The Great Boojae

Paviliun Jungseang

Tap!

Pangeran mahkota menghentikan langkahnya di dekat pohon yang ada di pekarangan paviliun. Menatap dalam pada kursi kayu yang duduk di bawahnya. Malam ini sang pangeran kembali berkelana di kolong langit. Rasa rindu menghantuinya dan seolah memanggilnya agar mau menginjakan kaki di tempat ini. Di tempat yang biasa ia kunjungi bersama sekretarisnya.

Manik musangnya terangkat menatap langit. Ia bisa menangkap lima titik cahaya yang tergantung terang disana. Cassiopeia. Rasi bintang yang menyerupai huruf W itu satu-satunya bintang yang menemani bulan malam ini. Dan tanpa sadar putra mahkota menyunggingkan senyumnya. Sebelumnya, langit sendu tanpa bintang. Dan sekarang, meskipun hanya cassiopeia yang menemaninya, ia sudah merasa cukup. Ia pun memejamkan mata, semoga ini merupakan petanda baik.

Pangeran mahkota mendudukan dirinya di kursi kayu. Menatap sendu ruang kosong di sebelah kirinya. Tangan indahnya mengelus penuh rasa pada permukaan duduk. Rasanya ia masih mengingat jelas memori beberapa waktu lalu bersama sekretarisnya, di tempat ini. Ia sungguh merindukan sekretarisnya, mengabaikan fakta bahwa ia baru berpisah dengan sekretarisnya pagi tadi.

Jaejoongie...

Tap!

Suara tapak kaki memaksa pangeran mahkota kembali dari perjalanan pikirannya. Ia sedikit menoleh, mencari tahu siapa yang telah lancang mengganggu waktunya. Ia sudah sangat jelas mengatakan bahwa jalan-jalan malam adalah waktu pribadinya. Tidak ada yang boleh mendekat padanya kecuali sekretarisnya, Kim Jaejoong.

Begitu sang pangeran menoleh, ia mendapati Park Yoochun berdiri tidak jauh di belakangnya dengan kepala tertunduk. Pangeran mahkota mengerutkan keningnya. Ia tidak terkejut. Memang seharusnya ia tidak terkejut. Karena ini bukan pertama kalinya pejabat yang dicalonkan sebagai sekretarisnya itu bersikap lancang.

"Ada apa?"

Pangeran Yunho memberatkan suaranya dan tidak menunjukan ekspresi. Ia ingin pejabat lancang itu tahu bahwa dirinya merasa terganggu. Perlahan Yunho meluruskan pandangannya, menatap kolam ikan yang tenang. Hanya ada dua ikan koi berbeda warna, putih dan hitam, yang berenang berputar seolah saling mengejar ekor. Terus berputar membentuk gerakan yin dan yang.

"Jeosonghamnida Jeoha. Apakah yang mulia... sedang memikirkan Kim Jaejoong?"

Manik musang itu membesar. Ia menahan nafasnya agar bisa menahan emosinya. Jemari cantiknya meremat kuat pinggiran kursi. Ia pikir kelakuan lancang Pejabat Park sudah benar-benar kelewat batas. Ia marah namun juga bingung disaat yang sama. Apakah ia marah karena kelancangan Pejabat Park? Atau ia marah karena ada seseorang yang dengan jujur menebak isi hatinya? Yunho tidak bergeming, ia menghela nafas. Berpikir apakah ia harus menjawab pertanyaan Pejabat Park atau tidak? Jika ia, maka jawaban apa yang harus ia lontarkan?

"Jika benar... mengapa yang mulia tidak menemuinya saja?"

DEG!

Yunho menoleh secepat angin malam. Ia masih mendapati Park Yoochun menundukan kepalanya, berdiri di tempat yang sama dan dengan ekspresi datar yang sama. Pangeran mahkota itu masih terdiam, tapi siapa pun tahu bahwa diamnya itu menuntut jawaban.

"Penjaga penjara kerajaan sangat mudah disogok. Hamba dengar yang mulia sering menyamar ketika mengadakan kunjungan rahasia di kota,"

Yunho masih terdiam memikirkan kata-kata calon sekretarisnya. Park Yoochun mengatakan dua hal berbeda. Penjaga kerajaan yang mudah disogok dan dirinya yang sering menyamar. Apa maksud pria itu? Apa Park Yoochun menyuruhnya menyamar dan menyogok penjaga kerajaan untuk...

DEG!

... untuk bertemu Kim Jaejoong?


The Great Boojae

Kediaman Kim

KRIEEK!

Pintu kayu yang menjadi gerbang rumah didorong pelan dan menimbulkan bunyi yang mengusik seluruh penghuni rumah. Dengan gontai, Sekretaris Kim Hyunjoong memasuki pekarangan rumahnya. Pandangannya mengosong, entah karena penuh bayangan yang tidak ingin dilihatnya atau karena air mata yang menggantung di kelopaknya.

Tap. Tap. Tap!

Suara langkah kaki yang berlari di lantai kayu membelah kesunyian rumah. Suara itu hilang tepat ketika dua sosok yang berlari dari dalam rumah muncul dan menghentikan langkah di teras rumah. Seorang wanita paruh baya dan laki-laki remaja. Kim Jaekyung dan Kim Junsu. Keduanya menatap Kim Hyunjoong penuh rasa penasaran, rasa harap dan juga was-was.

Perlahan, Hyunjoong mengangkat maniknya. Menatap sang istri dan anak bungsunya yang terlihat menyedihkan dengan mata yang sembab. Mereka pasti tidak berhenti menangis sejak mendengar kabar buruk tentang anggota keluarganya pagi tadi.

Hyunjoong tahu bahwa saat ini Jaekyung dan Junsu berharap mendengar kabar baik darinya. Mereka pasti berpikir bahwa Hyunjoong menghabiskan waktu hingga larut untuk membujuk raja agar membatalkan hukuman. Bagaimana pun raja adalah sahabatnya dan itu bisa jadi hal yang tidak mustahil. Namun ia tidak melakukan itu, ia memilih untuk menghormati keputusan raja seperti yang selalu ia lakukan. Dan Hyunjoong sadar, dirinya bukanlah kepala keluarga yang dapat dihandalkan. Ia telah gagal. Matanya yang terpejam seolah membuka pintu air mata yang mengalir di pipinya. Dengan perlahan, Hyunjoong menggelengkan kepala. Ia tidak bisa mengeluarkan kata untuk menyampaikan berita buruk. Hanya satu gelengan yang ia jadikan jawaban.

"Andwae!"

Kim Jaekyung berteriak lantang. Tubuhnya merosot di lantai kayu, kakinya sungguh tidak mampu menahan beratnya kenyataan.

Jaejoongnya...

Putra yang ia kandung dan ia besarkan...

Kebanggaanya...

Demi tuhan, bagaimana bisa seseorang yang selama ini menganggap suaminya sebagai sahabat tega membunuh anaknya. Sekalipun itu seorang raja. Putranya masih sangat muda, kenapa harus dipaksa pergi lebih dulu dari dirinya? Jaekyung menangis, meraung mengisi malam dengan memanggil nama anaknya.

"Jaejoongie... hiks... uri aegya... hiks"

SREEK!

"Eommonim... hiks... tenanglah,"

Kim Junsu, laki-laki remaja itu menghampiri ibunya dan memeluk dengan erat. Mencoba memberi ketenangan kepada sang ibu, meskipun hatinya sendiri tidak tenang memikirkan nasib kakaknya. Junsu sangat dekat dengan Jaejoong. Mereka hanya dua bersaudara dan ini membuat mereka saling melengkapi. Junsu masih sangat muda, oleh karena itu Jaejoong, Hyunjoong dan Jaekyung selalu memanjakannya. Ia memang manja, tapi ia tahu bagaimana harus bersikap dewasa di saat seperti ini.


Penjara Kerajaan

Krieet.

Suara pintu penjara kerajaan yang dibuka menggema mengisi ruang, namun tidak mengusik satu pun penghuni di dalamnya. Dua pria masuk, salah satunya menunggu di dekat pintu dan satu lainnya mengamati satu per satu sel dalam penjara. Mencari sosok yang membuat dirinya nyaris gila.

Yunho menilik ke dalam sel-sel tahanan. Manik musangnya menyipit menyesuaikan dengan cahaya ruangan yang remang. Begitu sampai di sel paling ujung, sang pangeran mahkota menghentikan langkahnya. Ia mengenal sosok dalam bilik itu. Sekalipun sosok itu duduk bersandar pada pintu dan membelakangi dirinya. Ia mengenalnya, rambut itu, bentuk kepala itu, dan lekuk tubuh itu, ia mengenali semuanya. Dan ia begitu merindukannya.

"Joongie...,"

Sreeek.

Perlahan, sosok dalam bilik penjara itu menolehkan kepalanya. Menampilkan rupa yang membuat sang calon raja kehilangan akal hari ini.

"Jeo-jeoha..."

Dengan langkah yang berat, Yunho membawa kakinya mendekat ke sel tahanan Jaejoong. Sang pangeran mahkota bisa melihat bagaimana mata indah Jaejoong yang membengkak, membesar karena terkejut.

Tes!

Setetes air mata keluar dari manik musang sang pangeran tanpa bisa dikontrol. Melihat kondisi sekretarisnya dalam keadaan yang tidak pernah sedikit pun terpikirkan olehnya, membuat emosi sang calon raja memuncak. Ia bersumpah, ia akan menghukum siapa pun yang membuat sekretarisnya terlihat menyedihkan seperti itu. Siapa pun, kecuali ayahnya. Tapi kenyataannya sang raja lah yang meletakkan Jaejoong di posisi menyedihkan ini.

"Jaejoongie..."

Yunho berlutut di hadapan Jaejoong. Ini adalah pertama kalinya sang pangeran mahkota berlutut di depan orang lain selain raja. Perlahan jemari indahnya menggenggam tangan Jaejoong yang sedang meremat jeruji bambu. Merasakan bagaimana tangan pendampingnya bergetar penuh ketakutan.

"Jeo-jeoha, ak-aku.. hiks.. kumohon.. "

Jaejoong tidak bisa menahan tangisnya. Memang tidak seharusnya ia menjadi lemah di hadapan seseorang yang seharusnya ia lindungi. Tetapi, Jaejoong sadar. Saat ini dirinyalah yang butuh perlindungan. Dan orang yang dapat melindunginya adalah pangeran Yunho. Seseorang yang juga membuatnya seperti ini.

"Joongie... tenanglah−,"

"−tolong aku.. hiks.. tolong selamatkan aku.. Jeoha,"

Yunho menahan nafasnya. Ia sungguh tidak sanggup melihat sekretarisnya semenyedihkan ini. Selama berada di sampingnya, Jaejoong tidak pernah meminta apa pun padanya. Ini adalah permintaan pertamanya. Permintaan untuk menyelamatkan hidupnya. Ia tidak mungkin tidak mengabulkan permintaan sekretarisnya. Selain karena Jaejoong yang meminta diselamatkan, kenyataannya Yunho juga tidak sanggup jika Jaejoong tidak ada.

Yunho menghela nafasnya. Menahan tangisnya dan menatap dalam pada manik bulat di hadapannya. Ia bersumpah, Jaejoongnya tidak akan mati.

"Tenanglah! Aku... aku tidak akan membiarkanmu mati. Kau tidak boleh mati, Boojae,"


Paviliun Haebaragi

"Mama, Perdana Menteri Choi ada di sini"

Suara ketua dayang rumah mengalun dari depan pintu paviliun, seketika sang pemilik paviliun melempar manik cantiknya ke arah pintu. Senyum tipis sempat hinggap di bibir merahnya sebelum berucap merdu menjawab ucapan sang dayang.

"Suruh dia masuk,"

SREEK!

Pintu kayu bergeser dan menampilkan sosok perdana mentri Choi Siwon di baliknya. Dengan senyum dan lesung pipit yang menghiasi pipinya, Siwon masuk ke dalam ruang calon ratunya kelak. Perlahan, Siwon menunduk memberi hormat sebelum duduk di hadapan pemilik paviliun. Meskipun darah yang mengalir dalam tubuh pemilik paviliun sama dengannya, dan meskipun ia lahir lebih dahulu dari sang pemilik paviliun, nyatanya pemilik paviliun itu berada pada kasta yang jauh lebih tinggi daripada dirinya.

"Aku sudah menunggu kedatanganmu, Oraboni,"

Choi Sooyoung tersenyum manis kepada kakak laki-lakinya. Ia mengundang Siwon minum teh dengan alasan kesepian berada di dalam istana dan tidak tahu apa yang bisa ia lakukan. Meskipun itu bukanlah alasan yang sesungguhnya.

"Jeosonghamnida, karena sudah membuat mama menunggu,"

"Oraboni, kau tidak perlu sungkan padaku. Ah, aku akan menuangkan teh untukmu," Perlahan, Sooyoung mengangkat tangan lentiknya dan menggapai teko keramik di atas meja.

"Tidak perlu, mama. Biar aku yang melakukannya,"

"Aku ingin melakukannya untukmu, oraboni. Kau tidak perlu sungkan. Lagipula dulu aku sering melakukannya untukmu,"

Siwon tersenyum dan menampakan lesung pipit di kedua sisi wajahnya. Ia sedikit menunduk menatap Sooyoung menuangkan teh pada cangkir, adiknya benar-benar memiliki hati yang lembut. "Tapi sekarang keadaan sudah berubah, mama,"

"Tidak ada yang berubah, oraboni. Aku tetaplah Choi Sooyoung, adikmu yang manja," Calon putri mahkota itu meletakan kembali teko keramik di atas meja. Ia mengambil satu cangkir keramik dan diberikan kepada sang kakak. Senyum manis dan polos menghiasi wajah cantiknya. Namun Siwon tahu, ada sesuatu yang ditutupi oleh sang adik.

"Mama, apa ada hal yang ingin kau tanyakan padaku? Ada perlu apa mama memanggilku ke sini,"

Sooyoung, gadis cantik itu merunduk. Rona merah menghiasi kedua pipi putihnya. Ia memang tidak bisa menyembunyikan apa pun dari kakaknya. Siwon seakan selalu bisa membaca pikirannya.

"Itu... Aku dengar sekretaris pribadi putra mahkota ditangkap. Apakah itu benar, oraboni?"

Siwon menarik nafas dan menghelanya dengan berat. Gosip di istana memang menyebar lebih cepat daripada wabah penyakit. "Ye, mama. Tadi pagi Kim Jaejoong dibawa ke penjara kerajaan dan dijatuhi hukuman penggal,"

"Tapi, apakah semuanya akan baik-baik saja, oraboni?"

"Mama, kau tidak perlu khawatir. Tidak akan terjadi apa-apa. Ini memang sangat mengejutkan. Kim Jaejoong merupakan orang yang paling dekat dengan putra mahkota. Dia adalah anak dari sekretaris raja. Raja juga menaruh kepercayaan padanya. Cukup mengherankan mengapa yang mulia raja bisa berbalik dan memberinya hukuman penggal. Tapi tidak ada yang harus kau khawatirkan, mama. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu,"

"Lalu, bagaimana keadaan putra mahkota?"

"o-ho, Ternyata kau mengkhawatirkan putra mahkota, mama,"


The Great Boojae

Paviliun Utama

Pagi.

Sreeek.

Kasim Song menampakkan diri di dalam paviliun utama begitu pintu kertas dibuka. Untuk sementara waktu, ia yang akan berada di sisi yang mulia raja untuk menggantikan tugas-tugas Sekretaris Kim.

Kasim Song menghentikan langkah di hadapan yang mulia raja, ia menunduk memberi hormat begitu sang raja menyadari keberadaannya.

"Ada apa Kasim Song?"

Raja, pria berhanbok merah dengan topi mahkota duduk dengan anggun di balik meja kerjanya. Sesungguhnya ia masih belum bisa berpikiran jernih, tetapi gulungan kertas laporan kerajaan semakin menumpuk di meja kerjanya. Ia adalah seorang raja, dan ia tidak boleh lalai terhadap tanggung jawabnya. Karena nasib jutaan rakyat, bergantung padanya.

"Jeona, yang mulia putra mahkota sedang berlutut di atas tikar di halaman paviliun. Ia ingin bicara empat mata dengan yang mulia raja,"

Raja Jung Ilwoo mengerutkan keningnya. Ia bisa menebak apa yang ingin anaknya bicarakan. Hanya saja ia pikir anaknya itu terlalu lamban, ia kira Yunho akan langsung mendatanginya kemarin.

"Katakan bahwa aku sedang sibuk,"

Jung Ilwoo kembali memusatkan perhatiannya pada gulungan kertas yang melebar di mejanya. Ia mencoba fokus, tetapi keberadaan Kasim Song yang tidak bergerak menarik kembali perhatiannya.

"Jeosonghamnida, Jeona. Putra mahkota mengatakan bahwa ia harus bertemu dengan yang mulia. Jika tidak, ia akan terus berlutut sampai diijinkan untuk bertemu dengan yang mulia,"

Raja menghela nafas dan memenjamkan manik musangnya. Jemarinya terangkat untuk memijit keningnya yang berdenyut.

"Suruh dia masuk dan tinggalkan kami berdua,"


Ruang Tamu Paviliun utama

Sreeek.

Pintu ruang tamu di paviliun utama terbuka. Dengan wajah tertunduk, pangeran Yunho melangkahkan kakinya. Ia membungkuk hormat kepada sang raja sebelum akhirnya duduk di hadapan sang raja.

"Jika kau ingin memintaku mencabut hukuman Kim Jaejoong, kau hanya membuang-buang waktu. Aku tidak akan memaafkannya," raja berujar sebelum putra mahkotanya sempat mengeluarkan kata.

Jung Yunho, manik musangnya membulat tajam mendengar perkataan raja. "Jeona... Aku tidak bisa membiarkan orang yang selama ini setia padaku dihukum karena kesalahanku."

"Itu sudah tugasnya. Jika ia memang setia padamu, ia akan mengorbankan nyawanya untuk keselamatanmu. Sudah sepantasnya rakyat mengorbankan jiwa untuk melindungi keluarga kerajaan," raja menatap tajam putranya yang masih tertunduk. Dalam hatinya ia merasa sedih, ia tidak pernah berada dalam situasi panas dan menengangkan seperti ini dengan putranya. Mereka selalu tampak akur dan saling mendukung.

"Aku adalah seorang calon raja, aku tidak akan membiarkan rakyatku yang tidak bersalah mati sia-sia-"

"LALU KAU INGIN MENGAKUI BAHWA KAU YANG BERSALAH DAN MENYERAHKAN HIDUPMU?" raja berteriak, wajahnya memerah menahan emosi. Namun, putra mahkota terlihat tenang dan tetap menundukan kepalanya. Seolah berkata bahwa ia rela menyerahkan hidupnya. Raja menghela nafas untuk mengatur emosinya. "Dengar Yunho, kelak kau akan memimpin negara ini. Rakyat hanya percaya dan bergantung padamu. Jika kau jatuh hanya karena satu orang, lalu bagaimana nasib ribuan rakyat lainnya? Pikirkan itu putra mahkota,"

Putra mahkota menarik nafasnya dalam-dalam. "Jeosonghamnida, Jeoha"

BRAKK!

"JEOHA!"

Yang mulia raja, orang tertinggi di ruangan itu memukul meja dan berteriak lantang. Ia berdiri dari duduknya. Wajahnya memerah dan nafasnya memburu. "Kau... kau bahkan berani melawanku hanya karena seorang Kim Jaejoong?"

Pangeran Yunho masih menundukan kepalanya. Ia sempat terkejut begitu yang mulia raja berteriak padanya. Ini ada teriakan pertama raja padanya. Sebelumnya sang raja selalu berucap lembut padanya. Ia merasa sedih dan takut, sekejap ia merasa tidak tau harus berbuat apa. Ia tidak ingin melawan sang raja, ayahnya. Tapi saat teringat wajah ketakutan Jaejoong semalam, Yunho merasa bahwa rasa takutnya saat ini bukanlah apa-apa dibandingkan dengan ketakutan Jaejoong yang akan dihukum mati.

"Jeona... tolong cabut hukuman Kim Jaejoong," putra mahkota Yunho mengangkat kepalanya dan menatap sang raja dengan penuh percaya diri.

Dengan masih berdiri, sang raja membalas tatapan anaknya. Ia masih tidak menyangka bahwa lelaki yang melawannya di depannya ini adalah putranya. Tetapi tatapan musangnya yang menurun kepada sang anak menjawab keraguannya. "Apa yang akan kau lakukan jika aku tidak mengabulkannya?"

Yunho menundukan kembali manik musangnya. "Aku tidak akan menikah,"


TAP!

Putra mahkota keluar dari paviliun utama dengan lemas. Ia hampir tejatuh jika sekretaris Park Yoochun tidak menangkap tubuhnya. Ia melirik Park Yoochun yang terlihat cemas dengan kondisinya. "Aku merasa akan mati. Aku tidak pernah melawan raja sebelumnya,"

"Apa yang mulia sudah mengatakannya kepada raja?" sekretaris park masih memegang lengan putra mahkota, membantu sang putra mahkota berjalan. Ia senang karena putra mahkota tidak menolak bantuannya. Apakah sang putra mahkota sudah bisa menerima keberadaannya?

"Ya, aku melakukannya. Aku mengancam raja bahwa aku tidak akan menikah jika ia tidak mencabut hukuman Jaejoong," Yunho terus berjalan dengan pandangan yang lurus ke depan. Seolah sadar apa yang baru saja ia lakukan kepada sang raja. "Demi tuhan! Aku baru saja mengancam raja. Jika ini tidak berhasil dan Jaejoong tidak bisa diselamatkan, aku tidak akan memaafkanmu Park Yoochun," pangeran kembali melirik Park Yoochun. Ia melepaskan genggaman tangan Yoochun dari lengannya dan menguatkan diri untuk berjalan sendiri.

"Jeoha..," pejabat Han membungkukkan kepalanya begitu yang mulia putra mahkota memasuki paviliun Jungseang.

"Ada apa?" pangeran Yunho menatap pejabat Han yang masih tertunduk.

"Jeoha, tanggal eksekusi Kim Jaejoong sudah ditentukan..," pejabat Han berucap pelan dengan kepala masih tertunduk.

"Mworago?"

Pejabat Han semakin menundukan kepalanya. "Kim Jaejoong akan di eksekusi besok, tepat di hari pernikahan anda, Jeoha".


Thanks to:

Dewi15, kc, Jung Jaehyun, Vic89, Guest1, Yikyung, jaeromone, Guest2, meirah, redbean9, MYunjae, lipminnie, Guest3, jaena, guest, donat keju, ShinJiWoo920202, Rly. , Boo Bear Love Chwang, Clein cassie, MyBabyWonKyu, Guest4, hyejinpark, jema agassi, Dei YunJae, sanaki chan, RistinOk137 Suka YJ NoChangKyu, gureumky, My jeje, chai tanni, Rsza, Guest5, nin nina, Zheyra Sky, fafafifo, narayejea, dims, Guest5, azahra88, .1272