Where Is It? : After Life
By : Natsu D. Luffy
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Rate : T
Genre : Fantasy, Romance
Main Pair : NaruHina
Warning : (miss) Typos, semi-canon, OOC, GaJe, Abal, OC, SKS (Sistem Kebut Sejam)
.
.
.
A/N : Yosh! Agak ragu juga mau publish fict ini apa enggak. Tapi terpaksa karena saya lagi kena WB, saya jadi belum bisa nerusin fict yang lain. Dan hula! Jadilah fict abal ini. OK, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para readers, silahkan membaca~
.
.
.
.
Chapter 1 : Prolog
.
.
.
.
Tugu peringatan itu masih sama. Masih sama seperti saat pertama kali dibuat, kecuali lumut-lumut dan tumbuhan rambat yang kini menutupinya. Bahkan, jika melihatnya secara langsung, kalian tak akan menyangka bahwa gundukan tanaman rambat itu adalah sebuah tugu peringatan.
Setiap hari, selalu saja ada orang yang datang ke tugu peringatan –atau lebih tepat disebut batu nisan itu untuk mendoakan'nya', atau hanya sekedar mengenang jasa-jasa'nya'. Makam itu tak pernah sepi. Selalu di jaga dengan ketat selama 24 jam, takut-takut ada yang mengganggu tidur tenang'nya'.
Tapi itu dulu, sekitar 3000 tahun lalu, mungkin?
Tapi tetap saja, di balik semua perubahan itu, masih tetap ada yang tidak berubah.
Uzumaki Naruto.
Nama itu masih tetap terpatri dengan rapi di batu nisan itu. Sang Pahlawan Konoha –dan Dunia masih tetap bersemayam dengan tenang di dalamnya.
Suasana mencekam menyelimuti area makam, malam ini. Makam yang terletak di ujung kota semakin mendukung suasana mencekam yang tercipta. Seakan ikut terlarut dalam suasana, bahkan jangkrik pun enggan berbunyi.
Dan kejadian aneh inipun terjadi.
Tanah makam itu tiba-tiba saja meledak, menimbulkan efek debu yang cukup tebal di sekitarnya.
Beberapa saat setelahnya, terlihatlah sebuah peti mati dengan berbagai segel yang mencegahnya untuk terbuka.
Bergetar, peti mati itu bergetar dengan cepat. Seolah ada sesuatu dari dalamnya yang mencoba untuk memaksa keluar. Segel di sekitar peti itupun menyala, seakan mencegah sesuatu bangkit dari dalamnya.
*Blaaarrr*
Akhirnya, peti itupun hancur oleh sebuah ledakan Chakra dengan jumlah yang sangat mustahil dari dalam sebuah peti.
Sosok itu perlahan bangkit dari dalam peti, diiringi Aura negative yang sangat kentara terpancar dari sosoknya. Rambut kuning jabriknya bergerak pelan, tertiup oleh angin malam. Mata sewarna safir itu menatap tajam sekelilingnya, seakan ingin membumihanguskan segalanya.
"Ini dimana ya?" tanyanya polos sembari memiringkan kepalanya, Innocent.
Akh, hancur sudah kesan horror yang telah susah payah dibangun.
Sembari menggaruk rambut pirangnya yang tak gatal, sosok itu berjalan mengitari area sekitar.
"Hei Juubi, kita dimana? Seingatku aku sudah mati. Apa ini di akhirat?" tanya sosok yang ternyata Naruto kepada Juubi yang masih berada dalam tubuhnya.
'Bukan, Naruto. Kita sekarang berada di masa depan, tepatnya 5 tahun setelah kau mengalahkan Madara masa depan, kau ingat?' tanya sosok Juubi dari dalam tubuh Naruto.
Sejenak, Naruto tampak berpikir. "Oh ya, aku ingat. Tapi, tetap saja, itu tidak menjelaskan kenapa aku kembali ada di tempat ini."
'Jawabannya sederhana. Kau mati, tapi roh milikmu di tolak di akhirat. Akhirnya, kami berusaha menghidupkanmu kembali, dengan usaha yang cukup berat tentunya.' jelas sosok Juubi..
"Oh ya? Tapi kenapa roh ku tidak diterima di akhirat? Dan kenapa aku baru dihidupkan sekarang?" tanya Naruto sembari melompat ke atas pohon tertinggi di sekitarnya. Kini ia dapat dengan jelas melihat, kota Tokyo tepat di hadapannya.
'Ah, itu karena kau merubah terlalu banyak takdir, Naruto. Contohnya saja, Hinata di masa ini. Seharusnya sekarang ia telah menikah dengan reinkarnasimu. Tapi karena kau, dia jadi tidak menikah dengan siapapun. Dan masalah waktu, kami sebenarnya hanya butuh 3 hari untuk menghidupkanmu kembali. Tapi sayangnya, 3 hari di akhirat berbeda dengan 3 hari di dunia.' jelas Juubi panjang lebar, yang hanya ditanggapi sebuah anggukkan oleh Naruto.
"Jadi, sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Naruto. Jubah Hokagenya berkibar perlahan tertiup angin, menambah charisma yang terpancar dari diri sang Uzumaki.
'Mudah, kau hanya perlu mencari Hinata dan membuatnya menikahimu. Lalu, kau hiduplah bersamanya sampai kalian mati.' ujar Juubi enteng.
"Hm, tugas yang menarik." gumam Naruto sebelum akhirnya melompat dan menghilang, diikuti cahaya kuning yang muncul setelahnya.
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
"Kita sudah sampai, Hinata." gumam seorang pemuda berambut merah marun kepada seorang gadis berambut indigo di sebelahnya. Sebelum sang gadis menyentuh knob pintu mobil itu, sang pemuda telah terlebih dahulu turun dan membukakan pintu untuk sang gadis.
Sang gadis yang dipanggil Hinata itupun turun dari mobil dengan membawa tas selempang miliknya.
"Kau yakin tak mau aku antar ke mansion Hyuuga saja, Hinata? Kau terlihat tidak sehat sejak di kampus tadi." ujar sang pemuda berambut merah kepada Hinata. Tampak sekali kecemasan di raut wajah dan suaranya.
"Aku tidak apa-apa, Gaara-kun." Hinata menjawab sembari menggelengkan kepalanya lemah. Senyum manis –palsupun ia tampakkan untuk meyakinkan sang pemuda bahwa ia baik-baik saja.
Mendesah pelan, sang pemuda hanya pasrah. "Baiklah, segera telephone aku jika ada sesuatu yang kau butuhkan. Apapun itu." ucap sang pemuda bernama Gaara sebelum akhirnya menghilang bersama mobil sport merah miliknya.
Setelah memastikan Gaara dan mobilnya sudah tak terlihat, Hinata segera melangkah memasuki apartement miliknya.
"Tadaima…" ucapnya saat memasuki apartement, walau ia tau tidak akan ada yang menjawab, atau sudah tidak ada tepatnya.
"Okaeri…" jawab sebuah suara dari dapur, yang tentu saja membuat Hinata terlonjak kaget. Suara ini…
Denga tergesa, Hinata segera melepas sepatunya dan berlari menuju ke arah dapur. Sesampainya di pintu dapur, permata lavendernya kembali membulat melihat sesuatu di hadapannya.
Dihadapannya, terlihat Naruto, Naruto yang selalu ia rindukan, tengah duduk tenang di meja makan sembari memakan beberapa cup ramen instan. Tak lupa dengan cengiran khas miliknya yang ia tunjukkan saat melihat Hinata.
"Hai Hinata-chan. Maaf aku tidak meminta ijin dulu, tadi aku sangat lapar dan kebetulan aku menemukan ramen di lemari makanan milikmu, jadi-"
*Greb*
Belum sempat Naruto menyelesaikan kalimatnya, Hinata langsung menghambur ke pelukannya, membuat Naruto hampir saja jatuh ke belakang kalau saja ia tidak menahannya dengan Chakra miliknya.
Dengan hangat, Naruto pun membalas pelukan Hinata. Masih dengan posisi yang sama, Naruto membelai pelan punggung Hinata, diikuti isakan yang mulai keluar dari mulut mungil Hinata.
"Hiks.., N-Naruto-kun… ka-kau terlambat pulang tahu, hiks… Kau ti-tidak pulang, hiks, sebelum makan malam..." isak Hinata semakin menjadi-jadi dalam pelukan Naruto, membuat Naruto kembali tersenyum lembut sembari menepuk-nepuk punggung Hinata.
"Cup cup cup… Sudahlah, Hinata-chan. Maafkan aku yah. Yang penting kan aku sudah pulang. Setelah ini, aku janji tidak akan pergi lagi kok." ucap Naruto kemudian mencium puncak kepala Hinata lembut, membuat Hinata kembali mengeratkan pelukannya pada Naruto.
Sungguh, pertemuan yang tak terduga. Tiga tahun berlalu dan semua masih terlihat sama. Suaranya, tawanya, bahkan… kehangatannya.
Ya, tidak salah lagi. Ini Naruto-nya. Naruto yang selalu ia tunggu-tunggu kepulangannya.
Ini nyata, bukan mimpi yang setiap malam selalu menghiasi tidur nyenyaknya.
Tapi ini baru saja dimulau, bukan? Memangnya siapa yang tahu apa yang akan terjadi setelah ini? Tidak ada, bukan? Berharap saja hal buruk tak menanti mereka…
.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
.
A/N : Gimana? Gimana? OK, abaikan faktor pendeknya cerita ini. Ini memang prolog, kan? Prolog? Ya, pengantar aja untuk cerita selanjutnya, supaya para readers gak kaget waktu liat Naruto udah sama Hinata lagi di Chap depan. Yah~ Okelah, gomen kalau terlalu pendek, mau protes? Komen? Silahkan! Ada jalurnya di bawah kan? ~_^
OK, SEE YA IN THE NEXT CHAPT!
Natsu D. Luffy
.
.
.
.
V
Review!