Kaki itu semakin mantap beranjak. Menginjak dengan yakin di atas pembatas gedung. Desingan angin dan belaian kerasnya cukup menampar wajah pucat pemuda berambut ikal itu. Tapi ia tetap tidak bergeming. Memandang lautan manusia yang seperti semut dalam jarak pandangnya. Menimbang-nimbang masa depan yang telah ia rencanakan dengan sempurna. Jika Tuhan mengijinkannya, mungkin sebentar lagi ia akan bisa mendapat perhatian dari lautan manusia di bawahnya.

Tuhan?

Seringaian itu tersemat dalam wajah datarnya. Bersamaan dengan itu air mata ikut mengalir membasahi pipinya. Perasaan bersalah mulai membuncah dalam hatinya. Akal kembali menolak pikiran sempitnya. Tapi ia kembali menguatkan egonya. Ia sudah menyerah. Dirinya benar-benar lelah. Sudah tidak ada tenaga yang tersisa untuknya bertahan.

Tuhan... maafkan aku yang masih menganggap neraka-Mu sebagai tempat lebih baik daripada dunia yang Kau berikan...

Tuhan... maafkan aku yang hanya menjadi seorang pecundang...

Tuhan... sampaikanlah salam kematian pada penghuni neraka. Sebentar lagi mereka akan mendapat teman baru...

Dan Tuhan... sampaikanlah salam lelahku pada dunia yang terlalu angkuh tuk kugapai...

Aku lelah... Aku menyerah...

Tangan itu terentang. Seringaian itu berubah menjadi senyum miris. Matanya tertutup. Mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin.

Tubuhnya hampir melayang di udara ketika sebuah decitan pintu terdengar. Terpaksa, ia menyimpan rencananya kali ini.

Sudah datang...

Pemuda itu menarik tangannya yang terentang dan membalik melihat siapa yang datang. Kedua kakak tercintanya —Choi Siwon dan Choi Kibum.

"Kyu! Apa yang sedang kau lakukan di sana? Itu berbahaya! Cepat turun!" Kakak pertamanya —Choi Siwon menginterrupsi kegiatan adiknya yang sekarang seakan tengah menantang langit di atap gedung sekolahnya yang berlantai empat tersebut.

Kyuhyun hanya tersenyum menanggapi kakak tertuanya itu. "Terima kasih sudah datang, Hyung."

Siwon hanya bisa menghela nafas. "Ada apa kau memanggil kami kemari? Sebentar lagi jam istirahat selesai."

Kyuhyun menatap secara seksama kedua kakaknya yang masih berdiri di depan pintu —memberikan jarak yang lumayan jauh dengannya. Dilihatnya Siwon yang berdiri dengan tegap dan penuh kharisma di daun pintu, ciri khas kakak tertuanya. Sementara Kibum berdiri dengan menyandarkan punggungnya di dinding samping pintu. Di tangannya tersimpan buku tebal yang tengah terbuka dan mata dibalik lensa berframe hitam itu menatap pada tiap baris kalimat yang terlampir di sana. Namun, Kyuhyun tahu, bahwa kakak keduanya itu masih memberikan perhatiannya pada dirinya dan Siwon. Yah, sang kutu buku yang mempunyai kemampuan membagi konsentrasinya, itulah Choi Kibum.

"Kyu?" Tanya Siwon hawatir ketika Kyuhyun hanya terdiam menanggapi pertanyaannya.

Kyuhyun yang merasa terpanggil kembali tersedot dari lamunannya. Ia menatap kedua kakaknya dengan sorot sedih. Sayangnya, tak ada yang menyadari sorot tersebut diantara kedua kakaknya itu.

"Hyung, hari ini aku ulang tahun..." Ucapnya lirih yang berhasil membuat kakaknya terperanjat kaget.

"Benarkah?" Secara bersamaan keduanya mengeluarkan tanya tak percaya. Siwon menatap magnae mereka dengan tatapan terkejut dan merasa bersalah. Dan Kibum? Dunianya berhasil teralihkan dari buku tebal di tangannya dengan ekspresi tak kalah terkejut.

"Hyung tidak ingat?" Alis Kyuhyun terangkat sebelah. Sorotnya sedih, hatinya terasa sangat sakit.

"Ah, mianhe Kyu, kami tidak ingat..." Sesal Siwon.

Kibum berjalan mendekati Kyuhyun yang kini sudah turun dari pembatas gedung. Mengacak rambutnya pelan sambil tersenyum lembut —senyum yang hanya bisa ia tunjukkan pada anggota keluarganya. "Mianhe Kyu, maaf karena kami sudah lupa. Tapi aku janji, kita akan merayakannya sepulang sekolah nanti."

"Tak bisakah kita merayakannya saat ini juga?" Tanya Kyuhyun memelas. Namun kedua kakaknya menggeleng.

"Tidak bisa, Kyu. Appa akan marah kalau beliau tahu kita bolos 'hanya' untuk merayakan ulang tahunmu." Ucap Kibum lembut yang dibalas anggukan setuju dari Siwon.

"Kita janji akan merayakannya setelah sepulang sekolah nanti. Otokhe?" Tanya Siwon dengan senyum khasnya.

Kyuhyun menggeleng pelan. "Anniya. Sepulang sekolah nanti, Hyung pasti akan sibuk dengan club, iya kan?"

Siwon dan Kibum tampak berpikir sejenak. Itu memang benar mereka akan sibuk dengan club mereka masing-masing dan tentunya mereka tidak bisa tidak datang untuk melepaskan tanggung jawabnya begitu saja, mengingat bahwa keduanya adalah ketua di club-nya masing-masing.

"Sepulang dari club bisa, kan?" Kibum masih mencoba merayu adik bungsunya namun lagi-lagi dibalas gelengan dari Kyuhyun.

"Hyung lupa, kalau sehabis club akan ada les untuk kita bertiga?" Kyuhyun tersenyum miris melihat kakaknya tampak berpikir lagi. Sudah ia duga hasilnya akan seperti ini. Harusnya ia tidak usah meminta hal seperti ini karena yang akan ia dapatkan adalah perasaan bersalah dari kakaknya dan itu membuatnya semakin sakit. "Dan setelah les, kita diharuskan belajar di rumah, tidak ada waktu lagi..."

Siwon dan Kibum tampak semakin bingung mencari jalan keluar dari ini semua. Walau bagaimanapun mereka tidak ingin mengecewakan adik kesayangan mereka. Bertepatan dengan itu, bunyi bel masuk berbunyi. Mengalihkan perhatian mereka bertiga untuk sesaat.

Kibum kembali mengacak rambut Kyuhyun pelan. "Kita akan membicarakan ini lagi nanti, Kyu. Sebaiknya kita masuk kelas dulu. Dan kupastikan, kita akan tetap merayakan ulang tahunmu." Ujar Kibum sambil tersenyum lalu berbalik menuju Siwon yang masih berdiri di ambang pintu.

"Tidak perlu, Hyung." Ucap Kyuhyun yang membuat langkah Kibum terhenti dan menatapnya bingung begitupun dengan Siwon yang kini menatapnya tidak mengerti. "Karena hari ulang tahunku sebenarnya kemarin." Hatinya semakin sakit ketika mengatakan hal tersebut. Karena dari pembicaraannya tadi, Kyuhyun menyadari bahwa tidak ada dari salah satu hyungnya yang mengingat hari ulang tahunnya. Semua terbawa suasana dengan bualannya bahwa ulang tahunnya adalah hari ini.

"Kyu..."

"Hari ini tanggal 4 Februari, ingat? Dan ulang tahunku tanggal 3 Februari." Kyuhyun memamerkan senyum lebarnya yang terkesan dipaksakan. Hal tersebut cukup menyentak kedua kakaknya. "Jadi Hyung tidak usah merayakannya karena itu memang sudah terlewat."

"Kyu, mianhe..."

"Kenapa kalian masih di sini?" Lagi-lagi Kyuhyun memotong ucapan kakaknya. Ia tidak mau hatinya semakin sakit ketika mendengar penjelasan kakaknya. "Kalian harus cepat masuk kelas. Aku akan menyusul nanti."

"Kita akan tetap merayakannya, Kyu!" Ucap Siwon mantap membuat pria berambut ikal itu menatapnya dengan sorot sedih.

Siwon dan Kibum pun berjalan menuju pintu keluar. Kyuhyun yang melihat itu semakin memamerkan senyum mirisnya. "Mianhe Hyung... Saranghaeyo~..." Gumamnya pelan.

Langkah itu berjalan mundur, kembali menaiki undakan pembatas gedung. Tangannya kembali terentang. Senyuman masih terpantri di wajahnya. "Mianhe, Appa, Umma... Saranghaeyo~" Dengan perlahan, ia menumpukkan seluruh berat tubuhnya di punggungnya. Melepaskan semua bebannya. Ia menjatuhkan diri seolah akan berbaring di atas kasur, namun nyatanya dirinya melayang di antara helaian angin —dan dalam hitungan detik, tubuhnya berhasil terhempas di atas tanah yang berjarak empat lantai dari tempatnya berdiri tadi. Meninggalkan suara debuman keras dan disusul oleh bunyi jeritan.

Sementara Siwon dan Kibum langsung terpaku ketika mereka mendengar suara tubrukan keras dari bawah. Entah kenapa, perasaan tidak nyaman dan was-was menyentuh hati mereka. Langkah yang sudah berada di ambang pintu itu semakin tertegun dan tertancap. Tak ada satupun dari mereka yang berani melihat kebelakang, ke arah yang paling mereka takutkan. Siwon dan Kibum saling berpandangan untuk mencari kekuatan dari masing-masing dan melihat ke arah belakang dengan tatapan penuh ketakutan.

Tidak ada!

Magnae mereka tidak lagi berdiri di sana!

Seketika, lutut Kibum terasa lemas. Ia jatuh terduduk di atap sekolahnya itu. Benarkah? Apa suara yang jatuh itu benar-benar...

Siwon yang tidak mau mengambil kesimpulan secepat itu lantas berlari menghampiri undakan tempat adiknya berdiri tadi. Dengan tangan bergetar ia memegang pembatas atap gedung itu dan mencoba menengok keadaan di bawahnya yang terdengar begitu riuh dan gaduh. Tangannya langsung meremas pembatas gedung —mencoba menguatkan tubuhnya yang limbung. Matanya melebar tak percaya dan sekujur tubuhnya ikut bergetar ketika melihat pemandangan di bawahnya. Hal yang terjadi selanjutnya adalah hal yang sama yang terjadi pada Kibum. Tubuhnya langsung melemas dan terduduk dengan tatapan kosong.

Di bawah, tubuh adiknya terbaring telentang dengan posisi ganjil. Darah segar perlahan mengalir dari bagian belakang kepalanya.

Sementara Kibum yang melihat keadaan Siwon yang tak jauh lebih baik darinya bisa menyimpulkan bahwa apa yang ia takutkan benar terjadi. Bahwa... adiknya baru saja melompat dari atap gedung. Bunuh diri...

.

.

.

Different

.

.

.

==by Terunobozu==

.

.

.

Just a Prolog

.

.

.

All Cast is God's, Their self, and Their Parents

.

.

.

"Teruntuk kedua Hyungku, hal yang paling membahagiakan adalah memiliki kalian disetiap waktuku. Dan teruntuk Appa dan Eomma, hal yang paling membahagiakan adalah menjadi anak kalian."