Selamat sore, semuanya~ Akhirnya saya kembali dengan Death Operation! (Tunggakan 1 tahun sekali nih fanfic updatenya...) MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA ATAS KETERLAMBATAN (OH TERLAMBAT SANGAT) ATAS UPDATE-NYA! Karena saya juga sibuk dengan kuliah saya yang semakin lama semakin gila tugasnya...Ah sudahlah, yang penting saya bisa update ini hahaha.

Enjoy!


Chapter 11: Keiji's Case part Finale (Like a Wine part Finale)

DEG

("Perasaan apa ini...?") Hanbei mulai merasa lehernya sakit dan berhenti menyerang Keiji dengan es krimnya.

"...Hanbei?" panggil Keiji. Hanbei hanya terdiam.

("...Sesak...Ini...seperti—18 tahun—") Hanbei mulai berkeringat dingin.

"HANBEI! AWAS!" teriak Keiji.

"Eh—" Hanbei melihat ke atas langit dan dilihatya sebuah piring frisbee melayang ke arahnya, "Huwaaa!" Hanbei segera berlindung dengan tangannya.

DUK

Keiji melindungi Hanbei dengan memeluknya dan kepalanya terkena piring frisbee dan segera terbanting ke tanah.

"It...teee..." rintih Keiji kesakitan.

"Ke—Keiji-kun? Kau tidak apa-apa?" tanya Hanbei yang segera menolong Keiji.

"Arf arf!" terdengar suara anjing husky berbulu putih bercampur abu-abu menghampiri Keiji dan Hanbei.

"Tadakatsu! Jangan menggonggong orang lain sembarangan!" seru pemiliknya berambut pendek abu-abu dengan poni lurus ke depan menghampiri Keiji dan Hanbei, "Maaf—aku tidak sengaja melemparnya terlalu jauh!" ucap orang itu sambil membungkuk.

"Tidak apa-apa—Hei, Keiji, mau kubantu berdiri?" Hanbei segera mengangkat Keiji bangkit dari kursinya dan dilihatnya, kacamata Keiji pecah terjatuh ke tanah dan kedua mata merahnya yang memancarkan tatapan indah terlihat oleh Hanbei.

"Aku tidak apa, dan kumaafkan dirimu—Err..." ucap Keiji terdiam karena tidak tahu siapa pemuda yang melempar piring frisbee ke arahnya dan Hanbei.

"Mitsunari. Mitsunari Ishida," Mitsunari membungkuk lalu mengangkat anjingnya, "Dan ini Tadakatsu Honda. Hei, ayo beri salam pada mereka," ucap Ieyasu pada Tadakatsu.

"Arf arf!" Tadakatsu menjilati pipi Hanbei.

"Oh, halo," sapa Hanbei mengelus kepala Tadakatsu.

"Hei, makhluk manis," Keiji mengelus punggung anjing gagah itu.

"Arf—" Tadakatsu menggigit tangan Keiji keras. Hanbei dan Mitsunari yang melihat langsung panik, "Ta—Tadakatsu! Lepaskan tangannya!" seru Mitsunari panik mencoba melepaskan tangan Keiji dari mulut anjingnya. Tadakatsu segera melepas gigitannya dari tangan Keiji. Dilihatnya oleh mereka bertiga, tangan Keiji berdarah dan meninggalkan bekas gigitan yang cukup dalam. Mitsunari semakin panik.

"Ma—maafkan anjingku ini—" ucap Mitsunari membungkuk pada Keiji, "Tadakatsu, anjing nakal!" bentaknya kemudian pada anjingnya. Tadakatsu memeking sedih lalu menunduk.

"Tidak apa-apa—Ahahahaha," balas Keiji tertawa.

"Sudah sore—kami permisi dulu. Senang bertemu dengan kalian—Ayo, Tadakatsu, kita pergi beli bunga," pinta Mitsunari pada anjingnya. Tadakatsu membalas Mitsunari dengan gonggongan lalu berlari keluar taman diikuti Mitsunari menyusul dari belakang dengan rollerskate miliknya.

"Oh iya, kamu tidak pulang, Hanbei?" tanya Keiji, "Bisa-bisa ayahmu menyuruh anak-anak buahnya untuk mencarimu lagi lho,"

"E—eh...iya...aku hampir lupa soal mereka..." jawab Hanbei pelan.

"Mau kuantar pulang?" ucapan Keiji membuat wajah Hanbei memerah, "E—eh—tidak usah—dari taman ke rumahku dekat kok,"

"Benarkah?"

"I—iya, begitulah..."

"Baiklah, sampai jumpa besok," Keiji melambaikan tangan pada Hanbei lalu berjalan menjauh.

"Sampai...jumpa..." Hanbei melambai pada Keiji lalu menurunkan tangannya. Dia menyembunyikan wajah merahnya di balik syal lalu berbisik, "Malunya..."


Sesampainya Keiji, Nagamasa dan Oichi di apartemen, terlihat Masamune dan Motochika yang asyik bertanding Dance Dance Revolution yang disaksikan oleh Ieyasu dan Kojuuro yang sedang asyik ngemil mie instan cup.

"Telaf sefali, Feifi," seru Ieyasu yang sedang melahap makanannya.

"Tadi bertemu dengan Hanbei di tokonya Zavii, jadi kuajak jalan-jalan sebentar," jawab Keiji membawa masuk barang belanja.

"Jalan-jalan atau kencan?" tanya Masamune yang asyik bermain, "—Tte! Cih! Kakiku telat begini—Jadi miss, kan?"

"Sebentar atau lama?" tambah Motochika, "—Haduh, Masamune, ini masih basic level lho,"

"Kutantang kalian. Main dengan lagu Xepher level basic," ucap Kojuuro tertawa.

"KOJUURO! KAU INGIN KAKI KAMI DIAMPUTASI?!" bantah Masamune yang bergerak semakin cepat mengikuti irama.

"Hee—boleh saja. Tapi ada hadiahnya, kan?" tanya Motochika yang santai bermain.

"Oh, tentu saja ada. Sejak kapan ketuamu ini tidak pernah memberi kalian hadiah?" ucap Kojuuro dengan nada bercanda.

"Ketua kan tidak pernah memberi kita apa-apa. Adanya kita yang memberi dia berbagai macam barang," balas Keiji yang sedang menyimpan barang belanjaan ke dalam kulkas dibantu oleh Oichi dan Nagamasa.

"Oh iya! Benar juga ya, Maeda!" ucap Ieyasu semangat.

"Jleb-jleb dah, Ketua. Batal deh tantanganmu," ejek Motochika dengan nada mengejek pada Kojuuro. Kojuuro hanya terpundung sedih di sofa.

"Aku ikut bertanding!" seru Nagamasa, "Yang menang, kutraktir takoyaki!"

"Wah! Takoyaki! Aku mau!" tambah Ieyasu mengangkat tangannya.

"Keiji! Ayo ikut tanding!" ajak Kojuuro, "Aku ikut nih!"

"WHAT?! C IS MY SCORE?! YOURS IS A?! Motochika! Kau curang ya?!" amuk Masamune ketika melihat skor pertandingannya.

"Ketahuan Masamune tidak pernah menggerakan kakinya terlalu sering," ejek Motochika sambil menjulurkan lidahnya ke Masamune.

"Ehm...ikut tidak ya...?" tanya Keiji ragu sambil menggaruk pipinya.

"Ayo! Mumpung takoyaki jadi hadiah!" Nagamasa berusaha mengajak Keiji.

"Ichi cuma menonton saja. Ayo, lomba DDR-an, cowok-cowok. Biar makin disayang pacar," ucap Oichi memberi semangat.

"...Aku masih jomblo lho, Oichi-san..." Ieyasu memojok ke ujung ruangan.

"...Ikut saja deh," ucap Keiji.

"Kalau begitu, Ichi mulai telepon yang lain dulu," Oichi segera mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik beberapa tombol, "Yuki-chan, Sasuke-san, Motonari-san—"

"JANGAN! JANGAN AJAK MEREKA JUGA! MALU AIB KEBUKA!" teriak Kojuuro, Masamune dan Motochika panik.


Sementara itu, di kediaman Toyotomi, Hideyoshi sedang bersantai di ruang makan sambil meminum kopi dan membaca buku. Hanbei berusaha menyelinap ke atas namun langkahnya diketahui oleh Hideyoshi, "Kamu sudah kembali, Hanbei?"

Hanbei mulai panik, "I—i—iya, hehe...Aku pulang, Ayah..." ucapnya terbata-bata.

"Tadi Harumasa dan yang lain panik mencarimu—" ucap Hideyoshi.

"Ma..af.." Hanbei merespon pelan.

"Makanya lain kali," Hideyoshi menoleh ke arah anaknya, "Kalau mau kabur, pergi lebih pagi,"

"Eh...?" Hanbei bingung.

"Aku tahu, nak. Kamu naksir dengan Keiji—"

"OKE TERIMA KASIH ATAS SARANMU, AYAH! SELAMAT MALAM!" Hanbei menunduk cepat lalu berlari ke atas dengan perasaan terkejut. Hanbei segera membuka pintu kamarnya lalu membanting pintunya keras. Ia berlari menuju kasurnya, mengambil sebuah bantal, lalu menutup mukanya dengan bantal tersebut lalu berteriak kencang.

"...Jadi begitulah—Harumasa,Yoritsuna, Hirotsuna, Haruhisa, Kanetsugu, Yoshihige," ucap Hideyoshi kepada anak-anak buahnya yang bersembunyi di belakang rak koleksi piring mewah, "Itulah tanda-tanda kalau remaja sedang jatuh cinta," Hideyoshi kembali mencicipi kopinya. Anak-anak buah Hideyoshi mengangguk serentak setuju.


Kembali ke apartemen. Suasan ramai terjadi di malam hari karena para operators cowok sedang bertanding DDR.

"Ieyasu! Gerakkin kaki yang cepat!" teriak Masamune.

"La—lagunya cepat sekali—KETUA SEENAKNYA SETTING LEVEL SENDIRI!" rengek Ieyasu.

"Ini masih lagu yang santai—Senor Senora Senorita oleh Miyavi," ucap Kojuuro yang sedang bermain sambil mengacungkan ibu jarinya.

"TAPI TIDAK MESTI DIFFICULT LEVEL JUGA, KETUA!" Ieyasu merengek semakin keras dan menghentakkan kaki dengan cepat begitu juga dengan Kojuuro yang semakin cepat menggerakkan kedua kakinya.

"Ayo, ayo—Masamune dan Nagamasa-sama sudah kalah—tinggal Ieyasu dan Kojuuro yang belum selesai," ucap Oichi yang sedang membuka bungkus takoyaki yang dibelikan oleh Masamune dan Nagamasa yang pundung di pojok ruangan, ditertawai oleh Keiji dan Motochika yang menang. Motochika mengeluarkan kertas panjang lalu mengambil sebuah spidol dan mulai menulis sesuatu. Keiji mengintip apa yang sedang Motochika kerjakan, lalu tertawa terguling-guling.

"Hei, Nagamasa, Masamune," panggil Motochika pada mereka berdua sambil mengangkat kertas yang tadi ia tulis. Dan terlihat dengan jelas kertas itu tertulis: LOSERS.

Masamune yang kesal melempar sepatunya pada Motochika disusul Nagamasa melakukan hal yang sama. Motochika terkena lemparan dua sepatu dan Keiji semakin tertawa besar. Dan pada akhirnya,

"GYAAA! AKU KALAH!" Ieyasu merengek keras.

"Hmph, takoyaki bungkus ketiga dibayar Ieyasu," ucap Kojuuro bangga.

"Baiklah—Ieyasu, terbangkan uangmu ke dompetku," panggil Oichi. Ieyasu berjalan ke arah Oichi sambil mengeluarkan uang dari dompetnya lalu diberikan pada Oichi dengan perasaan tidak ikhlas, "Huks...uangku..."

"Aku pada uangmu juga, Ieyasu," Oichi tersenyum ketika menerima uang dari Ieyasu.

"Saatnya makan-makan!" Kojuuro berlari menuju meja makan dan berusaha meraih takoyaki namun takoyaki incarannya sudah direbut oleh Motochika, "Kembalikan takoyaki-ku, bajak laut!"

"Siapa cepat dia dapat, Ketua!" Motochika berusaha menahan Kojuuro untuk mengambil takoyaki-nya.

"Berantem. Berantem," ucap Keiji pelan mengunyah takoyaki-nya sambil dibagikan ke teman-temannya.


Kediaman Toyotomi, Hanbei keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih diselimuti handuk dari atas dada hingga bawah. Hanbei mengijak lap kaki lalu dibersihkanlah kedua kakinya dan berjalan menuju lemari pakaiannya. Dibukanya pintu lemar pakaiannya yang besar, banyaknya tumpukkan baju dan baju-baju yang tergantung membuat Hanbei bingung untuk memilih baju tidurnya.

"Ugh...ribet ya hidup jadi orang kaya..." bisiknya pelan sambil mencari baju tidurnya, "Hmm...yang di serong bawah bajunya kurang bagus...tapi kiri atas udah sering pakai...Hmm..." Hanbei bergumam sebentar sambil mengambil sebuah baju yang digantung.

"Herm...haruskah aku memakai ini?" Terambilnya sebuah piyama biru laut oleh Hanbei, "Tapi ini terlihat...dewasa sekali..." Hanbei mulai memikirkan hal aneh: terbayang oleh dirinya Keiji bersandar di kasurnya sambil menggigit bunga mawar dan berkata:

"Bajumu seksi juga, Hanbei,"

"Tidak tidak tidak! Itu tidak mungkin sekali!" Hanbei berlutut dengan wajah memerah, "Bingung juga kenapa bisa terbayang—Ibu, ampuni anakmu yang penuh dosa ini," tangis Hanbei pelan sekaligus malu.

"Hhh..." Hanbei mulai merasa tenang sedikit, "...Ibu, ya? Jadi kangen—" tanyanya pada diri sendiri pelan.

DEG

"Ugh—" Leher Hanbei mulai terasa sakit kembali, dan rasa sakitnya mulai parah dibanding siang hari. ("Seperti—ada yang mencengkram leherku—Kenapa tiba-tiba muncul lagi?!")

"Agh—" Hanbei mencengkram lehernya kencang hingga mulai menimbulkan luka, namun rasa sakitnya masih terasa dan justru semakin kencang, "Ugh...aaaghh..."

Tanpa disadari oleh Hanbei, sesosok bayangan muncul dari belakang Hanbei dan berbisik, "Ayo, keluarkan wujud aslimu,"

"Kau—AAAAGH!" Hanbei berteriak kesakitan kemudian jatuh tak sadarkan diri sesaat. Sosok tersebut tersenyum melihat Hanbei yang tak sadarkan diri lalu senyumnya mulai terbuka lebar ketika Hanbei mulai berdiri, menoleh kepada bayangan tersebut, berjalan ke arahnya lalu memasang wajah kesal, "Musashi...Miyamoto,"

"Lama tak jumpa...Nene," jawab sosok tersebut.

GRATAK

Hirotsuna yang sedang patroli mulai terganggu ketika mendengar suara berisik dari kamar tuannya. Hirotsuna mulai mengambil tombak di balik punggungnya dan berjalan ke atas menuju kamar Hanbei. Hirotsuna mengetuk pelan kamar tuannya, "Hanbei-sama, anda tidak apa-apa?"

"Hirotsuna! Lari!" teriak seseorang dari dalam kamar.

"Suara ini—Nene-sama!" Hirotsuna menendang pintu kamar Hanbei lalu mengacungkan tombaknya ke arah Musashi yang sedang mencekik 'Hanbei', "Nene-sama! Cepat kabur dari sini!"

"Hirotsuna! Awas dibelakang!" Nene berteriak ketika melihat Musashi menusuk Hirotsuna dari belakang lalu terjatuh lemas ke lantai.

"Hirotsuna—Kyaa!" Nene dicengkram kuat oleh Musashi lalu dibawanya kabur ke bawah.

"Jangan banyak berteriak, Nene. Atau kau kubunuh," ancam Musashi.

"Hanbei tidak boleh kau bunuh, keparat...!" Nene langsung membantah.

"Itu dia! Penyusup!" teriak Haruhisa yang segera menghadang Musashi diikuti oleh Yoritsuna, Haruhisa, Kanetsugu danYoshihige juga Hideyoshi.

"Nene!" seru Hideyoshi.

"Hideyoshi-sama—tolong aku—Aaaagghh!" Nene merintih kesakitan ketika Musashi mencekik lehernya kuat.

"Nene-sama!" seru Harumasa menyerang Musashi dengan roh-roh yang ia panggil. Musashi menangkisnya dengan mudah lalu menghantam Harumasa tua dengan tongkat kayunya yang dihiasi paku-paku. Harumasa terbaring lemas. Kanetsugu dan Yoshihige yang ingin menyerang Musashi diserang olehnya dengan kepala mereka dihantamkan satu sama lain hingga mereka terjatuh lemas. Sementara Haruhisa dan Yoritsuna berjaga di samping Hideyoshi.

"Musashi Miyamoto! Jangan cekik anak dan istriku!" teriak Hideyoshi.

"Hee, memangnya kenapa tidak? Toh, anakmu ini tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, bukan?" tanya Musashi. Hideyoshi hanya menggertakkan giginya.

"Kau sendiri yang memindahkan jantung istrimu ke anakmu sendiri, bukan? Karena seharusnya anakmu ini sudah mati—" jelas Musashi.

"Mati atau tidak, Hanbei adalah anakku. Jangan bicara sembarangan! Ini juga demi kebaikannya!" balas Hideyoshi keras.

"Kebaikan seperti apa yang kau tawarkan pada anakmu sendiri? Apakah sama seperti 'kebaikan' yang dulu pernah kau tawarkan pada istriku...yang telah kau bunuh? Dan juga satu kotaku...Kau ingat patung itu.." tanya Musashi.

"Itu hanya kecelakaan! Percayalah, Musashi!" balas Hideyoshi.

"MANA MUNGKIN AKU PERCAYA PADA PEMBUNUH KELUARGAKU!" Musashi berteriak dan mencekik Nene kuat.

"Aaagghh! Musashi! Jangan cekik Hanbei juga!" Nene memohon.

"Jangan sakiti mereka lagi!" Hideyoshi berlari menuju Musashi diikuti Yoritsuna dan Haruhisa bersiap menyerang Musashi. Musashi mengeluarkan aura hitam di tangannya, lalu kulit dan daging serta otot jari-jemarinya mulai mengelupas hingga menyisakan tulang jari-jemarinya yang tajam terlihat lalu menusuk Hideyoshi tepat di tengah dada lalu menendang Haruhisa dan Yoritsuna hingga mereka terlempar ke dinding dan menabrak beberapa lukisan hingga terbanting lemas.

"Hideyoshi-sama!" Nene berusaha melepaskan diri dengan geram ketika melihat suaminya terluka.

"KUBILANG JANGAN MEMBANTAH!" Musashi melempar Nene hingga menabrak sebuah vas dari kaca lalu terbanting ke lantai dengan pecahnya vas kaca itu secara bersamaan hingga seluruh tangannya dan punggungnya terkena pecahan kaca dan mengalirkan darah.

"Hahh..." Nene menyadari sebuah pecahan kaca yang menusuk telapak tangannya lalu ditariknya paksa hingga bercucuran darah dan ia mulai merintih kesakitan, "Ughh...kenapa...kau sakiti juga Hanbei? Dia tidak bersalah..."

"Memang manusia seperti kalian tidak bersalah—Tapi, bagaimana dengan makhluk seperti aku—dan dia?" tanya Musashi pada Nene sambil menunjuk ke arah Hideyoshi.

"Hideyoshi-sama...? Dia pria yang baik! Aku mencintainya—"

"Kau mencintai seorang iblis?" tanya Musashi tanpa memperhatikan omongan Nene.

"Apa katamu...?" Nene terkejut.

"Pria itu—adalah operator. Dari Underworld. Yang biasa kaummu panggil 'Iblis'," jelas Musashi, "Bukankah itu sebuah dosa jika kalian jatuh ke tangan iblis?"

"Ne...ne..." panggil Hideyoshi lemas.

"...Hideyoshi-sama...apa itu benar...Anda...bukan manusia...?" tanya Nene pelan.

Hideyoshi tidak mampu berkata-kata melihat reaksi istrinya yang kaget bukan main, lalu menganggukkan kepalanya pelan, "Maafkan aku...Nene..."

"Aku tidak peduli...!" seru Nene tiba-tiba hingga ucapannya membuat Hideyoshi dan Musashi terkejut, "Aku tidak peduli dia iblis atau bukan—tapi dia orang yang baik dan aku mencintainya! Aku juga bisa merasakannya dari Hanbei—ketika dia bersama orang yang sama seperti Hideyoshi-sama..."

"Tch—" Musashi menggertak.

"Nene..." ucap Hideyoshi pelan.

"Hideyoshi-sama, apa anda lupa? Simbol yang kutanamkan di leher Hanbei ini—agar aku bisa terus mengawasimu dari tubuhnya ini—"

"Ne—Nene—" Hideyoshi mengangkat tangannya dan berusaha meraih Nene.

"Hideyoshi—Kyaa!" Nene yang juga ingin meraih Hideyoshi disambar oleh Musashi keluar.

"NENE!" teriak Hideyoshi.

"Akan segera kubalaskan dendamku, atas apa yang telah kau renggut dariku," Musashi mengeluarkan pisau kecil dari balik kantong celananya lalu melemparnya ke Hideyoshi dan menusuk pundaknya hingga Hideyoshi terbaring lemas, "Tidurlah. Dan jangan pernah bangun lagi,"

"HIDEYOSHI-SAMA!" teriakan Nene mulai menjauh. Hideyoshi yang merasa masih bisa menggerakan tangannya kemudian mengambil ponselnya dan mengirim sinyal S.O.S ke seluruh teman-temannya, "Kumohon...selamat anak dan istriku," Hideyoshi kembali lemas dan mulai tak sadarkan diri.

Pesan S.O.S yang Hideyoshi kirim telah sampai ke beberapa ketua operators.

RRRR

"...Hideyoshi...!" bisik Ujimasa terkejut yang sedang menulis kaligrafi di papan kayu.

RRRR

"Itsuki! Ranmaru! Sorin! Ini S.O.S!" panggil Zavii panik.

RRRR

"Di saat seperti ini...?!" Magoichi yang sedang bersantai di kantornya segera berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kantor.

Tak terkecuali,

RRRR

"...!" Hisahide yang sedang bersantai di Westernia Science terkejut dengan pesan yang ia dapat, "Tenkai! Hideaki! Cepat hubungi para ketua operators! Ada S.O.S!"

"S—S.O.S?! Dari siapa?!" tanya Hideaki.

"Hideyoshi," jawab Hisahide.

"Seram juga sampai Hideyoshi mengirim pesan S.O.S—" Tenkai segera berlari menuju belakang dapur lalu membuka sebuah kotak yang menempel di dinding bertuliskan "S.O.S", lalu segera menekan tombol merah dari dalam kotak tersebut hingga sirine rahasia berbunyi keras, "Peringatan S.O.S! Peringatan S.O.S! Operators lantai 13 jatuh! Warning! 13th floor operators are down!" Tenkai melapor keras.


Satu jam kemudian, seluruh operators dari berbagai lantai berkumpul bersama ketua mereka tiba di kediaman Hideyoshi. Dilihatnya oleh mereka, situasi didalam kediaman sungguh mengerikan.

"Operator Hirotsuna ditemukan terbaring lemas di kamar Hanbei-sama, lalu sisa lima operators dan Hideyoshi-sama ditemukan di ruang tamu—besar kemungkinan pelaku hanya satu orang," lapor Tenkai pada Hisahide dan Ujimasa.

"Ini parah sekali—sampai Hideyoshi mengirim pesan S.O.S..." ucap Hisahide sedih.

"Aku sudah meminta anak-anak buahku untuk mengobati mereka," sambung Zavii, "Dan aku bingung mengapa Hanbei-kun tidak kelihatan,"

"Benar juga...Aku tidak melihat Hanbei-kun di sekitar sini," Kenshin setuju.

"Kojuuro-sama, coba anda lihat bercak darah ini," panggil Hideaki sambil menunjukkan bercak darah dekat pecahan vas kaca, 'Sepertinya ini darah Hanbei-sama,"

"Hmm," Kojuuro mengamati bercak tersebut, "Hei, Maeda. Tertarik melihat ini?" panggil Kojuuro pada Keiji.

Keiji menghampiri Kojuuro dan Hideaki untuk melihat bercak darah tersebut. Keiji menyentuh pelan bercak darah Hanbei kemudian diangkat kembali tangannya sambil terus menatapi bercak darah tersebut.

"Tapi...ini aneh...Aku mendeteksi dua darah berbeda," ucap Hideaki.

"Apa maksudmu?" tanya Kojuuro.

"Lihatlah," ucap Hideaki sambil menunjuk ke arah sebuah pecahan vas, "Warna darah ini terlihat sedikit pink daripada darah di pecahan ini," jelas Hideaki sambil menunjuk ke arah pecahan vas yang lain, "Bukankah ini mengundang pertanyaan?"

"Benar juga. Siapa pemilik darah yang lain—"

"Itu milik Nene," seru Hideyoshi lemas yang sedang diobati oleh Itsuki dan Oichi.

"Nene? Nene istrimu itu?" tanya Ujimasa.

"Iya..." Hideyoshi berusaha berdiri namun tidak bisa hingga Oichi dan Itsuki berusaha menahannya untuk duduk saja, "...Jadi, sebenarnya anakku ini sudah lama mati setelah ia dilahirkan—Namun, Nene tidak ingin hal itu terjadi, jadi...dia memintaku untuk menukarkan kedua jantung mereka—hingga akhirnya ia harus pergi dari dunia ini,"

"Kasih seorang ibu—Mereka akan melakukan apapun agar anaknya selamat," ucap Motochika.

"Jadi, maksudmu...Nene bangkit kembali di dalam Hanbei?" tanya Hisahide.

Hideyoshi mengangguk, "Mungkin beberapa dari kalian ada yang menyadari sesuatu yang aneh pada Hanbei—terutama di bagian lehernya,"

"Bagian leher..." Keiji terdiam sesaat lalu mengingat sesuatu, "Benar juga—tadi siang, di taman, ia terlihat kesakitan sambil mencengkram lehernya,"

"Ya. Lehernya diberi simbol untuk menunjukkan bahwa Nene telah mengunci jantungnya kepada Hanbei," jelas Hideyoshi.

"Apa yang Musashi incar sebenarnya? Tidak hanya Hanbei—Nene pun juga," ucap Zavii bingung.

"Dia ingin membunuh keluargaku—seperti apa yang telah kulakukan pada keluarganya," jawab Hideyoshi, "Ughh..." rintihnya sambil memegang pundak kirinya yang terluka akibat tertusuk pisau.

"Hideyoshi-sama, anda belum sepenuhnya pulih..." jelas Oichi.

"Hideyoshi, kami yakin apa yang terjadi waktu itu hanyalah sebuah kecelakaan," jelas Kenshin.

"Aku tahu itu, tapi—" Hideyoshi menundukkan kepalanya, "Jangan sampai anak dan istriku mengalami hal yang sama—Kumohon, bawa mereka kembali ke pelukanku,"

"Kami akan segera membawa mereka kembali, Hideyoshi. Aku yakin akan hal itu," ucap Hisahide.

"Nak Magoichi, kau dan anak buahmu jaga Hideyoshi dan pengawalnya—" pinta Ujimasa.

Magoichi mengangguk, "Tim medisku juga sudah kuhubungi," lapor Magoichi.

"Aku dan Zavii akan menjaga pintu depan kediaman ini. Siapa tahu musuh bisa tiba-tiba menyerang kemari—" jelas Ujimasa.

"Baiklah, anak-anak! Berjuang!" ucap Zavii semangat.

"Kenshin, kau ikut dengan Hisahide mencari lokasi musuh. Tapi jangan sampai masuk ke dalam, biar jaga situasi di luar lokasi—" sambung Ujimasa.

"Aku mengerti," jawab Kenshin.

"Dan Hisahide," panggil Ujimasa.

"Ya, apa tugasku dan kelompokku?" tanya Hisahide.

"Bawa Nak Musashi itu. Hidup atau mati," jelas Ujimasa.

"Kami mengerti, Ujimasa," balas Hisahide yang sudah bersiap dengan anak-anak kelompoknya.

"Prepare for the hunt!"


Sementara itu, di sebuah pabrik tua pembuat patung kaca, Hanbei terbaring lemas dan terikat di atas mesin pencetak bentuk patung, "Nghh..." Hanbei membuka matanya perlahan.

"Sudah bangun, Nene?" panggil Musashi.

"Ha—Ka—Kau! Ke—kenapa aku bisa terikat seperti ini—DAN KENAPA AKU HANYA DILILIT HANDUK BEGINI?!" tanya Hanbei panik bukan main.

"Heh, memangnya aku mudah tergoda dengan tubuh kurusmu itu, Nene?" tanya Musashi dingin.

"Berikan aku baju atau aku bisa kedinginan—Tunggu, kau memanggilku apa tadi?" tanya Hanbei bingung.

"Nene," jawab Musashi sambil menarik gagang mesin pencetak boneka lalu mengeluarkan dua pisau kecil lalu melemparnya ke arah Hanbei dan menusuk kedua telapak tangan Hanbei hingga Hanbei merintih kesakitan, "Khh!"

"Dengar—ini hanya permintaanku yang sungguh mudah untuk dijalani—aku membunuh dan ibumu yang bersarang di tubuhmu. Itu saja," ucap Musashi yang sedang duduk diatas mesin pencetak patung tersebut sambil tersenyum.

"Hrrrghh.." Hanbei berusaha membebaskan diri namun kedua lengan tangannya mulai terasa sakit, "Aduh..Sejak kapan ini berdarah...?"


Sementara itu di luar pabrik tua tersebut, pasukan yang dikerahkan oleh Kenshin dan Hisahide sudah mulai berjaga di depan pintu pabrik membawa senjata mereka masing-masing. Kenshin memberi kode pada Hisahide bahwa persiapan sudah siap. Hisahide memberi kode pada anak-anak kelompoknya bahwa mereka siap menyelinap masuk. Kelompok yang dipimpin oleh Kojuuro itu mengangguk bersamaan lalu menyelinap masuk ke dalam pabrik tua tersebut.

"Maeda, lokasi mereka," seru Kojuuro.

"Segera dicari," Keiji menyetel tombol pelacak di kacamata lalu mulai mencari keberadaan Hanbei dan Musashi, "Mereka berada di tempat pencetakan patung—" Keiji terdiam sesaat, "—Kenapa Hanbei terdeteksi bersuhu hangat sekali?"

"Bukannya biasannya begitu? Suhu tubuh manusia memang lebih hangat ketimbang kita," jawab Kojuuro.

"Hanya saja—suhu Hanbei yang baru saja kulacak melebihi manusia biasa—Apa karena istri dari Hideyoshi juga sedang terbangun?" tanya Keiji.

"Kalau ingin tahu jawabannya, lebih baik kita—" Ieyasu melompat ke atas kaca yang terletak di atas atap pabrik lalu menendang keras kaca itu hingga pecah, "Melihatnya secara langsung," sambungnya sambil masuk ke dalam disusul teman-teman sekelompoknya.

"Hei—hei—hei! Kau tidak serius kan?! Membawaku ke cetakan patung kaca! Lalu tercetak didalamnya lalu mati begitu saja?!" Hanbei meronta kesal.

"Hei, tenanglah, suhu-nya hanya berkisar 2000 C," jelas Musashi santai.

"2000 C dan itu masih terbilang dingin?! Sungguh kau yang terburuk!" Hanbei merengek kesal.

"Hanbei, jangan banyak berisik," bisik seseorang dari dalam dirinya.

"Siapa...?" balas Hanbei pelan.

"Lama kita tidak berjumpa," jawab suara itu pelan.

"I—ibu?! Kenapa ibu bisa ada di dalam—"

"Ceritanya panjang—Dan aku yakin kamu sudah mendengar beberapa sebelumnya," jelas Nene sedih.

"...Ya, jujur saja aku cukup terkejut—Tapi, kalau itu demi kebaikanku—aku terima saja," ucap Hanbei senyum.

"Kamu memang anak yang baik—Dan ngomong-ngomong," ucapan Nene terhenti sesaat, "Kamu kenapa jadi punya bau yang hampir sama dengan bau ayahmu?"

"Hah?" tanya Hanbei bingung.

"Ya—bau orang-orang dari Underworld—tapi bau ini masih terbilang segar—Kamu pacaran dengan salah seorangnya?" tanya Nene dengan nada bercanda.

"HAAAAH—KEIJI-KUN?! TI—TIDAK KOK! AKU TIDAK SEDANGA DA HUBUNGAN DENGAN DIA—AHAHAHAHA!" jawab Hanbei panik sambil berbisik.

"Oooh, benarkah?" tanya Nene penasaran, "Karena baunya semakin mendekat,"

BRAK

"Uaaaghh!" Musashi tertendang oleh seseorang dan terjatuh dari mesin pencetak patung ke lantai dan menabrak beberapa pecahan kaca.

"Sorry, no more glass statue is being produce," Masamune menarik gagang mesin ke atas hingga membuat mesin berhenti bergerak.

"Me—mereka benar-benar datang..." bisik Hanbei tidak percaya.

"Bertahanlah sebentar," Keiji yang muncul di belakang Hanbei segera mencabut kedua pisau yang menusuk telapak tangan Hanbei lalu melepas tali yang mengikat kedua lengannya, "Oke, sekarang sudah—" Ucapan Keiji terhenti ketika Hanbei langsung memeluknya dengan erat sambil menangis ketakutan.

"Hei, tenanglah. Aku ada disini," Keiji memeluknya kembali.

"Tadi siapa yang kalah taruhan? Sudah kubilang Maeda akan dipeluk," seru Kojuuro melempar granat pada Musashi.

"Gah! Kenapa aku lagi yang kalah?!" amuk Ieyasu melempar tiang besi ke arah Musashi.

"Ieyasu ngamuk—Kesempatan bagus. Dan tadi siapa yang taruhan kalau Hanbei telanjang?" tanya Motochika sambil melonggarkan rantainya dan mengikat kencang Musashi.

"Aku!" teriak Ieyasu senang, "Akhirnya menang juga!"

"Oke, Hanbei. Tundukkan kepalamu," pinta Keiji.

"Be—begini?" Hanbei menundukkan kepalanya.

"Pegang tali ini," Keiji memberi Hanbei seutas tali panjang.

"Ba—baiklah..." Hanbei meraih tali tersebut.

"Pegang yang erat," lanjut Keiji.

"Ok—" Hanbei mengangguk pelan dan merasa dirinya menjadi tegang dan ditarik oleh suatu tekanan, "Uwaaaaa!"

Hisahide dan Kenshin yang berada di atas atap pabrik menarik tali yang Hanbei pegang lalu membawanya keluar gedung, "Kau aman sekarang," ucap Kenshin.

"Kalian! Cepat bawa Musashi keluar juga!" pinta Hisahide pada anak-anak kelompoknya.

"Ayo, cepatlah!" seru Kojuuro pada teman-teman kelompoknya untuk keluar.

"Jangan kabur!" Musashi meronta berlari ke arah Keiji yang berlari keluar bersama teman-teman kelompoknya dan mencengkram Keiji hingga Keiji dan Musashi terjatuh ke dalam pabrik. Motochika yang berusaha menahan Musashi untuk masuk ke dalam tidak kuat menahan rantainya dan akhirnya terlepaslah Musashi dari ikatan rantai dan membawa kabur Keiji.

"Maeda!" Kojuuro berusaha meraih tangan Keiji namun ditangkis oleh Musashi.

"Beraninya merebut korbanku!" Musashi menendang perut Keiji dan Keiji terlempar ke lantai dan mengenai beberapa pecahan kaca.

"Ini belum berakhir!" Musashi mengambil tongkat besi panjang dan melemparnya ke arah Keiji hingga menusuk dadanya dan tembus hingga keluar. Darah mulai mengalir dari dada dan juga mulut Keiji, "Aggh!" rintih Keiji kesakitan.

"Keiji—" Masamune berusaha menolong Keiji namun ia tertahan sebuah dinding pelindung tembus pandang yang telah dipasang oleh Musashi, "Shit! Keiji!"

"Ahahahaha!" Musashi mengambil potongan kaca besar lalu menusuk ke tubuh Keiji berkali-kali, "Aku kira dengan membalaskan dendamku untuk membunuh apa yang Hideyoshi sayangi, akan terasa menyenangkan-tapi aku salah-" Musashi berjalan ke arah Keiji dan mulai mengelupas kulit, otot dan daging kedua telapak tangannya hingga menyisakan tulang belulang yang tajam. Musashi mengangkat wajah Keiji dengan kakinya dan mengacungkan tulangnya di wajah Keiji, "MEMBUNUHMU JAUH LEBIH MENYENANGKAN! AHAHAHAHA!" Musashi menusuk Keiji berkali-kali dengan tulang belulangnya.

JLEB JLEB JLEB JLEB

Darah terus keluar dari tubuh Keiji yang berkali-kali ditusuk oleh Musashi. Teman-teman kelompok Keiji, Hisahide, Kenshin dan Hanbei tidak kuat menahan emosi melihat Keiji disiksa.

"Keiji!" teriak Hisahide terkejut.

"Keiji Maeda!" Kenshin ikut terkejut.

JLEB JLEB

"Dammit, Keiji!" Masamune berteriak berusaha menghancurkan perisai pelindung yang menghalangi mereka bersama Kojuuro dan yang lain.

"Maeda! Bangunlah, Maeda!" Kojuuro menebas pedangnya berkali-kali pada perisai pelindung.

"Keiji!" Motochika berteriak sambil melebarkan rantainya lalu menyabet perisai pelindung.

JLEB JLEB JLEB

"Keiji! Keiji!" panggil Ieyasu yang sedang menendang perisai pelindung.

JLEB JLEB JLEB

"AHAHAHAHAHA! BENAR JUGA! MEMBUNUHMU LEBIH MENYENANGKAN!" Musashi terus menusuk Keiji yang sudah tidak bisa melawan, "RASANYA BALAS DENDAMKU SUDAH TERBALASKAN! AHAHAHAHA!"

JLEB JLEB JLEB JLEB

"Keiji-kun! Keiji-kun! Bangunlah!" teriak Hanbei.

GREB

Keiji yang tidak berdaya mulai kembali bergerak dan menahan tangan Musashi yang terus menusuknya.

"...A—apa—apa-apaan—wajahmu itu...?" Musashi terkejut ketika ia melihat tangannya yang menusuk tembus pada wajah Keiji muncul sebilah pisau menusuk tulang belulang tangan Musashi. Musashi melihat kedua mata Keiji yang tatapannya mulai berubah tajam bagaikan pisau.

"Tidak-bisa-" Keiji berdiri perlahan dan mulai mencengkram tangan Musashi, "Aku...tidak bisa menyerah disini begitu saja," Seluruh kulit di tubuh Keiji mulai mengelupas perlahan lalu banyak ujung pisau yang keluar dari kulit Keiji. Musashi terkejut bukan main, "He-hei!"

"Jangan...ganggu teman-temanku. Jangan ganggu pemimpinku. Jangan ganggu atasan-atasanku. Dan satu hal penting-" Pisau-pisau mulai keluar secara bersamaan dari tubuh Keiji dan gagang mereka terikat urat-urat nadi Keiji, "JANGAN GANGGU HANBEI!" ucap Keiji dengan suara dalam nan garang. Seolah diberi perintah, pisau-pisau yang keluar dari tubuh Keiji mulai bergerak ke arah Musashi.

"HUWAAA!" Musashi mulai ketakutan ketika salah sebuah pisau mulai bergerak melilit di tangannya.

"Kau ingin balas dendam, bukan?" Keiji mulai membungkukkan badannya dan muncullah pisau-pisau berjumlah banyak membentuk sebuah sayap di balik punggungnya. Keiji mengangkat wajahnya dan memasang senyum sinis dari wajahnya yang penuh darah dan sudah robek, "KALAU BEGITU, AKAN KUBERIKAN PEMBALASANMU!

"Hii—!" Musashi berusaha melepaskan tanganya dari cengkraman pisau Keiji.

"AU REVOIR!" Pisau-pisau Keiji mulai menusuk seluruh tubuh Musashi dari kepala hingga kaki dan tembus hingga beberapa tulang Musashi keluar dari tubuhnya, "Aaaarggghh!"

Keiji bergerak di bawah Musashi dan mencabut tongkat besi yang menancap dadanya lalu ia robek hingga ujungnya terbuka menjadi lebar dan tajam kemudian membelah badan Musashi dengan kasar hingga organ-organ tubuhnya berserakan.

"Errkk—Keiji," Ieyasu menutup mulutnya karena tidak tahan melihat apa yang sedang ditontonnya.

PCAK

Tubuh Musashi hancur total dan berserakan kemana-mana. Bagian kiri tubuh Musashi terlempar hingga mengenai kedua kaki Keiji. Keiji menatap bagian setengah yang mengenai kakinya sesaat, lalu mengangkat kaki kanannya dan menginjak bagian lambung hingga hancur.

"Hei, Ketua. Coba perhatikan baik-baik," ucap Motochika, "Bercak darah dari Musashi sepertinya membentuk sesuatu,"

"Benarkah?" tanya Kojuuro.

"Ah, iya—Tapi aku tidak itu simbol apa—berbentuk seperti—gembok dan kunci?" sambung Masamune.

"Gembok dan kunci, katamu?" ucap Kenshin yang kemudian menoleh ke arah Hanbei, "Hanbei-kun, boleh kulihat lehermu sebentar?"

"Iya..." Hanbei mengangkat sedikit wajahnya dan memperlihatkan lehernya pada yang lain.

"Wow, tidak kusangka Kei-Eh, hei! Apa yang terjadi dengannya?!" Ieyasu berseru ketika melihat Keiji yang masih bersayap pisau dan memasang ekspresi layaknya seorang predator. Kedua gigi taringnya memanjang sepanjang kelingking dan kedua telinganya mulai meruncing serta pupil matanya ikut menajam.

"GRAAAAAAAAA!" Keiji yang tiba-tiba menjadi lepas kendali terbang menuju teman-temannya. Terhalang oleh perisai pelindung, Keiji meronta-ronta kencang sambil berusaha menghancurkan perisai yang menghalanginya.

"Sial! Ini diluar dugaan! Kalian cepat kemari! Kita akan melakukan operasi Torture Chamber," seru Kenshin yang panik menghubungi timnya melalui HTT.

"Torture...Chamber?" tanya Hanbei.

"Kita harus mengubah pabrik ini menjadi tempat penyiksaan-" jelas Masamune.

"EH?! Mengapa demikian?! Jangan siksa Keiji-kun! Jangan siksa teman kalian sendiri!" omel Hanbei.

"Jarang sekali dia mengamuk di luar kendali seperti kali dia seperti ini, kami berempat hampir terbunuh," sambung Motochika.

"Kalau dia tidak disiksa, dia akan permanen menjadi seperti itu," jelas Ieyasu.

"Maaf, Hanbei-Tapi, ini satu-satunya cara untuk menolong Keiji," ucap Kojuuro. Hanbei menatap Kojuuro tidak percaya.

"Operators, mulai operasi kendali: Torture Chamber," seru Hisahide pada anak-anak kelompoknya lalu terjun ke dalam pabrik.

"Ou!" Kojuuro dan timnya membalas lalu mengikuti Hisahide.

"TORTURE CHAMBER! STARTS!" Kenshin memberi perintah. Kelompok Kenshin mulai memasuki pabrik dilengkapi senjata api dengan jumlah banyak. Hisahide dan kelompoknya berpencar melingkar untuk berjaga-jaga bila Keiji suatu saat bisa menyerang diantara mereka.

"Hey! Happy-Go-Lucky Guy!" panggil Masamune sambil menembaki Keiji di punggungnya, "Umpanmu disini!"

"Grrr..." Keiji mendatangi Masamune dengan cepat. Masamune mulai merasakan detak jantungnya berdertak semakin cepat lalu, "NOW! PIRATE!"

"Jatuhkan rantainya!" ucap Motochika sambil menarik rantainya dari atas atap pabrik yang berubah ukuran menjadi besar dan panjang lalu mengikat Keiji dengan itu, "Keiji! Jangan serang kami!"

"GAAAH!" Keiji meronta berusaha melepaskan diri dari rantainya. Namun, ketika ia coba melonggarkan satu ikatan rantai, muncul duri-duri besar yang mulai menusuk tubuhnya.

JLEB JLEB

"GRAAAAA!" Keiji merintih kesakitan.

"Maaf, kawan. Itu demi kebaikanmu juga," bisik Motochika yang sedih melihat temannya tersiksa, "Giliranmu, Ketua,"

Kojuuro mengepalkan tangannya lalu mengangkat kepalannya perlahan. Pedang-pedang yang Kojuuro panggil mulai muncul dari permukaan dan menusuk kedua tangan dan kaki Keiji, "GRAAAAAAAAAAAAH!" Keiji kembali merintih kesakitan.

"Tch-" Kojuuro berusaha memalingkan wajahnya yang tidak kuasa menyaksikan temannya tersakiti, "Tokugawa,"

"Tahan," Ieyasu mengangkat tangannya memberi aba-aba pada kelompok Kenshin lalu menurunkan tangannya, "Tembak!"

Kelompok Kenshin mulai menembak ke arah Keiji. Peluru berjumlah banyak diluncurkan dan mulai menembus Keiji hingga membuat sekujur tubuh Keiji. Keiji berubah menjadi monster bermandikan darah, membuat teman-temannya semakin tidak kuat melihat kondisi Keiji.

"Graaaa!" Keiji meronta dan akhirnya berhasil melepaskan diri lalu menyerang kelompok Kenshin dan Ieyasu.

"Keiji!" Ieyasu menahan Keiji dengan kedua tangannya, "Keiji! Bangunlah!"

"GRAAA!" Keiji mendorong Ieyasu lalu menyakarnya tepat di bagian perut dengan sebilah pisau, "Ugh!" rintih Ieyasu.

"Keiji! Jangan sakiti temanmu sendiri!" teriak Masamune mulai mengeluarkan AK-47 miliknya dan mulai menembaki Keiji, "Kalau ingin menyakiti seseorang, akulah orangnya!"

"Grr-!" Tangan Keiji tiba-tiba terikat oleh rantai dan tertusuk kembali dengan sebuah pedang.

"Keiji! Bangunlah!" panggil Motochika yang menahan rantainya.

"Maeda! Bangun! Musashi sudah berhasil kau bunuh!" teriak Kojuuro.

"AAAAA!" Keiji mencabut paksa pedang yang menusuk tangannya lalu menarik rantai Motochika.

"Egh-" Motochika yang ikut tertarik mulai berdekatan jarak dengan Keiji. Keiji yang marah menendang perut Motochika lalu melempar balik pedang yang terikat rantai. Motochika terjatuh ke tanah dan tertusuk di bagian paha kanan oleh pedang Kojuuro, "Agh...Keiji..." rintih Motochika.

"Uuuggh.." Keiji menggerakan tangannya yang membentuk sebuah kode. Tubuh Masamune, Kojuuro dan Ieyasu tiba-tiba bergerak sendiri dan mulai berlutut.

"Agh! Keiji! Stop it!" rintih Masamune.

"Keiji-uggh!" rintih Ieyasu.

"Maeda-jangan-argh!" Kojuuro merintih keras.

"Keiji! Jangan-" Hisahide langsung menolong anak-anak asuhnya dengan mencengkram tangan ke tanah dengan kuat dan tak berapa lama, muncul api di kedua telapak tangannya yang mencengkram tanah dan mulai merambah ke seluruh pabrik, "Kalian! Serang dia!"

"Tch!" Masamune mengeluarkan Howa Type 89 dibalik jaketnya dan mulai menembaki Keiji.

"Maaf, kawan-" Motochika menggabungkan rantainya dan membentuk sebuah senjata berbentuk jangkar lalu menduplikatnya dan melempar salah satu ke arah Keiji.

"Keiji, aku pasti akan menyesal melakukan ini padamu," Kojuuro menarik dua pedang dari balik punggungnya dan dilempar pada Keiji.

Ieyasu berlari cepat menuju sebuah tiang besi panjang lalu mencabutnya, "Maaf, Keiji," Ieyasu melempar tiang tersebut ke arah Keiji.

Peluru, jangkar, pedang serta tiang yang dilemparkan ke arah Keiji mulai menusuk tubuh Keiji secara bersamaan. Hisahide yang menganggap ini sebagai kesempatan langsung mengobarkan api pada tubuh Keiji. Keiji yang tertusuk sekaligus terbakar tidak merespon apa-apa; baik merintih kesakitan atau berteriak keras. Tenggelam dalam api yang membakarnya, Keiji hanya terlihat sebagai bayangan hitam.

"Hei...Kenapa dia tidak merespon?" tanya Masamune kebingungan.

"Entahlah...aku juga tidak tahu," jawab Motochika.

Bayangan hitam yang terbakar dari api mulai mengangkat tangannya. Api yang membakar pabrik serta senjata-senjata yang menusuknya terlempar ke seluruh ruangan. Seluruh orang yang berada pabrik terlempar jauh hingga menabrak dinding. Masamune tertusuk pedang di perutnya, Ieyasu tertusuk jangkar yang menjepit tubuhnya, Motochika tertembak peluru di lehernya serta Kojuuro yang tertimpa tiang besi. Hisahide menabrak keras dinding dan mulai tergeletak di atas tanah.

"Keiji...jangan lakukan ini..." bisik Hisahide.

"DIAM!" Keiji yang mengamuk mengarahkan pisau-pisaunya pada Hisahide dan mulai menusuk dalam setengah tubuh Hisahide, "AGH!" rintih Hisahide.

"...Ke-Keiji...kun..." bisik Hanbei sedih, "Hentikan ini-"

"Hanbei, tenangkan dirimu-"

"Hentikan...kumohon-"

"Hanbei-"

"HENTIKAN!"

"Eh-Han-" Kenshin terkejut melihat Hanbei melompat ke dalam pabrik lalu berlari ke arah Keiji, "HANBEI! JAUHI DIA! DIA BERBAHAYA!"

Keiji mengeluarkan salah satu pisaunya dan berjalan pelan ke arah Kojuuro. Kojuuro yang mendengar bunyi langkah Keiji yang semakin dekat terus berkeringat dingin, "Keiji...jangan lakukan ini-" Namun, ucapan Kojuuro tidak ia dengar. Keiji mengangkat tangannya yang ingin menebas Kojuuro, "KEIJI! JANGAN LAKU-"

CRASH

Seluruh ruangan terkejut ketika melihat orang yang Keiji tebas bukanlah Kojuuro, melainkan,

"Ha-Hanbei?!" teriak Kojuuro.

Hanbei terluka pada bagian depan tubuhnya yang tertebas cukup dalam sehingga detak jantungnya terdengar sangat jelas, bahkan tanpa bantuan alat semacam stetoskop sekalipun. Keiji sendiri yang menebasnya ikut terkejut.

"...K...Kei-" Hanbei yang belum sempat melanjutkan kata-katanya mulai terjatuh ke tanah dan tak sadarkan diri.

"...Han...bei?" Keiji yang kembali pada alam sadarnya perlahan menutup sayapnya lalu menghampiri Hanbei yang tergeletak di tanah lalu merangkulnya, "Hanbei...?" panggil Keiji dengan nada sedih.

"Keiji-ini bukan salahmu-" ucap Kojuuro pelan.

"...Kalian kenapa...?" tanya Keiji kebingungan, "Ketua...Dokuganryuu...Ieyasu...Motochika...Boss..."

"Keiji-tch," Hisahide berusaha bangkit sambil mencabut pisau-pisau yang menusuknya satu persatu, "Ini diluar kendalimu. Jadi ini bukan salahmu," jelas Hisahide.

"Tapi..." Keiji menoleh ke arah Hanbei yang dirangkulnya, "...Huks..." Keiji mulai menangis.

"Hei, apa kamu Keiji Maeda?" tanya sebuah suara.

"...Ini...Nene kah?" sahut Hisahide.

"Nene...san?" ucap Keiji yang masih menangis.

"Hei...Jangan menangis..." Arwah Nene mulai muncul dihadapan Keiji, "Masa laki-laki jantan sepertimu menangis?" tanya Nene sambil menghapus air mata Keiji.

"..Aku...tidak sengaja..." Keiji menangis keras, "Anakmu..." ucapnya sambil memeluk Hanbei erat.

"Ara...Hanbei.." Nene menatap anaknya, "Dia memang begitu. Peduli pada orang-orang yang ia sayangi,"

"Maaf.." ucap Keiji yang terus menangis, "Aku hanya..."

"Ingin melindunginya, bukan?" sambung Nene, "Aku bisa melihatnya. Dari matamu tadi sudah ketahuan," Nene meletakkan tangannya di atas dada Hanbei yang terluka lalu menyembuhkannya sekejap kemudian pindah ke atas lehernya lalu menghilangkan simbol yang 'mengunci'nya dalam tubuh Hanbei, "Hei, Keiji. Aku punya permintaan,"

"...?" Keiji menatap Nene.

"Jaga Hanbei baik-baik, ya. Dan Hisahide-san, tolong jaga baik-baik Hideyoshi-sama," ucap Nene tersenyum yang perlahan mulai menghilang.

"Nona Nene!" seru Hisahide.

"Katakan pada mereka-Aku mencintai mereka. Terima kasih telah menjadi bagian hidupku selama ini-" Nene pun menghilang dihadapan mereka. Keiji yang merasa semakin bersalah kembali menangis kencang, "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

"...Nona Nene..." ucap Hisahide ikut bersedih. Kenshin melompat ke dalam pabrik dan menghampiri Hisahide lalu menepuk pundaknya pelan, "Ini bukan salahmu, Hisahide," ucap Kenshin sambil mengangkat HTT, "Ujimasa-san, Musashi sudah kami tangkap-" Kenshin terdiam sesaat, "Dan Nona Nene menghilang untuk selamanya,"

Malam itu pun menjadi malam tergelap bagi seluruh orang yang berada di pabrik itu.


Beberapa hari kemudian, di apartemen,

"Hanbei Toyotomi. Salam kenal," Hanbei memperkenalkan dirinya sambil menunduk di depan Yukimura, Sasuke dan Motonari yang sedang berkunjung.

"Salam kenal juga! Aku Yukimura Sanada!" balas Yukimura sambil berjabat tangan dengan Hanbei.

"Aku Sasuke Sarutobi dan ini Motonari Mouri," jelas Sasuke. Motonari mengangguk pelan.

"Hee—dia manis sekali—Pacar siapa? Pacar siapa?" tanya Yukimura semangat.

"Eh—pacar?" tanya Hanbei kaget.

"Kalau Masamune-dono dan yang lain bawa seseorang kemari, bisa jadi kalian bisa pacaran," jelas Yukimura semangat.

"Ahahaha! Yukimura-ku ini bisa saja!" Masamune memeluk Yukimura dengan erat.

"O—oh, jadi hal ini lumrah, ya?" tanya Hanbei syok.

"Tadi, kau bilang—Toyotomi, ya? Pemimpinnya yaitu Hideyoshi Toyotomi," tanya Motonari.

"Iya," Hanbei mengangguk.

"Commentétait votrepère?" tanya Motonari pada Hanbei memakai bahasa Perancis.

"Ilest très bien.Maisnous ne pouvons pasrester à la maisonen ce moment. Alors, ilreste àla maison de sonamialors queje reste ici," Hanbei menjawab dengan santai.

Kojuuro, Masamune, Motochika, Ieyasu dan Yukimura yang melihat mereka berbicara memakai bahasa Perancis merasa ketinggalan zaman.

"Kalian ngerti, tidak?" tanya Kojuuro.

"Ah—Motonari cuma tanya kabar tuan Toyotomi saja," jawab Sasuke.

"NII-SAN NGERTI?!" tanya Yukimura kaget.

"Ahaha, pas vraiment," balas Sasuke memakai bahasa Perancis lalu tertawa.

"Persetan dengan bahasa Perancis," ucap Masamune kesal.

"Aku pulang," seru Keiji yang masuk ke dalam apartemen.

"Selamat da—HIII! MA—MA—MAEDA-DONO! KENAPA TUBUH ANDA—" Yukimura mulai menjauh dan bersembunyi di belakang Motonari.

"Ini? Ah, kulit cuma kelupas sedikit saja kok," jawab Keiji santai.

"TAPI TIDAK PERLU MENUNJUKKAN URAT NADI-NYA SEGALA KAN?!" Yukimura semakin menjauh.

"Tapi kelihatannya luka yang di tanganmu itu tidak sama," ucap Sasuke sambil menunjuk ke arah luka di tangan Keiji yang membiru.

"Oh, ini? 8 hari lalu bekas digigit anjing sih di taman—Anjing husky, dan ada pemiliknya juga—laki-laki kurus dengan rambut abu-abu pendek—poninya maju," jelas Keiji.

"Kalau tidak salah nama pemiliknya Mitsunari Ishida, bukan?" sambung Hanbei.

"Mitsunari, katamu?" Ieyasu terkejut.

"Iya—Kau kenal dengannya, Ieyasu?" tanya Hanbei.

"Ah—tidak—hanya saja pernah mendengar nama itu," jawab Ieyasu malu sambil menggaruk kepalanya.

"Heee—" Motonari memasang wajah usil, "Dia siapamu, Tokugawa?"

"Bukan siapa-siapa!" bantah Ieyasu dengan wajah merah.

"Oh, begitu? Jadi kamu selalu jengkel oleh teman-teman yang lain bahwa mereka baru jadian—Karena kamu udah ada doi duluan?" tanya Motonari menoel pelan hidung Ieyasu.

"Ah! Pantas saja aku selalu melihat tulisan 'Laskar Cinta' di kamar Ieyasu! Jadi itu ulahmu, toh? Berpura-pura sendirian padahal sudah ada pacar~ Hayo, ngaku!" Motochika berusaha mendesak.

"Ka—kalian ini—Jangan paksa aku dong, pasangan tukang korek-korek aib!" Ieyasu berusaha lari namun ditahan oleh Motonari.

"Ayo, ngaku aja," Motonari tersenyum lebar.

"Ikutan~ Ikutan~" Motochika ikut menghadang Ieyasu.

"Hiiii—" Ieyasu hanya bisa menangis.


Malam hari, Keiji dengan santai bersandar di kasurnya sambil membaca majalah sementara Hanbei mengambil handuk Keiji dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

"Keiji-kun, aku mandi sebentar," ucap Hanbei.

"Ah iya, baiklah," jawab Keiji santai.

CSSSS

Suara air dari kamar mandi terdengar di kamar Keiji. Keiji yang sedang asyik membaca dan tiba-tiba langsung menutup majalahnya begitu saja. Tatapan Keiji berubah menjadi kosong lalu ia bangkit dari tempat tidurnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Dibukalah pintu kamar mandi oleh Keiji, dilihatnya Hanbei yang sudah telanjang bulat sedang membersihkan punggungnya.

"...Ya?" tanya Hanbei dengan tatapan yang juga kosong. Keiji hanya terdiam lalu masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi.

"Hanbei...aku..." ucap Keiji pelan dengan nada sedih.

"Tidak apa-apa...Itu bukan salahmu. Hisahide sudah menjelaskan semuanya padaku," jawab Hanbei berusaha menyemangati Keiji agar ia tidak menyalahkan dirinya sendiri.

"Tapi-" Keiji menundukkan kepalanya. Hanbei menepuk pelan kedua pipi Keiji dengan tangannya yang basah dan penuh busa.

"Itu bukan masalah, Keiji-kun~" ucap Hanbei sambil menyubit kedua pipi Keiji, "Itetetete-" rintih Keiji perih.

"Demi yang terbaik, bukan?" Hanbei bertanya sambil memandang Keiji.

"...Ya," Keiji berusaha tersenyum. Hanbei yang kesal dengan respon Keiji langsung menggembungkan pipinya, "Unf. Keiji-kun menyebalkan,"

"Siapa bilang?" Keiji menepuk kedua tangannya ke pipi Hanbei dan membuat pipi Hanbei kempis. Keduanya kemudian tertawa bersama. Berselang 7 detik, keduanya kemudian terdiam lalu mendekatkan wajah satu sama lain dan berciuman.


"Apa Keiji sudah merasa baikan?" tanya Kojuuro.

"Entahlah...kuharap begitu," jawab Motochika.

"Jadi ikut merasa bersalah juga," sambung Masamune.

"Kalian...KENAPA JADI KUMPUL DI KAMARKU?!" protes Ieyasu.

"Oh, itu ya tulisan 'Laskar Cinta' buatan Ieyasu?" Kojuuro menunjuk ke arah lemari pakaian Ieyasu.

"Ketua! Jangan keras-keras!" bantah Ieyasu.

"Yap. Ikatan dia dengan orang yang bernama Mitsunari ini—kalau menurut ramalan Motonari," sambung Motochika.

"Hee—pacar kurusmu itu bisa meramal? Tanya deh kapan Ieyasu akan dapat jodoh," ejek Masamune.

"Dokuganryuu! Tiada maaf bagimu!" Ieyasu mulai menangis.

"Tch—Kojuuro, kenapa malah mengajak kami berkumpul di kamar Ieyasu? Tidak ada yang menarik disini!" ucap Masamune kesal yang akhirnya membuat Ieyasu naik pitam dan keduanya mulai bertengkar.

"Siapa juga yang mau kalian di kamarku?!" teriak Ieyasu sambil menjambak rambut Masamune.

"Aku lebih baik mendengar suara orang yang sedang bersetubuh ketimbang main di kamar—" Ucapan Masamune terhenti ketika ia mendengar sebuah suara datang dari dinding belakang tempat ia bersandar, "Nhh.."

"...Tunggu—" Masamune mengorek telinga kanannya dengan jari kelingkingnya, "Siapa yang kamarnya berada di sebelah kamarmu, Ieyasu?"

Kojuuro dan Motochika hening sesaat lalu berjalan mendekati dinding tempat suara itu terdengar, "Keiji Maeda," ucap mereka bersamaan.

Seluruh kamar pun hening. Kojuuro, Masamune, Ieyasu dan Motochika langsung mendekati dinding dan menempelkan telinga mereka ke dinding.

"Dokuganryuu! Jangan terlalu dekat! Sempit sekali!" protes Ieyasu.

"Itu karena badanmu besar, idiot!" Masamune membalas kesal.

"Hei—hei, kalian berdua, diamlah," ucap Kojuuro yang sedang konsentrasi mendengar apa yang dilakukan suara tersebut dengan Motochika yang ikut mendengar disebelahnya sambil memasang alat untuk menetralkan suara dari kejauhan.

("Itu kurang kerjaan sekali, Motochika Chosokabe!") batin Ieyasu dan Masamune yang terkejut melihat apa yang Motochika lakukan.

"Nhh...Kei—Aah—"

"Nih, Masamune. Permintaanmu tadi. Mereka memang sedang bercinta—" jelas Motochika.

"Yes! Nice!" Masamune berbisik senang.

"Sakit—Kei—"


"Ke-Keiji-kun-sakit..." desah Hanbei yang kesakitan menghadap dinding kamar mandi dan terbasahi air shower.

"Sebentar-ugh-" Keiji mendorong pelan masuk ke dalam Hanbei.

"AH!" Hanbei mendesah keras, "Uhnn..."

"Hhh.." Keiji bergerak pelan lalu memegang tangan Hanbei yang menahan di dinding kamar mandi. Air shower yang terus menyala membasahi tubuh mereka yang panas.

"Uhn!" Keiji menyadari dirinya berhasil menemukan titik sensitif milik Hanbei mulai mendorong berkali-kali menyerang titik tersebut disusul Hanbei yang terus mendesah keras, "Ah-AAH!"

"Hanbei...Hanbei.." panggil Keiji yang terus menyeran titik sensitif Hanbei.

"Ke-Keiji-kun?" panggil Hanbei sambil mendesah.

"...Ya?" respon Keiji.

"...Jangan tinggalkan aku sendiri," bisik Hanbei menitikkan air mata. Keiji yang mendengar ucapan Hanbei terkejut bukan main lalu menundukkan kepalanya serta badannya gemetar.

"Han...bei...berani bilang begitu..." bisik Keiji dengan suara dalam, "Aku akan-"


FWAP

"...Suara apa ini...?" ucap Motochika bingung.

"Suara seperti apa?" tanya Kojuuro, "Aku tidak dengar,"

"Suara seperti—"

KRAK

Mendengar suara tersebut; Masamune, Motochika, Ieyasu dan Kojuuro terlompat kaget dan berlari keluar kamar Ieyasu menuju kamar Keiji, "KENAPA HARUS SAYAP PISAUNYA KELUAR JUGA, KEIJI MAEDA?!"


Sementara itu, di suatu pemakaman umum, Mitsunari sedang menaruh buket bunga mawar di depan sebuah batu nisan.

"Semoga harimu di alam sana terus menyenangkan, Ieyasu," ucapnya sambil mengelus pelan batu nisan yang bertuliskan: "IEYASU TOKUGAWA"


Di tempat yang tidak diketahui, sesosok bayangan sedang berkomunikasi lewat telepon genggam.

"Bocah Musashi kalah? Sudah kubilang dia bukan anak yang tangguh,"

"Yah—tapi dia cukup bisa diandalkan,"

"Yang dia inginkan hanya balas dendam. Begitulah kebanyakan anak-anak,"

"Yang terpenting adalah dia sudah menyelesaikan tugas. Lain waktu aku mengandalkanmu, Yoshimoto,"

"Serahkan semua padaku, kekeke!"

Telepon pun selesai. Bayangan itu memasukkan teleponnya ke dalam sakunya lalu tersenyum lebar.


TO BE CONTINUED

HUTANGKU KEBAYAR! HUTANG OH HUTANG! MAAF LAMA MENUNGGU! SIBUK BANGET! MAAF BANGET RASANYA KOKORO INI! MOHON MAAF! R & R please~

The Guilty Kichikuri61 hasa logged out