Frozen hearts thaw
By dyoshiki uchiha
Disclamer: Masashi kishimoto
Pairing: sasunaru
Note: saya tekankan di kata ini "DON'T LIKE DON'T READ"
Dan sikap naruto awalnya dingin, jadi tidak ada protes. Ini dunia fantasi, semua berhak dan bebas mengubah apa pun tergantung selera masing-masing, jadi sebelum judge saya, lihat dahulu diri anda baru ceramahi saya hn.
Chapter 1: Nejinaru
Burung berkicau di pagi yang cerah sangatlah menampakan sebuah ketenangan yang begitu menyenangkan untuk orang-orang yang sedang beristirahat, namun kita zoom disebuah rumah yang sepertinya tidak nampak ketenangan.
PRRRANGG!
Terdengar suara seperti piring yang terjatuh disebuah dapur rumah tersebut, lalu tiba-tiba seseorang perempuan dengan rambut berwarna merah panjang mendatangi dan melihat apa yang terjadi. Ketika melihat, perempuan tersebut terkejut mendapati anak sulungnya tak sengaja menjatuhkan salalh satu piring.
"GRR… KYUUBI NAMIKAZE APA YANG KAU LAKUKAN? LIHAT PIRING ITU, CEPAT BERESKAN," Ucap sang perempuan tersebut.
"Malas ah…. Aku ingin sekolah," kata Kyuubi santai dan langsung pergi sambil menaruh makanan dimullutnya, tak peduli dengan teriakan perempuan tadi yang ternyata Ibunya "Aku pergi,"
"KYUUBI!" teriak sang Ibu geram akan tingkah anak sulungnya itu.
"Hn, lagi-lagi rebut seperti biasa," Ujar seorang yang baru saja menuruni tangga dan hendak pergi sekolah.
"Naruto? Sudah ingin berangkat nak?" Tanya sang Ibu kepada anak bungsunya yang tak lain tak bukan bernama Naruto Namikaze.
"Ya," jawab Naruto.
Naruto pergi ke sekolah dengan menggunakan Motornya, pergi dengan kecepatan penuh. Tiba diparkiran, Naruto segera memarkirkan motornya, dan setelah itu pergi menuju ruang kelas dimana Naruto akan belajar. Saat perjalanan menuju ruang kelas, beberapa orang terlihat kagum karena wajahnya yang bisa dibilang keren itu sangat menarik dengan rambut kuning jabrik, mata berwarna biru dan kulit coklat yang tan itu membuat kontras dengan penampilannya. Tapi semua enggan akan sikapnya yang seperti itu, dingin dan seperti pereman itu.
Setibanya diruang kelas, Naruto segera duduk ditempatnya. Ketika sedang enak menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya seseorang dari kelas lain memanggil dan menghampirinya.
"Hai Naru," Sapa orang tersebut berbasa-basi.
"Ya, siapa kau?" Tanya Naruto heran namun dengan nadanya yang seperti biasa.
"Aku Neji Hyuuga, salam kenal. Itu ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," jawab Neji memperkenalkan diri kepada Naruto.
"Ya katakana saja,"
"Ano… tidak disini, diatap sekolah saja. Bagaimana?" Kata Neji sambil ada semburat merah di pipinya. #author: aneh -_- tapi sudahlah.
"Hmm baiklah.. ayo" Naruto setuju dengan ajakan Neji dan langsung berdiri dari kursinya, lalu pergi mendahului Neji. Setelah sampai di atap sekolah, mereka hanya diam. Naruto menunggu apa yang hendak dikatakan Neji, namun tak kunjung berbicara. Akhirnya Naruto memutuskan untuk berbicara duluan.
"Sepertinya tak ada yang ingin kau katakana, aku pergi sa…" belum sempat Nruto menyelesaikan kata-katanya, Neji segera buka mulut.
"Aku suka padamu."
"Hmm apa kau bilang? Katakana sekalil lagi,"
"Aku suka padamu. Maukah kau jadi kekasihku?" perkataan Neji membuat Naruto diam dan berpikir.
Naruto's pov
Apa yang sedang dia bicarakan ini. Aku tak mengerti. Kekasih katanya? Yang benar saja, cinta? Apa itu cinta? Aku tak mengerti dengan itu semua. Apa yang harus aku lakukan.
Apa mungkin aku terima saja dia. Tapi untuk apa? Pasti akan merepotkan jika memiliki pacar. Dan aku tak mengerti cinta, bagaimana menjalani itu semua mengerti saja tidak.
Tapi kata ibu, tak ada salahnya mencoba. Baiklah biarkan ku terima orang ini, sepertinya menarik hmm.
"Baiklah, kita berpacaran sekarang," jawabku menyetujui permintaannya. Ah entahlah ini disebut permintaan atau apa aku tak peduli.
"benarkah? Terima kasih," Ucapnya sambil tersenyum ke arahku. Apa itu, semburat merah di pipinya? Ini sungguh tak masuk akal.
END Naruto's pov
Setelah kejadian kemarin, akhirnya Neji dan Naruto menjadi sepasang kekasih. Namun Naruto tidak memperlakukan Neji selayaknya kekasih, namun Neji tetap sabar menunggu perubahan itu.
Saat makan siang…
"Naruto…. Aku saying padamu,"
"ya aku tahu itu."
Neji sabar mengahadapi itu, dan ketika Neji memperingatkan Naruto agar jangan makan terlambat.
"Sudah makan belum?" Tanya Neji.
"Hmm belum," jawab Naruto santai.
"Makanlah dahulu yah. Ku mohon jangan makan terlambat. Nanti kau sakit," pinta Neji sambil merengek khawatir.
"Aku akan makan nanti,"
"Sekarang yah? Tolong, kamu belum makan apa-apa sedari tadi," pinta Neji seklai lagi.
"Kalau ku bilang nanti ya nanti. Aku akan makan jika aku mau, jadi jangan paksa aku untuk melakukannya sekarang, memuakkan dan menjengkelkan" Ucap Naruto seraya pergi meninggalkan Neji, namun segera ditahan oleh Neji, da Neji langsung memojokan Naruto, memerangkap Naruto diantara kedua tangannya.
"Kenapa kau mau pergi?" Tanya Neji, sepertinya aura semenya mulai keluar.
"Karena aku ingin, jadi menyingkirlah," jawab Naruto santai. Namun Neji justru mendekatkan diri seperti hendak ingin mencium Naruto.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Dua minggu berpacaran, tapi kau tak pernah bilang saying padaku, dan bahkan kau sangat cuek sekali, kenapa?"
"Apa itu perlu untuk dikatakan? Dan aku cuek itu bukan uruanmu," ujar Naruto ketus dan sangat ketus sekali. Dan itu membuat Neji menjadi gelap mata dan akhirnya mencium Naruto secara paksa, Naruto hanya diam, tak memberontak dan tidak juga membalas. Setelah Neji melepaskan bibirnya Naruto langsung mengelap bibirnya dan berkata.
"Sudah puas? Dan sekarang aku harus pergi," setelah itu Naruto pun pergi meninggalkan Neji, sebelum menghilang di balik pintu naruto berkata "Ini mulai membosankan, lebih baik kita sudahi saja permainan ini, sudah ya jangan mengusik ataupun mengaturku lagi"
BLAM….
Suara pintu tertutup itu membuat Neji terpana akan kata-kata Naruto yang terakhir tadi.
Neji's pov
Apa yang dia bilang tadi? Apa katanya? Permainan? Jadi dia anggap ini hanya permainan belaka?
Tidak. Tidak boleh, ini tidak boleh berakhir, aku harus mengejarnya yah.
"NARUTOOO…" panggilku dengan berteriak. Dan Naruto akhirnya menghentikan langkahnya. "Naruto, tolonglah… jangan putuskan aku, jangan putuskan aku. Kembalailalh" pintaku padanya. Aku rela menjatuhkan Harga diri ini demi dengannya.
"Hmm tidak. Kau membosankan dan menjengkelkan," tolaknya. Oh kami-sama, betapa sakitnya hatiku ini. Apa yang dia katakana. Dia menolak dengan cepat, sepertinya aku memang harus merelakan dia.
"Jadi begitu. Selama ini pengorbanan waktu dan segalanya hanya sia-sia belaka," ucapku padanya berharap agar dia membuka hatinya barang sedikit saja untukku.
"Ketika kau memutuskan untuk melakukan segala sesuatu, jangan sebut itu sebagai pengorbanan yang sia-sia. Karena tak ada yang memaksamu untuk melakukannya,"
Mendengar balasannya itu membuatku sangat sedih, namun ada benarnya juga dia. Dan ketika aku tersadar, dia sudah tak ada dihadapanku lagi. Jadi memang ini lah akhirnya. Mungkin memang dia bukan untukku. Ya pasti Tuhan merencanakan hal lain yang lebih baik untukku.
Bersambung…..
Nyahahah akhirnya selesai juga chap 1, patutkah ini untuk dilanjutkan….. tergantung review dari kalian. Terima kasih. Flame jika memang ingin hn bye