Pilihan
.
(Birthday fic for Aika Yuki-chan)
Bagaimana perasaan Sakura ketika ia menyukai sahabatnya sendiri? Apalagi sahabatnya menyukai orang lain. Apakah yang akan dipilihnya? Persahabatannya atau cinta yang belum pasti?
Disclaimer: Naruto Masashi Kishimoto
But this story is mine.
Have a nice read!
3
2
1
ACTION!
Tubuhnya merosot ke lantai. Jantungnya berdetak dua kali lipat. Ia berusaha menenangkan jantungnya saat ini. Hatinya seperti bergejolak dan wajahnya memerah sempurna. Sakura berusaha menormalkan detak jantungnya dengan menarik napas sekuat-kuatnya.
'Seharusnya aku tidak perlu kesana,'sesal gadis berambut merah muda itu.
Flashback
Seorang gadis berambut merah muda merasakan sekujur tubuhnya melemas. Di hadapannya sekarang berdiri seorang Uchiha, sedang memeluk seorang gadis berambut merah. Karin. Gadis itu terlihat sangat senang karena di peluk Sasuke.
Keduanya menjadi tontonan siswa-siswi yang sedang berada di kantin. Ada beberapa yang tersedak, ada juga yang menatap iri. Semua di sana terbengong-bengong atas kejadian tersebut. Sasuke? Cowok ter-cool, tercuek, dan ter-ter lainnya itu mau menolong Karin yang akan ketumpahan segelas limun. Tumben bukan? Biasanya juga dia cuek. Kenapa jadi peduli begini?
Sakura yang kebetulan di hadapan Sasuke, menatap dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sasuke yang masih melakukan kegiatan awalnya—memeluk Karin—juga menatap mata Sakura. Onyx dan Emerald saling berpandangan.
Sakura sesegera mungkin menghindari tatapan pria tersebut. Sasuke yang sadar apa yang dilakukannya,langsung melepaskan pelukannya dari Karin. "Berhati-hatilah,"katanya pada gadis berambut merah tersebut.
Karin menatap wajah Sasuke dengan wajah berbinar-binar dan merona, "I-iya. Arigatou Sasuke-kun."
"Hn. Aku pergi dulu." Sasuke segera beranjak dari tempatnya, meninggalkan Karin yang kegirangan karena mendapatkan pelukan dari Uchiha dingin tersebut.
End of flashback
Sakura tahu, Sasuke melakukannya karena ia menyukai Karin. Sakura dan Sasuke merupakan sahabat dan tetangga sejak kecil. Sasuke hanya bersikap terbuka pada Sakura. Ia juga memberitahu Sakura bahwa ia menyukai karin.
Sakura, sebenarnya sakit mendengar perkataan Sasuke. Tapi ia mencoba untuk tersenyum tulus. Air matanya berusaha ia tahan, agar tidak terjatuh saat itu. Ia tidak mau Sasuke tahu, bahwa Sakura menyukainya. Sakura sadar bahwa ia hanyalah sahabat Sasuke. Ia sudah cukup berterima kasih pada Tuhan, karena ia dapat seakrab ini dengan Sasuke, walau tidak lebih.
Sasuke tidak pernah tahu perasaan Sakura. Ia hanya merasa bahwa setiap di dekat Sakura ia dapat menceritakan semua yang ada di pikirannya. Hatinya merasa tenang bila berada di dekat Sakura. Ia selalu dapat tersenyum di depan gadis itu. Walau gadis itu tidak mengetahuinya.
Sakura dan Sasuke selalu bersama. Tapi Sakura tahu, ini tidak akan lama. Jika Sasuke memiliki Karin, ia tidak akan dapat mendekati Sasuke lagi. Ia mengharapkan Sasuke melihatnya bukan sebagai sahabat saja. Melainkan sebagai seorang perempuan. Ia memahami, kalau nantinya Sasuke tidak tahu dan tidak akan mengetahui perasaannya saat ini.
*Pilihan*
"Sasuke," kata Sakura saat ia berada di kamar Sasuke. Ia sudah biasa bermain ke rumah Sasuke. Gadis itu bahkan tahu seluk beluk rumah Sasuke yang luas itu. Kadang, Sasuke yang berkunjung ke rumah Sakura Sakura, tapi kali ini Sakura yang berada di rumah Sasuke.
Sasuke yang sedang mengetikkan sesuatu di handphone hanya menjawab, "Hn?"
"Kau sedang apa?" Sakura menautkan alisnya bingung.
"Sedang mengirimkan SMS pada Karin," Sasuke menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone.
Sakura terkejut. Hatinya kembali tersayat oleh perkataan Sasuke. SMS? Sasuke bahkan tidak pernah mengirimkan pesan pada Sakura. Selalu Sakura yang mengirim pesan dahulu, itupun tidak pernah dibalas Sasuke. "Oh, begitu. Sepertinya aku harus pergi. Aku tidak mau mengganggumu. Sampai jumpa," katanya cepat dan langsung berlari dan menutup pintu kamar Sasuke.
"..." Sasuke menengok pada Sakura yang sudah menutup pintu, menghela napas dan kembali berkutat dengan handphone-nya.
Sakura berlari menuruni tangga. Ia tidak mau ada yang melihat wajahnya yang sedang menangis saat ini. Saat ia akan membuka pintu keluar, ibu Sasuke datang, "Lho? Mau pulang Sakura? Cepat sekali."
"Iya Baa-chan, aku harus jaga rumah. Karena ayah dan ibu sedang pergi," kata Sakura tanpa memalingkan wajahnya menghadap Mikoto, ibu Sasuke.
"Bagaimana kalau kau menginap disini saja Sakura-chan? Agar kau tidak sendiri disana," tawar Mikoto, ibu Sasuke pada Sakura sambil tersenyum lembut.
"Tidak usah Baa-chan. Aku tidak mau merepotkan Baa-chan, terima kasih. Aku permisi dulu." Sakura berbalik dan membungkuk sedikit, kemudian ia langsung berlari keluar.
"Sakura-chan? Sepertinya dia menangis tadi. Kenapa dia ya," Mikoto merasa khawatir dengan keadaan Sakura yang sudah dianggap anaknya sendiri.
*Pilihan*
"Sasuke..."
Malam menjunjukkan pukul 08.00 malam. Sakura mencoba berusaha untuk melupakan kejadian tadi. Matanya masih agak merah karena menangis. Ia memang cengeng.
Padahal ia selalu berpikir, untuk apa ia menangis hanya karena seorang lelaki?
Bahkan lelaki itu tidak pernah menganggapnya lebih dari sekedar teman. Mengenaskan, huh?
Perlahan gadis itu mengusap air matanya dan bertekad untuk menjadi lebih kuat dibanding sebelumnya. Tidak mudah menangis lagi. Ia berjalan lesu ke arah ruang tamu yang didominasi warna soft pink tersebut.
Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Ia segera membuka pintu, dan dihadapannya ada Sasuke, orang yang seharian ini ia pikirkan. Kenapa pada saat yang tidak tepat orang ini datang?
"Sa—," belum sempat gadis bermabut merah muda ini menyelesaikan kata-katanya, si lelaki sudah berbicara duluan.
"Hn. Aku kemari untuk menginap. Aku disuruh ibu untuk menemanimu agar tidak sendirian," Sasuke memotong ucapan Sakura dengan cepat dan wajah datarnya.
Sakura mengerucutkan bibir kesal, "Kau dan Baa-chan tidak perlu khawatir, aku kan bukan anak kecil lagi. Aku bisa kok jaga rumah sendiri. Aku jadi merasa jadi anak umur 5 tahun yang ditinggal sendiri saja."
Sasuke menaikkan alis tidak percaya karena tingkah Sakura yang kesal dan seolah-olah sok jagoan itu. Tapi sekali lagi Sakura tidak menatap Sasuke dan langsung menggeserkan posisinya, agar Sasuke dapat masuk. "Ya sudah, ayo masuk. Diluar dingin," katanya pelan, tanpa senyum.
"Sudah makan?" tanya Sasuke dengan wajah stoic andalannya. Ia tidak menoleh pada Sakura yang selangkah di belakangnya.
"Belum. Aku malas," jawab Sakura seenaknya. Ia sungguh bingung ingin berkata apa pada lelaki di hadapannya ini.
"Kita makan," Sasuke berjalan ke arah ruang makan, dan meletakkan bungkusan yang di bawanya.
Sakura diam tidak bergerak. Sasuke yang sadar langsung mendekati Sakura. "Kenapa?"
Sakura membuang muka, "Ti-tidak ada apa-apa. Ayo,"katanya sambil berlalu. Wajahnya sedikit tersipu melihat perhatian dari sahabatnya.
Bolehkah ia berharap?
Sesaat, Sasuke menyadari wajah Sakura memerah saat memalingkan wajahnya, 'kenapa dia?' Namun ia diam dan tidak bertanya apapun.
.
.
Sasuke meletakkan piring bekas makannya di tempat cuci yang disinggahi oleh Sakura saat ini. Matanya memperhatikan bagaimana Sakura mencuci piring dengan lekat.
Sakura yang merasa di lihati menoleh, "Ke-kenapa?" Ia gugup saat dilihat Sasuke seperti itu. "Kau ke ruang keluarga saja, Sasuke. Aku akan menyelesaikan ini dulu," tambahnya sambil memalingkan muka cepat dengan tatapan sedih. Perasaannya kembali meluap.
Sasuke mengangguk dengan kaku, ia terlalu penasaran dengan Sakura yang selalu memalingkan muka seolah tidak mau menatapnya. Ia berjalan sampai mulut dapur dan berhenti di sana.
Ada apa dengan sahabatnya itu?
Belum sempat Sasuke berpikir lebih jauh lagi, terdengar suara pekikan kecil dari sahabtnya itu. Ia segera berbalik memasuki dapur.
Disana, ia melihat Sakura terduduk di lantai sedang menangis, sambil menatapi pecahan piring yang terjatuh. Kedua tangannya ia remas, dan sedang meneteskan darah. Sasuke yang melihat itu langsung berlari ke arah Sakura dan berjongkok. Matanya menatap cemas keadaan Sakura, karena belum pernah gadis itu bersikap begitu aneh.
Dipegangnya kedua tangan Sakura agar gadis itu tidak menghindar darinya, "Apa yang terjadi denganmu? Jawab yang jujur Saku—" Ia tahu, Sakura pasti sedang memikirkan sesuatu, dan ia sangat ingin tahu pikiran sahabatnya saat ini.
"Aku sedang menyukai seseorang," Sakura berkata lirih. Ia tidak tahan lagi untuk menyembunyikan perasaannya. "Tapi dia tidak mengetahui perasaanku, aku merasa diriku menjadi lemah karenanya," mata emerald-nya berubah menjadi sayu.
Sasuke terdiam mematung di depan Sakura. Raut wajah cemas miliknya berubah, perasaannya bercampur jadi satu. Antara kaget, bingung, dan sedih. Ya, Uchiha sekarang merasa sedih karena sahabatnya seperti ini. Ia merasa dirinya tidak tahu apa-apa tentang Sakura. Ia selalu mementingkan perasaannya sendiri, tidak tahu bahwa Sakura sedang terluka. Sakura sedang membutuhkannya, sementara ia seolah tidak perduli dengan Sakura.
Sahabat macam apa yang meninggalkan sahabatnya sendiri ketika terkena masalah?
Sasuke merasa ia terlalu terobsesi dengan cintanya. Ia tidak tahu dan tidak perduli keadaan Sakura. Padahal Sakura yang selalu mengerti dirinya. Sakura selalu menyemangati dan tersenyum tulus untuknya. "Sakura, gomen," ucapnya pelan pada gadis di hadapannya.
Sakura menghentikan tangisannya dan membelalakkan mata, "Kenapa kau berkata seperti itu?" Belum pernah Sasuke mengeluarkan kata maaf selama ini.
Sasuke menundukkan kepalanya ke bawah dengan pandangan kaku, "Aku selalu mementingkan diriku sendiri Saku. Aku bukan sahabat yang baik."
"Kata siapa? Kau adalah sahabat terbaikku Sasuke. Sudah ah, kau ini. Yang seharusnya sedih dan menangis kan aku. Kok jadi kamu?" elak Sakura dan sebisa mungkin ia menyembunyikan raut sedihnya dengan senyum ceria. 'Kau adalah sahabatku Sasuke. Aku akan lebih tersiksa bila melihatmu seperti ini. Kau pantas bahagia.' Katanya tulus dalam hati.
Sasuke mengangkat kepalanya dan tersenyum samar, "Kau selalu begitu."
*Pilihan*
Sasuke yang mengobati luka Sakura mencoba bertanya, "Kau sedang suka pada siapa?" Saat ini mereka sedang di kamar Sakura.
"Hmm... Kamu mengenalnya kok," jawab Sakura ragu. Ia tidak mau berbohong, tapi juga tidak mau bilang yang sebenarnya.
"Hn?" tanya Sasuke yang sedang membalut luka Sakura dengan perban. Hatinya berdenyut aneh saat Sakura mengatakan 3 kata tadi.
"Ya." ia tersenyum kecut. Sesegera mungkin ia memasang wajah biasa dan berkata, "Sasuke, kau tidak pulang?"
Sasuke menggeleng dan membersihkan peralatan pengobatannya. "Menginap," gumamnya seraya menutup kotak berwarna putih berisi obat-obatan.
"Lalu kau mau tidur dimana?" tanya Sakura bingung. Pasalnya rumahnya hanya punya dua kamar dan satu kamar lainnya adalah milik orang tuanya.
"Kamarmu?" jawabnya cuek. Ia sedang berusaha fokus pada siaran berita televisi di depannya.
Sakura membelalakan Emerald-nya, "Jangan bercanda." Jantungnya nyaris copot mendengar jawaban Sasuke.
Sasuke menoleh dan mendekat pada Sakura, "Kata siapa aku bercanda?"
Sakura gelagapan dan bergerak mundur dengan wajah memerah, tangannya yang habis diobati dan dibalut ia tekankan pada seprai kasurnya. Ia meringis sakit sambil berkata, "Kau tidur di kamar orang tuaku saja..."
Ia perlahan menjauhi wajah Sakura dan beranjak ke sofa samping kasur Sakura. "Aku tidur di sini." Lelaki bermata onyx itu sendiri juga merasa sungkan jika harus tidur di kamar orang tua Sakura.
"Ba-baiklah. Kalau kau butuh sesuatu panggil aku ya." Sakura mengambil selimut untuk Sasuke dan beranjak naik ke tempat tidurnya sendiri, kemudian berbaring menghadap sofa Sasuke.
"Hn," gumam Sasuke sambil membelakangi wajah Sakura. Ia tidak biasa tidur jika ada wajah menghadap ke arahnya.
Beberapa menit kemudian tidak ada suara diantara keduanya, Sakura mengira Sasuke sudah tidur. Ia melirik tubuh Sasuke yang tenang di ujung sana dengan napasnya yang teratur.
Hening.
Perlahan, gadis berambut merah muda itumerangkak bangun dan menyelimuti tubuh Sasuke yang tertidur di sofa. Ia memandang wajah Sasuke dari samping dan sedikit menunduk dan berbisik pelan, "Selamat tidur Sasuke." setelah itu ia naik ke ranjangnya dan beranjak tidur.
Sementara Sasuke? Ia ternyata masih belum tidur dari tadi, sehingga ia mendengar bisikan Sakura. Mata onyx-nya terbuka dan menatap Sakura yang berbaring di seberang sofa nya saat ini.
Saat ia mencoba menggeserkan tubuhnya mencari posisi yang nyaman, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di punggungnya dan dilihatnya itu adalah sebuah buku yang cover-nya cukup tebal dan berwarna soft pink.
Penasaran, ia membuka buku tersebut dan matanya bergulir ke sebuah tulisan yang ia kenal. Tulisan Sakura. Mata onyx-nya sedikit mengernyit ketika membaca tulisan tersebut.
Kau, bagaikan matahari yang menyinari duniaku.
Kau selalu hadir di setiap mimpiku.
Kau seperti canduku.
Aku tidak mengelak ketika aku tahu,
Aku mencintaimu, sepenuh hatiku.
Tapi aku terlalu takut, takut kau pergi.
Kau menyukainya, aku tahu itu.
Tapi perasaanku tidak bisa kupungkiri.
Aku mencintaimu, sungguh.
Mengertilah,
Perasaanku ini.
S ^ S
"..." Sasuke hanya diam sambil memandangi torehan tulisan ini.
Sakura sendiri ternyata membuka matanya perlahan-lahan. Ia tidak mendengar apapun suara dari sahabat yang disukainya tersebut. Hening, tanpa suara. Seolah lelaki itu tidak berada disana.
Perlahan, air mata gadis itu kembali mengalir dan membasahi bantal yang ia tiduri saat ini. rasa sakit itu kembali datang, menjalar ke seluruh permukaan hatinya dan menembusnya perlahan-lahan dengan tajam.
Lain dengan lelaki yang tidak jauh dari tempatnya saat ini. Jika saja gadis itu menoleh sedikiiit saja, ia mungkin akan menemukan kalau buku rahasianya ditemukan oleh orang yang disukainya.
Sayangnya gadis itu tidka menoleh dan hanya berusaha menahan isakan.
Isakan dari bibir, berusaha ia tahan sekuat tenaga. Ia segera membuka mulutnya dan mengambil napas panjang. Kemudian ia kembali menutup matanya, dengan senyum sekaligus air mata yang terjatuh.
'Ya sudahlah...' batinnya berusaha tabah.
Selamat malam Sasuke, Sakura.
Sebentar lagi, awal dari cerita kalian akan dimulai.
.
.
-To be continued-
Aika Yuki-chan semoga kau suka ya dengan hadiah tidak seberapa ini... :') Selamat ulang tahun... :D maafkan daku yang begitu terlambat ini... Malu banget ga bisa tepat waktu publish-nya...XO
Fic pertamaaa... XD #ditaboki
Wahahahaaaa... Bagaimana menurut kalian? Aku merasa cerita ini sedikit aneh dan ga jelas. =="a *reader:trus kenapa di publish!* Habisnya... Aku ingin sekali membuat cerita seperti ini. Sedikit mirip dengan ceritaku waktu SD *curcol* aku juga kayak Sakura gitu, bingung harus apa. Tapi ya ga sampe ditabok-tabok juga menegangkan gitu, wkwkwkkwwkkkk...*Author mulai gila karna mengenang masa lalu* Lupakan
Jadi apa pendapat kalian? Apa kurang memuaskan? Aku masih perlu banyak belajar dari senpai-senpai di FFn. Jadi tolong kasih masukkan ya. *puppy eyes*
REVIEW! :D
Mikitochifuka