Kuro Shinigami
Mei : Kayaknya lama banget Mei ga ngepublish fic ini ya? Well, sekarang udah update beserta Be a Princess dan paranoia :D
Langsung lanjut disclaimer aja deh
Disclaimer : Vocaloid bukan milik saya, tapi fic ini murni milik saya
Rate : M (for bloody scene and gore)
Genre : Romance, Spiritual, Fantasy, Drama
Caution : AU, GORE scene
DON'T LIKE DON'T READ!
Chapter 12 : Another New Student
Normal POV
"OHAYOU~" Sapa Miku dengan semangat pada seluruh murid di kelasnya. Dibelakangnya, Rin menyusul sambil berlari kecil.
"Miku-chan, jangan lari-lari!" Serunya sambil terengah-engah. Saat memasuki kelas, dia berpapasan dengan Len. "Ah, ohayou Len."
"Ohayou, tidak biasanya Rin yang menyapaku duluan, apa sakitmu sudah sembuh?"
"E-Eh? Um… sudah." Jawab Rin pelan. "Kau terlihat bingung, memikirkan sesuatu?"
"Haah… yup, kau benar, semalam aku bermimpi aneh sekali. Seperti ada orang yang berbisik padaku, dan suaranya itu sangat kukenal, tapi entah kenapa aku tidak bisa mengingatnya… Atau mungkin hanya perasaanku saja ya?" Ucap Len sambil menggaruk pipi kanannya yang tidak gatal.
"Ehm, mungkin hanya perasaanmu saja." Jawab Rin. "Ayo masuk, sebentar lagi Luka-sensei datang." Rin pun segera bergegas menuju bangkunya, meninggalkan Len yang masih berdiri di ambang pintu.
"Um, aku tidak mau berurusan dengan guru killer galak itu."
"Ehem!" Suara dengan nada tinggi tiba-tiba terdengar. Len pun langsung berbalik, dan mendapati Luka-sensei sedang melotot ke arah dirinya dengan aura pembunuh.
"A-Ah… Ohayou sensei, saya permisi dulu ya…" Len pun langsung ngacir ke bangkunya dengan kecepatan inhuman saking takutnya.
Kelas pun serempak menertawakan Len karena sikap konyolnya.
"Minna-san, ohayou gozaimasu." Sapa Luka-sensei dengan tampang berwibawa. Seisikelas pun menjawab salamnya, "ohayou sensei."
"Baiklah, kalau begitu kita langsung mulai saja pelajarannya. Buka buku hala-" Belum sempat Luka-sensei menyelesaikan ucapannya, suara ketukan pintu terdengar. "Argh, ya?" Luka-sensei berusaha sabar, lalau menoleh ke arah pintu. Ternyata SeeU-sensei, dia menyuruh Luka-sensei untuk bicara padanya.
Mereka pun berbincang-bincang sampai Luka-sensei mengangguk mengerti dan SeeU-sensei pun pergi. Luka-sensei pun kembali memasuki kelas, namun seorang gadis kali ini mengikutinya.
"Minna-san, kita kedatangan murid baru, lagi. Nah, perkenalkan dirimu." Ucap Luka-sensei sambil memegangi kepalanya. Mungkin karena banyaknya murid baru yang masuk, mulai dari Len, Miku, Mayu, sampai gadis ini. Tapi karena ingatan tentang Mayu dihapus, dengan ini jumlah murid pindahan ada tiga.
"Um… Hajimemashite, Kagami Lenka desu. Yoroshiku onegaishimasu." Ucap gadis itu sambil tersenyum manis. Spontan saja, seluruh siswa dan siswi dikelas itu langsung nosebleeding, sampai-sampai ada yang terkapar dilantai karena tidak kuat menahan pesona kemanisan dan ke-moe-an Lenka.
Kagami Lenka, seorang gadis yang sangat manis. Dengan postur tubuh yang agak pendek, namun terkesan imut. Rambutnya panjang lurus berwarna honeyblonde sepinggang, mirip seperti Rin dan Len. Rambutnya diikat ponytail dengan pita berwarna hitam. Kedua iris matanya berwarna biru aquamarine. Dan logatnya berbicara sangat lucu, selain karena suaranya yang imut dan terkesan seperti anak-anak. Mungkin penampilannya yang telah membuat para siswa dan siswi terpesona.
Sampai-sampai Luka-sensei pun ikut-ikutan nosebleeding, namun dengan cepat ditutupnya hidungnya dengan tisu, supaya tidak bertambah parah.
"Ukh, kuso. Ehem, Kagami-san murid pindahan dari Sekolah Singloid Inggris. Dan, ehm, dia anak blasteran Inggris-Jepang, jadi dia bisa mengerti bahasa Jepang." Jelas Luka-sensei dengan bersusah payah karena harus terus memegangi hidungnya yang masih mengeluarkan darah.
"Hai, Otou-san orang Inggris dan Okaa-san orang Jepang. Aku lahir dan tinggal di Inggris sejak kecil, tapi saat liburan kami sering ke Jepang." Ucap Lenka lagi, dengan suara yang sangat manis dan moe. Dan sekali lagi, para siswa kembali nosebleeding, bahkan lebih parah. Sampai-sampai ada yang pingsan karena kehabisan darah.
"Erhm, ya sudah perkenalannya, bisa kalian lanjutkan saat istirahat. Nah Kagami-san, silahkan duduk di samping Kagamine, di bangku yang kosong itu. Dan… bawa Lui serta Piko ke UKS, sepertinya mereka kehabisan darah."
Ted dan Lui, selaku pengurus kelas, langsung menggotong Lui dan Piko yang sudah tak sadarkan diri. Lalu membawa mereka ke UKS.
"Dan Kagamine, saat istirahat, bawa Kagami keliling sekolah." Tambah Luka-sensei, Len pun mengangguk paham.
.
.
Bangku Lenka, berada di samping Len. Lebih tepatnya di baris ke-tiga dari empat baris dan deret ke-tiga dari lime deret bangku. Sebagai penerangan, dia duduk di tengah-tengah.
Ketika ia berjalan, semua orang menatapnya, terutama para cowok, dia tersenyum sambil menundukkan kepalanya dan wajahnya agak bersemu merah. Rambutnya bergerak naik-turun sesuai irama kakinya, dan setiap dia melintasi satu bangku, orang di bangku tersebut dapat mencium bau wewangian yang harum dan manis.
Dia pun duduk di bangkunya lalu melirik ke sekeliling, semua cowok menatapnya, dan itu membuatnya nervous, dan supaya mereka tidak menatapnya lagi, dia berinisiatif untuk tersenyum, dan berhasil. Para cowok itu balas tersenyum lalu kembali menatap kedepan, dan ketika dia menatap kearah Len yang berada disampingnya, Len langsung salah tingkah, dan Lenka tertawa kecil. Sementara Rin, hanya membaca bukunya tanpa begitu memperhatikan sekitar.
"Baiklah, buka buku kalian hala-"
TENG TENG TENG
"Yeah! Istirahat!" Seru Miki dengan semangat sambil berdiri dari bangkunya. Diikuti oleh siswa-siswa yang lain. Sementara itu Luka-sensei… kelihatannya sebal, karena jamnya lagi-lagi habis untuk perkenalan murid baru.
Dengan aura dark dan amat terpaksa, Luka-sensei berjalan keluar kelas, Gakupo-sensei pun langsung menyambutnya di depan pintu.
"LUKA-CHAAN~" Serunya sambil merentangkan tangan, bersiap untuk memeluk Luka. Namun karena mood Luka yang sedang buruk, ditambah dia benci pada Gakupo, Luka pun memukul wajah Gakupo dengan tasnya sehingga Gakupo terpelanting sejauh dua meter dan mendarat dengan sangat tidak elit, kepala duluan. "Lu-Lukaa…" Ringisnya sambil mencoba meraih Luka yang sudah berjalan menjauhinya, tentu saja dengan aura yang masih dark.
.
.
Bel istirahat telah berbunyi, tapi murid-murid di kelas XI-A belum ada yang keluar dari kelas. Tentu saja karena mereka sedang mengerumuni Lenka, si anak baru, dan menghujaninya dengan sejuta pertanyaan.
"Kagami-san pakai shampo apa? Rambutnya bagus sekali."
"Kagami-san apa sudah punya pacar?"
"Tipemu yang seperti apa?"
"Apa makanan kesukaanmu?"
"Sekarang tinggal dimana?"
"Kagami-san pakai bedak apa? Kulitnya mulus dan putih sekali, bedak bayi kah? Atau bedak dengan merek terkenal?"
"Kapan hari ulang tahunmu?"
Itulah beberapa dari sejuta pertanyaan untuk Lenka. Namun karena pertanyaan itu terlontar sangat cepat dan mereka saling berebut untuk bertanya, Lenka menjadi bingung untuk menjawab apa duluan. Sehingga dia hanya bisa menatap murid-murid itu dengan tatapan panik dan memohon supaya ada seseorang yang membantunya untuk keluar.
"A-Ah… I-Itu…" Ucapnya saking paniknya dia pada seisi kelas yang tak henti-hentinya memberi pertanyaan padanya.
"Ehem! Permisi, aku tidak mau mengganggu tapi Luka-sensei sudah menyuruhku untuk membawanya keliling sekolah, kalian tidak keberatan kan? Bagus kalau tidak." Tiba-tiba saja Len menerobos tumpukan manusia tersebut lalu menarik Lenka keluar kelas. Tentu saja para siswa dan siswi menjadi kecewa dan hanya bisa menggerutu karena terpaksa untuk mengalah.
.
.
"Maaf, mereka memang seperti itu, saat aku pindah saja mereka mengerumuniku seperti maniak. Dasar…" Gerutu Len sembari berjalan. Len berjalan didepan, sementara Lenka mengikutinya dari belakang.
"A-Arigatou, Kagamine-kun." Ucap Lenka yang sudah merona. Untung saja Len menyelamatkannya, kalau tidak mungkin dia tidak akan bisa bernapas dengan lega. "Kagamine-kun juga murid pindahan?"
"Panggil saja aku Len. Iya, tapi itu sudah lama sekali. Boleh aku panggil Lenka?" Tanyanya sambil menoleh kebelakang. Lenka pun mengangguk.
Mereka pun terus berjalan, Len pun memperkenalkan setiap ruangan yang ada disekolah, mulai dari GOR, kantin, ruang musik dan lain-lain. Sampai pada akhirnya atap sekolah, selama perjalanan ke atap, terjadi keheningan di antara mereka.
"Jadi… apa alasanmu untuk pindah ke Jepang?" Tanya Len untuk memecah keheningan sambil menatap ke depan. Selama beberapa saat, belum ada jawaban. Sampai pada akhirnya Len memutuskan untuk melihat ke arah Lenka.
"Le-Lenka…-san?" Len shock karena mendapati Lenka yang sedang… menangis. Lenka tertunduk, dan airmatanya menetes dari matanya ke tanah. Isak tangis pun terdengar.
"Maaf, apa aku bertanya sesuatu yang salah? Kalau begitu maafkan aku." Ucap Len sambil berjalan mendekati Lenka. Dia merasa bersalah karena sudah membuat seorang gadis menangis. Namun Lenka menggeleng, ia pun menghapus airmatanya dengan lengan bajunya.
"Um… ti-tidak kok, Len-kun tidak salah… Ha-Hanya saja… hiks, aku jadi… teringat Okaa-san…" Ucap Lenka dengan sesenggukan, sambil terus menghapus airmatanya yang tak henti-hentinya mengalir.
"Memangnya… Ibunya Lenka kenapa?" Tanya Len sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Okaa-san… baru saja… meninggal, makanya aku pindah kesini… supaya aku bisa menghadiri upacara pemakaman Okaa-san… Tapi Otou-san terlalu sibuk mengurus perusahaan, sampai-sampai Otou-san tidak bisa ikut bersamaku… hiks… Okaa-san…" Tangis Lenka pun meledak, dia tidak bisa menahannya lagi.
Dia terlalu menyayangi ibunya sampai-sampai tidak rela jika ibunya meninggalkannya sendirian. Ayahnya terlalu sibuk dan jarang mengurusi dirinya. Selama ini Lenka selalu sendirian, dia jarang mendapat perhatian dari kedua orangtuanya. Hanya ibunyalah yang peduli padanya. Makanya dia memutuskan untuk pindah sendirian disini, supaya bisa menjenguk makam ibunya setiap hari di tanah kelahiran ibunya.
"Huwaaa… hiks… Okaa-san…. Hiks… doushite…" Lenka menangis sekeras-kerasnya, semua kesedihan dan kesendiriannya yang menyakitkan sudah tidak bisa dibendung lagi. Ditambah lagi dengan kematian ibunya, membuatnya semakin tertekan.
Tidak bisa membiarkan seorang gadis menangis didepannya, Len pun bertindak. Dia memeluk Lenka dalam dekapannya supaya bisa merasa lebih tenang. Lenka semula kaget, karena tiba-tiba saja cowok yang baru dikenalnya hari ini memeluknya.
"Menangislah, keluarkan semua kesedihanmu… aku tau bagaimana perasaanmu, karena aku juga sudah mengalaminya…" Ucap Len pelan disela pelukannya. Mendengar itu Lenka pun menangis dalam dekapan Len.
Rin POV
"Buu… Kagamine-san mengganggu saja…"
"Iya, padahal aku mau PDKT ama Kagami-san…"
"Aku iri deh, kok kulitnya bisa putih mulus gitu…"
Argh, aku tidak tahan lagi! Ribut sekali. Dan aku benci itu! Bagaimana aku bisa membaca bukuku kalau ribut begini? Lebih baik aku pindah tempat.
"Rin-chan! Mau kemana?" Tanya Miku tiba-tiba. Aku pun menoleh, keliatannya tadi dia sedang menggosip bersama Gumi, Teto dan lainnya.
Dengan wajah dan nada datar aku menjawab, "Pindah, kalian terlalu ribut." Aku pun segera meninggalkan mereka dan berjalan keluar kelas.
Sekarang aku harus mencari tempat yang sepi supaya aku bisa tenang membaca novelku. Sejak kapan aku suka novel? Entahlah, aku hanya iseng saja. Dan aku baru membeli novel ini kemarin.
Um… tempat yang sepi… GOR? Tidak, bisa-bisa kepalaku terbentur bola basket. Kamar mandi? Tidak, ide yang sangat buruk, ditambah dengan baunya yang menyengat itu, bisa-bisa aku pingsan. Atap? Mungkin tidak buruk, tidak ada salahnya mencoba.
"Hiks… Okaa-san… hiks…"
Eh? Samar-samar aku mendengar suara orang yang sedang menangis. Dan asal suaranya… dari atap. Karena penasaran kunaiki tangga yang menuju ke atap secara perlahan. Lalu saat aku sampai di ambang pintu, aku mencoba untuk mengintip siapa yang sedang menangis.
Mataku langsung membulat, dan seluruh tubuhku terasa dingin dan kaku.
"U-Uso… Len dan… Lenka…" Bibirku terasa kelu saat mengucapkannya. Bagaimana tidak? Aku melihat mereka sedang berpelukan!
Bohong! Ini pasti bohong! Padahal dia hanya seorang anak pindahan yang baru kukenal beberapa menit lalu, dan sekarang… dia berpelukan dengan Len!
Hatiku terasa sakit, sakit sekali. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuknya. Airmataku terasa mau tumpah, tapi kupaksakan supaya tidak menetes. Aku… aku… aku cemburu!
Sudah berapa kali hatiku tersakiti seperti ini? Aku juga tidak tau, aku tidak tahan lagi!
Tanganku lemas, dan tanpa sadar aku menjatuhkan buku novelku.
BRUK
Normal POV
"Eh? Suara apa itu?" Ucap Lenka yang sudah tenang dan tidak menangis lagi. Len pun sudah melepaskan pelukannya beberapa detik setelah mereka mendengar bunyi itu. Lenka pun menghampiri pintu, tidak ada siapa-siapa. Hanya ada sebuah buku novel yang tergeletak begitu saja.
"Kagene… Rin." Ucapnya begitu dia membaca nama yang tertulis dibuku itu. "Kau menemukan sesuatu?" Tanya Len yang tiba-tiba menghampirinya. "Ah… Tidak, tidak ada." Balas Lenka sambil tersenyum. "Terima kasih untuk yang tadi, aku sudah merasa lebih tenang." Tambahnya. "Um, sama-sama. Aku penasaran, siapa yang tadi disini ya?" Tanya Len. Lenka pun menggeleng pelan.
TENG TENG TENG
"Sudah masuk ya?" Tanya Lenka, Len pun mengangguk pelan. "Sebaiknya kita kekelas."
.
.
.
Selama pelajaran berlangsung, kelas menjadi begitu hening. Itu karena mereka sedang mengadakan ulangan dadakan. Awalnya mereka beralasan supaya dilaksanakan di pertemuan selanjutnya karena Lenka baru pindah ke kelas.
Namun dengan polos Lenka menjawab, "Tidak apa-apa, sebelumnya aku sudah belajar kok. Jadi jangan cemaskan aku." Dan tentu saja jawabannya itu membuat seisi kelas menjadi patah semangat karena Lenka tidak bisa membaca situasi, dan dengan terpaksa, mereka melaksanakan ujian ini.
Kiyoteru-sensei, selaku guru mata pelajaran matematika, mengatakan bahwa yang sudah selesai mengerjakan ulangan bisa langsung pulang.
Baru 30 menit ulangan berlangsung, dua orang gadis secara serempak berdiri, Rin dan Lenka. Mereka pun saling berpandangan, namun dengan cepat Rin mengalihkan pandangannya lalu mengambil tas sekolahnya dan bergegas pulang.
Diikuti oleh Lenka yang juga keluar dari kelas. Seluruh mata tertuju ke arahnya, seakan mengatakan. 'Busyet! Cepet bener!', 'Wah, dia pintar juga rupanya', 'Aduh, susah bener pertanyaannya, tolongin gue!' dan lain sebagainya.
.
.
Rin tanpa basa-basi langsung bergegas pulang menuju apartemennya. Namun sepanjang perjalanan, dia merasa tidak tenang. Tentu saja karena Lenka sedari tadi mengikutinya secara sembunyi-sembunyi, namun karena takut dia tidak berani untuk menyapa dan menampakkan dirinya pada Rin.
Hingga akhirnya Rin memutuskan untuk pergi ke sebuah taman. "Aku tahu kalau kau disana, sebaiknya kau keluar, tidak ada gunanya bersembunyi seperti itu." Ucap Rin dengan nada datar.
"A-Ah… Go-Gomennasai, Kagene-san…" Ucap Lenka yang sudah keluar dari tempat persembunyiannya. "Mau apa kau mengikutiku?" Tanya Rin dengan nada jutek dan pandangan sinis.
"Ano… ini punyamu kan…" Ucap Lenka pelan sambil menyerahkan novel milik Rin yang sedari tadi sudah disimpannya. Rin pun mengambil novel itu dengan kasar, terbayang kembali kejadian saat Len dan Lenka berpelukan di kepalanya, dan itu membuatnya kesal.
"Kenapa… kenapa kau tadi berpelukan dengan Len!" Bentak Rin tiba-tiba. Lenka pun kaget, dia menjadi takut, sepertinya dia dibenci oleh Rin. Namun dia harus menceritakan alasan yang sebenarnya pada Rin.
"Ta-Tadi itu… Len-kun mencoba untuk… menenangkanku… ja-jangan salah sangka dulu Kagene-san, aku tidak ada perasaan apapun pada Len-kun." Ucap Lenka pelan.
"Kalau begitu kenapa tidak kau tolak saja? Kau tau… ini sudah kesekian kalinya aku tersakiti, aku sudah muak!" Bentak Rin lagi.
"Ta-Tapi… sa-saat itu… aku… menangis karena teringat oleh ibuku… beliau meninggal dua hari yang lalu… jadi… aku… um… maaf, maafkan aku… Kagene-san… aku benar-benar tidak tau kalau Kagene-san menyukai Len-kun sebesar itu… maaf…" Ucap Lenka pelan sambil menahan air mata, dia merasa bersalah karena sudah menyakiti perasaan orang lain.
Mendengar itu, Rin pun kaget, dia tidak tau kalau ibu Lenka baru saja meninggal. Pasti sedih rasanya jika ditinggal seseorang yang sangat berharga bagi kita, terutama ibu kita. Dia tidak tau perasaan itu, sudah lama hatinya beku seperti es. Padahal setiap hari dia mengakhiri hidup orang lain, tapi sedikitpun dia tidak pernah merasakan kehilangan.
Rin yang salah, tidak seharusnya dia membentak Lenka seperti itu. Dia sudah salah paham.
"…Gomennasai, aku tidak bermaksud untuk membentakmu, Kagami-san," jawab Rin dengan nada bersalah. Dia jadi tidak enak dengan Lenka. "Aku hanya… cemburu…" tambahnya dengan suara yang pelan, Rin pun mengalihkan pandangannya ke arah taman bunga.
"Cinta," ucap Lenka. Rin pun berbalik dan menoleh ke arah Lenka yang sudah tersenyum manis. Wajahnya yang tadinya seperti ingin menangis secara spontan berubah menjadi ceria.
"Kagene-san sudah… jatuh cinta pada Len-kun, iya kan?" Tanya Lenka lagi, sepertinya dia mau menyelediki kebenarannya.
Beberapa saat setelah pertanyaan itu dilontarkan, Rin pun mengangguk pelan dengan wajah yang merona.
'Ukh, apa semudah itu aku ditebak? Kuso!' batin Rin sambil menggerutu. "Jangan katakan pada siapa-siapa, hanya kau, Miku, dan aku yang boleh tau," tambahnya.
"Hm… kenapa gitu? Bukannya lebih baik kalau Len-kun juga tau? Mana tau Len-kun juga suka sama Kagene-san," ujar Lenka dengan senyuman manis.
"Ada suatu hal yang… membuatku tidak bisa melakukannya, itu melanggar…" Balas Rin sambil menerawang langit yang sudah berwarna jingga dengan kedua bola matanya, angin sepoi pun menerjang mereka, membuat suasana sore itu menjadi sangat… hangat.
"Um, aku mengerti… Tapi mau bagaimana pun, kita tidak boleh takut untuk jatuh cinta, yang kita perlu lakukan hanyalah menjalaninya, bukan menghindarinya. Ku harap Kagene-san juga berpikiran seperti itu…" ucap Lenka sambil menyingkirkan rambutnya yang menutupi pandangannya karena tertiup angin. "Mm, aku pulang dulu ya, sudah sore, mata ashita ne~" Lenka pun berlalu meninggalkan Rin, sendirian di taman itu.
"Aku pun berpikiran seperti itu, hanya saja… itu langkah yang sulit," bisik Rin pada dirinya sendiri.
~ To be Continued ~
Mei : Um, chapter 12 akan berlanjut! XD
Rin : Ngegantung banget
Mei : Biar lebih terkesan gimana gitu, hehe, o iya, sedikit spoiler di chap ini, awalnya saya mau make OC saya, Tahlea Scarlet. Tapi berhubung sepertinya banyak readers yang kurang suka fic yang memakai OC, saya ganti jadi Lenka, hehe
Rin : Hm… souka, author nanya boleh ga?
Mei : Apa?
Rin : Cintaku kapan berseminya nih? Lama banget, bete tau, readers mungkin juga udah pada bete
Mei : E-Eh? Itu… Kayaknya beberapa chap ke depan, tunggu aja, ok?
Rin : Ok *lemes*
Mei : ^^" Aa, mohon reviewnya ya, bagi yang tangannya gatel(?), hehe
Ok, tetap setia baca dan menunggu kelanjutan fic saya ya ;)
.
.
V