Indh13-san yang berjudul "Buntu Ide". Semoga Indh-san tidak kecewa dengan fic abal ini ._.

Warning : Typo(s), Semi-canon, and maybe OOC

Yoroshiku ne minna-chan!

Disclaimer : Fairy Tail alweees punyanya Hiro Masahima.

Goodbye, Gray !

Chapter 1 : Awal dari Masalah

.

.

.


(Third Person's POV)

Siang itu, siang yang cerah di kota Magnolia. Semua orang melakukan aktifitas-aktifitas mereka masing-masing. Mulai dari berjualan, menarik pelanggan, dan oh jangan lupa dengan toko roti yang disukai oleh sang Titania itu, dia bahkan bangun pagi-pagi untuk menyiapkan cake spesial untuk Erza.

Mereka semua sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Namun ada juga yang tidak begitu semangat. Ada yang seperti baru bangun tidur, dan ada juga yang berjalan gontai.

Tapi tidak dengan dua sosok ini. tangan mereka saling bertautan, muka mereka sangat sumringah. Memancarkan aura kebahagiaan bagi setiap yang melihat mereka. Sungguh senangnya. Memang ada apa dengan mereka?

Kalian lupa? Dua insan ini baru menjalin hubungan yang lebih dalam lagi dari sekedar sahabat baik. Sang pemuda mengatakannya dengan sangat romantis dan bisa dibilang hot karena dia menyatakan tanpa memakai pakaian. Sedangkan sang blondie terkaget-kaget mendengar pernyataannya. Memang dia suka, tapi apakah mage es satu itu dalam mode serius? Dan 2 buah ciuman telah dibuktikan oleh pemuda itu.

Dan di sinilah mereka sekarang, dalam perjalanan menuju guild mereka yang tercinta; Fairy Tail. Mereka siap untuk mengatakan pada semua orang di guild bahwa mereka telah menjalin hubungan.

"Aku penasaran apa yang akan mereka katakan tentang berita ini," ucap pria muda berparas tampan itu. Yang dipegang tangannya hanya tertawa kecil.

"Kenapa kau terlalu gembira dengan ini sih? Respon mereka mestinya umum lah. Mengucapkan selamat atau meminta traktiran," jawab Lucy sambil terkekeh.

"Jelaslah aku senang. Baru kali ini aku dapat mengungguli flame-head itu. Dia memang lemah dalam urusan begini," ucap Gray dengan senyum kemenangan.

Tiba-tiba Lucy berhenti. Dan mau tidak mau Gray juga ikut berhenti. Gray mendekat pada Lucy yang sedang menunduk. Rambut pirangnya itu menutupi sebagian wajah sang mage celestial spirit.

"Ada apa, Lucy? Kau ingin sesuatu?" tanya Gray.

"Kau… Melakukan ini hanya untuk menang dari Natsu 'kan? Sudah kuduga kau tidak tulus menjalin hubungan denganku," ucap Lucy dengan aura menyeramkan sebagai backgroundnya. Gray yang melihat itu agak sedikit takut juga.

"Luce… Aku tidak melakukan ini demi bola api itu. Kenapa aku harus mengorbankan cintaku hanya untuk menang dari dia? Berpikirlah jernih." ucap Gray dengan lembut. Lucy yang mendengar itu hanya mendongakkan kepalanya. Background suramnya sudah berkurang drastis. Gray menghela napas lega.

"Baiklah. Aku percaya padamu, Gray." jawab Lucy kemudian. Gray yang melihat pipi Lucy digembung-gembungkan tanda kesal, merasa geli dan akhirnya sedikit menunduk untuk menempelkan bibirnya pada pipi Lucy.

"Kau lucu sekali kalau sedang kesal, Lucyku." ucap Gray sambil tersenyum geli. Lucy hanya memerah sedikit.

Tanpa sadar, semua kejadian tadi telah menyihir semua orang untuk berdiri mematung dan mulut ternganga. Merasa diperhatikan, kedua mage Fairy Tail ini melihat sekitar. Dan benar saja, sepertinya mereka menjadi pusat perhatian.

Ada yang memerah melihat adegan mesra itu, ada yang senyum-senyum sendiri, dan lain-lain. Sedangkan tokoh utama kita ini hanya bisa nyengir dan segera menuju guild mereka.


~ Gray Lucy ~


Lucy dan Gray sampai di depan pintu guild. Sebelum membuka pintu itu, mereka berdua saling berpandangan satu sama lain. Beberapa saat kemudian mereka sama-sama menganggukkan kepala.

Mereka masuk. Dan seperti yang sudah diperkirakan mereka, semua orang melihat Gray dan Lucy dengan tatapan kaget. Semua orang yang biasanya bertarung dengan ramai itu tiba-tiba seperti dipause dari kegiatan mereka.

Melihat Gray dan Lucy saling bergandengan tangan dengan mesra bukanlah hal yang biasa yang pernah dilihat guild. Bahkan, ini pertama kalinya guild melihatnya. Gray dan Lucy yang dihadiahi tatapan tanda tanya dan kaget dari guild hanya bisa nyengir dan bonus semburat merah untuk Lucy.

Mereka berdua jalan dengan santai menuju bar. Mata semua orang guild tertuju pada mereka. Sesampainya di bar, Gray berbalik dan memeluk pinggang Lucy. Hal ini tentu saja membuat Lucy semakin memerah.

"Minna! Kali ini aku akan mendeklarasikan sesuatu. Aku dan Lucy telah menjalin hubungan!" ucap Gray lantang dan dengan percaya diri.

Mulut semua orang di guild menganga. Kalau didetailkan mungkin selebar 10 cm. sedangkan Gray hanya membalasnya dengan senyum senang dan bahagia. Lucy? Jangan tanya. Dipandangi oleh orang-orang seperti itu rasanya risih dan malu.

Kriik kriik. Beberapa saat hening. Tapi yang namanya Fairy Tail, tiada hari tanpa berisik dan kericuhan. Segera saja semua orang ramai dengan gosip yang heboh dan teriakan-teriakan selamat.

"Wooaah! Lu-chan! Selamat!" kata Levy sambil menarik Lucy ke pelukannya sehingga tangan Gray pun lepas.

"Tidak kusangka kalian berdua," ucap Erza yang dengan tenang memakan kuenya.

"Kau menyuuuuu~kainya!"

"Gray ternyata laki-laki!"

"Selamat ya Lucy-san,"

Dan berbagai ucapan aneh lainnya. Lucy hanya menanggapinya dengan mengangguk dan sedikit merona. Bagaimanapun juga ucapan-ucapan orang guild itu pertama kali dialami oleh Lucy, karena Lucy tidak pernah menjalin hubungan sebelumnya.

Di tengah keramaian seperti itu, tidak satu orang pun di guild yang menyadari pemuda berambut merah muda yang sedang duduk itu. Matanya menatap nanar pada dua insan yang baru resmi menjadi pasangan itu. Bukan, bukan karena dia kesal karena kalah. Dia merasa ada sesuatu yang menghujam jantungnya sehingga rasanya sakit sekali.

Natsu memegangi dadanya. Dia tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Melihat Lucy tersenyum senang bisa membuatnya senang juga, itu biasanya. Tapi dengan kehadiran Gray, semuanya terasa berbeda. Malah rasa sakit yang muncul di bagian dadanya.

"Ada apa ini?" tanya Natsu pada dirinya sendiri. Lama dia berpikir tapi dia tidak menemukan jawaban yang tepat. Tak lama kemudian setelah itu Natsu bangkit berdiri.

"Aku mau pulang. Kau bisa menyusulku nanti, Happy."


~ Gray Lucy ~


Seperti tidak terjadi apa-apa, Fairy Tail kembali ricuh. Elfman kembali dengan kata-kata lelakinya, dan bahkan Gray tidak lupa akan kebiasaannya; bertelanjang dada. Sementara para gadis sedang asyik bergosip dengan Lucy.

"Aku kaget lho, Lucy. Kalian bisa bersama," ujar Erza.

"Ehehehe, aku juga tidak menyangka bakal seperti ini kejadiannya," jawab Lucy dengan sedikit merona.

"Pacar pertama, eh?" goda Cana sambil menyenggol lengan blondie itu. Sedangkan Lucy hanya memandang sedikit kesal pada Cana.

Sedang asyik-asyiknya mengobrol, seorang gadis berbaju biru yang baru saja dari perpustakaan itu duduk di sebelah para gadis dan mulai membaca buku. Tanpa diketahui siapapun. Dan tanpa diketahui siapa pun, gadis itu terbelalak mengetahui isi pembicaraan mereka.

Matanya mulai berkaca-kaca mendengar semua penuturan mereka. Buku yang dia pegang mulai dia remas sampai sobek. Badannya bergetar hebat. Antara marah, sedih, cemburu dan kaget bercampur jadi satu.

Para gadis yang mendengar suara robekan kertas—robekan buku itu, langsung menoleh ke sumber suara dan betapa kagetnya mereka bahwa Juvia ada di situ. Semua langsung kaget dan bermuka merasa bersalah. Apalagi gadis berambut pirang itu, sepertinya dia lupa bahwa Gray mempunyai seorang penggila.

"Ng… anoo—"

"Apakah itu benar?" tanya Juvia memotong ucapan Lucy.

Juvia mendekati Lucy dengan mata berkilat-kilat walaupun mengeluarkan air mata. Lucy dan gadis-gadis merasa bersalah dan ketakutan pada Juvia yang dalam mode seperti itu. Lucy merutuki dirinya karena dia tidak memikirkan hal ini sebelumnnya.

"Ju-juvia… Maafkan aku," ujar Lucy menundukkan kepalanya. Juvia yang sudah sampai di depan Lucy hanya diam.

"Apakah itu benar? Bahwa kau dan Gray-sama telah…?" tanya Juvia kembali. Lucy hanya mengangguk pelan.

Emosi Juvia sudah tidak terbendung lagi. Dia mengangkat dagu Lucy, dan…

*PLAK*

"BERANINYA KAU MENDEKATI GRAY-SAMA!"

Tamparan dan teriakan itu sontak merubah guild menjadi sepi dan tegang. Semua mata tertuju pada dua orang gadis yang sedang berhadapan itu. Yang satu menunjukkan kemarahan, sedangkan yang satu menunjukkan rasa bersalah dan kesedihan.

Lucy tahu dia salah. Lucy tidak memikirkan hal ini matang-matang. Malah justru dia lupa akan mage air ini yang notabene sangat menggilai pacar barunya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Yang ada hanyalah kata maaf yang muncul dari bibirnya.

"Ma…maaf," ucap Lucy untuk yang kesekian kalinya.

Juvia masih dalam mode mata berkilat-kilat. Dia berjuang untuk cintanya selama beberapa lama dan gadis pirang ini dengan mudah mengambilnya? Sungguh tidak bisa diterima. Juvia tidak percaya Lucy akan berbuat sejauh ini. Memang Lucy masuk dalam daftar saingan cintanya, tapi Juvia tidak pernah menyangka bahwa Lucy akan benar-benar seperti ini dengan Gray-samanya.

"MAAF? KAU HANYA BILANG MAAF? KAU TIDAK TAHU BETAPA JUVIA—"

*PLAK*

Sebuah tangan kekar menghentikan ucapan Juvia. Tangan itu dengan tegas dan keras menampar pipi putih milik mage air itu. Juvia hanya melebarkan matanya, dan badannya tambah menggigil melihat siapa yang menamparnya.

"Gr-gray-sama…" ucap Juvia sambil memegangi pipinya.

"Memangnya siapa kau? Kenapa kau mengatur siapa saja yang boleh dekat denganku? Dan terlebih lagi, kenapa kau menampar PACARKU?" kata Gray dengan lantang dan penuh emosi dan menekankan kata 'pacarku'.

Semua orang di guild hanya diam dan terus memperhatikan adegan 'drama' yang dimainkan oleh tiga mage itu. Semua tidak berani menginterupsi ketiganya, takut-takut malah masalahnya nanti bertambah besar.

Juvia yang mendengar pertanyaan Gray hanya diam. Dengan cepat air matanya yang sempat dibendung keluar terjun dengan bebasnya menuju pipinya yang sedikit memar. Melihat mata Gray yang penuh dengan emosi kemarahan, membuat hati Juvia menjadi semakin ciut dan takut. Dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

Dengan begitu, Juvia langsung berlari keluar guild. Dia tidak peduli dengan air mata yang mengalir deras dan badannya yang menggigil. Yang dia pikirkan hanyalah betapa jahatnya Gray. Sebegitu teganya Gray melakukan hal ini dihadapannya dan malah menamparnya dengan keras.

Tidak ada yang menghentikannya. Mereka semua terlalu takut dan kasihan dengan Juvia. Tidak ada yang tidak tahu kalau Juvia jatuh cinta setengah mati pada Gray. Dan dilukai bahkan ditampar seperti itu hatinya pasti sakit kan? Mereka semua mengerti betapa sakitnya Juvia, makanya tidak ada satupun yang ikut campur dalam urusan mereka ini.

Setelah Juvia sudah benar-benar pergi dari guild, Gray menoleh ke arah Lucy. Lucy sedang menunduk sambil menahan tangis. Gray yang tidak tega langsung menarik Lucy dalam suatu pelukan.

"Luce… Tidak apa. Aku pasti bisa mengatasinya," ucap Gray sambil mengelus-elus punggung Lucy.

"Bukan begitu, Gray… Aku hanya, hanya seperti mengkhianati teman sendiri… Hiks," jawab Lucy sesenggukan.

"Tidak. Kau tidak mengkhianatinya karena akulah yang menyatakan cintaku padamu, bukan kau. Kau terima atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan dia," balas Gray. Lucy hanya diam dalam pelukannya.

Semuanya berlalu begitu saja. Akhirnya semua orang di guild kembali dengan aktifitas mereka masing-masing tapi tidak sericuh tadi. Gray mengantar Lucy pulang dan dia sendiri kembali ke apartemennya.

Sesampai di apartemen Lucy, Gray melepaskan tangan Lucy yang sedari tadi dipegangnya. Dilihatnya Lucy masih berwajah sedih sama seperti yang tadi.

"Luce, senyumlah. Aku akan mengatasi semua ini. aku janji," ucap Gray kemudian dia mengangkat dagu Lucy.

"Janji ya, Gray…"

Gray hanya menanggapinya dengan menempelkan bibirnya ke bibir Lucy. Lucy pun membalasnya. Bibir mereka saling berpagutan satu sama lain, tanpa menghiraukan apabila ada orang yang melihatnya.

Setelah Gray pulang, Lucy tersenyum manis. Dia bersyukur mempunyai laki-laki yang baik seperti Gray. Apa yang bisa dia lakukan untuk membalas semua yang telah dilakukan Gray padanya? Biasanya wanita lebih unggul dalam memasak. Memasak? Aha! Lucy akan membuatkan makan malam untuk Gray.


~ Gray Lucy ~


Gray menidurkan dirinya di kasur. Dia agak lelah dengan hari ini walaupun tidak ada misi yang dia jalankan. Mengurusi seorang gadis memang merepotkan, pikirnya. Dia tidak menyangka kalau Juvia akan bertindak sekeras itu pada Lucy. Itu jadi membuat dirinya semakin ilfeel dengan gadis berambut biru itu.

Bukannya Gray tidak peka. Gray tahu Juvia suka padanya. Tapi dia sendiri tidak punya perasaan khusus pada mage air itu. Perasaan khususnya itu dia peruntukkan untuk Lucy. Apakah itu salah?

Gray menghela napas panjang. Sepertinya dia harus bicara dengan Juvia baik-baik. Beberapa lama kemudian dia bangkit untuk mandi dan aktifitas lainnya.

Gray sudah akan ke dunia mimpi ketika sebuah suara ketukan menginterupsinya. Gray dengan malas bangun lagi dan membuka pintu. Dan alangkah kagetnya ketika ia melihat Juvia.

"Ju-juvia? Kenapa kau ada di sini?" tanya Gray yang kaget. Juvia hanya diam. Tiba-tiba tangannya mendorong Gray. Gray yang kaget dengan reaksi Juvia langsung jatuh terpental.

Dengan segera Juvia mengangkat Gray dengan waterlocknya menuju ke tempat tidur Gray. Gray yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa kaget dan tidak bisa berbuat apa-apa. Juvia dengan garang menghentakkan Gray di kasurnya sendiri dan melepaskan sihir waterlocknya.

Juvia segera menindih tubuh Gray dengan tubuhnya ketika dia lihat Gray berusaha untuk bangun. Gray bertambah kaget ketika Juvia mulai melepaskan pakaiannya. Dan dia sendiri pun lupa kapan dia melepas pakaiannya sendiri.

"Ju-juvia… Apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku Juvia!" teriak Gray frustasi. Juvia hanya diam saja dan melanjutkan pelepasan pakaiannya sendiri.

Sampai Juvia hanya berpakaian dalam saja, Juvia mendekat pada wajah Gray dan menjilat seluruh wajahnya. Gray yang sudah tidak tahan dengan perlakuan aneh Juvia berusaha menggerakkan tangannya yang ditahan oleh paha Juvia. Tapi sayangnya tidak berhasil. Sebagian besar kekuatannya sudah diserap oleh waterlocknya Juvia.

"Juvia! Apa yang kau lakukan?" tanya Gray lagi dengan marah yang luar biasa. Juvia berhenti akan aktifitasnya dan menatap Gray dengan pandangan lapar dan nafsu. Juvia mengelus-elus pipi Gray.

"Gray-sama… Kau harus jadi milikku, apapun yang terjadi kau harus jadi milikku," ucap Juvia dengan nada seduktif. Juvia mengambil tangan lemas Gray dan menaruhnya di bagian dada Juvia.

"Sentuhlah aku… Gray-sama… sentuh aku…" setelah itu Juvia menutup bibirnya dengan bibir Gray.

Juvia menyuguhkan sebuah ciuman panas bak seorang artis professional. Lidahnya memagut lidah Gray yang tidak sekalipun membalasnya. Gray hanya berusaha untuk menyingkirkan gadis ini namun dia tidak bisa karena energinya habis. Bahkan dia tidak bisa memindahkan tangan yang menyuruhnya untuk menyentuh benda empuk itu.

Walaupun begitu, Gray juga seorang lelaki. Lama-kelamaan pertahanannya akan ambrol jika dia terus disuguhi seperti ini. apalagi tangan Juvia yang semula memegang pipi Gray sekarang mulai menjamah bagian Gray dengan nakal. Gray berteriak minta tolong dalam hati. Siapapun itu, tolonglah.

Dan memang, bala bantuan datang.

"OOIIII ICE-BRAIN! AKU PINJAM PANCINYA BOLEHH?" teriak seseorang di luar apartemen. Karena tidak ada jawaban dan pintunya terbuka, mage api itu langsung masuk tanpa aba-aba.

"HOOOI ES SIALAN! DI MANA KAU? ES—" ucapan Natsu terhenti karena dia melihat adegan Gray dan Juvia.

"Gr-gray…" ucapnya kaget dan marah. Sedangkan Juvia berhenti dalam aktifitasnya dan memandang Natsu dengan penuh senyum senang.

"Natsu… Ini tidak yang kau pikir—"

"GRAY! BERANI-BERANINYA KAU MENGKHIANATI LUCY!" teriak Natsu marah dan langsung berlari keluar menuju apartemen Lucy.


~ To Be Continued ~


Bagaimana minna-chan? Ini nggak ganti rate kan *lirik atas*

Terkesan drama banget deh ._.a

Yoroshiku ne! dimohon repiunya sebanyak-buanyaknya! #reader : emangnya elo siapa? *gantung diri*

Menurut kalian konsepku ini bagaimana?

RnR ?