Title: Oh! My Teacher

Author: att jennyluvera

Disclaimer: YeWook belongs to each other

Warning(s): Smut, NC 21, Typo(s), AU, OOC, etc.

.

.

.

.

.

OH! MY TEACHER, Chapter 8

…"Aigo… siapa sih anak-anak mesum yang menjadikan UKS sebagai sarang asusila? Murid-murid jaman sekarang benar-benar parah!"

Yesung yang melewati ruang UKS hanya bisa cengar-cengir mendengar gerutuan tukang bersih-bersih sekolah dari pintu ruang UKS yang sedikit terbuka. Dia memang kembali ke sekolah lagi setelah mengantar Ryeowook karena ada beberapa tugas yang lupa ia ambil. 'Lebih baik aku cepat pulang,' pikirnya. Jangan sampai pegawai sekolah itu tahu jika dia yang membuat kekacauan di ranjang UKS. Benar-benar guru tidak baik!...

.

.

.

.

.

OH! MY TEACHER, Chapter 9

Bulan demi bulan berlalu dengan begitu cepat. Hubungan spesial antara Yesung dan Ryeowook yang dirahasiakan berjalan dengan mulus. Keduanya—terutama Ryeowook—semakin pintar berbohong demi bisa bersama satu sama lain tanpa ada yang curiga. Dan itu membuat Yesung semakin gencar 'menyentuh' Miele-nya.

"Wookie, ambilin selai di depanmu itu dong," pinta Kyuhyun yang duduk di sebelah kiri Ryeowook sekaligus di depan Sungmin. Pagi ini, dia datang lagi ke rumah Sungmin. Seperti biasa, dia menumpang makan di rumah namja bergigi kelinci itu, lalu membayarnya dengan cara memberikan tumpangan mobil untuk berangkat ke sekolah.

Ryeowook yang hampir menggigit roti tawar di depan mulutnya pun merengut. Ia menaruh rotinya kembali di piring, lalu mengambil selai yang Kyuhyun maksud dan memberikannya pada setan ikal itu.

Kyuhyun menerima selainya sambil nyengir evil. "Gomapta ne, adik ipar~"

TUUIING~ PLUK! Selembar roti tawar berselai strawberry mampir dengan mulusnya di wajah tampan Kyuhyun. Roti itu melorot jatuh meninggalkan sisa-sisa selai strawberry di wajah Kyuhyun.

"Kau punya tangan 'kan, Kyu? Ambil sendiri dan jangan mengganggu adikku yang mau makan!" kata Sungmin—si pelaku pelemparan roti selai—ketus.

Jika digambarkan dalam bentuk komik, dari mata Kyuhyun pasti mengalir air terjun—air mata—yang melengkung indah bagaikan kuncir kuda. Kyuhyun memperlihatkan wajah nelangsa. "Ming, tega sekali kau padaku, chagi?"

Ryeowook bersorak dalam hati melihat penderitaan Kyuhyun. "Dunia pasti berputar," gumamnya yang dapat terdengar jelas oleh telinga Kyuhyun.

Kyuhyun pun hanya bisa menggeram kesal mendengar olok-olokkan Ryeowook. Membalasnya sama saja meminta roti tawar terbang ke wajahnya untuk yang kedua kalinya.

Sungmin menampakkan ekspresi mau muntah mendengar panggilan baru yang dilontarkan oleh bibir Kyuhyun. "Ming? Idih.."

Ryeowook melanjutkan makannya tanpa peduli lagi pada Kyuhyun dan Sungmin. Ia menggigit rotinya dan mengunyahnya pelan-pelan sambil mengayun-ayunkan kakinya di bawah meja.

"Teukie Umma mau kemana?"

Sungmin dan Ryeowook mendongak begitu mendengar suara Kyuhyun yang menyebut-nyebut nama ibu mereka. Sungmin pun memutar tubuhnya ke belakang.

Mata Ryeowook berkedip bingung melihat sang ibu yang membawa koper yang cukup besar setelah keluar dari kamarnya. "Umma kenapa bawa koper sebesar itu?" tanyanya.

Leeteuk tersenyum lembut pada tiga remaja itu. "Umma mau ke rumah Halmeoni. Dia sedang sakit, sayang, jadi Umma harus menjaganya."

"Halmeoni sakit? Sakit apa?" tanya Sungmin.

Leeteuk mengedikkan bahu. "Umma harus ke sana supaya tahu."

"Tapi aku masih ujian, Umma. Tidak bisa ikut membantu," kata Sungmin sedikit mengeluh. Ryeowook mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju karena diapun juga sedang mengikuti ujian semester gasal.

Leeteuk mendekati si sulung dan mengusap kepalanya. "Kalian 'kan bisa datang saat sudah liburan. Tidak apa-apa ya Umma tinggal?"

"Tidak apa-apa, Umma. Sangat tidak apa-apa!" ucap Kyuhyun semangat.

Leeteuk hanya geleng-geleng. "Jangan berbuat macam-macam pada Sungminnie, Kyu!"

"Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh namja yang baru berumur enam belas tahun sepertiku, Umma?" kata Kyuhyun sambil berkedip sok polos.

"Apapun bisa dilakukan oleh setan, Kyu. Apalagi yang otaknya ngeres," kata Sungmin.

Kyuhyun melongo. "Siapa yang setan?" tanyanya.

"Yang tanya," jawab Sungmin dan Ryeowook serempak. Kyuhyun gigit serbet.

"Umma, aku tetap tidak bisa ikut. Setelah ujian, aku harus mengikuti bimbingan belajar dan tutorial. Aku 'kan sudah kelas tiga, Umma," ucap Sungmin lagi.

"Ya sudah, Umma sendiri juga tidak apa-apa, sayang." Leeteuk mengecup pipi dan dahi Sungmin, lalu memeluknya sekilas. "Jaga diri, belajar tekun, lalui ujian dengan baik dan jangan tidur larut malam. Umma sayang Minnie."

Sungmin balas memeluk ibunya. "Aku juga sayang Umma. Umma jangan pergi lama-lama, ya? Jangan lupa telfon!"

"Iya-iya. Anak Umma makin hari makin manja, eoh?" Leeteuk menyentil hidung Sungmin. Setelah itu ia menghampiri putra bungsunya dan mencium pipi serta dahi Ryeowook. Sama seperti yang dilakukannya pada Sungmin. "Wookie, jaga hyung-mu, ya? Dengarkan kata Sungminnie, jangan membantah dan jangan keluyuran selama Umma pergi. Setelah kau dapat libur dari sekolah, tidak perlu menemani Umma di tempat Halmeoni. Temani hyung-mu saja! Umma sayang Ryeowookie." Didekapnya Ryeowook dalam hangat tubuhnya.

Ryeowook memeluk pinggang ibunya. Menghirup wangi yang menguar dari tubuh bak malaikat itu. Tidak salah jika ibunya menyuruhnya untuk menjaga Sungmin walau namja aegyo itu lebih tua satu tahun darinya. Itu semua karena Sungmin lebih manja daripada Ryeowook.

"Aku juga sayang Umma. Umma jaga diri baik-baik! Kalau Halmeoni 'kambuh', jangan diambil hati. Anggap saja Halmeoni sedang menghafal naskah drama," kata Ryeowook. Ia sangat tahu jika neneknya tidak menyukai ibunya meskipun dia tidak tahu apa alasannya. Sang nenek selalu menghardik ibunya dengan kasar.

Leeteuk tertawa kecil mendengarnya. "Ne, aegya. Gomapta~" Dicubitnya gemas tulang yang menonjol di pipi Ryeowook. Ia menegakkan tubuhnya dan membuka tangannya agak lebar. "Sini Kyu, peluk Umma!"

Kyuhyun terkekeh pelan. Ia bangun dari duduknya dan memeluk ibu dari namja yang sangat dicintainya. "Hati-hati di jalan, Umma. Kalau Halmeoni bau tanah itu berani melukai hati Umma, katakan padaku! Aku akan dengan senang hati berucap 'manis' padanya sepanjang hari."

Leeteuk mengacak-acak rambut Kyuhyun. "Tidak boleh begitu, Kyu. Bantu Umma menjaga Sungminnie dan Ryeowookkie, ya? Jangan menjahili mereka, okay?"

"Menjahili orang adalah rutinitasku, Umma. Bagaimana mungkin aku tidak melakukannya?" gurau Kyuhyun.

"Menjahiliku dan Wookie sama saja memintaku menghajarmu, Kyu," kata Sungmin nyolot.

"Bercanda, Ming chagi~" Kyuhyun membuat tanda V dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Ya sudah, Umma pergi dulu. Jangan berangkat terlalu siang dan jangan lupa kunci pintu, mengerti?" pesan Leeteuk sembari berjalan keluar.

"Arraseo, Umma~" sahut ketiga remaja beda usia itu serempak.

.

.

.

.

.

"Mimi-ge banguuun~ nanti telat lho berangkat sekolahnya," seru Henry yang baru saja keluar dari kamar mandi dan berdiri di depan tempat tidurnya dengan Zhoumi. Mau bagaimana lagi, Zhoumi hanya punya satu kamar sehingga dia harus tidur satu ranjang dengan Zhoumi sejak pertama kali datang. Bagi Henry tidak masalah karena Ryeowook bilang hal itu bisa membuat Zhoumi jatuh cinta padanya.

Henry tidak tahu saja jika pendapat Ryeowook adalah pendapat yang sesat. Tidur satu ranjang dengan koala mesum bukanlah suatu masalah? Lalu apa? Petaka?

Ya meskipun Zhoumi tidak pernah berbuat macam-macam pada Henry, sih. Pemuda tinggi itu 'kan masih kekeh dengan sumpah serapahnya yang menyatakan bahwa dirinya normal. Tapi apa bisa dikatakan normal jika dia selalu meneguk ludahnya dengan tatapan lapar saat melihat Henry hanya memakai celana dalam di depannya setiap pagi, sama seperti sekarang?

Pemuda tinggi itu memang segera bangun dari tidurnya setelah mendengar celotehan Henry. Ia tidak mau Henry marah dan ngambek padanya. Mengembalikan keceriaan Henry sangat sulit. Namun sekarang Zhoumi benar-benar berharap agar bisa mengulang waktu dan kembali tidur tanpa mempedulikan Henry.

Bagaimana tidak? Matanya yang baru saja menerima bias cahaya matahari pagi sudah disuguhi dengan pemandangan tubuh putih mulus Henry yang basah sehabis mandi dan hanya memakai celana dalam. Henry yang sedang memakai seragamnya tak menyadari jika Zhoumi mupeng melihatnya.

Sepertinya semua rumus dan hafalan yang dipelajari Zhoumi sejak kemarin hingga jam dua dini hari lalu langsung melayang seketika. Hilang sudah rumus rumit yang sudah disimpan rapat-rapat dalam memori otaknya. Andai soal-soal ujiannya berubah menjadi soal-soal berbau porno, dengan menutup mata saja dia bisa mendapat nilai sempurna.

Henry memakai jasnya sambil mengernyit menatap Zhoumi. "Mimi-ge kok malah bengong, sih? Sana mandi! Aku nggak mau telat cuma gara-gara gege yang nggak mandi-mandi!"

Zhoumi langsung gelagapan lantaran kepergok sedang memandangi Henry. Untuk namja mochi itu tidak sadar dengan arti dibalik tatapannya. "I-iya, Mochi."

.

.

.

.

.

"Ngh.. hyung, jangan menggodah..kuhh.." desah Ryeowook. Kini ia sedang berada di dalam ruang kerja Yesung. Menghabiskan waktu istirahatnya yang singkat untuk memperdalam materi pelajaran yang belum terlalu dipahaminya—sambil berduaan dengan Yesung—.

Yesung menjauhkan bibirnya yang sejak tadi menggigit dan menghisap perpotongan leher Ryeowook. Ia menelusupkan kedua tangannya di pinggang namja cantik itu. Mengeratkan pelukannya pada namja yang terapit oleh kedua kakinya.

"Wae, Miele?" tanya Yesung.

Ryeowook menghela nafas. "Aku tidak pintar dalam pelajaran bahasa Italia, hyung," keluhnya.

"Mau kubantu?" tawar Yesung.

Ryeowook mengerjapkan matanya. "Kau bisa?"

Yesung terdecak. "Kau pikir kenapa aku memanggilmu 'Miele' yang jelas-jelas bahasa Italia?"

Ryeowook tertegun. Ia baru sadar jika Miele memanglah bahasa Italia, Yesung sendiri pernah mengatakannya dahulu. "Ah.. aku lupa." Ia sedikit membalik badannya hingga kedua pandangan mereka bertemu. "Bantu aku ya, hyung~" pintanya manja.

Yesung menggigit gemas ujung hidung Ryeowook. "Kau bisa memberiku apa jika aku membantumu?"

"Apapun! Apapun!" jawab Ryeowook semangat.

"Jeongmal?" selidik Yesung. Ia menjilat bibir bawahnya yang terasa kering. Menatap Ryeowook dengan pandangan lapar.

GLUK

Ryeowook meneguk ludah kesusahan. Ia mulai bisa menerima sinyal-sinyal mesum Yesung yang sedang on.

Merasa tidak mendapat jawaban, Yesung langsung meraup penis dan twinsball Ryeowook dalam kepalan tangannya. Meremasnya cukup keras dan sedikit menggesek bibir manhole-nya.

"Aangh~" Ryeowook mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam nikmat.

Yesung menyurukkan wajahnya ke leher Ryeowook. "Eotteokhe, Miele~" tanyanya dengan suara yang terdengar berat dan seksi. Diremasnya lagi penis Ryeowook.

"Eungh~ a-apa yang kau minta, nnngh~ hyung?" Ryeowook mengalungkan tangannya di tengkuk Yesung. Mendongak kearah langit-langit, bertolak belakang dengan Yesung yang menunduk dan menghirup wangi leher Ryeowook yang memabukkan. Ryeowook menjambak kasar rambut Yesung lantaran merasa nikmat dengan nafas Yesung yang menggelitik lehernya. Lehernya semakin mendekat ke hidung Yesung.

"Concedetevi me, il mio Miele!" bisik Yesung.

Ryeowook sedikit mengernyit walau rona nikmat masih menguasai wajahnya. "Non capisco, Master (aku tidak mengerti, Seonsaengnim)," ucapnya polos.

Yesung menepuk gemas kepala Ryeowook. "Aku bilang, puaskan aku, Miele-ku!"

Ryeowook bersemu merah. Dengan kesal ia menepuk pundak Yesung. "Aku 'kan memang selalu memberimu pelayanan yang memuaskan!" dengusnya.

"Aish.. kekasihku mulai tidak polos lagi, eoh?" Yesung mengapit hidung Ryeowook. Kekasihnya itu hanya menggembungkan pipinya sebal. "Memuaskan dan melayani itu dua hal yang berbeda, Miele~"

"Apa maksudmu, hyung?" tanya Ryeowook bingung. Apakah itu berarti Yesung tidak pernah puas dengan pelayanannya? Enak saja dia bicara begitu, gara-gara guru mesum itu 'kan Ryeowook jadi kehilangan keperjakaannya. Awas saja jika Yesung sampai mencampakkannya. Ia akan memaku kedua tangan dan kaki Yesung di dinding kamarnya. Menjadikannya Yesus kedua! Yesus, Yesung, tidak jauh berbeda, bukan?

Tangan Yesung menyusup ke dalam baju seragam Ryeowook. Naik ke atas dan menemukan nipple pink-nya yang kecoklatan. Dipelintirnya kencang tonjolan kecil itu.

"Eungh!" Ryeowook memekik merasakan nipple-nya yang dikerjai oleh Yesung.

Seringai iblis tercetak di bibir Yesung. "Memuaskanku artinya memberiku pelayanan sampai aku puas. Dan itu harus lebih dari tiga ronde lho, Miele~"

"MWO?" Ryeowook melotot. "Aangh! Yesung hyunghh~"

.

.

.

.

.

Ryeowook memegang selembar soal ujiannya dengan kedua tangan. Matanya melotot kaget. Ia terlalu syok karena seluruh soal yang disuguhkan Yesung padanya—dan harus dijawabnya dalam sisa waktu 15 menit istirahat—tercetak jelas di lembar itu. Hanya angkanya saja yang dibolak-balik dengan kalimat yang berbeda kata namun maknanya tetap sama.

Meski saat Yesung mengetesnya, ia hanya mendapat 10 jawaban benar dari 40 soal pilihan ganda, tapi Yesung tetap mengajarinya—dalam waktu kilat—dan memberikannya jawaban yang benar.

Ryeowook benar-benar ingin melompat saking senangnya. Sepertinya dia akan mendapatkan nilai tinggi untuk pelajaran yang sukar baginya itu.

Dengan semangat menggebu-gebu Ryeowook mengerjakan soal-soalnya. Membiarkan seorang namja koala merah di kursi dekat jendela menatapnya heran sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Wookie, kau kesurupan apa?" gumam Zhoumi sambil bergidik ngeri. Ia menatap soalnya kembali dan wajahnya berubah lemas. 'Percuma menghafal kosakata, semuanya buyar saat melihat tubuh—hampir—bugil Henry,' gerutunya dalam hati.

'Yesung hyung, aku mencintaimu! Sangat, sangat dan sangat mencintaimu!' teriak Ryeowook girang dalam hati.

Ryeowook baru sadar jika Yesung sangat tahu apa pelajaran yang paling disukainya, apa pelajaran yang paling dibencinya. Ia mendapatkan nilai bagus di pelajaran apa dan mendapatkan nilai buruk di pelajaran apa.

Beruntungnya punya kekasih seorang guru wali kelas. Tampan, pintar, bisa diandalkan, perfect!

Tapi saat mengingat perjanjian sepihak yang dilakukannya dengan Yesung, tawa Ryeowook langsung terhapus. Ia berbalik sedikit. Menengok pantatnya walau sebenarnya yang ingin ia tengok adalah anusnya. 'Aish.. mau jadi apa nih anusku kalau begini?'

Sekarang Ryeowook tahu, Yesung tidak sempurna. Dia memang tampan, pintar, bisa diandalkan dan selalu memanjakan Ryeowook. Tapi dia juga MESUM! Mesum semesum-mesumnya!

Ryeowook menyurukkan kepalanya ke meja. 'Tapi aku tetap cinta walau dia mesum. Hueeee~'

Zhoumi yang tak sengaja melihat Ryeowook pun hanya geleng-geleng. 'Wookie, kau benar-benar sudah kehilangan kewarasanmu. Tadi girang, sekarang lemas. Seingatku kau bukan AB-line deh.'

.

.

.

.

.

"Selamat siang, Song Ahjumma~" sapa Leeteuk berbisik. Ia meletakkan kedua tangannya di bahu wanita tua yang sebaya ibunya dan memijitnya pelan.

Bibi Song tersentak kaget. Pembantu setia ibu mertua Leeteuk itu pun menoleh. "Tu—"

"Sssstt~" potong Leeteuk cepat.

Bibi Song tersenyum canggung. "Maafkan saya, Nyonya Kim. Sejak kapan Anda ada di dapur—di rumah ini?"

Leeteuk tersenyum. "Baru saja." Ia menunjuk koper besarnya yang ia taruh di dekak meja pantry. "Bagaimana kabar Ahjumma?"

"Seperti yang Anda lihat, Nyonya," sahut Bibi Song ramah sambil kembali menyibukkan diri dengan bubur buatannya.

"Teukie lebih baik, Ahjumma~" ucap Leeteuk. "Kubantu, ya?"

"Aish.. tidak boleh. Anda pasti lelah 'kan, Nyo—Teukie? Istirahatlah selagi Nyonya Besar sedang tidur." Bibi Song menepuk gemas tangan Leeteuk yang sudah siap memegang sendok sayur.

Leeteuk terkekeh pelan. "Umma tidur? Aku ke kamarnya, ya?" ijinnya.

"Teukie, datang kemari saja kau sudah termasuk nekad, untuk apa menemuinya juga? Mau menciptakan bencana?" Bibi Song mendesah.

"Umma sakit, Ahjumma. Aku harus merawatnya sampai sembuh," kata Leeteuk lembut.

Bibi Song menatap haru menantu majikannya itu. Dipeluknya tubuh ramping Leeteuk. "Teukie... kau baik sekali, hum? Tuhan pasti kehilangan satu malaikatnya saat kau dilahirkan. Kapan Nyonya Besar akan menyayangimu yang tulus ini?"

"Ahjumma, sudah... jangan menangis... nanti aku dimarahi Umma." Leeteuk menepuk-nepuk punggung Bibi Song.

Bibi Song membelai rambut panjang Leeteuk. "Teukie, sampai kapan kau akan bertahan, Nak? Sampai kapan kau akan berbohong? Sudah berapa tahun, eoh?"

Leeteuk tersenyum miris. Melepaskan pelukannya dan menghapus setitik air di matanya. "Delapan belas tahun, mungkin. Aku akan terus bertahan sampai Umma mau menerimaku."

Bibi Song menangkup pipi Leeteuk. Membelai pipi wanita yang telah dianggapnya sebagai anaknya sendiri. "Jangan berbohong lagi. Kau sudah terlalu lama tersiksa, chagi.."

"Tidak bisa, Ahjumma. Harus seperti ini. Setidaknya sampai Umma mau menerimaku." Leeteuk menurunkan tangan Bibi Song. "Aku ke kamar Umma sebentar ya, Ahjumma?" ucapnya dan langsung melenggang pergi tanpa mempedulikan helaan nafas yang dikeluarkan Bibi Song.

"Keras kepala, sama seperti mendiang suamimu," ucap Bibi Song sambil geleng-geleng.

.

.

.

.

.

Leeteuk berjalan mengendap-endap masuk ke dalam kamar ibu mertuanya. Ia tersenyum lega melihat ibunya yang terlelap. Wanita cantik berhati malaikat itu menjatuhkan tubuhnya di pinggir ranjang, tepat di samping kaki kanan ibunya.

Dipijitnya pelan kaki ibu mertuanya. Selembut mungkin agar sang ibu tidak terbangun. Ia tersenyum memandangi nenek dari kedua putranya. Ibu dari seorang pria yang amat dicintainya hingga saat ini walau pria itu telah menghadap Sang Waktu.

"Eungh.." Nyonya Kim melenguh ketika terbangun dari tidurnya. Wanita yang telah dipenuhi oleh rambut putih itu mengangkat kepalanya, menengok siapa orang yang memijit kakinya. "Kau.." Ia memperjelas pandangannya. "KAU?!"

Leeteuk terlonjak. Ia menjauhkan tangannya dari kaki Nyonya Kim dan menyembunyikannya dibalik punggungnya. "Um-Umma.."

Nyonya Kim mendudukkan dirinya dengan cepat. Mengambil gelas kaca di meja nakas samping tempat tidurnya dan menyiramkan air putih di dalamnya ke wajah Leeteuk. "JANGAN PANGGIL AKU 'UMMA'!"

Leeteuk menunduk sedih sembari mengusap wajahnya yang basah dengan telapak tangan. "Maafkan aku.." lirihnya ketakutan.

"Untuk apa kau datang kemari? Sudah kukatakan untuk tidak menginjakkan kakimu di rumahku, 'kan? Aku tidak mau rumahku dikotori oleh makhluk hina sepertimu!" Nyonya Kim memandang tajam Leeteuk.

"Umma sedang sakit. Aku hanya ingin merawat Umma, tidak lebih," kata Leeteuk.

Nyonya Kim mendelik. "Apa kau tuli? Jangan panggil aku 'Umma'! Dan tidak usah sok peduli padaku!"

Leeteuk mengangkat wajahnya. Membiarkan ibu mertuanya melihat tatapannya yang terluka. "Umma.. aku menantu Umma.."

"Tidak! Kau hanya makhluk jalang yang berselingkuh di belakang putraku, lalu membunuhnya," desis Nyonya Kim.

Hati Leeteuk serasa dicabik-cabik mendengar hinaan Nyonya Kim. "Aku tidak pernah berselingkuh, Umma. Aku hanya mencintai Kanginnie. Dan aku tidak membunuhnya. Itu kecelakaan, Umma.."

Nyonya Kim turun dari ranjang queen size-nya. "Pembohong! Jika dia tidak melihat perselingkuhanmu dengan pria cantik itu, dia tidak mungkin kecelakaan! Kau itu pembunuh anakku, Park Jungsoo!" Didorongnya tubuh Leeteuk sampai terjatuh di tepi ranjang.

"Akh!" Leeteuk memekik merasakan tubuhnya yang didorong kasar sampai terjatuh di lantai yang keras. Setetes airmata yang ditahannya terjatuh. Bahkan nama yang telah dikuburnya dalam-dalam pun kembali terucap dari bibir ibu mertuanya. Terlebih lagi tanpa marga sang suami. Itu sangat menyakitinya.

"Aku tidak pernah berselingkuh, Umma. Tidak pernah.. kalian salah paham.." isak wanita cantik itu.

"Bagaimana bisa kau mengelak padahal anakku melihatnya sendiri, Park Jungsoo?! Pergi kau dari rumahku!" Nyonya Kim berseru marah.

"Tapi, Umma.." Leeteuk bangkit berdiri. Mengiba di depan ibu mertuanya.

"PERGI—AKH!" Nyonya Kim mengerang kesakitan. Tangan kirinya menekan pinggangnya yang terasa sakit.

"Um-Umma.." Leeteuk menyentuh pinggang Nyonya Kim. Khawatir pada wanita tua itu yang kesakitan.

Nyonya Kim menepis tangan Leeteuk dan dan mendorong tubuhnya lagi sampai terhuyung ke belakang. "SUDAH KUKATAKAN UNTUK PERGI! Kedatanganmu hanya membawa kesialan! Didekatmu hanya akan membuat penyakitku semakin bertambah parah! Pergi!"

"Umma.." Leeteuk menangis tersedu-sedu.

"Nyonya Besar.." Bibi Song buru-buru masuk setelah tidak sanggup berpura-pura tuli saat Nyonya Kim terus meneriaki Leeteuk. Ia memegang kedua bahu Nyonya Kim, membantunya untuk tetap berdiri.

"Usir dia, Song! Usir makhluk hina itu!" seru Nyonya Kim dengan wajah menahan kesakitan.

Bibi Song manatap Leeteuk tidak tega. Ia menganggukkan kepalanya pada Leeteuk. Memberi isyarat pada Leeteuk agar mau menuruti keinginan Nyonya Kim.

Leeteuk terisak pelan. Ia pun balas mengangguk dan beranjak meninggalkan rumah ibu mertuanya.

.

.

.

.

.

"Namja mochi ini manis sekali saat tidur~" Sungmin memekik kegirangan melihat Henry yang tidur di sofa rumahnya sambil memeluk lengan kiri Zhoumi erat-erat. Raja aegyo itu baru saja mengenal Henry dari Ryewoook lantaran adiknya yang imut itu membawa Henry ke rumahnya bersama Zhoumi setelah pulang sekolah.

Sungmin juga baru tahu jika Kyuhyun dan Henry adalah teman sekelas. Dia sempat marah-marah pada Kyuhyun yang tidak memberitahunya. Dan dia semakin marah saat Kyuhyun bilang, "Memangnya penting ya mengenalkannya padamu, Ming chagi? Lagian 'kan aku tidak tahu kalau kau ingin mengenalnya."

Satu yang harus Kyuhyun catat dalam sejarah hidupnya. Jangan mendikte Sungmin! Sungmin tidak suka jika orang menyalahkannya walau dia memang ketahuan salah. Pokoknya Sungmin tidak suka kalau Kyuhyun menang darinya. Khusus untuk Kyuhyun!

Alhasil, Kyuhyun harus mengepel seluruh lantai di rumah Sungmin. Dan memangnya apa yang bisa dilakukan seorang Cho Kyuhyun jika menyangkut Ming chagi-nya?

"Ming chagi, jangan dicolek-colek, nanti bangun lho! Mending nyolek aku. Ikhlas lahir batin!" kata Kyuhyun sambil memandangi Sungmin. Kini dia sedang mengepel lantai di depan TV. Sebenarnya dia memang mengepelnya di situ terus lantaran tidak mau jauh dari Sungmin.

"Najis!" sinis Sungmin sambil menunggingkan pantatnya di depan wajah Kyuhyun. Dia tidak tahu saja jika tingkah lakunya malah membuat Kyuhyun ingin memasukkan gagang pelnya—bersama penisnya—ke dalam anus Sungmin.

Zhoumi terkekeh pelan. Ia menaikkan kedua kakinya keatas sofa saat pel Kyuhyun berniat mengepel kakinya. Kakinya lho, bukan lantai.

"Udah sana pergi! Pel tempat yang lain! Lantai ini sampai bisa kubuat bercermin karena kau mengepel tempat yang sama terus!" ketus Sungmin.

"Temenin ya, Ming Chagi?" pinta Kyuhyun.

"Ngimpi!"

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

Miele: Spiacente, non NC, solo SMUT. Infine... Leggere, Commentare e Favorito (RnR), chiedere? XXD

Yesung's Concubine

—Jenny Kim—