Disclaimer : I own nothing. Super Junior, DBSK, and all chara in this fic belong to their self. Hanya fic ini yang murni punya saya, Jung Hyun Hyo ^^ Don't copy without permission, please!
Main cast : - Choi Siwon
- Kim Kibum
And other supported cast.
Warning : Genderswitch for uke, OOC, OC, AU, abal, typo(s). So, if you DON'T LIKE, DON'T READ! NO BASHING!
.
.
.
Prolog
UChicago, Chicago, Illinois.
"Yo! Hahaha, what's up?"
Siwon yang suasana hatinya sedang buruk seketika tahu siapa orang yang dengan seenak jidat menepuk pundaknya. "Ada apa, Lee Donghae?"
Namja yang dipanggil Donghae tertawa dan merangkul leher Siwon. "Oh, come on, man, kau sungguh tidak asyik! I-Pod diambil saja bisa merusak mood-mu! Makanya, kan sudah kusarankan, kalau dosen Rodney sedang mengajar, kau sebaiknya duduk di belakang! Ia sama sekali tidak akan melirik bahkan seandainya kau bermain drum di kelas!" kata Donghae. Dan sejujurnya, ucapan barusan lumayan mengganggu telinga Siwon, karena Donghae sedang mengunyah permen karet. Dan decakannya sungguh tidak enak didengar.
Siwon hanya mendengus. Donghae buru-buru menyamakan langkahnya dengan langkah lebar Siwon. "Hei, slow man! Hah, kau memang benar-benar anak alim ya? Duduk terus-terusan di depan."
"Aku tidak malas sepertimu. Aku tidak ingin beasiswaku terbuang sia-sia kalau aku gagal." sahut Siwon enteng.
Ya, Donghae benar. I-Pod Siwon diambil oleh dosennya saat ia sedang mengajar. Benar-benar sial. Sebenarnya Siwon bukan tipe mahasiswa malas seperti Donghae yang datang ke kampus hanya untuk membubuhkan tanda tangan lalu tidur. Bukan. Ia adalah tipe mahasiswa rajin yang duduk manis di deretan depan dan mendengarkan dengan seksama apapun yang dikatakan dosen. Namun entah kenapa, hari ini Siwon sama sekali tidak bisa konsentrasi. Jadilah ia mendengarkan i-Pod, daripada melamun dan ditimpuk dengan spidol oleh sang dosen. Tapi dosen Rodney justru berang saat tahu mahasiswa kesayangannya tidak mendengarkan. Tanpa basa-basi, ia segera menyita i-Pod Siwon.
Donghae memutar bola matanya. Namja santai itu lalu melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar pada seorang gadis berambut pirang yang menyapanya. Siwon berdecak. "Huh, kau benar-benar seseorang yang suka tebar pesona. Lalu mau dikemanakan yeojachingumu, si Lee Hyukjae itu, eh?"
Donghae tertawa sarkatis. "Come on, Siwon! She is in Korea right now, while we are in Illinois right now. She wouldn't have known about this! Lagipula aku masih setia dengannya. Yah, kau tahu, aku bisa mati jika hidup tanpa wanita." Jawaban Donghae membuat Siwon memutar bola matanya malas.
"Hei, bagaimana kalau kita pergi ke bar yang ada di sebelah selatan rumah Elena? Kudengar, banyak wanita sexy disana!" sahut Donghae semangat.
"Tidak mau, aku ada shift." jawab Siwon seraya berjalan menuju motornya.
"Che, kau memang susah diajak bersenang-senang. Ya sudah, aku pergi dengan John saja. Hei, hello pretty Yoona!" Dan dengan kalimat itu, Donghae pergi dengan merangkul pundak seorang yeoja Asia yang baru saja lewat. Siwon hanya geleng-geleng kepala. Ia menghidupkan mesin motornya, dan ia reflek menoleh saat pundaknya serasa ditepuk.
Ia pikir ia akan menemukan Donghae, namun ternyata tidak ada siapapun. Siwon mengernyit bingung. Namun ia akhirnya mengedikkan bahu cuek dan memakai helmnya.
. . .
"Annyeong, Wookie-ah, apa aku terlambat?" tanya Siwon seraya masuk dari pintu karyawan. Tergesa-gesa, Siwon memakai baju Patisserie-nya dan menyambar sebuah notes kecil dan pulpen.
Yeoja yang dipanggil –Ryeowook– mendongak dari kesibukannya menghias sebuah kue tart besar. "Kau tidak terlambat, tapi aku membutuhkan bantuanmu. 2 karyawan kita absen hari ini. Apa kau keberatan bekerja ekstra hari ini, Siwon?"
Siwon menggeleng seraya menyemat name tagnya. "Tidak ada masalah. Apa yang bisa kubantu sekarang?"
"Bantu Yesungie di depan. Café sedang ramai, dan ia tidak berhenti mondar-mandir dari kasir dan meja pelanggan sedari tadi. Aku akan menyusul kalau ini sudah selesai." sahut Ryeowook cepat seraya meletakkan buah ceri sebagai topping. Dari gerak tubuhnya yang gesit, kelihatan sekali kalau ia sangat buru-buru. Mendengar betapa gaduhnya café oleh obrolan orang, mungkin Ryeowook benar.
"Oke." Siwon lantas keluar menuju etalase, dan menemukan deretan orang yang mengantri. Yesung sedang berada di pojok café, mencatat pesanan pelanggan. "This is gonna be a long day." desis Siwon pelan. Lalu ia menyunggingkan senyum ramah dan mulai menyapa pelanggan café YeWook. "Good afternoon. May I help you?"
. . .
"Dua potong kue Wien kotak, Siwon!" sahut Yesung.
"Oke!" jawab Siwon seraya menuang mocca latte ke sebuah cangkir kecil. Dengan cekatan, Siwon menaruh kopi itu disebuah nampan, yang langsung disambar Yesung. "Ah, oh ya, jangan lupa tambahkan dua buah strawberry dan cream ke Wien itu." sahut Yesung seraya menata beberapa kue yang sudah disiapkan Siwon di atas nampan.
"Hah? Strawberry dan cream.. Di atas Wien? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Siwon takjub. Yesung mendengus seraya mengangkat nampan. Matanya semakin sipit saat ia memandang Siwon tajam. "Ya, kau tidak salah dengar. Seperti itu pesanannya, jadi tidak perlu protes. Cepatlah, jangan sampai pelanggan menunggu!"
Siwon menyeringai menahan tawa. Bukan apa-apa, hanya saja.. Aneh sekali mendapati kue yang terkenal karena kacang di dalamnya itu ditambah strawberry. Tidak bisa dibayangkan seperti apa rasanya.
Siwon mengambil sebuah mangkok kecil dari rak dan memotong kue Wien dari etalase. Hmm, baunya enak sekali. "Strawberry.. Strawberry.." gumam Siwon mencari buah merah nan manis itu.
Detik berikutnya, Siwon terperanjat menemukan sekotak strawberry persis di sampingnya. Siapa yang menyiapkannya? Apa Ryeowook? Tapi, kapan ia keluar dari dapur?
Mencoba tidak ambil pusing, Siwon mengambil sebuah sendok kecil dan menaruhnya di mangkok tersebut. Dan ia melongo parah menemukan sebuah strawberry melayang di atas kue Wien.
Melayang? Demi Tuhan, Siwon tidak bohong! Dua buah strawberry melayang tidak terlalu tinggi di atas Wien yang sebelumnya Siwon genangi dengan cream tersebut. Dan strawberry itu jatuh tiba-tiba, membuat cream yang sebelumnya tertata rapi sedikit terciprat.
'Cplak'.
Siwon mengerjap. Astaga! Benarkah yang barusan? Siwon membeku. Matanya melotot horror pada kue Wien malang itu, seolah kue itu sebenarnya kue yang sudah disihir, punya nyawa, dan hidup sewaktu-waktu. Bulu kuduknya praktis berdiri.
"Hei, Siwon, jangan melamun! Cepat!" sahut Yesung kesal melihat salah satu karyawan yang kerap digunjingkan pelanggan karena ketampanannya melongo menatap kue Wien.
. . .
"Huh, astaga. Kurasa rejeki kita sedang mengalir hari ini. Nee, Yesungie?" tanya Ryeowook mesra seraya mengelap dahi Yesung. Yesung hanya tersenyum mesum ketika tangan lembut sekaligus tisu halus dari Ryeowook menyentuh dahinya. "Nee, chagi ~ "
Cafe sudah tutup pada jam 23.00. Siwon, Yesung, dan Ryeowook sudah mengganti pakaian kerjanya dan bersantai sejenak untuk melepas lelah. Yesung dan Ryeowook tengah bermanja-manja di sebuah sofa di pojok cafe.
Siwon hanya bisa mendengus dari balik etalase. Iri? Well, sedikit.. Karena tidak ada yang mengelap keringatnya, maka ia putuskan untuk mengelapnya sendiri. Namun, keanehan lagi-lagi terjadi. Baru saja Siwon menyambar tisu, seseorang –atau lebih tepatnya sesuatu– yang sejuk menyentuh dahinya.
Siwon mengerjap. Sensasi itu menghanyutkannya. Membuatnya tenang. Siwon kemudian memejamkan matanya. Seluruh tubuhnya terasa segar. Enak sekali.
"Hei, Siwon! Kau kesurupan?" tanya Yesung –sontak mengagetkan Siwon. Dan seketika, sensasi dingin itu menghilang. Siwon mendesah kecewa. Tidak menanggapi pertanyaan Yesung, Siwon merogoh handphonenya dari dalam tas tanpa melihatnya.
Ada satu e-mail.
From : Jaejoong Jung
Siwon, aku harus menghadiri seminar HAM di Springfield. Yunho ikut menemaniku, jadi kami tidak akan pulang sampai besok. Aku sudah menyimpan uang di dekat kulkas. Pesanlah delivery atau apapun kalau kau lapar, oke? Pokoknya jangan sampai lupa makan! Baik-baik ya!
Siwon menghela nafas. Yah, berarti ia akan sendirian dirumah YunJae selama sehari besok. Detik berikutnya, pikiran Siwon berkelana.
Siwon memang namja pendatang baru dari Korea yang pintar. Ia sukses meraih beasiswa di universitas swasta di Illinois, Universitas Chicago di jurusan Teknik Arsitektur. Pada dasarnya Siwon bukan orang berada. Kekurangan biaya membuatnya harus bekerja maksimal kalau ia tidak mau meminta uang dari orangtuanya di Seoul. Hangeng dan Heechul –umma dan appa-nya sudah berjuang cukup keras untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, maka Siwon bertekad untuk tidak menambah beban mereka.
Selama kuliah di UC, Siwon tinggal homestay bersama seorang ahjussi dan ahjumma yang kebetulan juga berasal dari Korea –Jung Yunho dan Jung (Kim) Jaejoong. Yunho yang bekerja sebagai pegawai kantor biasa di Chicago dan Jaejoong yang bekerja sebagai aktivis sosial terbilang tidak beruntung –menurut Siwon. Pasalnya, di usia mereka yang menginjak 40 tahun, mereka tidak dikaruniai anak satu orang pun. Maka itu, Yunho dan Jaejoong menerima Siwon dengan sangat terbuka. Selama 1 tahun lebih, mereka bahkan menganggap Siwon sebagai anak mereka sendiri. Mereka memperhatikan segala kebutuhan dan keperluan Siwon –seperti tadi.
Siwon menghela nafas, lalu ia membuka resleting tasnya dan memasukkan handphonenya. Namja yang sering memikat hati yeoja itu terkejut ketika menemukan sesuatu di dalam tasnya. Setengah tidak percaya, Siwon mengeluarkan i-Podnya yang tadi disita oleh dosen. Mustahil! Aneh! Siwon membolak-balikkan i-Pod itu –memastikan bahwa i-Pod itu benar-benar miliknya. Ya ampun..
"Bagaimana.. bisa?" gumam Siwon takjub.
.
.
.
"Engh.. Ssh.."
Siwon menggeliat gelisah dalam tidurnya. Matanya terpejam erat –takut. Bibirnya mengeluarkan ringisan kecil. Keringat membasahi kaosnya. Wajahnya merah. Jantungnya berdegup kencang.
"Aah! Tidak!"
Siwon menjerit dan membuka matanya. Ya Tuhan, mimpi itu lagi..
Namja itu terengah-engah kencang. Merasa tidak nyaman dengan keringat yang membanjiri tubuhnya, Siwon meraih remote AC dan menyalakan pendingin ruangan itu.
Siwon mencoba tidur lagi –meskipun ia tahu itu sulit, atau bahkan mustahil.
Benar saja. Seberapa lama pun Siwon memejamkan mata, seperti apapun ia berusaha agar tubuhnya terasa nyaman dan rileks, seberapa keras usahanya untuk bernafas normal, ia sama sekali tidak bisa lagi terjun ke alam mimpi. Ketakutan akan bayang mimpi buruk tadi kembali menghantuinya.
"Si.."
"..Won.."
"Siwon.."
"Choi Siwon.."
Degup jantung Siwon berdetak kencang ketika ia mendengar sebuah suara lembut memanggil namanya pelan. Setengah frustasi, Siwon akhirnya menyalakan lampu di meja kecil samping tempat tidurnya. Namja tegap itu menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas apa –atau siapa yang memanggilnya.
"Whoa!"
Siwon yang terkejut dengan kedatangan sosok asing di kamarnya terlonjak. Ia menoleh dengan mata melotot dan nafas tersengal-sengal karena terkejut. "Wh-who are y-you?" tanya Siwon gagap karena takut. Ia bisa merasakan seluruh tubuhnya merinding. Namja tampan itu duduk dan mencengkram selimutnya.
"Me?" tanya sosok itu seraya menunjuk dirinya sendiri. Siwon tercekat mendengar betapa halus dan merdunya suara itu. Seolah suara malaikat yang sedang bernyanyi. Membuat siapapun terbuai. Siwon mengangguk panik.
"I.. Kim Kibum.." sahutnya. Siwon memperhatikan sosok itu dari atas hingga ke bawah. Ternyata ia seorang yeoja. Kibum –sosok itu, memakai dress putih halus berenda. Ada sebuah tali kecil berwarna hitam melingkar di pinggangnya. Model baju itu agak ketinggalan zaman –sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu. Lutut dan betisnya yang mulus dan jenjang tereskpos jelas. Kibum memakai sepasang flat shoes transparan. Kedua tangannya terkulai lemas disamping tubuhnya.
Mata Siwon kemudian tertuju pada wajah Kibum. Kibum cantik. Kulitnya seputih salju –pucat, namun terlihat lembut. Rambutnya panjang bergelombang, dihias dengan sebuah bandana putih. Poninya menutupi dahi kecil Kibum. Alisnya tebal, panjang, dan tertata rapi. Hidungnya mancung. Pipinya bulat dan chubby. Bibir tipisnya putih pucat. Namun di kelereng mata Kibum tidak ada rona kehidupan. Sepi. Hampa. Sorot matanya sendu. Wajahnya menampilkan raut murung.
Siwon menahan nafasnya ketika Kibum berjalan mendekat. Tubuh Siwon semakin merinding hebat saat ia menyadari tidak ada suara yang timbul ketika Kibum melangkahkan kakinya. Udara mendadak dingin –sebeku salju. Seluruh otot tubuh Siwon seolah ditarik kuat –tegang karena takut. Jantungnya jumpalitan.
"Would you.. Help me? Please?" tanya Kibum pelan seraya mencondongkan tubuhnya. Beberapa helai rambut panjang Kibum jatuh lemas di pipinya. Matanya memelas dan memandang lekat-lekat kelereng coklat Siwon. Seolah mendapat perintah, tangan kanan Siwon terangkat dan mencoba menyentuh pipi Kibum perlahan. Namun tangan itu menyentuh sesuatu yang semu. Telapak tangannya bertemu dengan udara.
Siwon terperangah hebat. Mulutnya terbuka lebar. Ia bisa melihat tangannya di balik bibir Kibum yang transparan. Dan Siwon lantas gemetar hebat. Ia semakin takut. Keringat dingin mulai muncul di pelipisnya. Dinginnya AC dikamar justru memperparah keadaan.
"W-what kind.. What kind of help?" tanya Siwon –berusaha tenang dengan menarik kembali nafasnya, kemudian menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Namun Siwon tidak bisa memungkiri, bahwa jantungnya berdetak semakin kencang, seolah berpacu dengan waktu.
Kibum mengulas sebuah senyum sedih, lalu ia berkata. "Thank you very much, Choi Siwon.." Kibum lalu membalikkan badannya dan berjalan ke arah pintu. Yeoja itu menoleh pada Siwon dan mengedikkan kepalanya, dan tak lama kemudian ia keluar menembus pintu –seolah yakin Siwon akan mengikutinya.
Jangan tanya bagaimana perasaan Siwon. Takut, heran, penasaran, sekaligus ragu membanjiri otak dan hatinya. Siwon mengerjap, kemudian ia turun dari tempat tidur dan memutuskan untuk keluar.
"Hei.." panggil Siwon pada Kibum yang berjalan mendekati pintu rumah YunJae. Siwon melotot horror saat ia menyadari bahwa.. Kaki Kibum tidak ada! Siwon memang melihat kaki Kibum –plus sepatunya–, namun ketika yeoja itu 'berjalan', dari mata kaki ke bawah menghilang. Tidak kasat mata. Kibum sama sekali tidak menoleh saat Siwon memanggilnya.
"Oh Tuhan.." gumam Siwon. Ia menyeka keringat dengan punggung tangan, lalu menutup pintu kamar perlahan. Tidak ingin membuat keributan berarti, Siwon akhirnya berjalan mengendap-endap di lorong itu.
. . .
"Actually.. Who are you? How do you know my name?" tanya Siwon bingung sesampainya mereka di halaman rumah YunJae. Suasana pekarangan itu benar-benar gelap. Hanya ada lampu rumah dan lampu jalan sebagai penerangan. Daun maple coklat yang berguguran menimbulkan suara gemirik seram saat ditiup angin. Suara gagak yang bertengger di cerobong asap di sekitar rumahnya berkoak-koak. Sungguh bukan suasana malam yang bersahabat.
Yeoja di depan Siwon menatap lekat-lekat mata Siwon, membuat sang namja menelan ludah gugup. Meski sejujurnya, Siwon sudah tidak begitu takut. Udara di sekitar Kibum memang masih dingin –seolah gadis itu adalah sebuah gunung es yang menebarkan sensasi beku ke sekelilingnya–, namun tidak sesuram tadi.
"Let's speak Korean." sahut Kibum singkat seraya mengulas senyum sedih. Siwon baru menyadari, sedari tadi gadis itu tersenyum, ia tidak pernah tersenyum lebar hingga menampilkan deretan giginya. Senyumnya sedih dan sendu –seolah menyimpan sejuta cerita sedih di baliknya.
Siwon hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kibum mengedip pelan. Udara semilir yang sedari tadi lewat sama sekali tidak berefek pada tubuh Kibum. Rambutnya sama sekali tidak bergerak, pun dengan bajunya yang tidak berkibar kecil ketika tertiup angin. Kibum seolah sang angin itu sendiri.
"Aku benar-benar minta maaf sudah menjatuhkan strawberry tadi sehingga berantakan." sahut Kibum pelan.
Siwon melotot tidak percaya. "What?"
Kibum tersenyum sedih –lagi–, lalu ia mengangguk. "Kau kelihatan sedang repot, jadi aku mencoba membantumu. Ternyata aku tidak begitu bisa merias kue, jadilah seperti itu.."
Siwon mengerjap. "Jadi.. Kau.."
Kibum mengangguk –seolah mengerti apa yang ingin dikatakan Siwon. Ia kembali tersenyum sedih. Sepertinya memang hanya senyum itu yang bisa ia tampilkan. "Semoga aku tidak menyusahkanmu saat dosen jelek itu menyadari bahwa i-Podmu hilang karena aku ambil."
Siwon mengerjap lagi, namun ia akhirnya tertawa. "Astaga, pantas saja. Terima kasih banyak, Kibum.."
Desiran hangat menyapa hati beku Kibum saat Siwon tertawa, namun tidak cukup hangat untuk melelehkan perasaannya yang membeku. "Sama-sama."
"Hei, kalau kau bisa menyentuhku dan menyentuh barang-barang, kenapa aku tidak bisa menyentuhmu?" protes Siwon saat tangannya lagi-lagi menyentuh angin ketika ingin menyentuh bahu Kibum.
"Karena aku roh." Dan jawaban itu sukses membuat bulu kuduk Siwon kembali berdiri.
"Em.. A-aku.."
"Kau hanya bisa menyentuhku kalau aku mau, Siwon. Maaf."
Siwon mengerjap. Kibum meraih tangan kedua Siwon –membuat Siwon seolah tersengat listrik. Oh Tuhan, bukan selapis kulit hangat yang dirasakan Siwon, namun ia merasa seolah ia sedang ditembak oleh senjata pembeku saat ini. Dingin sekali! Namja tinggi itu mengerjap-ngerjapkan matanya –shock. Ya ampun, rasanya es sedang merambat dan membekukan lengan atas Siwon! Sebelum tubuhnya benar-benar membeku, Siwon cepat-cepat melepas tautan tangannya.
Kibum memandang Siwon tanpa ekspresi. Yang ditatap sedang meniup-niup kedua tangannya, mencoba memberikan kehangatan untuk menjalari tangan besarnya. "Maaf. Itu kontak pertama kita, wajar kalau kau terkejut."
Tidak sanggup mendapat kejutan lain dari sosok di hadapannya, Siwon cepat-cepat bertanya. "Siapa kau sesungguhnya?"
"Aku –"
"Dan kenapa kau meminta tolong padaku?" potong Siwon sebelum Kibum sempat menjawab.
Kibum tidak menjawab. Cukup lama ia menatap kelereng mata Siwon lekat untuk kesekian kalinya. Namun kali ini, Siwon seolah terbuai oleh tatapan itu. Begitu.. Lembut, sekaligus tajam.
Siwon terperanjat ketika Kibum mendekatkan wajahnya ke wajah Siwon. Yeoja itu lalu meraih dagu Siwon dan mengecup bibir namja itu. Siwon melotot shock sementara Kibum memejamkan matanya.
Namun, ketika Kibum membuka matanya, dunia Siwon mendadak menggelap. Seseorang menarik leher bajunya dari belakang, membuat Siwon tersentak. Namja itu terengah-engah menyadari ia terdampar di dimensi aneh –yang tidak bisa dijelaskan. Siwon lalu menutup matanya rapat-rapat, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanya mimpi. Hanya mimpi. Tidak nyata.
Dan ia kembali terperanjat ketika membuka matanya. Bayangan-bayangan mengerikan memenuhi matanya dan berganti-ganti, seperti roll film.
..Rumah Amerika kuno..
..Darah..
..Jeritan perempuan..
..Bulan yang berdiri kokoh diselimuti awan gelap..
..Pisau tajam yang memantulkan sinar matahari..
..Darah..
.."Min.."..
..Kibum yang menangis..
..Pintu dibanting..
..Kibum yang tergolek pasrah di atas tempat tidur..
..Jeritan kesakitan..
..Suara tebasan..
Eh?
..Kedua orangtuanya –Hangeng dan Heechul.. Yang sedang tersenyum manis padanya..
..
..
BRUG!
Kibum berkedip ketika tubuh Siwon ambruk. Kepala Siwon jatuh persis di kakinya, membuatnya terlihat seperti sedang mencium kaki Kibum. Gadis itu kemudian berjongkok, lalu menyibak poni Siwon. "Have a nice dream.."
Dan tubuh Kibum menghilang. Perlahan, dari kakinya yang ditelan oleh sesuatu yang semu, terus hingga ke kepalanya. Terbang mengikuti angin yang melintas. Meninggalkan Siwon yang pingsan di tengah halaman kering. Membiarkan angin menerbangkan dedaunan coklat ke tubuh Siwon.
.
.
.
A/N : Annyeong ~ *nyengir gaje*
Satu lagi fanfic SiBum, menambah tumpukan deadline fanfic, hohoho ~ *ketawa inosen *dijitak
Gimana readerdeul? Suka dengan prolognya? ^^
Untuk yang mau Hyo update fanfic lain, bisa dibilang di review ini, atau terror Hyo di FB ^^
Oke.
Kalau kalian suka, tinggalkan review ya, supaya Hyo tau ini seharusnya dilanjut atau tidak ~ ^^
*Hyo*