Catatan: buat seorang penulis bermental masochist akut, flame adalah penyemangat utama. Jadi meskipun sedang kena tipes dan flu, terpaksa meluangkan waktu untuk membuat fic yang dipersembahkan khusus untuk Laguna Stream. Omong-omong soal laguna, mendadak keinget film Blue Lagoon, yang menjadi inspirasi utama kisah ini. Jangan dianggap serius ya, anggap aja fic iseng. ^^
Disclaimer: Masashi Kishimoto dan Blue Lagoon
Icha Icha Paradise Difilmkan
Chapter 1 Tes Seleksi Pemain
.
.
.
Dengan santai pria berwajah tampan dengan rambut perak itu beranjak dari kursinya, mengambil salah satu novel kesukaannya yang tergeletak di kursi kamarnya yang semakin hari semakin berantakan. Bantal dan seprai entah kapan terakhir masuk laundry, pakaian pun antara yang bersih dan kotor bercampur baur sembarangan, dan yang paling parah, langit-langit kamar dipenuhi oleh sarang laba-laba. Mana ada waktu untuk berbenah, kalau mau kamar yang rapi lihat aja kamar Iruka tuh, elak Kakashi Hatake sambil menaiki jendela kamarnya, lalu mulai membaca novel itu, Icha Icha Paradise. Kakashi memang biasa membiarkan kamarnya berantakan kalau ia belum menyelesaikan novel pujaannya itu, agar dapat moodnya, katanya selalu. Entah mood macam apa yang dia maksud.
"Sayang sekali Jiraiya sudah meninggal, padahal aku masih mau membaca terusannya," Kakashi menatap langit dengan sendu. Wajah tampannya terlihat semakin menarik jika dia berpose begitu, tatapan mata sendu lengkap dengan alis tajam. "Apa yang kira-kira terjadi dengan tokoh Naruto di sini ya? Apa dia akhirnya berhasil mendapatkan…"
Mendadak sebuah gulungan kertas terbang dari dalam novelnya. Dengan heran Kakashi memicingkan sebelah matanya, lalu dengan kecepatan kilat ia mengambil dan membaca gulungan itu.
Kau pasti kaget ketika membaca ini kan?
Wajah Kakashi masih saja datar seperti biasa. Belum tahu gulungan apa yang dimaksud kenapa harus kaget segala? Lelucon apa ini? Apa ada yang tengah mempermainkannya? Seingat dia, ulang tahunnya masih dua minggu lagi.
Gulungan ini hanya bisa muncul jika salah seorang pembaca novelku telah membaca ulang karyaku sebanyak dua ratus kali dalam waktu kurang dari sebulan. Dalam gulungan ini terdapat permintaan terakhir dari seorang Sannin super pervert Jiraiya.
Kakashi langsung menahan napas karena dua hal. Pertama, terharu karena bangga dia yang mendapatkan gulungan itu, sedangkan yang kedua karena dia takut mendapatkan perintah yang aneh-aneh dari salah satu legenda Konoha tersebut. Pelan-pelan, Kakashi terus membuka gulungan dalam tangannya, berharap dirinya tetap aman tak ternoda.
Bersama dengan gulungan ini, aku mengikutsertakan akun tabungan dan nomor pin utamaku di desa Suna, yang kuberikan khususmu. Tetapi, jangan berharap aku memberikan uang secara cuma-cuma, ya.
Cih, aku sama sekali tidak berharap kok! Kakashi langsung membela diri. Lagipula uang buat apa? Wahh, lumayan juga untuk buat liburan ke pulau tropis terdekat bersama Anko, lagipula belakangan ini Tsunade sangat menyebalkan dan terlalu menuntut…
JUMLAH UANG MACAM APA INI?
Kakashi langsung membelalakkan kedua matanya yang perak saat melihat jumlah yang sangat besar di rekening yang disebutkan itu. Dengan uang sebanyak itu, ia bisa bertingkah jauh lebih parah daripada para pembesar minyak di desa Suna. Ia bahkan bisa membeli harga diri si sombong Sasuke Uchiha.
Misimu dengan uang itu adalah memfilmkan cerita Icha Icha Paradise, lengkap dengan adegan syur yang mampu membakar ranjang, membumihanguskan otak, dan mengubah penonton yang lugu menjadi pecandu seks.
Kakashi sulit menelan ludahnya saat membaca kata-kata dalam lembaran itu. APA MAKSUDNYA IA YANG HARUS MEMFILMKAN ADEGAN ICHA ICHA PARADISE? LAGIPULA SIAPA YANG MAU JADI PEMERANNYA?
Dalam pembuatan film ini, kau akan dibantu oleh para bawahan maupun temanku, yang dalam waktu bersamaan akan mendapatkan gulungan yang sama sepertimu. Lagipula Tsunade pasti mau menuruti semua perintahmu jika kau mengatakan ini, "malam purnama di atas desa Konoha."
Kakashi membuka matanya lebar-lebar, antara percaya dan tidak percaya. Rasanya kepalanya mendadak pening sekali. Sebenarnya apa sih ini? Jika ini mimpi, maka biarkanlah aku terbangun.
Bila misimu telah selesai, maka kau akan mendapatkan Icha Icha Paradise edisi terbatas lengkap dengan boneka aksi kedua pemeran utama yang bisa bergerak layaknya manusia biasa.
Kedua mata perak itu langsung berkilat tajam bagaikan elang, siap menyambar mangsa. Kakashi langsung bergegas mencari para teman sekaligus bawahannya, Tsunade, juga para pemeran utama yang akan terpilih untuk memainkan adegan memukau paling legendaris dalam sejarah novel asusila dengan latar banjir darah, pedang, dan air mata. Bersiap-siaplah, Konoha, sambutlah sutradara Kakashi!
.
.
Naruto yang sedang asyik memakan ramen bersama Choji dan Shikamaru mendadak merasakan firasat yang sangat tidak enak. Rasanya ada hawa jahat yang akan menyergapnya hidup-hidup, lalu memakannya dengan lahap. Ia langsung mencari-cari dari mana hawa jahat itu berasal, namun tidak berhasil menemukan apa-apa. Shikamaru yang sedari tadi memperhatikannya pun bertanya heran. "Ada apa denganmu, Naruto?"
"Ehh, sepertinya ada yang sedang memperhatikanku dari jauh!"
"Tenang saja, tidak ada gadis bodoh yang tergila-gila padamu di daerah sini." Shikamaru tertawa pelan, menggoda Naruto. "Kalau ada yang memperhatikanmu, paling-paling hanya kucing kelaparan yang minta diberikan sedikit ramen, tuh."
"Kau jangan berkata begitu, Shikamaru!" Choji mendadak ikut bersuara. "Naruto, kalau kau tak mau menghabiskan ramenmu, berikan saja kepadaku!"
"Enak saja!" sergah Naruto, lalu langsung melahap ramennya sampai tak bersisa. Meskipun begitu, firasat jeleknya masih saja ada dan mengikutinya. Namun, seperti biasa, Naruto tetap berpikiran positif dan berusaha tidak mengindahkan perasaan seperti itu.
Ia sama sekali tidak menyadari bahwa nantinya ia akan menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah perfilman di seluruh dunia ninja.
.
.
Kelas pagi itu mendadak dibatalkan tanpa pemberitahuan lebih lanjut. Naruto dan kawan-kawan tentu saja bingung luar biasa, apalagi dengan kemunculan para ninja lainnya dari berbagai desa, ditambah dengan kemunculan para Akatsuki. Benar, tidak salah, kemunculan para Akatsuki, mulai dari Itachi, Sasori, Hidan, bahkan Pain.
"Wuaahhh!" Naruto berdecak antara kagum dan kaget saat ia melihat para teman dan musuhnya yang muncul secara bersamaan. Yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah penampilan Kakashi yang luar biasa menawan dengan jubah perak dan sebuah alat pengeras suara. "Ada apa sih sebenarnya?"
Sasuke yang melihat kakak lelaki yang paling dibencinya sampai ke tulang sum-sum langsung bergerak, ingin menyerang Itachi, namun dengan cepat para anggota Anbu, Akatsuki, bahkan Tsunade mencegahnya.
"APA MAU KALIAN? BIAR KUBUNUH BAJINGAN ITU!" Sasuke berontak dengan liar. "JANGAN HALANGI AKU!"
"Kami takkan menghalangimu." Sasori melangkah maju. "Tapi kami semua berada di sini karena kami terikat oleh perjanjian, yang bahkan membuat roh kami yang telah mencapai nirwana ditarik kembali."
"Hah?" Shikamaru yang mendengar penjelasan Sasori langsung mengerutkan keningnya. "Maksudmu, Hidan yang berada di sana sebenarnya…" wajah yang selalu tampak cuek itu tersenyum puas. "Baiklah, aku mengerti."
"Aaah, hari ini indah sekali…" Sakura mendadak maju, lalu berjalan menuju Sasuke. Sudah bertahun-tahun ia tidak bertemu dengan sang pujaan hati, apalagi sejak Sasuke meninggalkan desa demi menjadi murid Orochimaru. "Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, Sasuke…"
Pria yang dimaksud tidak menghiraukan Sakura sama sekali, dan terus mengawasi Itachi dengan pandangan penuh nafsu. Entah nafsu seperti apa, yang pasti bukan nafsu untuk melakukan adegan yaoi dan semacamnya. Sementara itu Rock Lee entah kenapa merasa sangat sebal dan kesal, cemburu dengan Sasuke rupanya.
"Naruto-kun, aku merasa takut…" Hinata seketika saja sudah berada di belakang Naruto, menggigit bibirnya. "Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kita semua berkumpul di ruangan ini?"
"Aku juga tidak paham sama sekali, Hinata. Tapi tenang saja, apapun yang akan terjadi, aku akan selalu melindungi kalian semua." Naruto meyakinkan Hinata, lalu tersenyum lebar. "Tenang saja, oke?"
Hinata mengangguk pelan.
Tak lama terdengar pengumuman dari Kakashi, yang berbicara dengan keras dengan bantuan pengeras suaranya. Semua yang berada di sana langsung terdiam.
"HARI INI AKU, KAKASHI HATAKE BERENCANA MENGADAKAN WAWANCARA DAN PEMILIHAN PEMAIN UNTUK FILM PERDANA: ICHA ICHA PARADISE!"
"Apa itu Icha Icha Paradise?"
"Kudengar itu novel pervert super parah karya guru besar di Konoha."
Kakashi melanjutkan penjelasannya. "DENGAR, JIKA BERUNTUNG KALIAN AKAN TERPILIH UNTUK MEMAINKAN PERAN YANG SANGAT HEBAT DAN MENARIK…"
"WOOOO… PERAN BOKEP!"
"MENJIJIKKAN!" Gaara menunjukkan wajah sedingin es saat mengatakan hal itu. Ia tahu betapa parahnya novel yang dimaksud. Kankuro sempat memandangnya dengan cara yang tidak lazim, dengan novel itu di tangannya. "AYO, KITA BOIKOT PERTEMUAN HINA INI!"
"HEI, APA MAKSUD KALIAN? SEHARUSNYA KALIAN INI MERASA BERUNTUNG…"
"WUUUHUUUUU!"
semua orang langsung menimpuki Kakashi dengan berbagai alat tajam seperti golok, shuriken, catur, pedang, meriam, bom, granat, hewan peliharaan bahkan kotoran. Tapi rupanya dengan sigap Pain menangkis semua serangan gila-gilaan itu, lalu membalikkan lagi ke para penyerangnya.
"Dengar, tidak ada yang bisa menyakiti Kakashi selama aku masih berada di sini!" teriak Pain dengan penuh kepercayaan diri. "Kalian dengarkan Kakashi baik-baik!"
"Apa kau tidak bisa membunuh dia lagi, Naruto?" Tenten berbisik dengan wajah kesal. "Sok sekali orang itu."
"TANPA BANYAK MEMBUANG WAKTU LAGI, MARI KITA MULAI SELEKSI WAJAH DAN KARAKTER~!" Kakashi bersorak dengan semangat. "KITA MULAI DARI PEMERAN UTAMA PRIA~!"
Karakter utama pria yang ada di dalam novel Icha Icha Paradise adalah pemuda lugu berusia 14-17 tahun yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa, baik dalam bidang kemampuan bertahan diri maupun kemampuan di ranjang. Wajah harus mampu memancarkan pesona menawan, ceria, sekaligus menarik.
Kakashi menatap Neji lekat-lekat, sebelum membuang foto dan keterangan yang ada di mejanya. "Tidak bisa, wajahnya terlalu datar dan lurus. Orang seperti ini layaknya menjadi samurai sadis atau pria playboy tanpa hati."
"Hei, Kakashi! Jangan sembarangan bicara!" Neji ingin sekali menghajar Kakashi, tapi tatapan keji dari Hidan dan Pain membuatnya urung.
"Tidak mungkin, terlalu banyak lemak, terlihat malas, membuatku tidak ingin makan makanan siap saji siang ini." Kakashi berceloteh saat melihat Choji yang sibuk mengunyah makanan ringan kesukaannya. "Selanjutnya!"
Sasuke Uchiha menatap Kakashi dengan pandangan sedingin lautan Antartika, sedalam samudra Hindia. Pria itu memang tampan dan layak menjadi bintang utama, pikir Kakashi dengan yakin, tapi ia tidak bisa. Ada yang kurang. "Sasuke memang tampan, dan sepertinya mampu memuaskan siapapun di kamar…"
"SASUKE-KUNNNNN!" Para penggemar Sasuke langsung menjerit gila-gilaan. "SASUKE, AKU CINTAAA!"
"SASUKEEE!"
Sasuke memandang Kakashi dengan angkuh. "Begitulah…"
"… tapi dengan tatapan dingin dan membunuh seperti ini, dia lebih layak memainkan peran vampir bersaudara yang berebut cinta seorang wanita plin-plan yang kerap bingung siapa yang sebenarnya ia cintai." Kakashi melanjutkan. "Bukan begitu, Itachi?"
"Apa kau mau kubunuh, Kakashi?" suara dingin Itachi langsung membuat siapa saja yang berada di ruangan itu menarik napas grogi.
"Ehhmm, selanjutnya Gaara, bukan?" Kakashi langsung mengalihkan perhatian Itachi. "Ahh, kedua matamu yang panas membara itu memang cocok, dan postur tubuhnya sempurna, tapi aku tidak yakin kau mampu membuat adegan panas di ranjang."
Wajah Gaara langsung berubah semerah rambutnya.
"…!"
Kakashi menarik napas putus asa. Shikamaru terlihat terlalu dewasa untuk peran seperti ini, Kankuro terlihat terlalu mesum, Rock Lee terlalu bersinar, si pemuda dengan anjingnya bisa merusak imej cerita, jadi siapa yang bisa ia jadikan…
"Hinata, bukannya kau tadi ingin, eh, hati-hati!" Naruto membantu Hinata yang terjatuh, lalu menopang tubuh Hinata yang kelihatan lemas. Pemuda itu terlihat begitu baik, sekaligus penuh perhatian. Namun di sisi lain, ada daya tarik luar biasa yang terpancar dari Naruto. "Makanya, selalu sarapan!"
Maaf, Naruto-kun, tapi pagi ini aku memang bangun agak terlambat…"
"Hmm, kalau kau mau, nanti setelah acara gila ini, kita makan bersama-sama di kedai ramen, bagaimana?" Naruto menyengir. "Sementara ini makan rotiku saja, deh!"
Kakashi tersenyum puas. Ia sudah menemukan tokoh utama dalam filmnya, Uzumaki Naruto.
.
.
Terima kasih sudah membaca kisah ini. Chapter selanjutnya sudah pasti mulai beranjak ke rating M, hehehe. Namanya bikin film Icha Icha masa ratingnya K, 'kan gak mungkin. Silahkan flame/komentar kalau sempat.